Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENGEMBANGAN

ANGGARAN UNTUK PENGADAAN OBAT TIDAK MENCUKUPI KEBUTUHAN

SEBAGAI TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUD


BLAMBANGAN

DI SUSUN OLEH :

Reka Melda Tamara 192211101101

Aura Kamilah Anwar 192211101103

Evianti Takimpo 192211101106

M. Febrian Bachtiar 192211101107

Aisyah Rulina Safitri 192211101108

Desy Dwi Utami 192211101110

Lisa Yuhana 192211101111

Al Kautsar 192211101112

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit Pemerintah adalah Rumah Sakit yang
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang peranan
penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk
dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta harus mampu bersaing
dan memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Basis sosial
dengan bentuk usaha yang non profit oriented dijadikan sebagai bentuk dasar sebuah
rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah. Di samping itu rumah sakit sebagai unit
sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk membiayai
kebutuhannya, padahal di lain pihak rumah sakit diharapkan dapat bekerja dengan tarif
yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas (Djuhaeni, 2006).
Umumnya rumah sakit membutuhkan biaya operasional yang besar, antara lain
untuk obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan-bahan medis habis pakai serta operasional
lainnya. Disisi yang lain pihak rumah sakit pemerintah tidak mempunyai keleluasaan
untuk meningkatkan pendapatan, walaupun dapat meningkatkan pendapatan, maka hasil
tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh rumah sakit. Sampai saat ini
mekanisme perencanaan dan penganggaran di rumah sakit pemerintah yang ada di
Indonesia belum sepenuhnya menerapkan penyusunan rencana kerja dan penganggaran
berbasis kinerja dan belum berorientasi pada pemecahan masalah. Anggaran tidak
mencukupi sehingga sistem penganggaran masih berdasarkan budget oriented, dengan
keterbatasan anggaran tersebut perlu disusun program-program berdasar prioritas.
Adanya keterbatasan dana, sedangkan dana yang dibutuhkan besar, rumah sakit
memerlukan manajemen keuangan yang betul-betul dikelola secara profesional. Hal ini
berarti bagaimana merencanakan dan memperoleh dana atau biaya dan kemudian
mempergunakan dengan efisien. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu untuk
dibahas bagaimana anggaran untuk pengadaan obat yang tidak mencukupi kebutuhan.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengalokasian anggaran untuk pengadaan ?
2. Apa saja penyebab anggaran tidak memenuhi kebutuhan pengadaan farmasi ?
3. Bagaimana cara agar kebutuhan sediaan farmasi di rumah sakit tetap terpenuhi
secara optimal walaupun dengan anggaran terbatas ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengalokasian anggaran untuk pengadaan.
b. Untuk mengetahui penyebab anggaran tidak memenuhi kebutuhan pengadaan farmasi.
c. Untuk mengetahui cara agar kebutuhan sediaan farmasi di rumah sakit tetap terpenuhi
secara optimal walaupun dengan anggaran terbatas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anggaran
Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa
periode mendatang. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menyatakan bahwa
anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi
rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan
rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu 24
periode. proses penyusunan anggaran biasa disebut dengan penganggaran.

2. Penganggaran Rumah Sakit


Penganggaran adalah suatu proses di mana biaya dialokasikan pada kegiatan
tertentu yang telah direncanakan untuk jangka waktu yang telah ditetapkan, biasanya
12 bulan. Penganggaran adalah proses kegiatan yang menghasilkan anggaran sebagai
suatu hasil kerja (out-put), serta berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
anggaran, yaitu fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan pengawasan
kerja. Sebagai pedoman kerja, anggaran memberikan arah serta sekaligus memberikan
target yang harus dicapai oleh kegiatan rumah sakit pada waktu yang akan datang.
Sebagai alat koordinasi, anggaran mengkoordinasikan semua bagian yang ada di
rumah sakit sehingga saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk
menuju sasaran yang telah ditetapkan. Demikian juga anggaran sebagai tolak ukur
maupun pembanding untuk menilai realisasi kegiatan rumah sakit, kelemahan maupun
kekuatan yang dimiliki oleh rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa anggaran dapat
pula berfungsi sebagai alat pengawasan kerja.
Penganggaran merupakan suatu mekanisme penting pengelolaan obat. Untuk
dapat melakukan penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan
adanya suatu data pendukung yang memadai. Data yang diperlukan untuk mendukung
penyusunan anggaran antara lain: data kompilasi penggunaan obat per tahun, data
kompilasi biaya perbekalan farmasi per tahun, data biaya obat per kasus per tahun dan
data sisa stok stok.

3. Penganggaran Sebagai Suatu Sistem


Anggaran terdiri komponen-komponen yang saling bergantung dan saling
mempengaruhi yang kesemuanya dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komponen komponen anggaran tersebut adalah:
1. Komponen masukan (input) yang terdiri dari tenaga penyusun anggaran, informasi
kegiatan dan keuangan, organisasi dan tatalaksana, kebijakan kebijakan Direktur
serta peralatan yang diperlukan dalam penganggaran.
2. Komponen proses terdiri dari perencanaan (planning for planning),
pengorganisasian, kegiatan yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisa data,
dan menyusun anggaran, serta pengawasan dan pengendalian melalui konsultasi
kepada Direktur dan Pemerintah.
3. Komponen keluaran (out-put) adalah anggaran yang telah disetujui dan disahkan
oleh Pemerintah
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penganggaran rumah sakit adalah unit-
unit lain di rumah sakit (UPF, instalasi, urusan umum, PPL, kepala seksi medis/
perawatan dan ketenagaan), peraturan pemerintah pusat/daerah, Sumber dana dan
biaya pelayanan kesehatan, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kedokteran (Iptek) serta keadaan perekonomian masyarakat.
5. Umpan balik sebagai hasil evaluasi anggaran.

4. Panitia Penyusunan Anggaran


Penyusunan anggaran adalah wewenang pimpinan tertinggi organisasi, tetapi
dalam pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada bagian administrasi, panitia
anggaran atau keduanya. Dalam hal ini penganggaran di rumah sakit berarti berada
dalam wewenang direktur rumah sakit dan panitia anggaran rumah sakit.
Di dalam panitia anggaran ini diadakan pembahasan mengenai rencana
kegiatan yang akan datang dan anggaran yang diperlukan sehingga nantinya
dihasilkan kesepakatan anggaran bersama yang didukung oleh semua pihak di rumah
sakit. Anggaran yang diusulkan oleh panitia anggaran ini selanjutnya dikonsultasikan
kepada pimpinan rumah sakit.
Contoh penyusunan anggaran Rumah Sakit
1. Menyusun rencana kegiatan dan rencana sumber daya yang diperlukan untuk
kelancaran penyusunan anggaran
2. Menyusun rencana kebutuhan anggaran atau prediksi kebutuhan anggaran tahunan
untuk satu tahun kedepan
3. Melakukan koordinasi dengan Sub Bidang Perencanaan untuk persiapan
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Rumah Sakit
4. Melakukan koordinasi dengan unit kerja/bidang/bagian/instalasi terkait, dalam hal
usulan anggaran pendapatan dan belanja untuk masing masing unit kerja/bidang
/bagian/instalasi.
5. Menggkoordinasi seluruh usulan anggaran belanja rutin/operasional dari unit
kerja/bidang/bagian/instalasi.
6. Menghimpun semua usulan anggaran belanja dari masing masing unit kerja
7. Memverifikasi usulan anggaran belanja dari unit kerja/bagian /bidang/instalasi
dengan sekala prioritas.
8. Mengolah data usulan anggaran pendapatan dan belanja dari masing masing unit
kerja.
9. Bersama-sama dengan Tim/Panitia Anggaran RS melaksanakan penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Sakit baik anggaran murni maupun
anggaran perubahan.
10. Memfasilitasi penyusunan RKA-SKPD murni maupun perubahan.
11. Menyusun DPA -SKPD murni maupun perubahan.
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar
penyusunan APBD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah
sebagai dasar pelaksanaan anggaran. dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah unsur perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang.

5. Prosedur Pengganggaran
Proses penyampaian usulan kegiatan pengangaran sesuai dengan alur sebagai berikut:
Usulan tersebut akan menjadi acuan untuk penentuan alokasi anggaran dengan
mempertimbangkan kebijakan prioritas nasional bidang kesehatan. Setiap usulan
kegiatan dengan pembiayaan anggaran belanja pusat maupun anggaran transfer ke
daerah disampaikan melalui aplikasi elektronik perencanaan dan penganggaran yang
dikoordinir oleh Sekretaris Jenderal, c.q Biro Perencanaan dan Anggaran.
Kegiatan-kegiatan yang mendesak seperti KLB, wabah, epidemi, bencana,
peningkatan akses pelayanan yang harus segera diatasi serta kebijakan pimpinan
(direktif presiden) yang belum diusulkan melalui aplikasi elektronik perencanaan
Kemenkes, dapat diusulkan oleh pimpinan daerah (gubernur/bupati/walikota) kepada
Menteri Kesehatan.
6. Sumber Anggaran
1. Sumber Anggaran yang Berasal dari Pemerintah
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran ini berasal dari anggaran pemerintah pusat. Rumah Sakit Umum.
Pusat akan dapat mengakses anggaran ini secara langsung, sedangkan rumah
sakit umum daerah dapat mengakses anggaran ini dalam bentuk natura seperti
obat program kesehatan atau obat buffer propinsi dan kabupaten/kota yang
disediakan oleh Depkes.
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran ini dapat berasal dari pemerintah Kabupaten/Kota maupun propinsi.
c) Revolving Fund
Dana ini awalnya dari pemerintah, dari pengalaman di beberapa daerah berasal
dari pemerintah daerah. Dana ini selanjutnya diserahkan kepada rumah sakit
melalui keputusan Walikota/Gubernur untuk dikelola khusus untuk
penyediaan obat di rumah sakit. Mekanisme ini sangat membantu rumah sakit
untuk mengatasi kendala keterbatasan dana penyediaan obat.
d) Untuk mengelola sumber pendanaan atau anggaran dari pemerintah ini maka
dibentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) pada SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah).Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ini merupakan
instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Di rumah sakit ada pejabat
yang diangkat oleh pemerintah daerah untuk menjadi pejabat pengelola BLUD
(badan layanan umum daerah). Tugasnya antara lain :
1. Mengoordinasikan penyusunan rencana bisnis dan anggaran (RBA)
2. Melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya
Hasilnya dilaporkan kepada Bupati sekurang-kurangnya satu kali dalam
satu bulan.
Ada dua macam status BLUD yang ditentukan oleh keputusan Kepala Daerah
1. BLUD penuh
Jika diberikan seluruh fleksibilitas untuk mengelola jumlah dana yang dapat
dikelola secara langsung
2. BLUD bertahap
Jika diberikan fleksibilitas dalam batas-batas tertentu dalam pengelolaan BLUD
2. Sumber Anggaran yang Berasal dari Swasta
a) Corporate Social Responsibility (CSR)
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab moral dari suatu perusahaan.
Perusahaan yang berskala Nasional (Swasta asing/nasional maupun BUMN)
maupun internasional pada umumnya mempunyai program ini. Untuk dapat
mengakses anggaran pada program ini dibutuhkan suatu proposal dari rumah
sakit kepada perusahaan. Anggaran melalui CSR ini dapat berlangsung jangka
pendek maupun jangka panjang tergantung dari kemampuan negosisasi dan
juga penerapan di lapangan.
b) Donasi
Obat dan perlengkapan donasi dapat diperoleh di beberapa perusahaan,
Lembaga Swadaya Masyarakat nasional maupun internasional. Obat donasi ini
umumnya akan berdatangan bila terjadi suatu bencana atau kejadian luar biasa
di suatu daerah. Diluar situasi tersebut obat donasi masih dapat diakses oleh
rumah sakit dengan cara mengajukan proposal kepada lembaga tersebut diatas.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat mengajukan atau menerima obat donasi
adalah:
- Masa kadaluwarsa obat tersebut.
- Potensi sediaan harus sesuai dengan potensi yang lazim digunakan di
Indonesia.
- Bahasa dalam label di upayakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
c) Asuransi
Anggaran yang berasal dari asuransi yang saat ini ada dan dapat
diakses oleh rumah sakit seperti BPJS, asuransi dari perusahaan - perusahaan,
jasa raharja dan lain - lain.
BAB III

PEMBAHASAN

Menurut PMK No 48 tahun 2017 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran


Bidang Kesehatan bahwa terkait dengan alokasi dan pemanfaatan anggaran kesehatan
maka Alokasi anggaran kesehatan di tingkat nasional minimal sebesar 5% APBN diluar
gaji dan di tingkat provinsi, kabupaten/kota minimal sebesar 10% dari APBD diluar gaji
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pusat maupun daerah. Besaran 5%
dan 10% tersebut mencakup alokasi untuk sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang
melaksanakan upaya kesehatan. Anggaran kesehatan yang bersumber dari APBN dan
APBD diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besaranya sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD.

Apa saja penyebab anggaran tidak memenuhi kebutuhan ?

a) Anggaran tidak menyukupi untuk menutupi biaya bpjs yang telat dalam pengklaiman
sehingga menyebabkan tertundanya pembayaran obat ke distributor sehingga
menyebabkan kerugian terhadap Rumah Sakit
b) Jarang dilakukan evaluasi formularium Rumah Sakit jadi banyak obat dead stock
c) Kurangnya ketelitian pegawai dalam mencatat obat kadaluarsa, stock opname dan
penginputan obat yang tidak tercover bpjs namun tetap dilayani.
d) Perubahan pola penyakit sehingga penyebabkan perubahan kebutuhan obat.
e) Perencanaan dan barang pesanan yang datang harganya berbeda, ataupun PBF tempat
kita memesan obat terjadi kekosongan obat sehingga kita perlu memesan obat di PBF
lain dengan harga yangberbeda atau lebih tinggi

Bagaimana cara agar kebutuhan sediaan terpenuhi dengan anggaran terbatas ?

a) Melakukan perencanaan dengan selektif yang mengacu kepada prinsip efektif, aman,
ekonomis, rasional dan diadakan koreksi dengan metode ABC dan VEN
b) Mengadakan obat- obatan yang sesuai dengan formularium RS dan mengevaluasi
kembali penggunaan kesesuaian peresepan dengan formularium agar tidak terdapat
obat dead stock sehingga penggunaan menjadi efektif dan efisien
c) Dapat dilakukan pemesanan secara berkala dalam jumlah yang kecil sehingga
persediaan obat tetap terjamin. Namun, perlu diperhatikan juga agar tidak terjadi stok
out dengan memilih supplier secara selektif (pabrik, distributor) yang memenuhi
aspek mutu produk yang terjamin, aspek legal dan harga ekonomis.
d) Memperbaiki atau terus memperbarui sistem software yang digunakan dalam
pengeluaran dan penerimaan obat, sehingga dapat mengetahui jumlah sediaan dengan
baral real nya.

Anda mungkin juga menyukai