I. DESKRIPSI SINGKAT
Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan potensi bila tidak
dikelola dengan benar. Pengelolaan rantai vaksin yang efektif dan efisien akan menjamin
kualitas dan ketersediaan vaksin dan berpengaruh pada keberhasilan program imunisasi.
Peralatan rantai vaksin dalam program imunisasi sangat menentukan potensi vaksin
selama penyimpanan maupun transportasi.
Pengelolaan rantai dingin vaksin yang efektif dan efisien memerlukan standar
manajemen yang baik dan konsisten, yang hanya dapat dicapai jika seluruh komponen
pengelolaan rantai dingin vaksin mematuhi prosedur praktik penyimpanan dan
pendistribusian dengan benar. Selain menjaga kualitas vaksin, pengelolaan rantai dingin
vaksin yang efektif dan efisien juga akan mempertahankan jumlah stok vaksin,
mengurangi pemborosan, menghitung kebutuhan vaksin secara akurat, dan mencegah
kerusakan peralatan.
Hasil penilaian EVM (Effective Vaccine Management) yang dilakukan oleh Kemenkes RI
bersama UNICEF tahun 2020 menunjukkan beberapa aspek yang masih harus diperbaiki
dalam pengelolaan vaksin yakni pemantauan suhu, manajemen stok, dan kapasitas
penyimpanan. Salah satu rekomendasinya adalah penguatan sistem pemantauan suhu
sebagai aspek kritis dalam rantai dingin vaksin.
IV. METODE
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Penugasan
Cold room dan freeze room digunakan untuk menyimpan vaksin dalam
jumlah besar sehingga harus tersedia di tingkat provinsi dan atau
kabupaten/kota yang memiliki jumlah penduduk besar atau
kabupaten/kota yang lokasinya secara geografis jauh dari ibu kota
provinsi.
b. Vaccine Freezer
Freezer adalah tempat penyimpanan untuk vaksin pada suhu -5oC
s.d -25oC. Vaccine freezer hanya boleh ada di level provinsi dan
kabupaten/kota.
Tabel 4.1. Perbandingan Refrigerator Pintu Buka Atas dan Buka Depan
b) Vaccine Carrier
Merupakan alat untuk membawa vaksin dari puskesmas ke
posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat
mempertahankan suhu 2°C s.d 8°C.
b. Perawatan Mingguan
1) Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng
untuk mengencangkan baut.
2) Melakukan pengamatan terhadap tanda-tanda steker hangus dengan
melihat perubahan warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker
dengan yang baru.
3) Agar tidak terjadi konsleting saat membersihkan badan vaccine
refrigerator, lepaskan steker dari stop kontak.
4) Lap basah, kuas yang lembut/spon busa dan sabun dipergunakan untuk
membersihkan badan vaccine refrigerator.
5) Keringkan kembali badan vaccine refrigerator dengan lap kering.
6) Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka
pintu vaccine refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d. 8°C.
7) Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali
steker.
8) Mencatat kegiatan pemeliharaan mingguan pada kartu pemeliharaan
vaccine refrigerator.
c. Perawatan Bulanan
1) Sehari sebelum melakukan pemeliharaan bulanan, kondisikan cool pack
(kotak dingin cair), vaccine carrier atau cold box dan pindahkan vaksin ke
dalamnya.
2) Agar tidak terjadi konsleting saat melakukan pencairan bunga es
(defrosting), lepaskan steker dari stop kontak.
3) Membersihkan kondensor pada vaccine refrigerator model terbuka
menggunakan sikat lembut atau tekanan udara. Pada model tertutup hal
ini tidak perlu dilakukan.
4) Memeriksa kerapatan pintu dengan menggunakan selembar kertas, bila
kertas sulit ditarik berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas
mudah ditarik berarti karet sudah sudah mengeras atau kaku. Olesi karet
pintu dengan bedak atau minyak goreng agar kembali lentur.
5) Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng
untuk mengencangkan baut.
6) Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka
pintu vaccine refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d 8°C.
7) Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali
steker.
8) Mencatat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan
vaccine refrigerator.
9) Untuk vaccine refrigerator dengan sumber tenaga surya, dilakukan
pembersihan panel surya dan penghalang sinar apabila berdekatan
dengan pepohonan.
B. VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari kuman atau komponen kuman
(bakteri, virus) yang telah dilemahkan atau dimatikan, racun kuman (toxoid) atau
rekombinan yang dapat merangsang timbulnya respon antibodi spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.
1. Klasifikasi vaksin
Berdasarkan asal antigennya, vaksin dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Live attenuated vaccine
Merupakan vaksin yang terbuat dari kuman (bakteri atau virus) hidup yang
dilemahkan. Reaksi kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin hidup (Live
attenuated) relatif sama dengan yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah.
Biasanya vaksin hidup yang diberikan melalui suntikan cukup diberikan satu
dosis kecuali yang diberikan melalui oral. Vaksin hidup yang tersedia saat ini
yang berasal dari virus adalah campak-rubella, gondongan (mumps), polio
(bOPV), yellow fever, japanese encephalitis dan cacar air (varicella).
Sedangkan vaksin hidup yang berasal dari bakteri adalah BCG dan tifoid oral.
b. Innactivated vaccine
Merupakan vaksin yang terbuat dari kuman (bakteri atau virus) yang
dimatikan (inactivated). Seluruh dosis antigen diberikan melalui suntikan dan
vaksin ini tidak menyebabkan ”penyakit”, meskipun pada kasus defisiensi
imun. Vaksin jenis ini dapat diberikan meskipun ada antibodi (contoh pada
bayi atau pasca pemberian produk darah yang mengandung antibodi). Vaksin
inaktif selalu memerlukan dosis ulang.
Saat ini vaksin inaktif utuh: berasal dari sel virus utuh (Influenza, polio, rabies,
hepatitis A) dan bakteri inaktif utuh (pertussis, typhoid, cholera, pes). Vaksin
inaktif fraksional: subunit (hepatitis B, influenza, acellular pertussis, typhoid
injeksi), toxoid (difteri, tetanus, botulinum), polisakarida murni
(pneumococcal, meningococcal, haemophilus influenza tipe b), dan
polisakarida konjugasi (Haemophilus influenza tipe b dan pneumococcal).
c. Vaksin rekombinan.
Vaksin juga dapat dibuat dengan rekayasa genetika, vaksin ini disebut juga
vaksin rekombinan. Vaksin rekayasa genetika yang tersedia saat ini ada tiga
macam, yaitu vaksin Hepatitis B, Vaksin typhoid hidup (Ty21a) dan vaksin
Human Papiloma Virus (HPV).
2. Jenis vaksin
Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia
adalah:
C. PENGELOLAAN VAKSIN
Dalam pelaksanaan imunisasi, vaksin menjadi komponen yang sangat penting. Vaksin
merupakan produk biologis yang sangat mudah rusak dan rentan kehilangan potensi
bila tidak dikelola dengan benar. Untuk menjaga kualitasnya, vaksin harus dikelola
secara benar sesuai standar baik dalam penyimpanan, pendistribusian sampai saat
penggunaannya di pelayanan kesehatan.
1. Penyimpanan Vaksin
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat pelayanan (atau digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu
yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Provinsi
• Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freeze room
atau freezer
• Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau
vaccine refrigerator
b. Kabupaten/Kota
• Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freezer
• Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau
vaccine refrigerator
c. Puskesmas
• Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine refrigerator
• Khusus vaksin Hepatitis B, di bidan desa disimpan pada suhu ruangan,
terlindung dari sinar matahari langsung.
Tabel 4.4 Suhu Penyimpanan Vaksin di Setiap Level Penyimpanan
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C s.d. 8°C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan, pelarut
disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C. Beberapa ketentuan yang harus selalu
diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan
vaksin terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu
pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin.
Nasional
Provinsi
Kabupaten/Kota
Puskesmas
Pelayanan Imunisasi
(Posyandu, RS, Klinik,
Praktek Swasta)
3. Penerimaan Vaksin
Dalam menerima vaksin, agar memeriksa:
• Kelengkapan administrasi berupa SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dan VAR
(Vaccine Arrival Report).
• Kualitas Vaksin (periksa setiap box vaksin; periksa VVM dan alat pemantau
suhu yang tersedia)
• Jumlah dan jenis vaksin
Jangan
menyimpan
vaksin di pintu
Catatan Penting:
| Vaksin HB Uniject (ADS PID) di BDD (Bidan di Desa) disimpan pada
suhu ruangan ataupun dibawa saat kunjungan rumah tanpa rantai
vaksin. Kelayakan pemakaian vaksin diukur dengan melihat status
VVM.
| Pelarut vaksin BCG dan campak-rubella boleh disimpan dluar vaccine
refrigerator ditempat yang sejuk (suhu kamar).
| Letakkan pelarut dalam vaccine refrigerator minimal 12 jam sebelum
melakukan pelayanan.
| Vaccine refrigerator tempat menyimpan vaksin tidak boleh
menyimpan barang selain vaksin (makanan, minuman, barang-
barang laboratorium).