Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“COLD CHAIN (RANTAI DINGIN IMUNISASI)”

Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Mata Kuliah
Keperawatan Anak
Dosen Pengampu: "Ns. Evy Marlinda, M.Kep, S.Kep.An"

DISUSUN OLEH :

NAMA : BELLA AJENG PRATIWI


NIM : P07120117051

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
A. Pengertian
Vaccine Cold chain atau Rantai Dingin Vaksin adalah sistem penyimpanan
dan pendistribusian vaksin pada kisaran suhu yang direkomendasikan dari
proses pembuatan hingga penggunaan vaksin. Dilakukan bertujuan untuk
memberikan vaksin ampuh dan efektif agar manfaat vaksin bisa optimal maka
diperlukan infrastruktur rantai dingin harus memiliki sebuah jaringan
penyimpanan vaksin, Walk-in-cooler (WIC), Walk-in-freezer (WIF), Deep
Freezer (DF ), Ice lined Refrigerators (ILR), truk pendingin, mobil van vaksin
untuk mendistribusi vaksin, cold boxes, vaccine carriers dan icepacks. Vaksin
diangkut dari produsen melalui transportasi udara di bawah kisaran suhu +2oC
sampai dengan +8oC ke penyimpanan vaksin primer atau disebut GMSDs
(Government Medical Store Depots) atau State head quarter.
B. Perencanaan kebutuhan Peralatan Cold Chain
Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana coldchain yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut.
1. Provinsi: Coldroom, freeze room, lemari es, dan freezer;
2. Kabupaten/kota: Coldroom, lemari es, dan freezer;
3. Puskesmas: Lemari es.

Cara perhitungan kebutuhan cold chain adalah dengan mengalikan jumlah


stok maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis dan
membandingkannya dengan volume lemari es/freezer.

C. menghitung kebutuhan Peralatan rantai Vaksin


Vaksin harus disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2 s.d. 8 oC untuk vaksi
sensitif beku atau pada suhu -15 s.d. -25 oC untuk vaksin yang sensitif panas).
Tabel Peralatan Rantai Vaksin di Puskesmas dan Perkiraan Jumlah Kebutuhan

N Nama Barang Kebutuhan Keterangan


1
o. Lemari Es 1
Minimal
2. Vaccine Carrier 3
3. Coolpack 20 4 untuk setiap vaksin carrier, 8
. buah untuk lemari es
4 Termometer 1
5. Indikator paparan 4 1 buah untuk lemari es, 1
. suhu beku buah untuk setiap vaksin
carrier
6 Indikator 4 1 buah untuk lemari es, 1
. paparan buah untuk setiap vaksin
panas carrier
(VCCM)

D. Pendistribusian
Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ke
tingkat provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah secara berjenjang dan untuk lebih jelasnya Anda dapat
melihat gambar berikut ini.
Seluruh proses distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan
kekebalan yang optimal kepada sasaran. Vaksin dibawa dengan menggunakan
vaksin carrier yang diisi cool pack dengan jumlah yang sesuai.
Peralatan cold chain merupakan bagian dari sistem manajemen cold chain,
tanpa peralatan cold chain maka penanganan rantai dingin vaksin tidak dapat
dilakukan. Peralatan untuk menyimpan vaksin harus dapat menyimpan vaksin
pada suhu yang direkomendasikan sepanjang tahun. Kapasitas peralatan
penyimpanan berbeda setiap tingkatan. Sebagian peralatan bergantung pada
pasokan listrik untuk mempertahankan suhu yang direkomendasikan, beberapa
peralatan dapat memepertahankan suhu penyimpanan tanpa adanya pasokan
listrik untuk janga waktu tertentu.
Sarana distribusi dan penyimpanan rantai dingin vaksin menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 adalah :
1. Kamar dingin dan kamar beku
a. Kamar dingin (cold room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin
yang mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 m3) sampai
dengan 100.000 liter (100 m3). Suhu bagian dalamnya mempunyai
kisaran antara 2°C sampai dengan 8°C. Kamar dingin ini berfungsi
untuk menyimpan vaksin BCG, campak, DPT, TT, DT, hepatitis B dan
DPT-HB.
b. Kamar beku (freeze room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin
yang mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 M3) sampai
dengan 100.000 liter (100 M3), suhu bagian dalamnya mempunyai
kisaran antara -15°C sampai dengan -25°C. Kamar beku utamanya
berfungsi untuk menyimpan vaksin polio.
2. Lemari es dan freezer
Lemari es adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis
B, Campak dan DPT-HB-Hib, pada suhu yang ditentukan yaitu 2°C
sampai dengan 8°C dapat juga difungsikan untuk membuat kotak dingin
cair (cool pack). Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio pada suhu
yang ditentukan antara -15°C sampai dengan -25°C atau membuat kotak
es beku (cold pack). Bentuk pintu lemari es atau freezer
a. Bentuk buka dari depan (front opening)
Lemari es atau freezer dengan bentuk pintu buka dari depan banyak
digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan, seperti : untuk
menyimpan makanan, minuman, buah-buahan yang sifat
penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidak dianjurkan untuk
penyimpanan vaksin. Kelemahan jenis ini adalah suhu tidak stabil, bila
listrik padam relatif tidak dapat bertahan lama, dan jumlah vaksin yang
dapat ditampung sedikit. Kelebihan jenis ini adalah susunan vaksin
menjadi mudah dan vaksin terlihat jelas dari samping depan.
b. Bentuk buka dari atas (top opening)
Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer yang biasanya
digunakan untuk menyimpan bahan makanan, ice cream, daging atau
lemari es untuk penyimpanan vaksin. Salah satu bentuk lemari es top
opening adalah ILR (Ice Lined Refrigerator) yaitu : freezer yang
dimodifikasi menjadi lemari es dengan suhu bagian dalam 2°C sampai
dengan 8°C, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan
volume penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi dilakukan
dengan meletakkan kotak dingin cair (cool pack) pada sekeliling
bagian dalam freezer sebagai penahan dingin dan diberi pembatas
berupa alumunium atau multiplex atau acrylic plastic. Kelemahan jenis
ini adalah penyusunan vaksin agak sulit karena vaksin bertumpuk.
Kelebihan jenis ini adalah suhu lebih stabil, bila listrik padam relatif
suhu dapat bertahan lama, dan jumlah vaksin yang dapat ditampung
lebih banyak. Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah
thermostat. Thermostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam
pada lemari es atau freezer.
3. Alat pembawa vaksin
a. Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin. Umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak
dingin (cold box) ada 2 macam yaitu terbuat dari plastik atau kardus
dengan insulasi poliuretan.
b. Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang
dapat mempertahankan suhu 2°C sampai dengan 8°C.
4. Alat untuk mempertahankan suhu
a. Kotak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastic berbentuk segi
empat yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan
suhu -15°C sampai dengan -25°C selama minimal 24 jam.
b. Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi
empat yang diisi dengan air kemudian didinginkan dalam lemari es
dengan suhu 2°C sampai dengan 8°C selama minimal 24 jam

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai


didistribusikan ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada
suhu yang telah ditetapkan dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.

Cara Penyimpanan Vaksin

Kabupaten/Kota Puskesmas

1. Vaksin Polio disimpan pada suhu - 1. Semua vaksin disimpan pada suhu
15o s.d.-25o C pada freeze 2o s.d.8o C pada lemari es.
room/freezer. 2. Khusus vaksin Hepatitis B, pada
2. Vaksin lainnya disimpan pada suhu bidan desa disimpan pada suhu
2o s.d.8o C pada coldroom atau ruangan, terlindung dari sinar
lemari es. matahari langsung.
Suhu Penyimpanan Jenis Vaksin

E. Pengelolaan Vaksin
Pengelolaan vaksin sama halnya dengan pengelolaan rantai vaksin yaitu suatu
prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan
sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran. Pengelolaan rantai vaksin
sebagai suatu sistem pengawasan, mempunyai komponen yang terdiri dari
input, proses, out put, efek, out come dan mekanisme umpan baliknya. Input
dalam pengelolaan vaksin terdiri dari man. money, material, method, disingkat
dengan 4 M, yaitu :
1. Man atau sumber daya manusia di tingkat puskesmas minimal mempunyai
tenaga yang bertugas sebagai petugas imunisasi dan pengelola cold chain
dengan standar kualifikasi tenaga minimal SMA atau SMK yang telah
mengikuti pelatihan cold chain. Rumah Sakit dan Rumah Bersalin serta
pelayanan imunisasi pada praktek swasta lainnya, pada prinsipnya hampir
sama dengan di Puskesmas. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga
profesional/terlatih. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan
atau ketrampilan petugas pengelola vaksin perlu dilakukan pelatihan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan
faktor yang dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour). Studi tentang pengelolaan vaksin di
Vancouver (2006) menunjukan bahwa dengan pengetahuan yang baik dan
ditindaklanjuti dengan praktik pengelolaan vaksin yang baik akan
menurunkan jumlah vaksin yang rusak. Pada penelitian tersebut dari 170
responden hanya 23% petugas dengan pengetahuan memuaskan, dan 49%
unit pelayanan ditemukan vaksin yang rusak .Program pelatihan dapat
mempengaruhi perilaku kerja dalam dua cara dan yang paling jelas adalah
dengan langsung memperbaiki ketrampilan yang diperlukan petugas agar
berhasil menyelesaikannya pekerjaannya.
2. Money dalam pengelolaan vaksin adalah tersedianya dana operasional
untuk pemeliharaan peralatan rantai vaksin secara rutin serta kondisi
darurat bila terjadi kerusakan peralatan.
3. Material adalah dalam pengelolaan vaksin adalah peralatan rantai vaksin
yang meliputi lemari es, vaccine carrier, termometer, kartu suhu, form
laporan dan sebagainya. Method antara lain prosedur penerimaan dan
penyimpanan vaksin.
4. Mengelola vaksin adalah semua kegiatan pengelolaan vaksin mulai dari
permintaan vaksin, penerimaan/.pengambilan penyimpanan sampai
dengan pemakaian vaksin.
a. Permintaan vaksin. Permintaan kebutuhan vaksin didasarkan pada
jumlah sasaran yang akan diimunisasi dengan mempertimbangkan
kapasitas tempat penyimpanan vaksin. Permintaan vaksin di semua
tingkatan dilakukan pada saat stock vaksin telah mencapai stock
minimum oleh karena itu setiap permintaan vaksin harus
mencantumkan sisa stock yang ada.
b. Penerimaan/pengambilan Vaksin. Pengambilan vaksin harus
menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan, Misalnya
cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum memasukan vaksin
ke dalam alat pembawa, petugas harus memeriksa indikator vaksin
(VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang boleh digunakan hanya
hanya bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM pada
tingkat C atau D, vaksin tidak diterima karena tidak dapat digunakan
lagi. Selanjutnya ke dalam vaccine carrier dimasukan kotak cairdingin
(cool pack) dan di bagian tengah diletakan termometer. Vaccine carrier
yang telah berisi vaksin, selama perjalanan tidak boleh terkena
matahari langsung.
c. Penyimpanan Vaksin. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik
sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada
suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di
masing-masing tingkatan administrasi. Cara penyimpanan untuk
vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya
antigennya.
F. Personil dan pelatihan dalam Proses Distribusi dan Penyimpanan
Penyimpanan vaksin dan praktek penanganan akan efektif dan berhasil apabila
petugas mengimplementasikan peraturan tentang cold chain. Petugas yang
sudah terlatih dan akrab dengan prinsip-prinsip penyimpanan dan penanganan
vaksin sangat penting untuk memastikan potensi pasokan vaksin dan
keselamatan pasien. Petugas yang berpengetahuan juga dapat menghemat
biaya yang signifikan dari vaksin yang terbuang dan mencegah kehilangan
kepercayaan pasien yang divaksinasi karena penyimpanan dan penanganan
yang salah. CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
merekomendasikan pelatihan penyimpanan dan penanganan harus dilakukan,
yaitu :
1. Sebagai bagian dari orientasi karyawan baru
2. Dilakukan setiap tahun sebagai penyegaran bagi semua petugas yang
terlibat dalam kegiatan imunisasi
3. Setiap kali vaksin baru ditambahkan ke persediaan
4. Setiap kali peraturan diperbarui.

Pelatihan dilakukan secara sistematik dan berkala bagi seluruh personil yang
terlibat dalam penanganan produk rantai dingin, mencakup hal-hal sebagai
berikut:

1. Peraturan perundang-undangan
2. Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik
3. Prosedur tertulis
4. Monitoring suhu dan dokumentasinya
5. Respon terhadap kedaruratan dan masalah keselamatan

Harus dipastikan bahwa setiap personil memahami tanggung jawab


khususnya. Pelatihan juga dilakukan terhadap pengemudi yang bertanggung
jawab dalam transportasi produk rantai dingin
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2013. Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor

42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Pramudtarini.,P. Penanganan dan Pengelolaan Vaksin. Diakses tanggal 4 Mei


2019. https://www.academia.edu/13122292/PenangananandPengelolaan
Vaksin

Anda mungkin juga menyukai