TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menopause
a. Definisi Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti “Men” dan
“Pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan
berhentinya “haid”. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan
menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi
antara usia 45 dan 50 tahun (Kasdu, 2004 )
Menopause menurut WHO didefinisikan berhentinya siklus menstruasi untuk
selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi sebagai akibat dari
hilangnya aktivitas folikel ovarium. Menopause diartikan sebagai tidak dijumpainya
menstruasi selama 12 bulan berturut-turut dimana ovarium secara progresif telah
gagal dalam memproduksi estrogen. Jumlah folikel yang mengalami atresia terus
meningkat, hingga pada suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Kini
wanita Indonesia rata-rata memasuki masa menopause pada usia 50 tahun. Tetapi
sebagian ada yang mengalami pada usia lebih awal atau lebih lanjut. Umur waktu
terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola
kehidupan.
Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami dari penuaan,
yaitu ketika wanita tidak lagi mendapat haid selama 1 tahun. Penyebabnya haid
karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron dan rata-
rata menjadi menopause pada usia 50 tahun.
Shimp & smith (2000) mendefinisikan menopause sebagai akhir periode
menstruasi, tetapi seorang wanita tidak diperhitungkan post menopause sampai
wanita tersebut telah 1 tahun telah mengalami amenorrhea. Menopause membuat
berakhirnya fase reproduksi pada kehidupan wanita.
Menopause adalah penghentian haid atau periode haid terakhir pada kehidupan
seorang perempuan. Periode transisional antara siklus ovulatorik dan menopause,
saat fungsi ovarium menurun secara progresif, dikenal sebagai periode
perimenopause atau klimakterium. Selama waktu ini seorang perempuan biasanya
mengalami berbagai perubahan endokrin, somatik, dan psikologik.Usia rata-rata
terjadinya menopause teampaknya tidak berkaitan dengan usia manarke, kondisi
sosial, kondisi ekonomi, ras, paritas, tinggi, atau berat badan. Namun usia
menopause dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok.
Menurut organisasi dunia (WHO) mendefinisikan menopause sebagai
berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel ovarium
pada usia 35 – 45 tahun karena hormon esterogen pada wanita sudah mulai
mengalami penurunan.
Menopause dapat menjadi kejadian yang dapat terjadi secara alami atau
perubahan hidup yang timbul akibat intervensi medis, umumnya, sebab menopause
dapat di kategorikan sebagai berikut :
1) Menopause alami
Menopause alami adalah akhir dari tahun reproduksi wanita. Ditandai
dengan tidak hadirnya siklus menstruasi selama satu tahun lebih. Hal ini
dapat terjadi antara usia kurang lebih 51 tahun.
2) Menopause premature
Menopause prematur adalah siklus menstruasi wanita berhenti selama satu
tahun penuh sebelum usia 40 tahun. Ini dapat terjadi akibat berbagai alasan,
termasuk genetik, proses autoimun, intervensi medis, seperti kemotrapi.
Wanita yang menjalani menopause awal memiliki resiko kanker payudara
dan ovarium lebih kecil, tetapi memiliki resiko terkena osteoporosis lebih
besar.
3) Menopause beralasan atau medis
Menopause medis, kadang-kadang disebut menopause berhalangan,
disebabkan pada saat ada kerusakan parah (seperti yang di sebabkan oleh
kemotrapi yang digunakan selama pengobatan kanker) atau pengangkatan
operatif pada ovarium (menopause akibat bedah). Lebih dari 50 persen
wanita pada kemotrapi dilemparkan ke dalam keadaan menopause
sementara, dan kadang-kadang menetap.
c. Fisiologis Menopause
Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000 sel telur yang belum
berkembang. Pada fase pubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul aktifitas tingan
dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang
wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut
dengan masa pubertas dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal
sceara bertahap. Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap
untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi yang berlangsung sampai usia
sekitar 45 tahun. Pada masa ini wanita menglami kehamilan dan melahirkan fase
terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir disebut
klimakterium yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode
reproduktif ke periode nonproduktif. Peridoe ini berlangsung angara 5-10 tahun
sekitar menopause yaitu 5 tahun dan 5 tahun sesudah menopause (Kasdu,2004).
Masa klimakterium ada tiga tahap pertama dalah tahap premenopause
yaitumasa seblum berlangsungnya premenopause, sejak fungsi reproduksi mulai
menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Kedua adalah
tahap perimenopause yaitu peridoe dengan keluhan memuncak, rentangann 1-2
tahun sebelum 1-2 tahun sesudah menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause
yaitu masa perimenopause sampai senilis. Wanita secara universal menyebut fase
klimakterium ini sebagai menopause (Kasdu,2004 )
Pada masa premenopause hormon progesteron dan estrogen masih tinggi tapi
semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause.
Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semangkit
meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua
ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada
setiap siklus, anatara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang tetapi hanya
satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian
mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil yumbuh menjadi matang, akan
mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang
segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses ini terus
menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium
menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti. (Kasdu 2004)
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan genodotropin, keadaan ini akan mengakibatkan
terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan
fungsi korpus luteum. Kemudian turunya produksi steroid ovarium menybebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus, keadaan ini
meningkatkan produksi follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon
(LH). Dari kedua gonodotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.
Kada FSH pada masa menopause adalah 30-40 mlu/ml (Sarwono,2002 Shimp &
Smith, 2000).
B. Konsep Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan gangguan
alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih utuh, perilaku terganggu tapi masih dalam keadaan normal (Hawari,
2011).
Stuart (2007) mendefinisikan kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik kecemasan dialami secara
subyektof dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentang
yaitu :
Respon adaptif Respon Maladaptif
b. Kepribadian Cemas
Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas manakala seseorang
tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya dia akan menyerah
atau mepertahakan diri sekuat tenaganya. Seseorang yang tanpa stressor juga dapat
menjadi cemas dapat dinamakan pribadi pencemas. Ciri-ciri dengan kepribadian
cemas :
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)
3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5) Tidak mudah mengalah atau suka “Ngotot”
6) Gerakan sering serba salah, gelisah
7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.
8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil
9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu
10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.
individu.
kecemasannya.
menghasilkan kecemasan.
2) Factor Presipitasi
fisik meliputi :
sebagainya.
sebagainya
sosial budaya.
e. Tingkat Kecemasan
C. Konsep Diri
a. Definisi Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart dan Sudeen, 1991). Menurut Bell (1996) menyatakan bahwa konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional
intelektual, sosial dan spiritual (Bell, dkk, 1996).
Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi,
dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam
transaksi-transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di
dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan, pendapat orang-orang mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang
kita inginkan (Burns, 1993 ).
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
maladaptive
(Keliat, 1992)
Snygg dan Combs (1994) mengemukakan bahwa tingkah laku seseorang
merupakan hasil dari bagaimana dia mengamati situasi dan dirinya sendiri. Konsep
diri merupakan sebuah organisasi yang stabil dan berkarakter yang disusun dari
persepsi-persepsi yang tampaknya bagi individu yang bersangkutan sebagai hal yang
mendasar baginya (Burns, 1993).
2) Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita,
nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai- nilai yang
ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan (Stuart and Sundeen,
1991)
Menurut Keliat (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya, faktor budaya
akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan untuk
melebihi dan berhasil; kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari
kegagalan; perasan cemas dan rendah diri, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk
menghindari kegagalan, dan perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara
persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi,
tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih
dapat dicapai (Keliat, 1992 ).
3) Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuard dan Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri
yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi
secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung
lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak
nyata) (Bell, dkk, 1996).
Menurut Burn (1993) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri,
seperti :
a. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua
menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain.Pada saat anak berkembang
lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan
orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak
dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap
prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak
merasa tidak berguna.
b. Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk
gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti
cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat
dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan
hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun
harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan
berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika
kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang
negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
e. Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi
dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi,
peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa
tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk
menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma,
respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa
berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
4) Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Bell, dkk, 1996). Banyak faktor
yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus
dilakukan yaitu: kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran,
konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan,
kesesuaian dan keseimbantgan antar peran yang diemban, keselarasan budaya
dan harapan individu terhadap perilaku peran, dan pemisahan situasi yang akan
menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.
Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya
pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih
oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga
diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan
cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap
peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi
yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992).
5) Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuard dan Sundeen,1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari
perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri
terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan
konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin
(Keliat,1992).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan
perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan perilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat
ditandai dengan: memandang dirinya secara unik, merasakan dirinya berbeda
dengan orang lain, merasakan otonomi; menghargai diri, percaya diri,
mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri. Mempunyai persepsi
tentang gambaran diri, peran dan konsep diri (Keliat,1992).
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan
seseorang, seperti : individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah
dan berbeda dengan orang lain, individu mengakui atau menyadari jenis
seksualnya, individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya
yang terdiri dari peran, nilai dan prilaku secara harmonis. Individu mengaku
dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya,
individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang,
individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Stuart and
Sudeen, 1991)
E. Kerangka Teori
Kerangka teori tentang Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Wanita Menopause Di RW 04 Desa Batujajar Timur dapat di lihat pada gambar 1
berikut ini :
Faktor yang mempengaruhi
Komponen Konsep Diri
1. Gambaran Diri kecemasan :
Kecemasan Pada
Wanita Menopause