Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis

1. Balita

Balita merupakan kelompok masyarakat yang mudah mengalami

kekurangan gizi sebab pada kelompok tersebut masih mengalami siklus

pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang

lebih besar dari kelompok umur yang lain (Pratiwi, Bahar dan Rasman,

2016). Usia balita adalah periode penting dalam proses tumbuh kembang

anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia balita,

perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial,

emosional, dan inteligensi anak berjalan sangat cepat (Febry dan

Marendra, 2008).

World Health Organization (WHO) (2002) mengatakan bahwa

kelompok anak usia dibawah lima tahun (balita) menjadi tiga golongan,

yaitu golongan usia bayi (0-1 tahun), usia bawah tiga tahun (batita) (2-3

tahun) dan golongan prasekolah (4-5 tahun). Usia batita dan prasekolah

merupakan usia pertumbuhannya tidak sepesat masa bayi, tetapi aktivitas

pada masa ini lebih tinggi dibandingkan masa bayi. Pada masa balita, zat

gizi yang bersumber bahan makanan perlu diberikan secara tepat dengan

kualitas terbaik karena gangguan zat gizi pada masa ini dapat

memengaruhi kualitas kehidupan masa selanjutnya (Susetyowati dkk,

2016).

10
11

2. Stunting

a. Pengertian Stunting

Stunting merupakan masalah kesehatan utama pada anak di

bawah lima tahun di banyak negara berpenghasilan rendah dan

menengah di seluruh dunia. Ini didefinisikan sebagai defisit tinggi

relatif terhadap usia seorang anak (Akombi et al, 2017). Stunting

terkait dengan konsekuensi fungsional yang merugikan termasuk

kognisi yang buruk dan kinerja pendidikan, hilang produktivitas, dan

ketika ditemani kenaikan berat badan yang berlebihan kemudian di

masa kanak-kanak meningkatkan risiko penyakit kronis yang

berhubungan dengan nutrisi. Penyebab utama stunting termasuk

retardasi pertumbuhan intrauterin, nutrisi yang tidak memadai dan

infeksi yang sering terjadi pada awal kehidupan (Musbah et al, 2016).

Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseoang

ternyata lebih pendek disbanding tinggi badan orang lain pada

umumnya (yang sesuai) (Kemendes, 2017)

b. Metode Pengukuran Status Gizi (TB/U)

1. Antropometri

Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh

manusia. Dalam bidang gizi, antropometri berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2016).


12

Pengukuran status gizi mempunyai beberapa keunggulan dan

kelemahan sebagai berikut:

a) Keunggulan Antropometri

(1) Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan pada

jumlah sampel yang besar.

(2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup

dilakukan oleh tenaga yang suda dilatih dalam waktu

singkat agar dapat melakukan pengukuran antropometri.

(3) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan

dan dibuat didaerah setempat.

(4) Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

(5) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi

dimasa lampau

(6) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi kurangdan

gizi buruk karena sudah terdapat ambang batas yang jelas.

(7) metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status

gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

(8) metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan

kelompok yang rawan terhadap gizi.


13

b) Kelemahan Antropometri

(1) Tidak sensitive

(2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan

penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan

sensitivitas pengukuran antropometri.

(3) kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat

memengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran

antropometri gizi.

(4) kesalahan ini terjadi Karen pengukuran, perubahan hasil

pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan dan

analisis dan asumsi yang keliru.

(5) sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan

petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak

ditera dan kesulitas pengukuran.

c. Indikator Stunting

1) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan adalah ukuran tubuh linier yang diukur dari ujung

kaki sampai kepala. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan

menggunakan mikrotoa (microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm bagi

anak yang sudah dapat berdiri. Ukuran tinggi badan (TB)

digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang diukur berdiri

(Sandjaya dkk, 2009). Berikut beberapa keunggulan dan


14

kelemahan dalam menentukan indeks tinggi badan menurut umur

(TB/U):

a) Keunggulan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)

(1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

(2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah

dibawa.

b) Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)

(1) Tinggi badan tidak cepat naik

(2) pengukuran relatif sulit dan membutuhkan 2 orang untuk

melakukannya

(3) ketepatan umur sulit didapat, terutama di daerah terpencil.

d. Klasifikasi Stunting

Klasifikasi stunting pada balita yaitu:

Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Balita Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U) Umur 0-60 Bulan
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Skor)
Stunting -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Tinggi >2 SD
sumber: Supariasa, 2016

Pengukuran stunting panjang badan (PB) digunakan untuk anak

umur 0-24 bulan yang diukur dengan telentang, sedangkan tinggi

badan (TB) digunakan pada anak usia >2 tahun dengan pengukuran

dalam keadaan berdiri tegak. Apabila anak umur 0-24 bulan diukur

dalam keadaan berdiri, hasil pengukuran dikoreksi dengan menambah

0.7 cm. Demikian pula sebaliknya, apabila anak umur diatas 24 bulan
15

diukur dalam keadaan telentang, hasil pengukurannya dikurangi 0.7

cm. Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan status gizi pendek

(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) (Susetyowati dkk,

2016). Berikut beberapa dampak dampak akibat terjadinya stunting

pada usia anak dan pada usia dewasa:

Tabel 2.2 Dampak Kondisi Stunting pada Usia Anak dan pada Usia
Dewasa
Anak Dewasa
Perkembangan terlambat Obesitas
Fungsi imun depresi Toleransi glukosa turun
Gangguan fungsi kognitif Penyakit jantung koroner
Gangguan oksidasi lemak Hipertensi, osteoporosis
Sumber: Brance F dan Ferri M (2002)

Stunting berdampak pada lambatnya perkembangan motorik selain

itu dampak pada gangguan fungsi kognitif yang terlihat anak pendek

mempunyai Intelegent Quotient (IQ) point berkurang sebesar 11 IQ

poin dibandingkan dengan anak yang tidak pendek, akibatnya anak

tidak mampu belajar secara optimal.

Dampak lain dari stunting yaitu berkaitan dengan hipertensi,

morbilitas dan mortalitas. Stunting terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan berdampak dengan peningkatan tekanan darah pada

manusia 7-8 tahun. Dampak stunting berikutnya anak tidak dapat

mencapai tinggi badan yang optimal sehingga pencapaian tinggi badan

menurut umur tetap pada tinggi badan menurut umur anak. Bukti

stunting intergenerasi diperoleh dari penelitian ibu hamil yang stunting

cenderung melahirkan bayi BBLR (Lamit, 2015).


16

e. Faktor Penyebab Stunting

1) Pendidikan Orang Tua

Orang tua dengan pendidikan yang lebih baik cenderung

memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik untuk

menerapkan pengetahuan yang lebih baik daripada orang tua yang

berpendidikan rendah. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi

cenderung lebih baik dalam pola pengasuhan anak serta lebih baik

dalam pemilihan jenis makanan bayi. Ini karena ibu dengan

pendidikan tinggi memiliki peluang lebih besar dalam mengakses

informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan. Orang tua

sebagai pelatih pertama dan utama untuk mengajar dan kesehatan

anak-anak, dan manajer atau penyedia makanan di keluarga,

memiliki peran penting dalam meningkatkan status gizi anggota

rumah tangga. Pengetahuan gizi ibu dapat menjadi penentu status

gizi anak dan ibu itu sendiri (Handayani et al, 2017).

Anak yang lahir dari ibu yang berpendidikan dan menyusui

kurang mungkin mengalami stunting ketika dibandingkan dengan

anak yang lahir dari ibu yang tidak berpendidikan dan tidak diberi

ASI. Ini menekankan hubungan positif antara menyusui dan

pendidikan orang tua dalam pengembangan anak yang bergizi

seimbang (Akombi et al, 2017).

Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
17

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Pedoman Gizi

Seimbang (PGS) bertujuan untuk menyediakan pedoman makan

dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan

prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih,

aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal

(Kemenkes, 2014).

f. Dampak Stunting

Dampak Stunting terbagi 2 macam yaitu:

1) Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,

gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

2) Jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan

pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua.

3. Pendidikan

a. Pengertian pendidikan

Pendidikan gizi adalah aktivitas pendidikan yang terencana pada

sekelompok orang tertentu (Muslihah, 2016). Menurut Nuryanto dkk

(2014) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai

upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke


18

dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat

melalui proses pendidikan. Pendidikan gizi atau kesehatan dapat

dilakukan dengan cara penyuluhan maupun dengan cara lain seperti

pemberian bookleat. Untuk merubah perilaku orang tua mungkin yang

paling berkaitan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan dan

gizi. karena dengan adanya pendidikan kesehatan, sesuai dengan

batasan pendidikan kesehatan dapat mengubah perilaku orang atau

masyarakat dari perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.

Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

pengetahuan gizi seseorang. Karena penyuluhan merupakan sarana

edukatif untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. Tujuan akhir

penyuluhan adalah adanya perubahan perilaku manusia yang dilakukan

secara edukatif. Karena dengan adanya penyuluhan diharapkan orang

bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap

dan bertindak mengikuti norma-norma gizi (Nuryanto, 2014).

b. Metode Pendidikan

Metode pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya suatu hasil pendidikan secara optimal

(Notoatmodjo, 2007). Metode yang dikemukakan antara lain:

1) Metode pendidikan perorangan (individual)

Dalam pendidikan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan


19

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:

a) Bimbingan dan pendidikan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.

b) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

pendidikan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku

yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian

dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu pendidikan

yang lebih mendalam lagi.

2) Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada

sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda

dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung

pula pada besarnya sasaran pendidikan. Metode ini mencakup:


20

a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta pendidik lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah

dan seminar.

(1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran berpendidikam tinggi

maupun rendah

(2) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap

penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta pendidikan kurang dari

15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah

diskusi kelompok, curah pendapat, memainkan peranan dan

permainan simulasi.

3) Metode pendidikan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada

masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran

bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

tersebut.
21

c. Media Pendidikan

Menurut Aroni (2016), klasifikasi menurut jenisnya terbagi 2 macam

yaitu:

1) Menurut jenisnya:

a) Media auditif. Media auditif adalah media yang hanya

mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette

recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang

yang mempunyai kelainan dalam pendengaran.

b) Media visual. Media visual adalah media yang hanya

mengandalkan indra penglihatan.

c) Media audio visual. Media audio visual adalah media yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

2) Menurut luasnya daya liputan:

a) Media dengan liput luas dan serentak. Penggunaan media ini

tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau

jumlah peserta didik yang banyak dalam waktu yang sama.

Contoh: radio, televisi dan internet.

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan

tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai,

yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.


22

4. Bookleat

a. Pengertian Bookleat

Bookleat adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-

larangan kepada khalayak massa, dan berbentuk cetakan, sehingga

akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai

obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media

komunikasi massa tersebut (Rahayu, 2014).

Media booklet adalah banyak menampilkan gambar-gambar dan

ilustrasi yang menarik untuk menjelaskan sesuatu secara singkat dan

jelas. Booklet dipilih sebagai media karena booklet merupakan media

cetak yang bisa memuat tulisan dan gambar dalam jumlah yang lebih

banyak dibanding media cetak lain seperti folder, poster atau leaflet.

Selain itu, keterangan dalam booklet lebih rinci dan jelas dan

penyampaiannya bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada. Media

booklet ini digunakan dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah

memahami materi yang disampaikan oleh penyaji (Febrianti, Enawaty

dan Lestari, 2015).

b. Fungsi Bookleat

Adapun fungsi bookleat antara lain:

a) Memperjelas penyajian materi (pesan) dalam bentuk visualisasi

yang jelas sehingga pesan tidak terlalu bersifat verbalistis

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera


23

c) Menjadikan pengalaman manusia dari abstrak menjadi kongret

d) Memberikan stimulus dan rangsangan kepada masyarakat secara

aktif

5. Penelitian Terkait

Penelitian terkait dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Sri Andriani, Farit Rezal dan

Nurzalmariah tahun 2017 yaitu Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan

Motivasi Ibu Sesudah Diberikan Program Mother Smart Grounding

(MSG) Dalam Pencegahan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Hasil penelitian uji Wilcoxon

menunjukan nilai median pre test adalah 7 dan post test memiliki nilai

median 13. Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil dengan nilai p

sebesar 0.000. Nilai p menunjukkan <0.05 maka Ho ditolak, sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan Mother Smart Grounding (MSG) pada

ibu dalam pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu

Kota Kendari. Dimana kelompok ini diberi pre test dan post test untuk

mengukur tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan melalui program

MSG yang diberikan, program ini merupakan upaya pencegahan

kejadian stunting melalui pendidikan kesehatan pada ibu balita dengan

mengkombinasikan beberapa metode penyuluhan kesehatan yang

menggunakan media bookleat. Jenis penelitian pre-Exsperimental dan

teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.


24

b. Penelitian yang dilakukan oleh Maryati Dewi dan Mimin Aminah

tahun 2016 yaitu Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding Practice

Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan. Hasil penelitian didapatkan

bahwa tidak terdapat perbedaan rerata pengetahuan antara kelompok A

dan B setelah intervensi. Hal tersebut dapat saja terjadi akibat adanya

akses informasi yang semakin luas. Meskipun persentase sampel yang

belum pernah mendapat penyuluhan gizi cukup tinggi, namun

informasi mengenai gizi dapat diperoleh diberbagai media. Sehingga

faktor tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

penelitian ini. Intervensi edukasi gizi mencakup pemberian

pengetahuan dan pemberian motivasi kea rah perubahan sikap dan

perilaku pemberian makan. Edukasi gizi dengan media berupa

bookleat dan contoh langsung (food sample) akan lebih mudah

dipahami oleh subjek penelitian karena menarik perhatian dan tidak

membosankan. Meskipun demikian, peningkatan skor pengetahuan

dan feeding practice kelompok A lebih tinggi daripada kelompok B.

keadaan ini dapat dijelaskan adanya penggunaan feeding practice

sebagai media intervensi edukasi gizi. Berdasarkan pengamatan

dilapangan, penggunaan feeding practice lebih menarik daripada

hanya sekedar gambar serta memberikan kesan yang lebih baik

daripada hanya menggunakan gambar atau bookleat. Penelitian

dilaksanakan di enam posyandu wilayah kerja Puskesmas Cibeureum


25

Kota Cimahi pada bulan Juli-November 2014. Jenis penelitian Quasi-

Experiment pre-post test two group design.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Atikah Rahayu dan Laily Khairiyati

tahun 2014 yaitu Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting

pada Anak 6-23 Bulan. Hasil penelitian menyatakan bahwa rendahnya

tingkat pendidikan ibu tidak berbanding lurus dengan tingkat

pengetahuan gizi ibu dan status stunting yang dialami baduta, hal ini

diketahui dari hasil penelitian ini bahwa sebagian besar ibu yang

memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah terdapat pada baduta yang

mengalami stunting yaitu sebesar 92.3%. Pendidikan ibu memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting (p<0.05). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Hizni di kota Cirebon yang

menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah berisiko

memiliki anak stunted 2.22 kali lebih besar dibandingkan ibu

berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat

pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan. Hal ini terkait

peranannya yang paling banyak pada pembentukan kebiasaan makan

anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur

menu, berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan

mendistribusikan makanan. Jenis penelitian Cross Sectional.


26

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan, maka kerangka teori penelitian

sebagai berikut :

Stunting pada balita

Pendidikan gizi ibu Penyakit infeksi

Pemberian ASI
eksklusif
Pengetahuan ibu Kerawanan pangan

Kemiskinan, sosial dan Pola makan Akses masyarakat terhadap


budaya keluarga pelayanan kesehatan

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: variabel yang dianalisis

: variabel yang tidak dianalisis

Skema 2.1 kerangka teori penyebab stunting (sumber: Aridiyah


dkk,2015)
27

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan, maka kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan gizi ibu Stunting


tentang gizi seimbang

Media pendidikan gizi


(Bookleat)

Skema 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat

kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai

keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang

diperoleh dari sampel penelitian (Margono, S, 2014).

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pendidikan gizi ibu tentang gizi seimbang menggunakan

media bookleat terhadap penurunan stunting pada balita.


28

2. Ada pengaruh pengetahuan ibu sebelum dan sesudah menggunakan

media bookleat terhadap penurunan stunting pada balita.

Anda mungkin juga menyukai