Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI

PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISATA

Oleh :

Sandy Akbar Perdana Putra

G992003133

Pembimbing :

Dr. dr. Muhammad Eko Irawanto, Sp.DV (K), FINSDV, FAADV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus responsi yang berjudul :

PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISATA

Sandy Akbar Perdana Putra G992003133

Periode : 19 Oktober 2020 – 15 November 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit Kelamin
RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Yang bertanda tangan di bawah ini:

Surakarta, 22 Oktober 2020

Dokter Pemeriksa Staff Pembimbing

dr. Triasari Oktavriana, M.Sc Sp.KK Dr. dr. Muhammad Eko Irawanto, Sp.DV (K), FINSDV, FAADV

2
STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Dr. Muhammad Eko Irawanto, SpKK, FINSDV


Nama Mahasiswa : Sandy Akbar Perdana Putra

NIM : G992003133

PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISATA

1. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit autoimun bersifat kronik dan residif
dengan tanda bercak-bercak eritema batas tegas disertai skuama berlapis
dan transparan. Hal ini terjadi karena adanya percepatan pertukaran sel
epidermis atau proses keratinisasi yang lebih cepat. Psoriasis pustulosa
adalah bentuk psoriasis yang ditandai dengan munculnya erupsi papul
steril dengan dasar eritem.1 Psoriasis pustulosa terbagi menjadi dua bentuk
yaitu bentuk lokalisata dan generalisata. Salah satu varian psoriasis
pustulosa lokalisata adalah psoriasis pustulosa palmoplantar dimana pustul
ditemukan di telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya.2 Psoriasis
pustulosa generalisata adalah jenis psoriasis pustulosa dengan manifestasi
erupsi pustul di hampir seluruh tubuh. Kelainan dapat diawali berupa
makula eritema dengan sejumlah pustul yang menyatu membentuk lake of
pus.1 Diagnosa PPG ditegakkan melalui anamnesis, gambaran klinis, dan
pemeriksaan histopatologi.2 Psoriasis pustulosa generalisata memiliki
beberapa diagnosis banding dengan gambaran klinis yang serupa.
Penulisan tinjauan kasus ini bertujuan untuk mengetahui penegakkan
diagnosis PPG berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.

2. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi psoriasis pada tahun 2016 mencapai 1-3% dari populasi
penduduk dunia dengan 0,1% kejadian pada Asia. Angka kejadian wanita

3
sama dengan pria, dapat muncul di semua usia namun jarang pada usia
dibawah 10 tahun dan akan semakin menurun seiring pertambahan usia.2
Berdasarkan tampilan klinis, psoriasis terbagi menjadi enam kategori
yaitu: psoriasis vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis fleksural, psoriasis
eksudativa, psoriasis seboroik, psoriasis pustulosa, dan eritroderma
psoriatik. Tipe yang paling sering didapatkan yaitu psosriasis vulgaris dan
yang paling jarang didapatkan yaitu psoriasis pustulosa dengan angka
kejadian 0,9% dari keseluruhan psoriasis.3 Di Indonesia tahun 2016,
prevalensi psoriasis pustulosa mencapai 7,46 kasus per 1 juta penduduk
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan dewasa 1:1. Usia rata-rata
kejadian penyakit adalah dewasa usia 50 tahun.4

3. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Psoriasis pustulosa generalisata mempunyai beberapa faktor resiko
yang dapat memicu terjadi penyakit tersebut, yaitu penghentian
kortikosteroid yang mendadak, obat-obatan seperti antimalaria, salisilat,
iodine, penisilin, β-blockers, IFN-α dan lithium. Faktor lain selain obat
adalah kehamilan, sinar matahari, alkohol, merokok, hipokalsemia
sekunder akibat hipoparatiroidisme, stress emosional, serta infeksi bakteri
dan virus.5 Faktor Genetik : Jika orang tuanya tidak menderita psoriasis
risiko mendapat psoriasis 12% sedangkan jika salah seorang orang tuanya
menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan onset
penyakit dikenal dua tipe. Psoriasis tipe I dengan onset dini bersifat
famillial, psoriasis tipe II dengan onset lambat bersifat non familial.
Psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27.1 Faktor imunologik : Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel
penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas
limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.

4
Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit
T CD8.6 Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya
bertambah.Sel Langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis.
Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan
antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada
psoriasis pembentukan epidermis lebih cepat hanya 3-4 hari, sedangkan
pada kulit normal lamanya 27 hari. Lebih dari 90% kasus dapat mengalami
remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Faktor pencetus lainnya Stres
psikis, infeksi lokal, trauma (fenomena Köbner), endokrin, gangguan
metabolik, obat, alkohol dan merokok. Obat yang umumnya menyebablan
residif ialah beta adrenergic blocking agent, litium, antimalaria dan
penghentian mendadak kortikosteroid sistemik 6. Hanya literature
menjelaskan hubungan antara alergi makanan dengan psoriasis tidak ada.
Beberapa mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan, namun alergi
makanan dapat memicu psoriasis berulang, dan memperparah keadaan
psoriasis. Pada pasien diduga psoriasis berulang yang dicetuskan oleh
makanan yaitu udang. Setelah pemberian terapi adekuat, terdapat
perbaikan klinis pada pasien.

4. GAMBARAN KLINIS
Keluhan utama yang terbanyak dirasakan oleh pasien adalah
adanya bercak kemerahan dengan sisik tebal dan diatasnya terdapat
kumpulan plentingan yang berisi nanah. Gejala lain yang menyertai adalah
demam yang dirasakan oleh pasien. Hasil penelitian dari Gudjonsson dan
Elder (2008) sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa ciri khas
penyakit ini adanya demam dan pustula yang muncul secara bertahap.7
Berdasarkan data penelitian makula eritematus dengan pustula di
atasnya ditemukan paling banyak pada pasien. Data ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis psoriasis pustulosa
generalisata adalah plak psoriasis yang telah ada makin eritematus. Timbul
banyak plak edematosa dan eritematus pada kulit yang normal. Kemudian

5
dalam beberapa jam timbul banyak pustulpustul miliar pada plak tersebut,
yang dalam waktu sehari pustul-pustul tersebut akan berkonfluensi
membentuk “lake of pus” berukuran beberapa cm.7

5. DIAGNOSIS
Diagnosis psoriasis pada usia anak-remaja dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis (morfologi dan distribusi lesi). Karakteristik
klasik lesi PPG dapat ditemui pada kelompok usia ini berupa pustul steril
yang tersebar generalisata di atas kulit yang eritem dan mengalami resolusi
dalam 3 - 4 hari, dengan masa inflamasi yang berulang, biasanya disertai
demam dan toksisitas.8 Lesi PPG pada anak - remaja sering difus dan
berbentuk sirsinar atau anular,9 dapat disertai komplikasi pada tulang
berupa lesi litik steril dan dapat bermanifestasi menjadi sindrom SAPHO
(sinovitis, akne, pustulosis, hiperostosis dan osteitis). 10
Pada PPG tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Pada
pemeriksaan darah lengkap dan kimiawi dapat ditemukan adanya
peningkatan laju endap darah, leukositosis dengan netrofilia, gangguan
elektrolit, ginjal dan hepar, serta hipokalsemia. 11 Pada pemeriksaan
sediaan apus pustul tidak didapatkan bakteri Gram positif ataupun Gram
negatif. Pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk mencari faktor
komorbid pada pasien dan evaluasi pengobatan yang telah diberikan.11
Biopsi kulit hampir tidak pernah dilakukan pada anak-remaja.
Namun jika gambaran klinis tidak khas maka biopsi kulit dapat membantu
memastikan diagnosisnya.9 Gambaran histopatologi psoriasis pada
epidermis tampak parakeratosis, akantolitik, pemanjangan rete ridges,
kumpulan netrofilik (mikroabses munro), pada dermis tampak pembuluh
darah melebar dan infiltrat limfositik perivaskular.15 Karakteristik ini
dapat bervariasi bergantung pada perjalanan penyakit, lokasi biopsi,
subtipe psoriasis dan apakah pasien telah diobati dengan obat topikal dan
atau sistemik sebelumya.9

6
6. DIAGNOSIS BANDING
a. Eritroderma
b. Dermatitis (numularis/atopik)
c. Pitriasis likenoides

7. TATALAKSANA
Non Medikamentosa12
1. Pasien datang, tentukan tipe, luas area yang terkena, dan atau PASI
(Psoriasis Area Severity Index).
2. Pengukuran QOL (Quality of Life) pasien psoriasis: menggunakan
instrumen Dermatology Life Quality Index.
3. Pemilihan pengobatan
• Pilihan terapi sangat individual
• Sebagian besar pasien akan mendapatkan terapi multipel simultan
• Pemilihan terapi atau perpindahan terapi dari yang satu ke yang
lain tergantung pada:
o Berat dan tipe penyakit, adanya komorbiditas o Respons
atau kegagalan terapi yang terdahulu
o Kemampuan pasien untuk mengerti dan bekerjasama
(dalam pengertian efek samping obat)
o Tersedianya fasilitas dan biaya terapi
o Umur dan seks
o Membutuhkan atau menginginkan terapi yang agresif
o Pilihan pasien (kenyamanan) dan gaya hidup
o Tingkat beratnya gangguan QOL
o Untuk pengobatan jangka panjang, mengingat ada risiko
berupa toksisitas obat maka sebaiknya dipakai pengobatan
rotasi.

4. Identifikasi dan penghindaran faktor pencetus

7
5. Identifikasi penyakit penyerta
6. Konsultasi
• Poliklinik psikiatri untuk pasien emosional labil
• Poliklinik reumatologi untuk psoriasis artritis
• Poliklinik gigi mulut, THT, dan radiologi untuk mencari fokal
infeksi

Medikamentosa12
Prinsip Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien psoriasis
pustulosa atau eritroderma sebaiknya dirawat, untuk mendapatkan
suplementasi cairan/elektrolit.
Berikut langkah pengobatan psoriasis:12
Langkah 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas
kelainan kulit kurang dari 3%.2
Langkah 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang
sampai berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak
berhasil dengan pengobatan topikal.2
Langkah 3: Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus
untuk psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh)
atau psoriatik arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai
untuk psoriatik eritroderma atau psoriasis pustulosa.2

1. Terapi Topikal
• Emolien: misalnya urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral,
gliserin, asam glikolat dan lainnya.
• Kortikosteroid: kortikosteroid potensi sedang dan kuat dapat
dikombinasi dengan obat topikal lain, fototerapi, obat sistemik.
Skalp: lotion, spray, solusio dan gel. Wajah: potensi rendah,
hindari poten-superpoten. Lipatan tubuh: potensi rendah bentuk
krim atau gel. Palmar dan plantar: steroid potensi sangat poten,
hanya sedikit efektif.

8
• Keratolitik: asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering
digunakan. Jangan digunakan pada saat terapi sinar karena asam
salisilat dapat mengurangi efikasi UVB.
• Retinoid (topikal): paling baik dikombinasi dengan topikal
kortikosteroid.
• Analog Vitamin D: preparat yang tersedia adalah kalsipotriol,
dapat digunakan sebagai terapi rumatan.
• Kombinasi kortikotikosteroid dan analog vitamin D: preparat
tunggal yang tersedia adalah sediaan kombinasi kalsipotriol dan
betamethasone diproprionat. Tidak dapat diracik sendiri karena
berbeda pH.
• Tar: LCD 3-10%

2. Fototerapi/ Fotokemoterapi
Ultraviolet B (UVB) broadband (BB)
• Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 4 minggu terapi, kulit
bersih (clearance) dapat tercapai setelah 20-30 terapi, terapi
pemeliharaan (maintenance) dapat memperpanjang masa remisi.
• Dosis awal: menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm2 atau 50% minimal
erythemal dose (MED), dosis dinaikan 5-30 mJ/cm2 atau ≤25%
MED awal, penyinaran 3-5 kali/minggu.

Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB)


• Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 8-10 terapi, kulit bersih
dapat tercapai setelah 15-20 terapi, terapi pemeliharaan dapat
memperpanjang masa remisi. Laju remisi 38% setahun
• Dosis awal: menurut tipe kulit 130-400 mJ/cm2 atau 50% minimal
erythemal dose (MED), dosis dinaikan 15-65 mJ/cm2 atau ≤10%
MED

9
PUVA2
• Efek: penyembuhan awal terlihat dalam satu bulan terapi, 89%
pasien mendapatkan perbaikan plak dalam 20-25 kali terapi
selama 5,3-11,6 minggu. Terapi pemeliharaan tidak ditetapkan,
masa remisi 3-12 bulan.
• Dosis: 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kgBB diminum peroral 60-
120 menit sebelum disinar UVA. Kaca mata bertabir ultraviolet
diperlukan untuk perlindungan di luar rumah 12 jam setelah
minum psoralen. Dosis UVA menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2,
dosis dinaikan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran 2-3 kali/minggu.

3. Terapi Sistemik
Konvensional Metotreksat
• Dosis: diberikan sebagai dosis oral 2,5-5 mg selang 12 jam. Dosis
dapat ditingkatkan secara bertahap sampai menghasilkan repons
pengobatan yang optimal; dosis maksimal tidak boleh melebihi 25
mg/minggu. Dosis harus diturunkan serendah mungkin sampai
jumlah yang dibutuhkan secara memadai dapat mengendalikan
psoriasis dengan penambahan obat topikal. Dianjurkan untuk
melakukan dosis uji 0,5-5 mg/minggu. Pemakaian dapat
berlangsung sepanjang tidak memberikan tanda toksisitas hati dan
sumsum tulang dengan pemantauan yang memadai. Pemberian
asam folat 1 mg perhari atau 5 mg per minggu secara oral, pada
waktu selain hari pemberian metotreksat, akan mengurangi efek
samping.
• Toksisitas: peningkatan nilai fungsi hati (bila 2 kali lipat pantau
lebih sering; 3 kali lipat turunkan dosis dan bila lebih dari 5 kali
lipat hentikan pemberian). Anemia aplastik, leukopenia,
trombositopenia, pneumonitis intersisial, stomatitis ulserativa,
mual, muntah, diare, lemah, cepat lelah, menggigil, demam, pusing,

10
menurunnya ketahanan terhadap infeksi, ulserasi dan perdarahan
lambung, fotosensitif dan alopesia.
• Interaksi obat: obat hepatotoksik misalnya barbiturat,
sulfametoksazol, NSAID, penisilin, trimetoprim.
• Biopsi hati dilakukan setelah pemberian metotreksat 3,5-4 gram
diikuti setiap 1,5 gram. Pasien dengan ririsko kerusakan hati, biopsi
hati dipertimbangkan setelah pemberian metotreksat 1-1,5 gram.
• Kontraindikasi absolut: hamil, menyusui, alkoholisme, penyakit
hati kronis, sindrom imunodefisiensi, hipoplasia sumsum tulang
belakang, leukopenia, trombositopenia, anemia yang bermakna,
hipersensitivitas terhadap metotreksat.
• Kontraindikasi relatif: abnormalitas fungsi renal, hepar, infeksi
aktif, obesitas, diabetes melitus.
• Pemantauan: o Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik. o Pemeriksaan
laboratorium: darah lengkap, fungsi hati dan renal, biopsi sesuai
anjuran, pemeriksaan kehamilan, uji HIV, PPD, foto toraks.

8. EDUKASI
1. Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit kronik residif dan
pengobatan yang diberikan hanya bersifat menekan keluhan kulit
bukan menyembuhkan.
2. Menghindari faktor pencetus (Infeksi, obat-obatan, stres, dan
merokok)
3. Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan

9. PROGNOSIS
a. Ad Vitam : Dubia ad bonam
b. Ad Functionam : Dubia ad bonam
c. Ad Sanactionam : Dubia ad bonam

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Benjegerdes KE, Hyde K, Kivelevitch D, Mansouri. Pustular Psoriasis:
Patophysiology Current Treatment Perspective. Psoriasis Target and
Therapy. 2016; 6(6): 131-44

2. Gudjonsson JE, Elder JT. Dalam: Fitzpatrick's Dermatology General


Medicine. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K, eds 8th. New York: The McGraw-Hill Companies; 2012. hlm.
211-5.

3. Wang Q, Zhang L. Clinical Features of Van Zumbusch type of Generalized


Pustular Psoriasis in Children: a Retrospective Study of 26 Patients in
Southwestern China. An Bras Dermatol. 2017; 92(3): 319-22

4. Fadillah, Sofyan, Hidayat N. Laporan Kasus: Psoriasis Pustulosa


Generalisata dengan Kejadian Berulang yang Di Induksi Alergen. Jurnal
Medical Profession. 2019; 1(1): 50-5

5. Wolff, R. A. (2007). Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical


Dermatology (Vol. 5th ed). New York: Mc Graw Hill. Retrieved from
https://accessmedicine.mhmedical.com/bo o k.aspx?bookID=2043

6. Burns, T. (2013). Rook's Textbook of Dermatology (Vol. 1). (N. C.


Stephen Breathnach (Editor), Ed.) Manchester: WileyBlackwell. Retrieved
from https://www.wiley.com/enus/Rook%27s+ Textbook+of+Dermatology
%2C+8th+Edition-p-9781118697757

7. Gudjonsson J. E, Elder J. T (2008). Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith L,


Katz S, Gilchrest B, Faller A, Leffel D, editors. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine. 7th ed. New York : Mc Graw-Hill

8. Oliveira STd, Maragno L, Arnone M, Takahashi MDF, Romiti R.


Generalized pustular psoriasis in childhood. Pediatr Dermatol.
2010;27:349-54.

12
9. Bronckers IMGJ, Kerkhof PCMvd, Paller AS, Geel MJv, Seyger MMB.
Psoriasis in children and adolescents: Diagnosis, management and
comorbidities. Pediatr Drugs. 2015;17:373-84.

10. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill
Companies; 2012.h. 197- 231.

11. Tollefson MM. Diagnosis and management of psoriasis in children. Pediatr


Clin N Am. 2014;61:261-77

12. Kelompok Studi Psoriasis Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit


dan Kelamin Indonesia. Pedoman tatalaksana psoriasis dan informed
consent; 2014.

13
STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. E
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kartasura, Sukoharjo
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Tanggal Periksa : 20 Oktober 2020
No. RM : 068xxx

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kulit terasa perih dan nyeri di bagian kaki kiri

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli RS UNS karena keluhan perih dan semakin
hari semakin membesar di kaki kiru. Pasien merasakan keluhan tersebut
secara tiba-tiba seminggu terakhir. Rasa perih dan nyeri dirasakan di
kaki kiri saja dan memberat setelah beraktivitas. Pasien juga
mengeluhkan kulit memerah dan terkelupas di bagian perut dan
pinggang belakang. Keluhan di daerah perut dan pinggang belakang
tidak terasa tiba-tiba membesar dan mengelupas. Pasien pernah
mengeluhkan penyakit serupa ini 5 tahun yang lalu dan kambuh lagi
sekarang. Semua keluhan ini tidak dipicu oleh obat karena pasien setelah
sembuh dari penyakit serupa 5 tahun lalu mengaku tidak minum obat
lagi. Pasien mengaku tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap
keluhannya. Pasien juga tidak mengeluhkan berat badan menurun secara
drastis. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam sebelumnya.

14
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa sebelumnya : (+) 5 tahun lalu
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
Riwayat atopi : (-)
Riwayat DM, Hipertensi : (+) Hipertensi
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkungan
Riwayat sakit serupa pada anggota keluarga : Disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : Disangkal
Riwayat urtikaria : Disangkal
Riwayat atopi : Disangkal
Riwayat DM, Hipertensi : Disangkal

E. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien saat ini tinggal bersama suaminya di dalam satu rumah.
Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.

F. Riwayat Gizi dan Kebiasaan


Pasien makan 2-3 kali sehari, dengan nasi, lauk-pauk, serta sayur.
Lauk pauk berupa tahu, tempe, daging ayam dan terkadang ikan dan
daging sapi. Nafsu makan pasien baik. Pasien memiliki kebiasaan mandi
2 kali sehari. Pasien mandi menggunakan sabun dan shampoo.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sehat, compos mentis GCS E4V5M6, gizi
cukup

Vital Sign : TD : 186/85 mmhg


Frekuensi nadi : 123x/menit
Frekuensi napas : 20 x / menit

15
Suhu : 36,6oC
Antropometri : Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
Kepala : normocephal
Wajah : dalam batas normal
Leher : lihat status dermatologis
Mata : lihat status dermatologis
Telinga : lihat status dermatologis
Thorax : lihat status dermatologis
Abdomen : lihat status dermatologis
Ekstremitas Atas : lihat status dermatologis
Ekstremitas Bawah : lihat status dermatologis

B. Status Dermatologis
Regio Ekstremitas bawah
Tampak patch dengan dasar eritem dan erosi disertai pustul di regio
ekstremitas bawah sinistra.

Regio Corporis
tampak patch dengan dasar eritem dan erosi diskret di bagian abdomen
dan lumbal.

16
Gambar 1. Status dermatologis regio generalisata

IV. DIAGNOSIS BANDING


 Pustular Eksantematous Generalisata Akut
 Subcorneal Pustular Dermatosis

17
 Psoriasis Pustulosa Eksantematosa
 Dermatitis atopic

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auspitz sign : Positif
2. Fenomena tetesan lilin : Positif
3. Lake of pustules : Positif
4. Pemeriksaan gram : Negatif

VI. DIAGNOSIS
Psoriasis Pustulosa Generalisata

VII. TERAPI
 Non Medikamentosa
Edukasi
- Menjelaskan mengenai penyakit dan penyebabnya
- Menjelaskan cara pencegahan
- Menjelaskan mengenai pilihan terapi dan kemungkinan efek
samping serta hasilnya
- Menjelaskan mengenai prognosis
Pencegahan:
- Diet tinggi protein
- Menghindari faktor pencetusnya (Infeksi, obat-obatan, stres, dan
merokok)
- Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan

2. Medikamentosa
- 1st dose Metroteksat 5 mg/minggu
- Cetrizine 1 x 10mg

18
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad kosmetikum : dubia ad bonam

19

Anda mungkin juga menyukai