Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN KEPERAWATAN

(Supervisi)

Pembimbing: Dr.Windu Santoso S.Kp., M.Kep

OLEH KELOMPOK 2:

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOERTO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
OLEH KELOMPOK:

1. Sulfia Pratama (202073039)


2. Vinda Nordiana Santoso (202073009)
3. Fresi Eka Lisdianti (202073019)
4. Dewi Widyaningrum (202073035)
5. Filsa Aji Prakoso (202073006)
6. Romlah Handayani (202073030)
7. Heni Dwi Masyitah (202073005)
8. Sri Andini Puspitasari ( )
9. Sholahuddin Al-Ayyubi (202073024)
10. Tri Sunu Probolaksono (202073011)
11. Adistya Budhi Prabowo ( )
12. Andhi Kurniawan (202073004)
13. Deni Kurniawan (202073035)
14. Ficus Rahmawati (202073038)
15. Yenny Retnowati (202073037)
16. Utaminingsih (202073040)
17. Musrifatuaili (202073046)

ii
KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat


rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini yang disusun
untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan sesuai  dengan waktu  yang telah
ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi Manajemen


Keperawatan yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan
tugas makalah ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang
materi “Supervisi”. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam upaya penyelesaian tugas ini baik yang mendukung secara
moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan


kehilafan dalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat
bermanfaat bagi kami semua.

Penyusun,

Kelompok 2

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang........................................................................................1


1.2. Rumusan masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum..................................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian...............................................................................................4
2.2. Peran kepala ruangan keperawatan........................................................5
2.3. Bantuk supervisi klien keperawatan.......................................................5
2.4. Fungsi supervisi dan peran supervisor...................................................6
2.5. Manfaat Supervisor................................................................................8
2.6. Unsur pokok dalam supervisi.................................................................9
2.7. Teknik supervisi.....................................................................................10
2.8. Elemen proses supervisi.........................................................................11
2.9. Langkah supervisi..................................................................................12
2.10. Model-model supervisi...........................................................................12
2.11. Pelaksanaan supervisi.............................................................................13
2.12. Bentuk-bentuk format supervisi.............................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Skenario Roleplay ...................................................................................16

BAB IV PENUTUP

iv
4.1 Kesimpulan…........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24

v
BAB 1

PENDAHULUAN

17.1 Latar Belakang

Pengembangan  dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling


berhubungan,saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.
Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan,
ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistim pelayanan kesehatan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan
dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan
penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti
makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang
diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga
kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya
kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan

1
menggunakan suatu sistem management of nursing care delivery (Woke,1990).
Dalam studinya, Woke menyebutkan manajemen pelayanan keperawatan di
rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain, karena sasaran yang
ingin dicapai ialah pasien. Pelayanan keperawatan di berbagai negara relatif sama,
hanya saja di Indonesia memiliki keunikan tersendiri mengingat faktor
kemajemukan pendidikan perawat Nurachmah, 2000).
Kemajemukan ini membawa dampak pada tidak konsistennya sistem
pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat
di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Salah satu fungsi manajemen ialah
directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisor adalah 1) Kepala ruang
rawat (Karu). Karu bertanggung jawab dalam supervisi keperawatan kepada
pasien. Karu merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Ia bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana
dalam melakukan praktik keperawatan. 2) Pengawas perawatan. Pengawas
bertanggung jawab terhadap supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu
beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian
saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan.
Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi acuan,
diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja, keuangan, dan
lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan
pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar
atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan
pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.
17.2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari Supervisi ?
2) Apa peran kepala ruang keperawatan ?
3) Bagaimana bentuk supervisi klinik keperawatan ?
4) Apasaja fungsi supervisi dan peran supervisor?

2
5) Apa manfaat supervisi?
6) Apasaja Unsur pokok dalam supervisi?
7) Bagaimana teknik supervisi?
8) Apa elemen proses supervisi?
9) Bagaimanakah langkah supervisi?
10) Apasaja model-model supervisi?
11) Bagaimana pelaksanaan supervisi?
12) Bagaimana bentuk-bentuk format supervisi?
1.3.      Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk melihat, mengevaluasi, dan meningkatkan tampilan kerja atau
kinerja.
1.3.2.   Tujuan Khusus
Setelah membuat makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian dari Supervisi,
2. Memahami peran kepala ruang keperawatan,
3. Memahami bentuk supervisi klinik keperawatan,
4. Memahami fungsi supervisi dan peran supervisor,
5. Memahami manfaat supervisi,
6. Memahami Unsur pokok dalam supervisi,
7. Memahami teknik supervisi,
8. Memahami elemen proses supervisi,
9. Memahami langkah supervisi,
10. Memahami model-model supervisi,
11. Memahami pelaksanaan supervisi,
12. Memahami bentuk-bentuk format supervisi?.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang


digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang
sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan
kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana
pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang
menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim.

Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan


dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi,
kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi
akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana
mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu
bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan
dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
Kunci supervisi menurut Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan,
menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan
(menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan
pembinaan), serta pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian, feedback
atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan
penghargaaan dan follow up perbaikan). Supervisi klinik tidak diartikan sebagai
pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif,
mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian hasil positif dan memberikan
jalan keluar terhadap hal yang masih belum dapat dilakukan. Perawat tidak
sekedar merasa dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya

4
secara benar (Keliat, 2006). Supervisi keperawatan berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan sebagai suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh
manajer keperawatan atau pemimpin untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan seseorang, sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas kinerja
melalui pengarahan, observasi dan bimbingan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanan.

2.2 Peran Kepala Ruang Keperawatan

Menurut Kron, (1987 dalam Mua, 2011) peran supervisor adalah sebagai
perencana, pengarah, pelatih dan penilai yaitu :

1. Peran sebagai perencana Seorang supervisor dituntut mampu membuat


perencanaan sebelum melaksanakan supervisi.
2. Peran sebagai pengarah Seorang supervisor harus mampu memberikan arahan
yang baik saat supervisi.
3. Peran sebagai pelatih Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus
dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien.
Prinsip dari pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan perubahan perilaku,
yang meliputi mental, emosional, aktivitas fisik atau mengubah perilaku,
gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu.
4. Peran sebagai penilai Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat
memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan
apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan
observasinya akurat.

2.3 Bentuk Supervisi Klinik Keperawatan

Kegiatan supervisor dalam supervisi model klinik akademik (Mua, 2011),


meliputi:

1. Kegiatan educative Kegiatan educative adalah kegiatan pembelajaran


secara tutorial antara supervisor dengan perawat pelaksana.

5
2. Kegiatan supportive Kegiatan supportive adalah kegiatan yang dirancang
untuk memberikan dukungan kepada perawat agar dapat memiliki sikap
yang saling mendukung di antara perawat sebagai rekan kerja profesional
sehingga memberikan jaminan kenyamanan dan validasi.
3. Kegiatan managerial Kegiatan managerial dilakukan dengan melibatkan
perawat dalam perbaikan dan peningkatan standard. Kegiatan managerial
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk
meningkatkan manajemen perawatan pasien dalam kaitannya dengan
menjaga standar pelayanan, peningkatan patient safety, dan peningkatan
mutu.

2.4 Fungsi Supervisi dan Peran Supervisor

Rowe, dkk (2007) menyebutkan empat fungsi supervisi , keempat fungsi


tersebut saling berhubungan, apabila ada salah satu fungsi yang tidak dilakukan
dengan baik akan mempengaruhi fungsi yang lain, keempat fungsi tersebut yaitu:

a) Manajemen (Pengelolaan)
Fungsi ini bertujuan memastikan bahwa pekerjaan staf yang supervisi
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang ada,
akuntabilitas untuk melakkan pekerjaan yang ada dan meningkatkan
kualitas layanan. Supaya fungsi pengelolaan dapat berjalan dengan baik,
maka selama kegiatan supervisi dilakukan pembahasan mengenai hal – hal
sebagai berikut :
1) Kualitas kinerja perawatan dalam memberi asuhann keperawatan.
2) Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaan dan
pemahaman terhadap prosedur tersebut.
3) Peran, dan tanggung jawab staf yang disupervisi dan pemahaman
terhadap peran, termasuk batas – batas peran.
4) Pengembangan dan evaluasi rencana kegiatan
b) Pembelajaran dan pengembangan

6
Fungsi ini membantu staf merefleksikan kinerja mereka sendiri,
mengidentifikasi proses pembelajaran, kebutuhan pengembangan, dan
mengembangkan rencana atau mengidentifikasi peluang untuk memenuhi
peluang tersebut. Pembelajaran dan fungsi pengembangan dapat dicapai
dengan cara :
1) Membantu staf yang disupervisi mengidentifiasi gaya belajar dan
hambatan belajar.
2) Menilai kebutuhan pengembangan dan mengidentifikasi kesempatan
belajar.
3) Member dan menerima umpan balik yang konstruktif mengenai
pekerjaan yang sudah dilakukan oleh staf.
4) Mendorong staf yang disupervisi untuk merefleksikan kesempatan
belajar yang dilakukan.
c) Memberi Dukungan
Fungsi memberi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi untuk
meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Pemberian dukungan dalam
hal ini meliputi :
1) Menciptakan lingkungan yang aman pada saat supervisi dimana
kepercayaan dan kerahasiaan dibuat untuk mengklarifikasi batas-batas
antara dukungan dan konseling.
2) Memberikan kesempatan staf yang disupervisi untuk mengekspresikan
perasaan dan ide-ide yang berhubungan dengan pekerjaan.
3) Memantau kesehatan staf yang mengacu pada kesehatan kerja atau
konseling (Pitman, 2011).
d) Negosiasi (Memberikan kesempatan)
Fungsi ini dapat menigkatkan hubungan antara staf yang disupervisi, tim,
organisasi dan lembaga lain dengan siapa mereka bekerja.

7
Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) peran dan fungsi supervisor dalam supervisi
adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manajemen sumber daya yang tersedia :
1) Manajemen pelayanan keperawatan Tanggung jawab supervisor adalah
menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan,
menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan,
serta mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang
terkait.
2) Manajemen anggaran Manajemen keperawatan berperan aktif dalam
membantu perencanaan dan pengambangan. Supervisor berperan
dalam hal seperti membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan
dengan dana tahunan yang tersedia dan menegmbangkan tujuan unit
yang dapat dicapai sesuai tujuan rumah sakit, membantu mendapatkan
informasi statistik untuk merencanakan anggaran keperawatan,
memberikan justifikasi proyek yang dikelola.

2.5 Manfaat Supervisi

Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :

1) Manfaat bagi perawat pelaksana


a) Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
b) Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan
mencerminkan pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat
meningkatkan kepuasan kerja perawat.
c) Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi yang
dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan
profesionalisme dan pengembangan pribadi serta komitmen untuk
belajar secara terus menerus.

8
d) Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab atas
pekerjaan mereka dan keputusan – keputusan yang diambil (Allen and
Armorel, 2010; Pitman, 2011).
2) Manfaat bagi Manajer
Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga
kualitas pelayanan yang bermutu dapat tercapai.
3) Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien
Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan kualitas
dari pelayanan dan keamanan pasien. Supervisi memegang peranan utama
dalam mendukung pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas,
manajemen resiko, dan manajemen kinerja.
Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada
perawatan pasien dan sebaliknya kurangnya supervisi memberi dampak
yang kurang baik bagi pasien. Supervisi dalam praktek profesi kesehatan
telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai dijadikan sebagai
pemicu kegagaan dan kesalahan yang terjadi dalam layanan kesehatan.
4) Pembelajaran
Supevisi memiliki manfaat memberikan efek pada pembelajaran melalui
kegiatan sebagai berikut :
a) Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang diberikan oleh
supervisor.
b) Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien.
c) Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja
d) d) Memantau kemajuan pembelajaran (Allen and Armorel, 2012).

2.6 Unsur pokok dalam supervisi

Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) unsur pokok dalam supervisi yaitu :

9
1) Pelakasana, yang bertanggung jawab melakasanakan supervisi adalag
supervisor yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Namun untuk
keberhasilan supervisi yang lebih diutamakan adalah kelebihan dalam hal
pengetahuan dan keterampilan.
2) Sasaran objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
3) Frekuensi yang dilakukan supervisi harus dilakukan dengan frekuensi
berkala.
4) Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas dengan hasil yang baik.
5) Teknik, teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal
yaitu menetapkan masakah dan prioritasnya; menetapkan penyebab
masalah,prioritas dan jalan keluarnya; melaksanakan jalan keluar; menilai
hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

2.7 Teknik Supervisi

Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya


mencangkup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan
prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3)
melaksanakan jalan keluar; (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
berikutnya. Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik :

1) Langsung
Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan
supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:
a) Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifak pokok dan strategis.

10
b) Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan
suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c) Pendekatan Pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan
negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesan menganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara
edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter

Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam


melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari
supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan
perbaikan dapat dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan
(Suarli dan Bahtiar, 2009).

2) Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

2.8 Elemen Proses Supervisi

Menurut Rowe, dkk (2007) elemen proses dalam supervisi yaitu :

1) Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai


dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
2) Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan
dan menetapkan kesenjangan.
3) Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun
upaya memperbaiki.

11
2.9 Langkah Supervisi

Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam (2015) metode dalam melaksanakan


pengawasan adalah bertahap dengan langkahlangkah berikut :

a) Mengadakan persiapan pengawasan


b) Menjalankan pengawasan
c) Memperbaiki penyimpangan

2.10 Model-model Supervisi

Menurut Sudaryanto (2008) menyatakan model-model supervisi terdiri dari :

1) Model development
Superviso diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan 3 cara
yaitu:
a) Change agent seperti supervisor membimbing perawat menjadi agen
perubahan.
b) Counselor seperti supervisor membimbing, mengajarkan kepada
perawat yang berkaitan dengan tugas rutin perawat.
c) Teaching seperti supervisor mengenalkan dan mempraktikkan nursing
practice yang sesuai dengan tugas perawat.
2) Model academic
Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi 3 kegiatan yaitu
kegiatan educative, supportive dan managerial.
3) Model experimental
Dalam model ini proses supervisi klinik keperawatan meliputi training dan
mentoring.
4) Model 4S
Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills,
support dan sustainability.

12
Menurut Suyanto, (2008) menyatakan model-model supervisi yang dapat
diterapkan dalam supervisi, yaitu :

1) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
2) Model ilmiah.
Supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai
berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan
prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data
yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3) Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahan keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
4) Model Atistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi.

2.11 Pelaksanaan Supervisi

Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) pelaksanaa dalam supervisi yaitu :

1) Sebaiknya pelaksanaan supervisi adalah atasan langsung dari yang


disupervisi.
2) Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi

13
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya
memahami prinsip pokok dan teknik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter
5) Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, sabar, dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan
yang disupervisi.

2.12 Bentuk-bentuk format supervisi

Bentuk-bentuk format supervisi disesuaikan dengan tujuan dan


kemanfaatannya dapat dilihat di bawah ini:

a. Bentuk 1 : untuk menilai kinerja apa adanya bisa mulai dari


pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, dan manajerial
keperawatan.

No Standart Tercapai Tidak Tidak Saran-Saran


Tercapai Diobservasi
Tujuan
jangka
panjang yang
tercantum
pada kardeks

a. Bentuk 2 : untuk memberikan penilaian hasil kerja baik-buruk

No Standart Kemampuan Perawat


Sangat Baik Baik Cukup Kurang Buruk
Ketrampilan 1
Ketrampilan 2
Ketrampilan 3

14
b. Bentuk 3 : untuk memberikan penilaian hasil kerja diatas rata-rata
– bawah rata-rata

No Standart Kemampuan perawat


Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-
rata
Ketrampilan 1
Ketrampilan 2
Ketrampilan 3

c. Bentuk 4 : untuk menilai kompetensi di level mana berada

No Standart Kemampuan perawat


Level 1 Level 2 Level 3
Ketrampilan 1
Ketrampilan 2
Ketrampilan 3

d. Laporan pengawasan langsung

Pengawas : Tanggal :
Masalah Tujuan Masalah sdh selesai Rencana yg akan
sekarang datang

e. Laporan pengawasan harian / mingguan / bulanan

Masalah Rencana pemecahan Pemecahan masalah


masalah

15
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Skenario Roleplay

Kepala Ruangan : Filsa Aji Prakoso

Perawat A : Romlah Handayani ( TIM I)

Perawat B : Dewi Widyaningrum (TIM II)

Perawat C : Fresi Eka Lisdianti

Perawat D : Vinda Nordiana Santoso

Perawat E : Sholahuddin Al-Ayyubi

Pasien : Sri Andini Puspitasari

Keluarga Pasien : Heni Dwi Masyitah

Narator : Sulfia Pratama

Di sebuah Rumah Sakit A di ruang penyakit dalam para perawat di pagi


hari melakukan operan shift pada pukul 07.00 WIB di ruang perawat.

Kepala Ruangan : assalamualaikum wrb . . . . Selamat pagi, alhamdulillah


kita masih diberi kesehatan. Sehingga bisa bertemu lagi
seperti hari biasanya, baik langsung saja laporan dari
masing-masing TIM.

16
Perawat A : Dari TIM I jumlah pasien ada 7, Tn. A mengeluh sesak
dan sudah diberikan oksigen, N y. B tambahan infus 500cc
karena mengalami diare, Ny. C hari ini sudah boleh
pulang.

Perawat B : Dari TIM II jumlah pasien 5, Ny. A tadi sudah dilakukan


transfusi, Ny. B pasien baru masuk dengan keluhan sesak,
batuk lebih dari 2 minggu, dan Ny. E tadi mengeluh nyeri
dan sulit untuk tidur.

Kepala Ruangan : Baik terima kasih atas laporannya, sekarang mari kita
berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.

Setelah selesai operan para perawat melakukan verbed dan TTV lalu
perawat beserta kepala ruangan mengecek pasien satu per satu hingga
sampailah pada Ny. D

Kepala Ruangan : Selamat pagi Ibu ... bagaimana tidurnya tadi malam?
Nyenyak atau tidak?

Pasien : Tidak mas,

Kepala Ruangan : Kenapa???

Pasien : Ini mas, kaki saya rasannya sakit, nyeri jadi saya tidak
bisa tidur.

Kepala Ruangan : ya sudah sekarang istirahat dulu nanti ada perawat yang
akan mengajari ibu teknik relaksasi agar ibu tidak merasa
nyeri lagi.

Pasien : Baik mas,

17
Setelah mengecek satu per satu pasien perawat dan kepala ruangan kembali
ke ruangan untuk melakukan tindakan lebih lanjut kepada pasien.

Kepala Ruangan : sus, nanti pasien Ny. E tolong di ajarkan relaksasi ya?
Supaya nyeri yang dia rasakan bisa berkurang.

Perawat D : baik pak. Saya akan lakukan.

Setelah itu perawat menuju ruang Ny.E untuk melakukan relaksasi.

Perawat D : selamat pagi bu?

Pasien : Pagi sus.

Perawat D : Bu, saya hari ini akan mengajarkan ibu teknik relaksasi
supaya nyeri yang ibu rasakan sedikit berkurang, jadi ibu
bisa tidur nyenyak. Ibu bersedia kan?

Pasien : Iya saya mau.

Perawat D : Iya, baiklah ibu berhubung anak ibu ada disini juga, jadi
dapat melihat teknik relaksasi yang saya ajarkan, supaya
anak ibu nantinya bisa mengingatkan cara relaksasinya
nanti kalau ibu merasakan nyeri.

Keluarga Pasien : iya sus,.. nanti saya ingatkan caranya kalau ibu saya
merasakan nyeri.

Perawat D : Ibu bisa melihat saya terlebih dahulu setelah itu ibu
sendiri sambil saya ajari.

Pasien : (mengangguk) Iya sus.

Perawat D : Pertama ibu tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik


lalu hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil

18
mempraktikkan). Ini diulang beberapa kali sampai nyeri
berkurang. Ibu sekarang sudah mengerti? Sekarang coba
ganti ibu yang mempraktikkan?

Pasien : (Melakukan relaksasi) seperti ini ya sus?

Perawat D : Iya , bu. Bagus. Sekali lagi bu. Nanti kalau ibu sudah
capek, ibu bisa istirahat dulu.

Pasien : Iya sus.

Perawat D : Mbak bisa dipahami teknik relaksasi tadi.

Keluarga pasien : bisa diulang lagi sus..

Perawat D : Pertama, tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik lalu


hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil
mempraktikkan). sekarang sudah mengerti? Coba mbak
praktikkan?

Keluarga pasien : (Mempraktikkan teknik relaksasi), jadi kalau saya nyeri


juga bisa saya lakukan cara ini suster supaya nyeri saya
berkurang suster.

Perawat D : Iya, bisa mbak, jadi cara ini di ulang beberapa kali
sampai nyerinya berkurang.

Keluarga Pasien : iya sus, terima kasih..

Perawat D : Ya sudah bu. Sekarang saya sudah selesai, ibu silahkan


istirahat dulu saya mau kembali ke ruangan dulu. Kalau
ibu perlu bantuan ibu bisa panggil saya.

Pasien : Baik sus.

19
Setelah selesai melakukan teknik relaksasi perawat melapor pada Kepala
Ruangan.

Perawat D : tok ,,, tok,,, permisi pak

Kepala ruangan : oh ... iya silahkan masuk, silahkan duduk

Perawat D : maaf pak, saya mau melapor bahwa saya sudah


mengajarkan teknik relaksasi kepada Ny.E.

Kepala ruangan : Baik sus. Bagaimana respon dari pasien? Apakah pasien
bisa melakukan sendiri dan apakah nyerinya berkurang
sekarang?

Perawat D : Pasien sudah bisa melakukannya sendiri dan nyeri yang


pasien rasakan juga telah berkurang.

Kepala Ruangan : Baik sus, terima kasih. Nanti saya akan mengeceknya.
Silahkan melanjutkan pekerjaan.

Perawat D : Baik pak.

Setelah Kepala Ruangan menyelesaikan pekerjaannya, Kepala Ruangan


mengunjungi Ny.E .

Kepala Ruangan : Selamat pagi bu?

Pasien : Pagi pak.

Kepala Ruangan : Bagaimana bu keadaannya? Tadi kan sudah diajarkan


teknik relaksasi, apakah nyerinya sudah berkurang?

Pasien : Anu pak. Nyerinya sudah berkurang tapi sedikit. Saya


masih merasa nyeri walau saya sudah lakukan teknik
relaksasi. Ini bagaimana pak?

20
Kepala Ruangan : Baik bu. Saya akan berusaha membantu ibu untuk
mengatasi masalah ibu. Saya mencari cara untuk
mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan.

Pasien : Iya pak. Terima kasih.

Setelah itu Kepala Ruangan dan semua perawat berdiskusi.

Perawat C : Permisi pak?

Kepala Ruangan : Ya silahkan.

Perawat C : Ada keperluan apa bapak memanggil kita semua?

Kepala Ruangan : Begini, tadi kan saya sudah mengecek keadaan pasien
Ny.E yang mengeluh nyeri. Dia tadi sudah mendapatkan
teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri tapi setelah
saya kaji Ny.E masih merasa nyeri. Dia berkata bahwa
nyerinya hanya berkurang sedikit. Saya merasa bahwa
pelayanan kita di manajemen nyeri masih kurang sehingga
perlu tingkatkan.

Perawat D : Iya saya rasa juga begitu. Karena Tn.H juga mengeluh
masih merasa nyeri juga.

Perawat E : Iya. Bagaimana kalau kita juga melakukan distraksi


dalam manajemen nyeri.

Perawat C : Iya ya. Betul tuch.

Kepala Ruangan : Saya rasa itu ide yang baik. Apakah kalian semua setuju?
Atau ada yang mempunya ide lain?

21
Perawat E : Begini pak, saya juga setuju jika kita juga melakukan
distraksi. Tapi saya mau menambahkan bagaimana kalau
beberapa dari kita mengikuti pelatihan manajemen nyeri
agar kita bisa mempunyai banyak referensi dari
manajemen nyeri dan kita juga bisa meningkatkan
pelayanan dibidang manajemen nyeri. Bagaimana pak?

Kepala Ruangan : Wah idemu bagus sekali. Bagaimana pendapat yang lain?
Kalian semua setuju?

Perawat C : Iya pak. Itu ide yang bagus, saya setuju.

Perawat D & E : Iya pak setuju. (sambil mengangguk-angguk)

Kepala Ruangan : Baik kalau begitu saya akan mengirim beberapa dari
kalian untuk mengikuti pelatihan manajemen nyeri. Saya
akan memberitahukannya secepatnya. Sekarang diskusi ini
saya akhiri, terima kasih atas partisipasinya. Semoga nanti
hasilnya memuaskan. Amin. Sekarang kalian bisa kembali
melaksanakan pekerjaan yang tadi tertunda.

Semua Perawat : Iya pak. Permisi.

Setelah 2 hari beberapa perawat mengikuti pelatihan manajemen nyeri


kemudian perawat menerapkan ilmu yang mereka dapat pada pelatihan
tersebut. Setelah beberapa hari cara ini diterapkan ada peningkatan dalam
pelayanan di ruangan tersebut, dan pasien merasa puas dengan pelayanan di
ruangan itu.

22
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan
tugasnya secara efektif-dan-efisien. Supervisor diharapkan mempunyai
hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi
dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan
perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Pitman, S.(2011). Handbook for clinical supervision: nursing post graduate


programmes. Dublin: Royal College of Surgeon Ireland
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Rowe, A., & Haywood, J.(2007). Providing effective supervision. England: Skill
for care & CWDC. Diperoleh 22 Oktober 2020 dari
http.www.skillsforcare.org.uk.
Allen, A., et al. (2012). Profesional/ clinical supervision handbook for allied
health profesionals. Lanarkshire NHS Lanarkshire. Diperoleh 22
Oktober 2020 dari http://wilderdom.com/theory/growthchala nesupport.html
Suarli, S dan Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan
praktis. Jakarta: Erlangga
Suyanto. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jogjakarta : Mitra & Cendikia Press

24

Anda mungkin juga menyukai