Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Budaya keselamatan pasien dapat dilihat berdasarkan enam sasaran


permasalahan dalam pengidentifikasian pasien, kesalahan pengobatan dan
transfusi serta alergi diabaikan, salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang
dioperasi, semua hal tersebut berpotensi terhadap terjadinya insiden
keselamatan pasien dan dapat dicegah dengan meningkatkan komunikasi
(Ulva, 2017).
Komunikasi Efektif menurut Dewantoro (2016) yaitu berkomunikasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan. Dalam bahasa asing orang
menyebutnya “the communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut (Jalaluddin, 2009) dalam bukunya Psikologi Komunikasi
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,
dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan
hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.
Elemen peningkatan komunikasi yang efektif menurut Peraturan pemerintah
keseShatan (2011) yaitu, perintah lengkap secara lisan dan melalui telepon
(case study) yang bertujuan atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah, hasil pemeriksaann dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan, kebijakan dan prosedur
mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
melalui telepon secara konsisten.
Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi
adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan
pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi
terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi
kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam
perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif dalam

1
2

lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan


dan empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus
dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri
dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pasien telah diterima dengan
benar.
Komunikasi di rumah sakit menjadi modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien atau pelanggannya, hasil
penelitian oleh, Australian Health Council (2008), salah satu penyebab
keluhan di rumah sakit adalah karena kelemahan dalam komunikasi dengan
pelanggannya. Komunikasi yang buruk merupakan penyebab yang paling
sering menimbulkan efek samping di semua aspek pelayanan kesehatan
terutama pada budaya keselamatan pasien.
Hasil penelitian Ulva (2017) Komunikasi efektif yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan
dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan
perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis
menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera.
Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari beberpa aspek kejelasan (clarity),
Ketepatan (accuracy), konteks (contex), Alur (flow), Budaya (culture), (Endang
dan Maliki, 2013).
Data terkait masalah konukasi efektif, Tahun 2010 dalam laporan FDA
Safety, Thomas Maria R, Et al menemukan bahwa yang menjadi penyebab
terjadinya keselahan obat adalah komunikasi (19%), pemberian lebel (20%),
nama pasien yang membingungkan (13%), faktor manusia (42%), dan desai
kemasan (20,6%). Adapun keselahan yang berhubugan dengan faktor
manusia antara lain berhubugan dengan: kurangnya pengetahuan (12,3%)
kurangnya kinerja (13,2%), kelelahan (0,3%) kesalahan kecepatan infuse
(7%), dan kesalahan menyiapkan obat (7%). Sedangkan menurut penelitian
tersebut menerus jenis kesalahan yang paling banyak adalah obat (22%),
3

over dosis (17%) salah rute obat (8%), salah tekhnik (7%), dan kesalahan
dalam monitoring (7%).
Penelitian terkait (Fadilla Ulva 2017) tentang Gambaran Komunikasi
Efektif dalam Penerapan Keselamatan Pasien mengatakan Komunikasi yang
buruk merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan efek samping di
semua aspek pelayanan kessehatan, sehingga menimbulkan permasalahan
dalam pengidentifikasi pasien, kesalahan pengobatan dan tranfusi serta alergi
diabaikan, salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang di operasi, semua
hal terebut berpotensi terhaddap terjaddinya insiden keselamatan pasien dan
daapat dicegah dengan meningkatkan komunikasi.
Hasil survey awal tanggal, 9 maret 2019 di Ruang dr. M.G Thomesn
RSUD Dunungsitoli Kabupaten Nias ketahui bahwa, komunikasi yang di
lakukan oleh perawat kepada pasien masih kurang efektif, dimana 6 dari 10
orang pasien menyatakan perawat kurang jelas dalam menyampaikan
informasi, kurang tepat dalam memberikan informasi, konteks yang
disampaikan kurang sesuai dengan yang kita harapkan, alur yang
disampaikan kurang dimengerti, ada bahasa yang sudah menjadi budaya bagi
mereka sehingga pasien kurang memahami. Sedangkan 4-dari 10 orang
merasa puas dengan pelayan yang dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Gambaran Penerapan Komunikasi Efektif di Ruang dr. M.G Thomsen RSUD
Gunungsitoli Kabupaten Nias”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini


adalah Bagaimana Gambaran Penerapan Komunikasi Efektif di Ruang dr.
M.G Thomsen RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Penerapan


Komunikasi Efektif di Ruang dr. M.G Thomsen RSUD Gunungsitoli Kabupaten
Nias.
4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberi banyak manfaat


kepada semua pihak, yaitu :
1. Bagi RSUD Gunungsitoli
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
meningkatkan penerapan komunikasi efektif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di ruang
baca Poltekes Kemenkes Medan prodi D-III Keperawatan Gunungsitoli,
Nias.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian berkaitan komunikasi efektif.

Anda mungkin juga menyukai