63
64
fluida yang dapat bercampur dengan minyak (gas), injeksi dinding alkohol (dapat
bercampur dengan minyak dan air), injeksi CO 2 atau gas-gas yang tidak bereaksi
(inert gas) dapat bercampur dengan minyak dan air.
Gambar 3.1 memperlihatkan Diagram Terner. Pada diagram tersebut terdapat
sistim tiga kelompok komponen yang terdiri atas metana (C 1), komponen-komponen
menengah (C2-C6) dan komponen-komponen berat (C7+).
Gambar 3.1.
Diagram Terner17
Untuk tekanan dan temperatur reservoir, C1 berupa gas, C7+ cair, sedangkan C2-C6
tergantung pada tekanan dan temperatur yang berlaku. Daerah D pada diagram
tersebut merupakan daerah satu fasa yaitu 100% fasa cair dan daerah A merupakan
daerah 100% fasa gas. Daerah campuran kritis dibagi menjadi daerah B yang
menunjukkan interval komposisi (P,T) yang dapat bercampur dengan gas dari daerah
A, serta daerah C merupakan daerah komposisi-komposisi campuran yang dapat
bercampur dengan minyak dari daerah D.
Pengaruh tekanan dan temperatur terhadap daerah dua fasa dalam diagram Terner
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
65
Gambar 3.2.
Pengaruh Tekanan dan Temperatur
Terhadap Daerah Dua Fasa dalam Diagram Terner17
Jadi pada saat tekanan reservoir masih tinggi (P>>) dan temperatur rendah (T<<)
akan sangat menguntungkan bagi pendesakan tercampur karena daerah dua fasa
(dalam diagram Terner) dibuat kecil.
yaitu : “Perbandingan volume minyak yang telah dijenuhi CO2 dengan volume minyak
awal sebelum dijenuhi CO2, bila besarnya SF ini lebih dari satu, berarti menunjukkan
adanya pengembangan”. Oleh Simon dan Crue, dikatakan bahwa SF dipengaruhi oleh
fraksi mol CO2 yang terlarut dalam minyak (X CO2) dan ukuran molekul minyak yang
dirumuskan dengan perbandingan berat molekul densitas (M/ρ).
Disamping itu, hasil penelitian Walker dan Dunlop menunjukkan bahwa swelling
factor dipengaruhi pula oleh tekanan dan temperatur. (lihat gambar 3.3)
Gambar 3.3.
Swelling factor terhadap fraksi
mol CO211
67
Gambar 3.4.
Pengaruh T dan P terhadap pengembangan minyak17
B. Penurunan Viscositas
Adanya sejumlah CO 2 dalam minyak akan mengakibatkan penurunan voscositas
minyak. Oleh Simon dan Creu dinyatakan bahwa penurunan viscositas tersebut
dipengaruhi oleh tekanan dan viscositas minyak awal (lihat gambar 3.5)
Dalam gambar tersebut bahwa µm/µo (perbandingan viscositas campuran CO2
minyak dengan viscositas awal) akan lebih kecil untuk viscositas minyak awal (µo)
yang lebih besar pada tekanan saturasi tertentu.
Artinya pengaruh CO2 terhadap penurunan viscositas minyak akan lebih besar.
Untuk satu jenis minyak, kenaikan tekanan saturasi akan menyebabkan penurunan
viscositas minyak.
C. Kenaikan densitas
Terlarutnya sejumlah CO 2 dalam minyak menyebabkan kenaikan densitas, hal
yang menarik ini oleh Holm dan Josendal dimana besarnya kenaikan densitas
dipengaruhi oleh tekanan saturasinya (lihat gambar 3.6).
68
Gambar 3.5.
Viscositas Campuran CO2 Crude Oil pada Temperatur 120 °F17
Gambar 3.6.
Density dan viscositas minyak sebagai fungsi P saturasi17
69
temperatur juga akan mempengaruhi tekanan pendorong yang miscible. Oleh karena
itu perkiraan tekanan untuk pendorongan yang miscible dapat diperoleh dengan
menggunakan dengan korelasi fraksi C5+.
Gambar 3.7.
Korelasi Tekanan Miscible pada Injeksi C2 Berdasarkan Berat Mol C57
Gambar 3.8.
Kelakuan Fasa dari Metana dan CO2 Selama Injeksi 7
Gambar 3.9.
Digram Terner dengan Letak CO2 Berdasarkan Berat Molekul7
73
Gambar 3.10.
Kelakuan untuk Sistem Empat Komponen termasuk CO27
Tabel 3.3.
Solution Gas Drive dengan CO2 ; CO2 Diinjeksikan
Pada Tekanan 900 psi16
membuktikan bahwa untuk mendapatkan recovery minyak yang tinggi, haruslah pada
tekanan pendorongan yang tinggi.
Gambar 3.11.
Skema Pendorongan
CO2, menurut Holm dan
Josendal.18
3.1.1.5. Mekanisme
Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2
adalah bercampurnya
CO2 dengan minyak dan membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak dari pada
minyak reservoir awal. Ada empat jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO 2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
Injeksi slug CO2 diikuti air.
Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Untuk gas yang dibawa dengan menginjeksikan terus menerus gas CO2 ke dalam
reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat melarut dalam minyak dan mengurangi
viskositasnya, dapat mengembangkan volume minyak dan merefraksi sebagian
minyak, sehingga minyak akan lebih banyak terdesak keluar dari media berpori.
76
Gambar 3.12.
Mekanisme Pendesakan
dalam Pelaksanan CO2
Flooding18
Untuk cara yang kedua, yaitu dengan menginjeksikan carbonat water ke dalam
reservoir. Sebenarnya carbonat water adalah percampuran antara air dengan gas CO 2
(reaksi CO2 + H20) sehingga membentuk air karbonat yang digunakan sebagai injeksi
dalam proyek CO2 flooding. Tujuan utama adalah untuk terjadi percampuran yang
lebih baik terhadap minyak sehingga akan mengurangi viskositas dari minyak serta
mengembangkan sebagian volume minyak sehingga dengan demikian penyapuan akan
lebih baik, sedangkan pada cara yang ketiga membentuk slug penghalang dari CO 2
yang kemudian diikuti air sebagai fluida pendorong. Sama seperti cara pertama dan
kedua, pembentukan slug ini untuk lebih dapat mencampur gas CO2 kedalam minyak,
kemudian karena adanya air yang berfungsi sebagai pendorong maka diharapkan
efisiensi pendesakan akan lebih baik, sedangkan untuk cara yang keempat sebenarnya
sama dengan cara yang ketiga tetapi disini lebih banyak fluida digunakan CO2 untuk
lebih melarutkan minyak setelah proses penyapuan terhadap pendesakan minyak,
maka minyak yang telah tersapu dan akan diproduksikan melalui sumur produksi.
77
Gambar 3.13.
Mekanisme Pelaksanaan CO2 Flooding18
Dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa injeksi CO2 dan air secara
simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang terbaik diantara keempat
metode tersebut (oil recovery sekitar 50 %). Disusul kemudian injeksi slug CO 2 dan
air bergantian. Injeksi langsung CO2 dan injeksi slug CO2 diikuti air sama buruknya
dengan kemampuan mengambil minyak hanya sekitar 25 %. Dalam semua kasus,
pemisahan gaya berat antara CO2 dan air terjadi sebelum setengah daru batuan batuan
recovery tersapu oleh campuran dari dua fluida tersebut.
Gambar 3.14.
Kondisi Fasa Selama Injeksi Gas Kering dengan Tekanan Tinggi 7
Perubahan fasa yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu hasilnya adalah komposisi
gas g1 dan komposisi minyak o1. gas menjadi makin banyak mengandung komponen
menengah berat.
Keadaan 2
Sementara perubahan minyak o1 cenderung untuk menyusut. Saturasi minyak
dibelakang front hingga saat ini tetap dibawah harag kritik dan tetap tinggal
terperangkap di dalam pori batuan. Sementara gas g1 didesak ke arah front oleh
injeksi gas G berikutnya.
Keadaan 3
Gas g1 menjadi berhubungan dengan residu minyak yang baru saja terbentuk
(dari komposisi O). Selama fluida tidak dalam keadaan kesetimbangan, maka terjadi
perubahan fasa dan menghasilkan gas g2 dan minyak o2 yang mana dalam keadaan
kesetimbangan. Gas g2 dalam keadaan berhubungan dengan front. Minyak o2 dalam
hubungannya dengan gas g tidak akan memberikan komposisi menengah lebih
banyak, dan komposisi tersebut menjadi oa. Kemajuan front ini berlangsung hingga
komposisi gas dalam hubungannya dengan minyak mula-mula menjadi gt yaitu titik
82
singgung dari garis O ke kurva “dew point”. Pada tingkat ini “miscibility” antara gt
dan O telah tercapai.
Gambar 3.15.
Tahapan Front Pendesakan Tercampur 7
Keadaan 4
Mula dari titik ini, pendesakannya adalah pendesakan tercampur dan tidak ada
residu minyak yang tertinggal di belakang front. Dibelakang “miscible bank” dengan
terlebih dahulu residu minyak dengan komposisi o1, o2 dan seterusnya hingga
komposisi menengah habis oleh injeksi gas G, batas komposisi minyak yang tidak
tersapu adalah op yaitu pada ujung garis melalui titik G. Minyak op tidak dapat
dirubah menjadi komponen lebih lanjut oleh gas G dan ini merupakan
“unrecoverable” pada kondisi ini ternyata bisa diabaikan. Pengalaman dari beberapa
operasi lapangan menunjukkan bahwa suatu “miscible bank” terbentuk setelah gas
diinjeksikan berjalan lebih kurang 12 meter dari sumur injeksi.
83
Gambar 3.16.
Diagram Terner untuk Miscibility Pressure Pada Injeksi Gas Tekanan Tinggi7
Gas yang dipergunakan untuk mendesak minyak hampir selalu terdiri dari
campuran hidrokarbon (perkembangan akhir-akhir ini dipergunakan CO2 dan gas inert
lainnya).
Komponen pembentukan gas dan minyak biasanya terdiri dari hidrokarbon
ringan (methane), hidrokarbon intermediate (ethane sampai heksane) dan hidrokarbon
berat (hepthane dan diatasnya atau C7) yang berbeda proporsinya.
Dengan perkataan lain, bahwa kita bisa melihat variasi macam-macam fluida
reservoir yang rangenya “overlapping” terhadap komposisi gas dan minyak. Untuk
contoh, retrogade gas kondensat dalam “cosdensible” dan minyak ringan, ternyata
punya komposisi yang sama.
Selama injeksi gas ke dalam reservoir minyak, sepanjang fluida reservoir tidak
berbeda secara keseluruhan komposisinya, maka perlahan-lahan akan terjadi
pencampuran antara dua fluida tersebut sehingga komponen akan menjadi lebih
serupa. Kemudian fasa gas dan minyak hanya sebentar dipisahkan oleh bidang antar
muka dan selanjutnya terjadi pencampuran.
Di bawah ini diberikan beberapa parameter yang sangat penting untuk
menentukan kelarutan gas dalam minyak :
Pengaruh Tekanan
Henry meramalkan bahwa pada suhu tetap kelarutan gas dalam zat cair
berbanding lurus dengan tekanan. Kelarutan gas dalam minyak biasanya tidak
memperlihatkan hubungan linier dengan tekanan seperti yang dinyatakan dalam
hukum Henry, tapi walaupun demikian kelarutan naik sampai tercapai tekanan
jenuh.
Gambar 3.17.
Kurva Kelarutan Gas Sebagai Fungsi dari Tekanan untuk Minyak Mentah Jenuh 1
86
Pengaruh Suhu
Kelarutan gas dalam minyak berkurang dengan naiknya suhu.
Pengaruh Komposisi Minyak
Kelarutan naik dengan menurunnya berat jenis minyak. Berat jenis zat cair yang
rendah menunjukkan konsentrasi zat cair hidrokarbon dengan berat molekul
rendah.
Seperti diketahui bahwa berat jenis turun dengan naiknya oAPI. Oleh sebab itu,
pengaruh komposisi minyak terhadap kelarutan gas dalam minyak akan naik
dengan naiknya berat jenis API minyak.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kelarutan gas terhadap
minyak adalah baik dengan kenaikkan tekanan, penurunan temperatur, komposisi
gas (fluida pendesak) kaya dalam komponen lebih berat, dan naiknya derajat API
komposisi minyak. Parameter-parameter ini digunakan sebagai dasar konsep
dalam injeksi gas yang diperkaya. Kurva kelarutan gas belum jenuh diperlihatkan
Gambar 3.18.
Gambar 3.18.
Kurva Kelarutan Gas Sebagai Fungsi Dari
Tekanan Untuk Minyak Mentah Belum Jenuh 1
B. Diagram Terner
Tipe variasi pendesakan tercampur secara thermodinamik, dapat lebih cepat
diuraikan dengan menggunakan pengenalan grafis komposisi campuran hidrokarbon,
dengan kombinasi tiga komponen yang sama sifat thermodinamiknya. Diagram seperti
ini disebut dengan Diagram Terner.
Dengan menggunakan diagram Terner, gambaran visual dari sifat fasa dapat
dilihat. Sistim ini terdiri dari tiga komponen yaitu :
87
Gambar 3.19.
Proyek Injeksi Gas Yang Diperkaya Pada Diagram Terner 11
Gambar 3.20.
Pendesakan Gas Dalam Reservoir 11
Bila injeksi yang diperkaya dimulai, proses pertama adalah tipe non-miscible
(minyak O kontak dengan gas G seperti keadaan I). Pendesakan selanjutnya dapat
dilihat bahwa minyak yang telah diperkaya meninggalkan zona kontak (minyak
dibelakang front maju lebih banyak hingga mencapai miscible) dengan gas injeksi,
dan selanjutnya didorong ke depan oleh gas untuk bercampur dengan zona minyak di
depannya. Demikian langsung terus hingga keseluruhan komposisi minyak tercampur
dengan gas yang diinjeksikan.
Untuk injeksi gas yang diperkaya, parameter operasi adalah tekanan dan
komposisi injeksi gas (yang diperkaya dengan propana dan butana seperti yang
ditunjukkan oleh titik L pada gambar 3.21. dan gambar 3.22.)
Pada diagram Terner (gambar 3.22.) yang digambarkan pada temperatur
reservoir, pencampuran hanya dapat dicapai bila gas diperkaya Gr dan minyak O
(garis GrO) dalam komposisi tetap, merupakan garis singgung dari kurva titik
gelembung. Ini hanya dapat dicapai untuk tekanan yang sama atau lebih besar dari
pada tekanan percampuran Pm, dimana garis singgung pada titik kritis ini melewati
titik Gr.
89
Jika gas terdiri dari campuran G dan L, komposisi pertama titik kritis campuran
Cm pada gas dan minyak adalah bercampur pada tekanan P seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.21.
Gambar 3.21
Tekanan Pencampuran Komposisi Gas11
Gambar 3.22
Tekanan Pencampuran Untuk Mencapai Titik Kritis11
kompresor untuk diinjeksikan langsung melalui tubing ke dalam sumur injeksi. (lihat
gambar 3.23.)
Gambar 3.23.
Operasi Pelaksanaan Injeksi Gas Yang Diperkaya11
Gambar 3.24.
Pengaruh Hadirnya N2 Pada Gas Injeksi
Terhadap Tekanan Miscibilitas11
pada suhu 160 oF n-butana akan tercampur dengan nitrogen hanya bila tekanan lebih
besar dari 3.600 psi.
Ini berarti juga bahwa suatu slug butana diinjeksikan ke dalam reservoir pada
suhu 160 oF, maka diperlukan untuk mengatur agar tekanan lebih besar dari 3.600 psi
dengan tujuan untuk menjamin terjadinya miscibilitas atau percampuran dari butana
dengan gas nitrogen yang diinjeksikan, walaupun miscibilitas antara butana dengan
minyak dapat dicapai hanya pada tekanan sekitar 125 psi saja.
Dari hasil beberapa studi laboratorium kelihatannya gas nitrogen bukanlah
merupakan agen yang cocok untuk meningkatkan perolehan minyak secara
pendesakan tercampur. Walaupun demikian hal itu bukanlah merupakan suatu
argumentasi yang cukup kuat untuk menghentikan percobaan-percobaan dalam
mengganti gas alam sebagai bahan injeksi, dengan gas inert. Hal ini disebabkan
semakin mahalnya gas alam sebagai bahan bakar.
Gambar 3.25.
Tekanan Miscibilitas Minimum 18
Gambar 3.26.
Diagram Terner untuk Percampuran Antara N2 dengan Minyak Mentah 7
Sudut diagram menggambarkan 100% N2, 100% C7+ dan 100% pm (C1-C6). Titik
tengah pada sisi dasar, titik A, adalah N 2 murni yang menghubungkan minyak mentah
dengan komposisi 50% (C1-C6) dan 50% minyak tanah dan N2 akan mencapai
kesetimbangan pada tekanan dan suhu tertentu. Titik kesetimbangan M1 terletak pada
daerah dua fasa, dan mempunyai sejumlah fasa cair L 1 dan sejumlah fasa gas G1. Fasa
gas G1 akan lebih mudah bergerak daripada fasa cair L1, maka terjadi kontak antara G1
dengan minyak mentah. Kemudian gas G1 dan minyak mentah akan menuju ke suatu
titik kesetimbangan. Untuk pengertian yang sederhana, titik kesetimbangan dari
campuran adalah pada perpototngan garis atau tie line M2 pada gambar diatas
menghasilkan G2 dan cairan L2. Critical point yaitu critical point dimana gas dan
cairan mempunyai komposisi yang sama. Pendesakan minyak reservoir akan
mendekati 100% pada ujung depan zone miscible.
seperti N2murni atau campuran yang didominasi N 2 dapat dijadikan sebagai alternatif
pengganti gas alam.
3.1.4.6. Efek Tekanan dan Suhu Pada Perolehan Minyak Memakai Injeksi N2
Sebuah percobaan yang telah dilakukan berhasil menjelaskan efek tekanan dan
suhu terhadap perolehan minyak pada proses pendesakan dengan injeksi nitrogen
tekanan tinggi. Pada percobaan ini dipakai nitrogen murni yang diperoleh dari pasaran
umum yang digunakan sebagai gas pendesak untuk menyelidiki proses pendesakan
tercampur dari minyak mentah dan nitrogen.
Gambar dibawah memperlihatkan efek tekanan dan suhu terhadap perolehan
minyak pada injeksi nitrogen tekanan tinggi. Percobaan dilakukan pada tekanan antara
2500-5000 psi dan minyak mentah yang dipakai mempunyai 54.4 oAPI gravity dengan
perbandingan gas-minyak 700 scf/bbl. Sebagai media pendesakan adalah sebuah
“pack” yang linier dengan panjang 40 feet dan suhu berkisar antara 72 oF – 250 oF,
diperoleh minyak hampir 70%. Pada tekanan 4000 psi, dengan 72 oF perolehannya
78% dan pada 150 oF perolehannya 85%. Pada 5000 psi dan suhu berkisar antara 72 oF
– 250 oF, perolehannya sekitar 85% - 92 %.
Gambar 3.27.
Efek Tekanan dan Suhu Pada Perolehan Minyak7
Disini mungkin sekali bahwa miscibilitas dicapai pada beberapa feet terakhir dari
panjang yang dipakai, walaupun total perolehan minyak hanya sekitar 85%. Oleh
96
McNeese telah ditegaskan bahwa walaupun perolehan minyak hanya 85% pada 123 ft
awal panjang alat yang panjangnya 145 ft, miscibilitas dan perolehan minyak 94%
ditemukan pada 22 ft terakhir dari panjang alat. Beberapa sistem pack yang panjang
diperlukan agar miscibilitas dapat tercapai.
Gambar 3.28. menunjukkan efek suhu terhadap perolehan minyak pada injeksi
nitrogen tekanan tinggi, pada sistem yang sama dengan pada percobaan gambar 3.29.
Dari gambar 3.29. telihat bahwa pada tekanan 3000 psi perubahan suhu tidak
mempengaruhi besarnya perolehan minyak. Sedangkan pada tekanan 4000 psi dan
tekanan 5000 psi perolehan minyak naik sejalan dengan bertambahnya suhu sistem.
Gambar 3.28.
Efek Suhu Pada Perolehan Minyak7
Gambar 3.29.
Proses Produksi Flue Gas 17
Sarana produksi yang ada biasanya adalah separator tekanan tinggi, separator
tekanan rendah, heater treater, kompressor serta gas plant. Sarana injeksi meliputi
nitrogen plant yaitu instalasi pengolahan yang memproduksi gas nitrogen. Gas N2
yang dihasilkan disalurkan ke kompressor 2000 HP dengan tekanan 80 psig, kemudian
oleh kompressor ini dikirimkan ke kompressor 4500 HP dengan tekanan 1200 psig,
untuk diinjeksikan ke dalam sumur injeksi dengan tekanan antara 8000 psig – 10000
psig.
Pada saat ada tiga macam proses yang dipakai untuk memproduksikan gas inert.
Ketiga proses itu ialah proses flue gas, proses engine exhaust dan proses cyrogenic
yaitu proses pemisahan gas dari udara (air).
Pada proses flue gas, sebagai bahan dasar adalah gas alam yang dimasukkan ke
dalam ketel uap (boiler), dari sini gas yang dihasilkan dialirkan melalui NOx reaktor
untuk membatasi kadar NOx di dalam gas. Kemudian gas dimasukkan ke dalam water
scruber untuk membersihkan uap air dari gas. (lihat gambar 3.29.)
Pada proses gas engine exhaust dihasilkan dari gas sisa pembakaran mesin.
Sebagai bahan dasar sama dengan pada proses flue gas yaitu udara dan gas alam, yaitu
perbandingan tertentu dipakai sebagai bahan bakar mesin. Gas hasil sisa pembakaran
ini sebelum diinjeksikan ke dalam sumur juga dilewatkan melalui NOx, water
separator dan dryers.
Proses cyrogenic nitrogen dimaksudkan untuk memproduksikan nitrogen murni,
yang dipisahkan dari udara. Prosesnya udara dan kompresor disalurkan melalui
separator air, kemudian melalui heat exchange terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
kolom distilasi, dimana gas nitrogen sangat ringan ini akan dihasilkan dari puncak
kolom distilasi ini.
menaikkan perolehan minyak sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan atau
menurunkan saturasi minyak sisa yang tertinggal di dalam reservoir.
Injeksi kimia dapat dibagi menjadi tiga yaitu injeksi alkalin, injeksi polimer dan
injeksi surfactant.
Gambar 3.30.
Proses Injeksi Alkalin3
pada minyak Tia Juana, De Ferrer mengemukakan bahwa tegangan antar muka akan
minimum pada harga konsentrasi kritis tertentu, gambar 3.32. Dari kedua hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa tegangan antar muka akan minimum pada range pH dan
konsentrasi NaOH tertentu.
. Pentingnya konsentrasi yang tepat pada injeksi alkalin ini dikemukakan oleh
Subkow, dimana agar didapat emulsi minyak dalam air pada proses emulsifikasi di
formasi, konsentrasi NaOH harus cukup, karena konsentrasi NaOH yang berlebihan
akan menyebabkan emulsifikasi yang sebaliknya (air dan minyak) atau tidak terjadi
emulsi sama sekali, gambar 3.33.
B. Karakteristik Reservoir
Pada injeksi alkalin perolehan minyak tergantung kepada interaksi antara bahan
kimia yang ditambahkan dengan fluida reservoir. Bahan kimia ini penting untuk
bertahan cukup lama supaya dapat kontak sebanyak-banyaknya dengan fluida
reservoir. Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengaruh karakteristik
reservoir ini adalah :
101
Gambar 3.31.
Tegangan Antar Muka vs pH untuk Minyak California16
Gambar 3.32.
Tegangan Antarmuka vs Konsentrasi NaOH16
102
Gambar 3.33.
Injeksi Core dan Tegangan Antar muka vs Konsentrasi NaOH
Untuk Minyak dari Amerika Selatan dengan Gravity 12.2 °API16
C. Luas Permukaan
Minyak yang tersisa setelah injeksi alkalin pada matrik oil-wet adalah berbentuk
film. Ketebalan film ini tergantung pada kualitas pendesakan emulsinya, minyak yang
tersisa akan lebih besar bila luas permukaan batuan semakin besar. Dengan demikian
injeksi alkalin akan tidak efektif pada batuan yang mempunyai luas permukaan yang
besar seperti batu lempung dan silt.
D. Komposisi Fluida Reservoir
Kandungan kimia pada fluida reservoir dan injeksi air hangat sangat berpengaruh
mekanisme dalam injeksi alkalin.
iv. Komposisi
Minyak
Beberapa hasil pengamatan yang penting sehubungan dengan komposisi minyak
serta pengaruhnya terhadap mekanisme injeksi alkalin dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Famili Hidrokarbon yang Penting
Pada Mekanisme injeksi Alkalin16
Mekanisme Famili HC Rumus Molekul
Penurunan tegangan permukaan Asam karboksilat RCOOH
Perubahan kebasahan Asphalten RCH2COOH
Pembentukan rigid Porphyrin C34H32N4O4FeCl2
Aldehide RCOH
Keton RCOR
Asam karboksilat RCOOH
Nitrogen Organik RNO2
Keterangan : R = gugus alkil
R = gugus alkil atau yang sama atau tidak sama dengan R.
dan magnesium akan membentuk sabun kalsium dan magnesium, akan tetapi
keduanya bukan zat aktif permukaan, sehingga akan mengurangi slug NaOH dan
tegangan antar muka akan naik dengan keberadaan kedua ion tersebut. Hasil
percobaan di laboratorium menyatakan bahwa kadar kalsium yang diijinkan pada air
injeksi adalah 70 ppm dan ion magnesium sampai 700 ppm, sedangkan kadar kalsium
yang diijinkan pada air formasi sampai 500 ppm.
Pada jumlah tertentu garam NaCl berguna untuk menjunjung mekanisme dalam
injeksi alkalin juga berguna untuk mengurangi konsumsi NaOH. Kegaraman di
reservoir diperluka pada proses perubahan kebasahan., yaitu membuat batuan
reservoir cenderung menjadi oil-wet, sedangkan pada konsentrasi yang lebih besar
diperlukan untuk terjadinya emulsi air dalam minyak. Pengaruh NaCl terhadap
tegangan antarmuka, Jennings menyatakan bahwa dibawah 20000 ppm, adanya NaCl
pada air injeksi bukan saja membuat tegangan antarmuka tetap rendah akan tetpai juga
dapat menurunkan keperluan akan konsentrasi NaOH.
µV
Nc =
berikut : σ ................................................................................................(3.1)
105
Pada injeksi air, harga bilangan kapiler sekitar 10-6. Untuk meningkatakan perolehan
minyak, maka harga ini harus dinaikkan menjadi lebih besar dari 10-4. Bila viskositas
dan kecepatan konstan, maka untuk menaikkan bilangan kapiler dilakukan dengan
menurunkan tegangan antarmuka sampai ribuan kali atau lebih. Kebanyakan minyak
mempunyai tegangan antar muka 25 dyne/cm, sedang dengan injeksi alkalin dapat
mencapai 0,001 dyne/cm.
Mekanisme ini berkaitan dengan bilangan asam, gravitasi dan viscositas.
Bilangan asam adalah sejumlah miligram Kalium hidroksida (KOH) yang diperlukan
untuk menetralisasikan satu gram minyak mentah (ph menjadi 7.0). Untuk hasil yang
baik setidaknya mempunyai bilangan asam 0,5 mg KOH/gr minyak mentah atau lebih.
B. Emulsifikasi
Pada pH, konsentrasi NaOH dan salinitas yang optimum serta konsentrasi asam
pada minyak di reservoir uang mencukupi, akan menyebabkan terjadinya emulsifikasi
di formasi. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa dengan menginjeksikan
emulsi minyak dalam air (water in oil emulsion) hasilnya akan lebih baik dibanding
injeksi dengan air. Peningkatan perolehan minyak yang sama dapat terjadi kalu emulsi
tersebut dapat dibangkitkan di formasi.
Ada dua sistem pengaliran emulsi, yaitu emulsifikasi entrainment (emulsifikasi
dan penderetan) serta emulsifikasi entrapment (emulsifikasi dan penjebakan).
Emulsifikasi entrainment yaitu bila emulsi yang terjadi akibat reaksi NaOH dengan
minyak di reservoir, kemudian emulsi tersebut masuk ke dalam air injeksi dan
mengalir bersamanya sebagai minyak-minyak yang halus. Alkalin mempunyai sifat
dapat mencegah minyak menempel pada permukaan pasir. Kondisi tersebut
diperlukan selama penderetan kontinyu terjadi untuk mempertahankan tegangan antar
muka yang rendah saat campuran bergerak melewati reservoir.
Emulsifikasi entrapment yaitu bila emulsi tersebut selama proses pengalirannya
ada sebagaian yang terperangkap kembali sehingga sedikit menghambat bergeraknya
air injeksi, dam mobility air injeksi menjadi berkurang. Maka akan memperbaiki
efisiensi penyapuan vertikal dan horisontal.
Keuntungan lain pada emulsifikasi ini adalah sifat pergerakan front-nya seperti
terlihat pada gambar 3.34.
106
Gambar 3.34.
Tekanan Dan Distribusi Fluida Dalam Kolom Pasir Pada Injeksi Alkalin18
C. Perbahan Kebasahan
Tenaga kapiler cenderung untuk menahan minyak pada media berpori. Hal ini
dapat dikurangi, dihilangkan atau diubah dengan mekanisme perubahan kebasahan..
Pada injeksi alkalin ada dua kemungkinan terjadinya perubahan kebasahan, yaitu
perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil-wet dan sebaliknya.
1. Perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil-wet
Mekanisme yang terjadi pada perubahan kebasahan dari water-wet menjadi oil-
wet, sebagai berikut :
Gambar 3.35.
Mekanisme Pergerakan Minyak Residual Dengan Peubahan Kebasahan3
a. Pada saat konsentrasi zat perubah kebasahan naik, batuan water-wet berubah jadi
oil-wet, akibatnya tenaga kapiler akan mendorong minyak pada kerongkongan pori
yang lebih sempit (gambar 3.35a.).
108
b. Pada saat yang bersamaan zat perubah itu akan menurunkan tegangan antarmuka,
akibatnya minyak akan pecah dan menjalar sepanjang kerongkongan pori (gambar
3.35b.)
c. Bila zat perubah kebasahan tersebut turun, batuan mulai berubah lagi menuju
water-wet sehingga mengakibatkan minyak menjadi retak-retak sepanjang
kerongkongan pori (gambar 3.35c).
d. Bila batuan tadi sudah menjadi water-wet kembali, maka minyak yang retak-retak
akan pecah dan lepas dari batuan, kemudian mengalir melalui kerongkongan pori
bersama air injeksi (gambar 3.35d).
2. Perubahan kebasahan oil-wet menjadi water-wet
Banyak peneliti yang menyatakan bahwa kenaikan perolhan minyak pada
perubahan kebasahan adalah dari oil-wet menjadi water-wet. Hal penting pada
perubahan kebasahan ini adalah perubahan permeabilitas relatif minyak dan air yang
menyertainya, dimana hal ini akan membantu terhadap perbaikan mobilty ratio
penginjeksian atau akan menurunkan WOR, sehingga terjadi kenaikan perolehan
minyak.
D. Peleburan Rigic Interfacial Film.
Beberapa hidrokarbon mempunyai kecenderungan untuk membetuk rigid
interfacial film. Film ini akan hancur dan masuk ke dalam minyak, tetapi prosesnya
sangat lambat. Bila film ini masuk ke dalam ruang pori yang kecil, maka ia akan
melipat membentuk simpul-simpul yang mengakibatkan minyak tidak dapat keluar
dari media berpori. Dengan injeksi alkalin, padatn film akan pecah atau larut terbawa
gerakan minyak sisa.
Gambar 3.36.
Perilaku Reservoir Setelah Injeksi Alkalin16
Perolehan minyak tambahan yang dapat diharapkan adalah sekitar 5 %, atau ultimate
recovery dengan memakai injeksi alkalin adalah 67 % dari minyak mula-mula
(OOIP). Perolehan minyak dapat tinggi jika ukuran slope yang diinjeksikan ke dalam
reservoir adalah jumlah yang optimal dan WOR produksi dengan injeksi alkalin akan
turun selama masa injeksi.
A. Kimiawi Polimer
Ada dua tipe dasar polimer yang saat ini banyak digunakan untuk EOR yaitu
polisakarida dan poliakrilamida. Jenis polisakarida yang digunakan dalam EOR adalah
xanthangum yang dihasilkan dari akuifitas bakteri xanthomonas campetris. Struktur
kimiawinya sebagai berikut :
C. Ukuran Polimer
Ukuran polimer dapat ditentukan secara matematis atau melakukan percobaan.
Flory (1953) merumuskan untuk polimer non-ionik :
1
r − 2 = 8(Wη ) 2
...........................................................................................(3.3)
Sedangkan untuk polimer linier :
r −2 = 6 s −2 .............................................................................................(3.4)
dimana:
W = berat molekul polimer
η = viscositas minyak intrinsik
µ − µs
lim
= c →0 cµ s
s = radius putaran molekul polimer.
µ = viscositas larutan polimer.
µs = viscositas pelarut.
c = konsentrasi polimer.
dan kriteria yang tepat terhadap suatu reservoir, oleh karena itu studi pendahuluan
merupakan faktor yang penting.
Gambar 3.37.
Mekanisme Injeksi Polimer3
Gambar 3.38.
Diagram Peralatan Pencampur Polimer Kering16
Karena laju larutan polimer yang berkonsentrasi tinggi begitu lambat, dibutuhkan
tangki-tangki pencampur yang relatif besar di bagian bawah. Tangki-tangki ini
biasanya di isi dengan nitrogen untuk mengeluarkan oxigen yang berasal dari udara.
Ini juga adalah tempat yang biasanya untuk memasukkan pemakan oksigen (oxygen
scavenger) atau biosida bila dirasa diperlukan. Polimer yang telah tercampur dalam
tangki diinjeksikan secara langsung dengan menggunakan pompa jenis positive
displacement. Jika dikhawatirkan akan terjadi penyumbatan permukaan (face
plugging) di sumur injeksi, well head cartridge filter bisa digunakan untuk
memastikan polimer yang telah diinjeksikan tidak terdapat penggumpalan gel dari
polimer dengan konsentrasi tinggi.
Persiapan larutan polimer dari polimer emulsi atau dari persediaan tidak begitu
kompleks. Hanya dibutuhkan pengukuran air dan penambahan zat-zat kimia. Cairan
polimer seringkali dapat disempurnakan dengan mixer statis atau mixer in-line tanpa
memakai tangki pencampur yang besar. Konsentrasi polimer yang tinggi disimpan di
dalam sebuah tangki dengan menggunakan pompa dengan ukuran untuk mengontrol
kecepatan polimer yang masuk ke dalam mixer.
114
pada saat melewati throttling valve. Cara yang umumya digunakan untuk mengontrol
rate (kecepatan) adalah penempatan tubing panjang dengan diameter relatif kecil.
Karena polimer-polimer sedikit sensitif terhadap viscous shear daripada viscoelastic
shear di dalam pipa orifice atau peralatan yang serupa, tubing-tubing tersebut
menyempurnakan sasaran (tujuan) kontrol aliran tanpa menurunkan kualitas polimer.
Diameter tubing dihitung berdasarkan shear rate untuk laju alir yang diinginkan,
sedangkan panjang coil (tubing) dihitung berdasarkan tekanan yang harus dihilangkan
sebelum memasukkan wellhead.
Gambar 3.39.
Diagram Sistim Manifold Untuk Distribusi Fluida Injeksi16
Gambar 3.40.
Karakteristik Reservoir Setelah Injeksi Polimer16
4. ∆P atau ∆P/L.
5. Karakteristik perpindahan kromatografi surfactant pada sistim tertentu.
Penyapuan areal oleh water floding sebelum injeksi surfactant diusahakan lebih
besar dari 50%
Diusahakan formasi yang homogen
Tidak terlalu banyak mengandung annydrite, pysum atau clay.
Salinitas lebih kecil dari 20000 ppm dan kandungan ion divale (Ca dan Mg)
lebih kecil dari 500 ppm.
f. N-acyl-n-alkyltaurates.
g. Parafin sulfonat (SAS). Secondary n-alkyltaurates.
h. Alfa olefin sulfonat (AOS).
i. Ester sulfosuccinate.
j. Alkyl napthalen sulfonat.
k. Isethionates.
l. Garam ester dari phosporic dan polyphosporic.
m. Perfluorinated anion.
2. Kation
a. Amine rantai panjang dan garam-garamnya.
b. Diamines dan polyamines dan garam-garamnya.
c. Garam Quartenary Ammonium.
d. Polyoxythelenated Amine rantai panjang.
e. Quarternized Polyoxythelenated rantai panjang.
f. Amine Oxides.
3. Nonion
a. Polyoxythelenated Alkylphenols, alkylphenol ethoxylates.
b. Polyoxythelenated rantai lurus alkohol, alkohol ethoxylates.
c. Polyoxythelenated mercaptans
d. Rantai panjang asam Ester Carboxylic.
e. Alakanolamine kondensat, Alkanolamides.
f. Tertiery Acetylenic Glicol.
4. Amphoterik
Surfactant jenis ini mengandung dua atau lebih aspek jenis lain. Sebagai contoh
amphoterik mungkin mengandung anion group dan non polar group. Surfactant jenis
ini tidak pernah digunakan dalam perolehan minyak. Yang termasuk ke dalam
surfactant ini adalah jenis-jenis aminocarboxylic.
B. Kuantitas Dan Kualitas Bahan Surfactant
Penentuan kuantitas bahan surfactant adalah penentuan volume surfactant yang
dibutuhkan dalam pendesakan. Slug surfactant yang digunakan ini jangan terlalu
120
banyak karena tidak ekonomis dan sebaliknya jangan terlalu sedikit karena
mengakibatkan permukaan minyak tidak semuanya dilalui.
Sedangkan yang dimaksud dengan kualitas surfactant adalah efektivitas kerja
dari surfactant untuk menurunkan tegangan permukaan antara minyak-air. Bahan
utama dari surfactant ini adalah petroleum sulfonat, dimana zat ini dihasilkan dari
sulfonatisasi minyak mentah.
Surfactant didefinisikan sebagai molekul yang mencari tempat diantara dua
cairan yang tidak dapat bercampur dan mempunyai kemampuan untuk mengubah
kondisi. Surfactant yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap minyak disebut
oil-soluble (mahagony) sedangkan surfactant yang mempunyai daya afinitas yang kuat
terhadap air disebut water soluble (green acid). Petroleum sulfonate mempunyai daya
afinitas terhadap air dan minyak.
Kualitas surfactant oleh parameter berat ekivalen. Semakin besar berat
ekivalennya, maka efektivitas kerjanya semakin baik, dan sebaliknya. Surfactant
dengan berat ekivalen yang terlalu besar maupun kecil tidak efektif sebagai bahan
dasar injeksi surfactant. Berat ekivalen surfactant yang menghasilkan recovery minyak
tertinggi adalah antara 375 sampai 475.
C. Pelarut dan Aditive
Pelarut utama surfactant adalah air dan minyak. Sulfonate yang merupakan hasil
industri penyulingan suatu campuran zat-zat kimia disebut Petroleum Feedstock,
dilarutkan dalam minyak atau air sehingga membentuk micele-micele yang
merupakan microemulsion dalam air atau minyak. Micele-micele berfungsi sebagai
medium yang miscible baik terhadap minyak atau air. Larutan yang menggunakan air
atau minyak sebagai pelarutnya, tergantung pada bentuk larutan yang dikehendaki,
apakah aqueous solution atau microemulsion (oil-external atau water-external
microemulsion). Dalam sistem aqueous solution, pelarut utamanya adalah air.
Sedangkan untuk oil-external adalah minyak, dan water-external pelarut utamanya
adalah air. Sebagai zat tambahan dalam slug surfactant digunakan kosurfactant,
umumnya adalah alkohol. Kosurfactant sering digunakan karena mrmpunyai banyak
fungsi dalam sistem pendesakan, antara lain viscositas larutan dapat diatur dengan
kosurfactant untuk kontrol mobilitas. Dari pengalaman di lapangan, penggunaan
121
Gambar 3.41.
Diagram Sistem Water Treatment17
Gambar 3.42.
Diagram Sistem Pencampuran Slug Surfactant17
pendorongan air, terdiri dari komponen surfactant, air, minyak dan alkohol sebagai
kosurfactant. Campuran cairan surfactant ini diijeksikan ke dalam reservoir sebagai
slug kemudian didorong oleh larutan polimer untuk memperbaiki mobilitas aliran,
selanjutnya diikuti pendorongan air agar hemat bahan polimer. Slug yang biasa
digunakan dari 5 – 15 % PV(Pore Volume), diharapkan kemampuannya menghasilkan
tambahan perolehan diatas perolehan jika digunakan secondery recovery.
Gambar 3.43.
126
3.44.
Diagram Sistem Pencampuran Slug Surfactant16
Gambar 3.45.
Sistem Penginjeksian Surfactant16
Tanpa alat pengontrol aliran pada masing-masing sumur, aliran relatif ditentukan
dengan mengukur daya tahan aliran dalam aliran masing-masing sumur injeksi. Untuk
mengimbangi injeksi yang tak terkontrol, dibutuhkan beberapa jenis kontrol aliran
pada masing-masing sumur. Jika fluida yang diinjeksikan adalah atau slug tercampur
(miscible slug), throttling valve sederhana cukup untuk mengukur aliran. Jka sejumlah
sumur mendapat fluida dari satu pompa dalam jumlah yang besar, alat-alat pengontrol
dapat menjadi tidak stabil karena seluruh sistem saling berhubungan. Perubahan
sedikit saja pada perawatan throttling pada sumur menyebabkan perubahan aliran di
sebuah sumur yang lainnya, karena laju alir total tetap konstan. Namun sistem ini
tetap dapat bekerja jika cukup memonitoring terhadap laju injeksi pada masing-
masing sumur.
data yang diperoleh dari keberhasilan injeksi surfactant pada sumur-sumur produksi
yang telah dilakukan , dapat diambil perilaku reservoir setelah injeksi surfactant.
Perolehan minyak yang dapat mengharapkan dari injeksi surfactant adalah sekitar
adalah 82 % dari OOIP (original oil in place) atau bahkan lebih jika dilakukan injeksi
surfactant di laboratorium dengan memakai model batu pasir. Namun keseluruhan
dari injeksi surfactant dapat dihasilkan perolehan minyak yang lebih besar dari pada
menggunakan injeksi air konvensional. Sedangkan perolehan tambahan adalah sekitar
15% dari residual oil reserves. Untuk reservoir dengan kandungan minyak kental atau
reservoir minyak berat perolehan yang mungkin didapat adalah sekitar 30%. Untuk
reservoir minyak dengan solution gas drive perolehan yang dapat diharapkan lebih
kecil, yaitu sekitar 15 % dan untuk reservoir minyak dengan water drive injeksi gas
atau gravity drainage sekitar 10 %.
Perolehan minyak bertambah jika ukuran buffer mobilitas semakin besar. Dari
percobaan diketahui bahwa perolehan minyak maximum dengan injeksi surfactant
terjadi pada harga salinitas yang optimal (gambar 3.46.)
Gambar 3.46.
Karakteristik Reservoir Setelah Injeksi Surfactant16
129
.B Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas dari benda bertemperatur tinggi ke
benda bertemperatur rendah, dimana kedua benda tersebut dipisahkan oleh ruang
bebas dan ruang vakum.
Persamaan dasar untuk radiasi termal dari suatu radiator ideal (benda hitam)
dikemukakan oleh Stefan-Boltzmann sebagai berikut :
qr = σ A1 T1*4 .................................................................................................(3.6)
Dimana :
qr = laju perpindahan panas radiasi,BTU/jam.
σ = konstanta Stefan-Boltzmann=1,713 x 10-9 BTU/jam-ft2-oR4.
A1= luas permukaan, ft2
T1*= temperatur absolut permukaan, oR.
.C Konveksi
Konveksi adalah proses transfer energi yang disebabkan oleh aksi serentak dari
kegiatan-kegiatan konduksi, penyimpanan energi dan gerakan aduk. Konveksi
merupakan mekanisme perpindahan panas yang terpenting antara suatu permukaan
benda padat dengan cairan atau gas. Laju perpindahan panas konveksi dapat dihitung
dengan persamaan :
Qc = hcA ∆T .............................................................................................................(3.7)
Dimana :
Qc = laju perpindahan panas konveksi, BTU/jam.
Hc = satuan konduktans termal untuk konvek\si yang dinamakan koefisien
perpindahan panas konveksi, BTU/jam –ft2-oF.
A = luas permukaan panas konveksi, ft2.
∆T = beda antara temperatur permukaan (Tp) dengan temperatur pada suatu titik
tertentu dalam suatu fluida, oF.
131
Koefisien perpindahan panas konveksi merupakan fungsi dari geometri (dimensi dan
bentuk permukaan), kecepatan aliran konveksi, sifat fisik fluida, perbedaan
temperatur.
B. Koduktivitas Panas
Konduktivitas panas dari kebanyakan batuan akan mengecil dengan naiknya
temperatur.
a. Difusivitas Panas
Difusivitas panas adalah perbandingan antara
konduktivitas panas dengan hasil kali antara
densitas dan kapasitas panas. Dinyatakan dalam
persamaan :
α = Kh / (ρ C) ...................................................................................................(3.10)
α = difusifitas panas, ft2/jam.
Kh = konduktivitas panas, BTU/jam-ft-°F.
ρ C = kapasitas panas volumetrik, BTU/ft3- °F
Difusivitas panas sangat dipengaruhi oleh konduktivitas panas dan kapasitas
panas Semakin banyak jumlah panas yang di transfer maka harga difusivitas semakin
tinggi, tetapi sebaliknya semakin tinggi konduktivitas panasnya maka harga difusivitas
panasnya semakin kecil.
Dalam hal ini difusivitas panas akan semakin kecil dengan semakin
bertambahnya temperatur.
b. Kehilangan Panas (Heat Loss)
Dalam injeksi, kehilangan panas terjadi karena adanya perpindahan panas selama
perjalanan fluida dari tempat asal ke tujuan akhir di reservoir.
2. Kehilangan Panas Di Permukaan
Fluida panas meninggalkan generator mengalir melalui stream line di permukaan
menuju ke well head. Dari keadaan ini akan terjadi kehilangan sebagian panas
yang disebabkan karena adanya perbedaan temperatur fluida di sekelilingnya.
Untuk memperkecil kehilangan panas yang terjadi, maka stream line diberi isolasi.
3. Kehilangan Panas Di Sumur Injeksi
Laju kehilangan panas di sumur injeksi ini jumlahnya lebih besar dibandingkan di
streamline. Hal ini disebabkan karena adanya perpindahan panas dari fluida panas
ke formasi di sekitar lubang sumur. Dalam proyek injeksi uap, untuk mengurangi
133
kehilangan panas yang lebih besar di lubang sumur, maka digunakan tubing
berisolasi.
4. Kehilangan Panas Di Reservoir
Ramey (1965) mengusulkan model matematik injeksi uap dari Marx and
Langenheim. Dalam hal ini cap rock dan base rock dianggap mempunyai sifat
termal dan sifat fisik yang sama.
3.3.3. Injeksi Air Panas
Injeksi air panas merupakan salah satu metode thermal recovery yang digunakan
untuk reservoir yang mempunyai viscositas tinggi. Metode ini juga banyak digunakan
untuk reservoir-reservoir dangkal yang mempunyai range viscositas antara 100 – 1000
cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi mobility ratio water drive dalam reservoir
dan karena itu akan menambah efisiensi recovery.
Gambar 3.47.
Distribusi Injeksi Air Panas18
Zona II :
Minyak ditempat didesak oleh air pada temperatur yang sama.
Saturasi minyak sisa dari zone II sama dengan jika dilakukan injeksi air dingin.
Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah break
through air dingin pada sumur produksi, dan kenaikan recovery minyak biasanya
disertai dengan tingginya WOR (water oil ratio).
Gambar 3.48.
Distribusi Saturasi Dan Temperatur Pada Hot Water Drive18
Zona yang terpanasi dan bagian atau bank air yang mendingin akan segera
terakumulasi setelah injeksi air panas dimulai. Bank air yang mendingin secara
kontinyu akan terbentuk di depan zona yang terpanasi, tetapi dengan laju yang lebih
lambat. Hal ini terjadi karena perpindahan panas hampir terjadi seketika dan rasio
kapasitas panas air dengan batuan sekitar dua atau tiga unit PV air panas yang harus
diinjeksikan untuk memanaskan satu volume bulk reservoir.
Distribusi temperatur dalam zone yang terpanasi tergantung kepada kehilangan
panas di cap rock dan base rock, tetapi kecepstan leading edge tidak bergantung pada
kehilangan panas. Kecepatan ini berbanding lurus dengan flux air dan tergantung pada
kapasitas panas air dan batuan. Gambar 3.48. menunjukkan distribusi saturasi dan
temperatur pada hot water drive.
Hubungan kecepatan dengan kapasitas panas menurut Dietz adalah sebagai
berikut :
Vtr (1 −φ) ρmcm + φSorρoco
=1 +
Vt ϕ(1 − Sor ) ρwcw .............................................................
(3.11)
dimana :
cm = kapasitas panas spesific material matrix, kcal/kg.°C.
co = kapasitas panas spesific minyak, kcal/kg.°C.
cw = kapasitas panas spesific air, kcal/kg.°C.
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi.
Vt = kecepatan front temperatur T, m/hari.
Vtr = kecepatan front tracer, m/hari.
ρm = densitas material matrix, kg/m3.
ρo = densitas minyak, kg/m3 .
ρw = densitas air, kg/m3.
136
φ = porositas, fraksi.
Pertama kali minyak akan di desak oleh air dingin sebelum front panas sampai.
Air panas akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small fingers)
sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold water drive sebab hot
water kurang viscous dibandingkan dengan cold water tetapi hakekatnya masih
mendorong minyak dingin. Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari hot
water channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara konduksi. Hal ini
akan mengurangi viscositas minyak dan meningkatkan efek water drive.
Dalam hot water channels, temperatur yang lebih tinggi akan mengurangi
oil/water viscosity ratio. Akibatnya pendeskan lebih efektif dan saturasi minyak yang
tersisa lebih rendah pada bagian yang tersapu dari lapisan minyak.
Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah
breakthrough air dingin pada sumur produksi, dan kenaikkan recovery minyak
biasanya disertai dengan tingginya WOR (water oil ratio).
2. Design dan operasinya sebagian besar dapat menggunakan fasilitas water flood.
3. Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood conventional.
B. Kerugian
1. Air mempunyai kapasitas panas yang rendah dibanding steam.
2. Perlu adanya treatment khusus untuk mengontrol korosi, problem scale, swelling
maupun problem emulsi.
3. Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada overburden dan
underburden, hal ini akan menjadi kritis apabila formasi underburden dan
overburden berupa shale.
4. Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi sand yang
tipis.
dan Ps disebut uap tersaturasi. Kandungan panasnya merupakan entalpi uap dan
diberikan dalam persamaan : hs = hw + 1
Pada tabel 3.5. diberikan sifat-sifat uap untuk berbagai tekanan dan temperatur.
Tabel 3.5
Sisat-Sifat Uap3
Cap rock dan base rock merupakan batuan yang homogen dan isotropik dengan
ketebalan tidak terhingga
Mekanisme panas konduksi dalamarah radial diabaikan
Uap mendesak minyak tanpa hot water bank
Untuk meminimalkan panas yang dibutuhkan, laju injeksi harus tinggi, pola
injeksi harus kecil dan formasi harus tebal.
Jika saturasi minyak awal tinggi, perolehan minyak tiap bbl uap yang diinjeksi
juga akan tinggi.
Gambar 3.49.
Diagram Skematik Injeksi Uap
Dan Distribusi Temperatur Formasi
141
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang diinjeksikan.
Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang secara kontinyu
disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari sumur (tergantung dari
temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan), uap akan mencair dan
membentuk hot water bank. Pada zona uap, minyak tergiring oleh distilasi dan
pendorongan uap. Pada hot water, perubahan sifat-sifat fisik minyak dan batuan
reservoir mempengaruhi dan menghasilkan perolehan minyak. Perubahan tersebut
adalah ekspansi panas dari minyak, penurunan viskositas dan saturasi minyak sisa dan
merubah permeabilitas relatif.
Gambar 3.50.
Hasil Percobaan Injeksi Uap Pada Pola Five Spot 17
Bila viskositas minyak dan temperatur uap semakin tinggi maka sweep efficiency-nya
akan bertambah kecil.
Gambar 3.51.
Sweep Efficiency versus Laju Produksi Uap
Pada Model Stream-Channel Untuk Pola Five-Spot 17
Farouq Ali juga melakukan percobaan pada model stream-channel untuk pola
five spot. Gambar 3.52. menunjukkan hasil percobaannya dimana harga sweep
efficiency dipengaruhi oleh besarnya laju injeksi.
Untuk laju injeksi yang semakin besar didapatkan sweep efficiency yang semakin
besar pula.
suatu bagian dari reservoir yang akan dikembangkan dengan pola injeksi tertentu
(pilot injeksi). Performance dari pilot injeksi ini digunakan untuk mengevaluasi
performance dari seluruh reservoir bila diinjeksi dengan pola yang sama.
Dalam segi pendesakan fluida umumnya dibagi dalam dua konsep yaitu prinsip
desaturasi dan prinsip kerja torak. Prinsip desaturasi oleh Bucley dan Laverett (1942).
Gerakan fluida pendesak dan fluida yang didesak (minyak) di dalam reservoir
dipisahkan oleh suatu bidang batas (front) antar fasa diantara kedua fluida tersebut.
Dalam prinsip ini fluida yang mengalir didepan front terdiri atas satu fasa, sedangkan
di belakang front fluida pendesak dan yang didesak mengalir bersama-sama dengan
kecepatan yang berbeda sesuai dengan mobilitasnya. Pendesakan ini
berlangsunghingga mencapai harga residunya. Anggapan-anggapan dalam prinsip
desaturasi adalah :
Keadaan aliran mantap.
Sistem pendesakan dari dua macam fluida yang tidak saling larut.
Fluida reservoir tidak dapat dimampatkan.
Aliran terjadi pada media berpori yang homogen.
Prinsip kerja torak dikembangkan oleh Stiles (1949) serta Dykstra dan Parsons
(1950). Dalam prinsip ini fluida pendesak mengalir dibelakang front, sedangkan
didepan front mengalir fluida yang didesak. Pendesakan ini berlangsung hingga
mencapai saat breakthrough. Anggapan anggapan dalam prinsip kerja torak adalah :
Aliran terjadi pada media berpori yang homogen.
Geometri media berpori linier dengan ketebalan konstan.
Kecepatan fluida pendesak dan didesak adalah sama.
Selama berlangsungya proses pendesakan tidak ada perubahan mobilitas.
Pada proyek injeksi uap, dalam prinsip desaturasi maupun prinsip kerja torak
diambil anggapan bahwa setelah steam breakthrough tidak ada lagi produksi minyak.
Peramalan recovery dihitung dengan persamaan Volek dan Pryor yang menyatakan
bahwa minyak yang diproduksikan sama dengan volume zone uap sampai saat
breahthrough yang diekivalenkan dengan bulk volume pattern (pola) berbentuk radial
dikalikan dengan sweep efisiensi-nya. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam
persamaan Volek dan Pryor adalah :
144
Dimana :
Np = produksi minyak kumulatif, STB.
φ = porositas, fraksi.
hn =ketebalan bersih lapisan, ft.
ht = ketebalan total lapisan.
So = saturasi minyak mula-mula, fraksi.
Sor = saturasi minyak residual, fraksi.
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB.
Vst = volume zone uap, ft3.
4. Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada bagian atas akan tersaturasi
steam, sehingga efisiensi pendesakan pada formasi bagian atas sangat baik. Oleh
karena itu secara keseluruhan, efisiensi pendesakan vertikalnya kurang baik.
5. Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar, tergantung pada faktor
heterogenitas batuan.
Gambar 3.52.
Penampang Melintang Formasi16
Udara
In-Situ yang
Combustion
diinjeksikan
disebut
dapat
jugaditambah
fire flood.air,
Penyalaan
artinya yang
udaraterjadi
injeksidibukan
satu tempat
udara
di reservoir
kering. Berdasarkan
akan merambat
kadar air
ke pada
arah dimana
udara injeksi
terdapat
forward
bahan combustion
bakar yang telah
digolongkan
tercampur
ke
dengandry
dalam udara
combustion,
injeksi. Berdasarkan
wet combustion
perambatan
dan combination
pembakaran
of forward
ini In-Situ
combustion
Combustion
and
dibagi flood
water dalam(partially
forward quenched
combustion
combustion
dan reverse
atau
combustion.
pemadaman sebagai pembakaran).
A.1. Dry Combustion
Pada dry combustion, injeksi udara kering dilakukan melalui sumur injeksi udara
ini akan bereaksi dengan bahan bakar di reservoir, dimana campuran ini pada
temperatur tertentu akan terbakar (menyala). Daerah didepan “muka pembakaran”
akan naik temperaturnya dan dengan adanya udara bercampur dengan bahan bakar di
situ perambatan pembakaran akan terjadi. Dibagian lain, daerah dibelakang muka
pembakaran, pembakaran akan berlangsung terus hingga bahan bakar di daerah
tersebut habis. Pemabakaran ini akan mengambil O2 dari udara injeksi sehingga
mengakibatkan udara yang sampai didepan muka pembakaran merupakan udara sisa.
Hal ini meruapakan kelemahan pemakaian dry combustion pada reservoir yang
mengandung bahan bakar dalam jumlah yang besar, karena untuk mendapatkan laju
pembakaran minimum diperlukan laju injeksi udara yang besar berarti menaikkan
biaya kompresi udara, dimana biaya ini memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan proyek secara ekonomis. Di lain pihak, secara teknis,
kompresor juga memiliki kemampuan terbatas.
A.2. Wet Combustion
Pada wet combustion, udara yang diinjeksikan ke dalam reservoir, bukan
merupakan udara kering tetapi mengandung air. Kegunaan air yang diikutsertakan
pada udara injeksi adalah untuk menaikkan efisiensi panas.
Panas yang ditimbulkan pembakaran pada in situ combustion dimaksudkan untuk
menaikkan temperatur minyak agar viskositas minyak menurun. Zone pembakaran
bergerak lebih lambat dari pergerakan fluida, berarti dibelakang zone pembakaran
diharapkan tidak ada lagi minyak yang bergerak. Daerah dibelakang zone pembakaran
mempunyai temperatur yang sangat tinggi. Apabila dibiarkan, panas akan menyebar
ke lapisan atas lapisan bawah dari lapisan sasarannya, berarti ini merupakan panas
yang terbuang. Air yang terkandung dalam udara injeksi akan menyerap panas dengan
efek konduksi, kemudian terjadi penguapan.
147
Uap yang terjadi akan masuk ke dalam zone pembakaran dan karena lajunya
lebih besar dari laju muka pembakaran, uap akan menembus muka pembakaran dan
memasuki daerah yang lebih dingin. Pada daerah yang lebih dingin ini akan terjadi
lagi pelepasan panas oleh uap air tersebut dan terjadi kondensasi. Jadi dapat dilihat
bahwa panas yang tertinggal pada batuan dibelakang front zone pembakaran oleh air
yang terkandung pada udara injeksi dipindahkan ke zone di depan muka pembakaran.
A.3. Kombinasi Forward Combustion Dengan Water Flooding (COFCAW)
Combination of Forward Combustion and Water Flooding di sebut juga
partially quenched combustion (pemadaman sebagian pembakaran). Kadar air pada
udara injeksi lebih besar dibandingkan wet combustion.
Air yang terdapat pada udara injeksi tidak akan teruapkan seluruhnya, pada
batuan panas di belakang zone combustion hingga temperatur zone combustion turun
tetapi dijaga di atas temperatur untuk melanjutkan pembakaran dan temperatur di
depan muka pembakaran masih dapat melakukan destilasi crude oil (mengendapkan
bahan bakar pada batuan dan mengalirkan komponen ringan hidrokarbon). Makin
kecil temperatur zone combustion, makin kecil pula panas yang hilang ke lapisan atas
dan bawah lapisan target. Pada gambar 3.54. dapat dilihat distribusi temperatur dan
pemindahan panas pada ketiga forward combustion.
Pemadaman sebagai pembakaran disini diartikan karena tidak semua bahan bakar
yang terendap pada batuan dipakai. Penurunan temperatur zone combustion secara
terus-menerus mengakibatkan pembakaran padam sebelum bahan bakar tersedia
habis.
B. Reverse Combustion
Dilihat dari pergerakan muka pembakaran, minyak produksi reserve combustion
berbeda dengan minyak produksi forward combustion. Pada reserve combustion
minyak produksi telah mengalami pembakaran, bukan hanya efek konduksi.
Terjadinya adalah sebagai berikut, minyak di depan muka pembakaran akan turun
viskositasnya oleh efek konduksi panas dan siap untuk bergerak, karena tekanan pada
sumur injeksi lebih besar dari tekanan sumur produksi, maka minyak bergerak ke arah
sumur produksi melalui zone combustion. Seluruh minyak yang dapat terbakar di
reservoir akan terbakar pada zone combustion, sisanya yang bergerak masuk sumur
148
produksi, karena mutu minyak produksi jenis ini lebih rendah mutunya dari pada
minyak produksi forward combustion.
Tetapi dilain pihak reserve combustion akan dapat memproduksi reservoir yang
mengandung minyak yang immobile semi solid, ini dapat dijelaskan oleh proses
pergerakan muka pembakaran di atas.
Arah pergerakkan muka pembakaran pada jenis ini berlawanan dengan arah
pergerakkan udara injeksi. Penyalaan terjadi di sekitar sumur produksi, bergerak
merambat ke arah sumur injeksi. Gambar 3.53 memperlihatkan arah pergerakan muka
pembakaran dari sumur produksi menuju sumur injeksi. Udara yang diinjeksikan
melalui sumur injeksi membentuk cerobong-cerobong udara ke arah sumur produksi
sehingga pembakaran dapat berlangsung di dekat sumur produksi dengan sumber C2
berasal dari sumur injeksi.
Gambar 3.53.
Ilustrasi Proses Reserve Combustion18
149
Gambar 3.54.
16
Pemindahan Panas Pada Forward Combustion
temperatur,
Tahap minyak
ini bertujuan
akan lebih
untuk
mudah
menaikkan
bergerakharga
sehingga
saturasi
sebagian
di reservoir
minyak terdesak
sampai
akan menjauhi
mencapai harga zone
saturasi
pembakaran.
di atas saturasi
Di sini
gasbahan
critical
bakar
(di bawah
yang dipergunakan
harga ini, gasadalah
tidak
endapan
dapat bergerak).
hidrokarbon
Tahapyang
ini mencegah
mempunyai
“liquid
perbandingan
blocking” yaitu
atom karena
C/H yang
saturasi
relatif
gas besar
kecil
yang disebut
maka gas hasil
coke.
pembakaran akan sulit untuk mengalir, dan menghalangi percampuran
antara oksigen dengan bahan bakar. Bila keadaan ini terjadi secara berlarut-larut maka
pembakaran akan padam.
Sedangkan bila terjadi penyalaan terlalu awal atau yang disebut dengan
penyalaan dini (premature ignition). Ini dapat terjadi bila gas yang diinjeksikan adalah
udara. Udara mengandung ± 20 % PV oksigen, dengan crude akan terjadi reaksi
eksoterm. Dalam kondisi temperatur reservoir (100 °F) reaksi oksidasi crude akan
berjalan lambat. Tetapi bila sebelum penyalaan spontan dapat terjadi, ini disebabkan
sifat crude oil untuk melakukan reaksi.
Dengan meningkatnya temperatur , reaksi oksidasi akan bertambah cepat. Untuk
keadaan seperti ini, dianjurkan untuk melakukan injeksi pada tahap sebelum
penyalaan menggunakan gas yang tidak melakukan reaksi eksoterm dengan crude oil.
Setelah harga saturasi gas ditetapkan, selanjutnya dilakukan tahap penyalaan.
B. Tahap penyalaan
Dalam tahap ini, daerah penyalaan dekat dengan sumur injeksi dan waktu untuk
mendapatkannya relatif singkat. Bila penyalaan yang terjadi jauh dari sumur injeksi
mengakibatkan terjadinya arah gerak pembakaran balik (reserve combustion), front
bergerak ke arah sumur injeksi. Saat front tiba di sumur injeksi , temperatur akan
tinggi melampaui daya tahan peralatan bawah permukaan. Bila waktu penyalaan
terlalu lama maka akan memakan biaya pengeluaran yang lebih besar karena waktu
penyalaan dapat mencapai berminggu-minggu. Untuk mendapatkan penyalaan yang
diinginkan, tersedia beberapa metode penyalaan dan ini disesuaikan dengan keadaan
reservoirnya. Oleh Strange dikelompokkan menjadi dua yaitu : penyalaan spontan dan
penyalaan buatan. Dalam penyalaan spontan, reaksi antara oksigen dengan crude oil
dan panas hasil pembakaran akan mencapai temperatur nyala dari crude oil. Sedang
untuk penyalaan buatan membutuhkan bantuan untuk mencapai temperatur nyala.
Penyalaan ini membutuhkan electrical meter, downhole burner, hot fluid injection dan
chemical.
151
Gambar 3.55.
Proses Pelaksanaan In-Situ Combustion17
Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang tertentu, salah satu proses
mungkin dapat lebih murah tergantung pada konsumsi bahan bakar dan kedalaman
reserevoir. Namun jika harga bahan bakar meningkat, biaya pemanasan dengan
menggunakan injeksi uap menjadi lebih besar.
Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat injeksi uap lebih
menguntungkan.
Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah karena bertambahnya
kedalaman akan membuat forward combustion lebih menguntungkan.
Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir bertambah, pemanasan dengan
menggunakan combustion lebih menguntungkan.
Jika ketebalan pasir berkurang dan tekanan bertambah, combustion lebih
menguntungkan dibandingkan injeksi uap.
Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan udara.
153
B. Kekurangan
Terbentuknya
In-Situ
emulsi
Combustion
air minyak yang memiliki kekentalan seperti susu kental
akan dapat menyebabkan permasalah pada pemompaan dan menurunkan
produktivitas sumur.
Terproduksinya air panas yang memiliki pH rendah (asam), yang kaya akan
sulfat dan besi, yang menyebabkan polusi lingkungan dan permasalahan korosi
pada sumur produksi.
Produksi pasir dan caving meningkat yang dapat menyebabkan penyumbatan
pada liner.
Penyumbatan lubang sumur produksi karena pengendapan karbon dan lilin
sebagai hasil peretakan panas minyak.
Produksi gas yang membahayakan lingkungan seperti karbon monoksida dan
hidrogen sulfida.
Kerusakan tubing dan liner karena terlalu tingginya temperatur pada sumur-
sumur produksi.
Gambar 3.56.
Kehilangan Panas Versus Waktu3
Tekanan reservoir
Jika tekanan reservoir tidak cukup, stimulasi uap menjadi tidak ekonomis. Akan
tetapi jika pengaturan periode injeksi dan perendaman sesuai akan didapat
produksi minyak yang banyak.
B. Parameter Operasi
Laju injeksi dan kualitas uap.
Dalam kasus pendesakan : jarak antar sumur.
Sumur-sumur sering diatur sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan
pengaruh chanelling yang merugikan (pola line drive) atau heksagonal atau
oktagonal.
155
Dalam kasus stimulasi : waktu injeksi, waktu perendaman, waktu produksi dan
laju produksi.
e. Penyumbatan selektif
Penelitian laboratorium pada sistem reservoir batuan reservoir memperlihatkan
bahwa microbial selective plugging secara teknis layak dan dapat membelokkan
aliran dari permeabilitas yang tinggi ke rendah. Selective plugging ini dapat juga
digunakan untuk memperbaiki waterflooding dengan membelokkan aliran dari
permeabilitas yang lebih tinggi ke daerah yang memiliki permeabilitas rendah.
f. Produksi polimer
Polimer digunakan untuk mengurangi mobilitas fasa air dan dapat mengontrol
mobilitas dengan cara menaikkan viscositas fasa air.
Tabel 3.6.
Screening Criteria Untuk Injeksi Mikroba17