Anda di halaman 1dari 53

BAB III

TEORI DASAR INJEKSI CO2

Pada bab teori dasar ini akan membahas hal-hal mengenai perkembangan

teknologi Enhanced Oil Recovery, kareteristik fluida reservoir, karateristik batuan

reservoir, karateristik gas CO2 sebagai fluida injeksi, tekanan tercampur minimum

CO2 – minyak dan proses penentuan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak

secara laboratorium dan Simulasi.

3.1 Perkembangan Teknologi Enhanced Oil Recovery

Teknologi Enhanced Oil Recovery bertujuan untuk meningkatkan

perolehan serta produksi minyak dari reservoir yang telah dianggap tidak dapat

lagi diproduksikan (Depleted Reservoir) melalui injeksi air atau injeksi gas tidak

tercampur. Teknologi Enhanced Oil Recovery juga bertujuan untuk meningkatkan

perolehan minyak dari reservoir yang tidak menunjukkan penambahan produksi

walaupun telah digunakan injeksi air atau injeksi gas.

Metoda Enhanced Oil Recovery dapat dibagi menjadi 3 bagian utama,

yaitu : injeksi gas tercampur, injeksi kimia, dan injeksi thermal. Pada awal tahun

1960, terdapat 3 teknologi yang dapat dikatakan sebagai teknologi Enhanced Oil

Recovery, yaitu: Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR), Surface Mining,

dan Vibroseismic.

Berdasarkan jenis gas yang digunakan maka injeksi gas tercampur, dapat

dibedakan atas: injeksi gas CO2, injeksi gas inert, dan injeksi gas hidrokarbon.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
9

Injeksi gas CO2 tercampur telah diteliti sejak tahun 1950, dimana Whorton dkk

menerima hak paten peningkatan perolehan minyak dengan menggunakan CO2.

Secara umum gas CO2 tercampur dapat menurunkan viscositas minyak,

menurunkan densitas minyak, dan ekstraksi komponen hidrokarbon didalam

minyak. Perolehan penerapan injeksi gas CO2 tercampur telah dimulai secara luas

pada beragam kondisi reservoir.

Tabel 3.1

Pelaksanaan Injeksi CO2 Tercampur di Amerika Serikat 1

Field Formation Depth BHT Oil Permeability Porosity MMP Start


Type (ft) (F) Gravity (md) (%) (psi) Date
(API) (year)

Mead Straw Sandstone 4475 135 41 9 9 850 1964


Lick Creek Sandstone 2250 118 17 1500 29 - 1976
W. Island Sandstone 12800 225 33 3500 27 5500 1977
Little Creek Sandstone 10700 248 39 65 23 5000 1974
Crowden Dolomite 4300 94 35 7 11 - 1973
Crosset Sandstone 5300 106 44 3 22 1650 1972
South Gillock Sandstone 9000 214 38 900 28 - 1972
Kelly-Snider Limestone 6700 132 42 19 8 1600 1972
Twofreds Sandstone 4800 104 36 33 20 1400 1974
Richie Sandstone 2600 126 16 2750 31 - 1969
Slugther Dolomite 4950 105 28 8 10 1075 1976
Watson Dolomite 4890 107 32 2 11 1250 1972
G. Creek Sandstone 2000 75 45 5 18 1000 1976
Grifftville Sandstone 2300 83 43 8 11 1000 1976
Rock Creek Sandstone 2000 73 45 20 22 1000 1976
Supported by U.S 1997

Awalnya tahun 1960, injeksi gas CO2 tercampur telah digunakan pada lapangan-

lapangan minyak di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika (Tabel 3.1). Dichary,

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
10

Kane dan Stalkup pada tahun 1978 menyimpukan bahwa penerapan injeksi gas

CO2 tercapur sukses secara teknologi maupun ekonomi pada kondisi krisis

minyak dunia.

Injeksi gas inert, umumnya menggunakan gas N2 sebagai komponen utama

gas injeksi dan metoda ini telah dipelajari secara mendalam oleh beberapa peneliti

seperti Fettka, 1928 dan Mills, 1928. Keuntungan injeksi gas inert ini adalah

pengembangan volume gas inert pada temperature tinggi yaitu +5 kali dari

volume semula. Keuntungan lain dari injeksi gas inert ini menurut Peterson dkk

adalah kemampuannya untuk mempertahankan tekanan reservoir yang berasal

dari gas cap drive, hal ini disebabkan karena gas inert mempunyai tekanan

tercampur yang tinggi dengan minyak (+10.000 psi di Lapangan Pointer, USA).

Sumber gas inert adalah boiler flue gas, gas engine exhaust dan nitrogen

dari cryogenic air separation. Penerapan injeksi gas inert pada lapangan minyak di

Amerika Serikat, umumnya bersumber dari boiler flue gas dan gas engine exhaust

seperti Lapangan Willow Draw, Wyoming USA.

Beberapa proyek injeksi gas inert yang sukses adalah Lapangan Block 31,

Texas mempunyai densitas minyak 48 API, tekanan saturasi sebesar 2674 psi.

proyek gas inert mulai diterapkan pada tahun 1966 dimana injeksi air dan injeksi

gas dianggap tidak cocok pada lapangan ini, karena rendahnya porositas dan

permeabilitas batuan reservoir. Injeksi gas inert Lapangan Hawkins, Texas USA

dimnulai pada tahun 1978. Lapangan ini memiliki porositas sebesar 0.28 dan

permebailitas 3400 md. Minyak diproduksikan dari formasi Woodbine Sandstone

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
11

pada kedalaman 4350 ft, dengan tenaga dorong kombinasi dari gas drive dan

water drive.

Penelitian injeksi gas hidrokarbon (injeksi gas diperkaya) dalam

peningkatan perolehan minyak dimulai pada tahun 1952 oleh Pozzi dan

Blackwell, Arnold, Stand, dan Luffe pada tahun 1963. Disimpulkan bahwa

terjadinya proses pendesakan gas mengembun (condensing fluid displacement)

pada injeksi gas diperkaya. Permasalahan chanelling dan by passing oleh gas

diperkaya telah dilaksanakan antara lain pada Lapangan Midway Sunset,

California USA. Lapangan ini memiliki porositas 24.1% permeabilitas 160-1500

dan densitas minyak 31 API.

Injeksi kimia, berdasarkan jenis senyawa kimia yang digunakan dapat

dibagi menjadi: injeksi alkali (Caustic), injeksi polimer (Miscellar), injeksi ASP

(Alkali-Surfaktan-Polimer). Pada tahun 1917, F. Squiras telah menggunakan

alkali yang telah ditambahkan dalam air tawar untuk menguji pendesakan minyak

secara laboratorium dan H. Atkinson menerima hak paten pada tahun 1927, atas

penggunaan alkali (Caustic) pada industry perminyakan. Hak paten juga diberikan

kepada P. Subkow pada tahun 1942, atas penggunaan senyawa kimia kompleks

pada industry perminyakan yaitu, menggunakan “Emulsifier (Aqueous

Emulsfiying Agent)” dalam peningkatan perolehan minyak Heavy Oil (Bitumen)

Injeksi alkali (Caustic) telah dimulai pada tahun 1952 di Amerika Serikat,

dimana digunakan sodium karbonat yang telah dilarutkan dalam air tawar.

Kemudian larutan diinjeksikan kedalam salah satu reservoir pada Lapangan

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
12

Bradford, USA. Hasil injeksi ini sangat mengecewakan karena tidak adanya

peningkatan produksi.

Injeksi alkali (Caustic) telah digunakan pada Lapangan,Nebraska USA

pada tahun 1962. Lapangan ini memiliki +50acre, volume pori sebesar 756 Mbbls

dan permeabilitas sebesar 330 md. Injeksi kimia dilaksanakan dengan

menginjeksikan “slug” secara bertahap dengan volume total sebesar 60.650 bbl.

Bahan kimia injeksi berupa air tawar yang ditambahkan NaOH sebesar 2% berat.

Hasil injeksi ini menambah produksi minyak sebesar 29 BOPD atau 17.600 Bbl

per tahun. Pertambahan produksi minyak dari hasil injeksi alkali tersebut,

sebanding dengan 6% OOIP.

Perkembangan injeksi polimer, mulai berlangsung pada awal 1960. Jenis

polimer yang digunakan pada penerapan Enhanced Oil Recovery yaitu

Polysacharides dan Polycrylamide. Injeksi polimer dilaksanakan dengan

menginjeksikan sejumlah polimer yang telah terlebih dahulu dilarutkan dalam air.

Efisiensi injeksi polimer tergantung pada rheologi polimer, solvent (Larutan

Polimer), hidrolisis, dan konsentrasi polimer. Kelemahan injeksi polimer adalah

penurunan permeabilitas batuan dan adsorbs polimer oleh batuan. Injeksi polimer

telah bnyak dilakukan dalam percobaan laboratorium serta menarik bagi pada

peneliti, tetapi harga polimer yang mahal membuat proyek injeksi polimer kurang

diminati.

Pada Lapangan North Stanley, Oklahoma USA telah diterapkan injeksi

polimer jenis DOW Pusher-700 sejumlah 285 ppm selama 1 tahun. Pada tahun

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
13

berikutnya sejumlah polimer yang digunakan berkisar antara 100-625 ppm.

Injeksi polimer mengakibatkan penurunan water oil ratio sebesar 25% dan

peningkatan produksi sebesar 130 BOPD. Tahun 1968, Doubon dan Menzie

menguji glycols, gula, dan glycerin pada contoh air formasi. Doubon dan Menzie

menyimpulkan adanya kenaikan mobilitas air serta penurunan kebasahan batuan.

Hasil percobaan ini tidak dapat diaplikasikan pada lapanga minyak oleh karena itu

mahalnya harga larutan polimer tersebut.

Injeksi ASP (Alkali-Surfaktan-Polimer) secara umum bertujuan untuk

mengurangi tegangan antar muka (Interfacial Tension/ITF) antara minyak dan air.

Pada tahun 1927, Viand dan EH. Falmy menyimpulkan adanya hubungan antara

tegangan permukaan terhadap produksi minyak selama injeksi ASP kedalam

reservoir. Efisiensi dari injeksi ASP bertambah dengan turunnya harga tegangan

antar muka. EH. Falmy mendapatkan hak paten pada tahun 1927, larutan ASP

telah diinjeksikan kedalam reservoir pada Lapangan Bradford serta Lapangan

Vango, USA dan hasil pelaksanaannya tidak diketahui secara akurat. Peniliti pada

Pennsylvania University yang dikenal dengan Calhoun dkk pada tahun 1951

mendapatkan dua parameter penting dari reservoir yaitu: tegangan permukaan

serta sifat kebasahan batuan (Contac Angle). Parameter ini mempengarui semua

mekanisme pada proses produksi minyak. Pada tahun 1954, Ojeka dkk melakukan

penelitian dengan menginjeksikan larutan “Aqueous Surfactan” ke dalam batuan

yang telah dipenuhi minyak dan air formasi. Kemudian menyimplkan bahwa

adanya hubungan antara saturasi minyak tersisa (Sor), tegangan permukaan, dan

geometri pori batuan. Gogerty dan Olson memperoleh hak paten atas penggunaan

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
14

mikroemulsi dalam program peningkatan minyak pada tahun 1962, dan teknik ini

dikenal sebagai MarafloodTM. Mikroemulsi ini terdiri dari campuran surfaktan,

co-surfaktan, elektrolit, hidrokarbon, dan air.

Wegner dan Leach pada tahun 1966, melalui penelitiannya terhadap

torpedo Sandstone menyimpulkan adanya pertambahan produksi minyak bila

harga tegangan permukaan dapat diturunkan sebesar + 0,07 dyne/cm. Tahun 1968.

Beberapa proyek injeksi alkali-surfaktan-polimer (ASP) yang telah dilaksanakan

dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Proyek Injeksi ASP di Amerika Serikat 1

Project Porosity Permeability Oil Area ASP Start Inc.


Name Saturation Production
% Md % Ft Type Date BOPD

Robinson 19.3 211 40 200 MaraFloodTM 1968 240


119-R
Robinson - - 39 113 MaraFloodTM 1975 -
219-R
Robinson 19 103 40 407 DOW-700 1977 40
M-1
N. - 52 35 90 Witco TRS 1975 190
Burbank
Supported by U.S Dept of Energy, 1971

Injeksi thermal dalam metoda peningkatan perolehan minyak tahap lanjut

dapat dibedakan atas: injeksi uap, injeksi air panas, dan pembakaran ditempat

(insitu combustion). Injeksi panas ke dalam reservoir minyak akan menyebabkan

minyak yang terperangkap didalam pori-pori batuan akan terproduksikan, sebagai

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
15

akibat adanya perpindahan panas dari fluida injeksi ke dalam minyak sehingga

minyak mengalami perubahan densitas dan viscositas.

Injeksi uap dapat diterapkan dalam beragam reservoir, dimana

pemakaiannya terdapat beberapa batasan-batasan. Kriteria pemakaian injeksi uap

dan air panas antara lain: kedalaman <5000 ft, porositas >25%, permeabilitas

>50mD, ketebalan reservoir >10ft, API minyak <12 API.

Proses penerapan injeksi uap dan injeksi air panas dimulai tahun 1959

pada Lapangan Mene Grande Tar Stand, Venezuela. Lapangan minyak di

California, UAS telah menggunakan injeksi uap pada tahun 1964-1967 dimana

dengan pemakaian injeksi uap dan air panas telah menambah perolehan minyak

sebesar 300-360 Mbbl pertahun. Jumlah sumur uap di California, USA telah

mengalami peningkatan dari 140 sumur pada tahun 1964 dan 193 sumur pada

tahun 1975. Injeksi uap sendiri berfungsi sangat spesifik pada reservoir yang

memiliki karakter heavy oil reservoir, yang memiliki minyak berat dengan API

rendah jadi minyak dapat terangkat dengan baik ke permukaan dan hasil RF dapat

didapatkan dengan maksimal sehingga cost yang didapatkan menguntungkan.

Injeksi uap dapat diterapkan dalam beragam reservoir, dimana

pemakaiannya terdapat beberapa batasan-batasan. Kriteria pemakaian injeksi uap

dan air panas antara lain: kedalaman <5000 ft, porositas >25%, permeabilitas

>50mD, ketebalan reservoir >10ft, API minyak <12 API.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
16

Dibawah ini adalah gambaran tabel tentang injeksi thermal serta parameter dan

batasan – batasan yang berpengaruh pada injeksi thermal.

Tabel 3.3

Proyeksi Injeksi Thermal1

Name Porosity Permeabillity Oil Area API Type Date Increase


Saturation Prduction
% Md % Ft BOPD
S.Belridge 35 3000 76 204 13 Steam 1965 1600
Tia Juana 40 >1 80 137 15 Steam 1961 1840
Schoonebeeks 30 >1000 85 65.5 - Hot 1960 1720
Steam
Cat Canyon 31 5000 65 20 9 Steam 1977 -

Parts pada tahun 1978 telah mengemukakan bahwa penggunaan injeksi

uap dan injeksi air panas telah meningkatkan perolehan minyak dunia sebesar 405

MBPD diseluruh lapangan-lapangan minyak dunia. Beberapa proyeksi injeksi

uap, injeksi air panas, dan pembakaran ditempat (in-situ combustion) dapat dilihat

pada Tabel 3.3.

Pembakaran ditempat (in-situ combustion), dilaksanakan dengan

menginjeksikan sejumlah udara ke dalam sumur injeksi kemudian dinyalakan

sehingga terjadi pembakaran. Proses ini menyebarkan panas ke segala arah dalam

reservoir sehingga minyak didalam reservoir terproduksikan. Proses pembakaran

ditempat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu ketersediaan udara dan ketersediaan

hidrokarbon sebagai bahan bakar dipengaruhi oleh saturasi minyak, API minyak

serta perbandingan kandungan karbon dan hydrogen.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
17

Penerapan metoda pembakaran ditempat pada reservoir minyak telah

dimulai pada akhir 1960. Pembakaran ditempat pada Lapangan Sloss, Nebraska

USA telah dimulai pada tahun 1967. Lapangan ini memiliki porositas 19,3%,

permeabilitas 191 mD, saturasi minyak sebesar 30%, API minyak 38,8 API, dan

luas lapangan sebesar 960acre. Pada periode 1967-1970 telah diinjeksikan udara

sebanyak 14 MSCF dan air sebanyak 11 MBbl. Kumulatif perolehan minyak yang

dihasilkan adalah sebesar 8,36 MMBbl.

Metoda injeksi mikroba (Microbial Enhanced Oil Recovery), merupakan

metoda peningkatan perolehan minyak dengan menggunakan mikroorganisme

(mikroba) untuk membantu produksi minyak dari reservoir. Pada tahun 1940,

penelitian pada American Petroleum Institute Research menemukan bakteri

anerobik yang memiliki kemampuan untuk melepaskan minyak dari batu pasir.

Pemakaian bakteri ini pada lapangan minyak di Amerika Serikat, menimbulkan

sejumlah kendala, seperti terjadinya korosi, dan penyumbatan pori batuan.

Perkembangan metoda injeksi mikroba menunjukkan peningkatan pada

tahun 1950 setelah ditemukan bakteri yang lebih potensial, yaitu: clostridium,

Bacillus, Pseudomonas, dan Xhantomonas. Bakteri spesies ini mempunyai

kesamaan sifat, dimana memiliki kemampuan melakukan fermentasi molase,

membentuk gas, asam organic, dan larutan surfaktan.

Proses yang dilakukan oleh bakteri dalam suatu reservoir atau contoh batu

inti, menunjukkan bahwa bioproduk yang dihasilkan dalam jumlah besar akan

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
18

mengakibatkan perbaikan produksi dan aliran fluida. Beberapa penelitian metoda

injeksi dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Proyeksi Injeksi Mikroba (MEOR)1

Negara Permeability Depth Temperature Type Type Start Maximum


(mD) (m) (c0) Microbial Nutrition Date Increase
Production
United State 1000 610 34 Clostridium - 1954 21 BOPD
Czhechoslovakia - - - Pseudomonas Glucase 1950 6%
Soviet Union - - Bacillus - - 37 Ton/day
Hungaria 700 600 50 Pseudomonas Molase - 60%
Poland 800 1200 - Clostridium Sucrosess 1961 20%
Rumania 1000 1550 56 Bacillus Molases 1976 -

3.2 Screening EOR

Tujuan utama dari semua metode EOR adalah untuk meningkatkan

efisiensi pendesakan (microscopic) dan untuk meningkatkan penyapuan

volumetrik (macroscopic) jika dibandingkan dengan waterflooding. EOR yang

dilakukan dengan injeksi gas umumnya menggunakan hydrocarbon gases CO2,

nitrogen dan flue gases. Jenis gas injeksi dan metode injeksi saat menentukan

besarnya daya dorong tambahan dalam reservoir untuk mengalirkan minyak ke

sumur produksi.

Gas yang diinjeksikan tersebut akan berinteraksi sistem batuan maupun

fluida dalam reservoir baik secara fisika maupun kimia. Interaksi yang terjadi

dapat berupa penurunan tegangan antar muka atau inter facial tension (IFT),

penurunan viscositas minyak, mengembangkan minyak (oil swelling) atau

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
19

modifikasi wettabillity. Dengan mengurangi tegangan antar muka antar fluida

injeksi dengan fluida dalam reservoir, maka efek dari penjebakan minyak dapat

diturunkan dan mengurangi jumlah minyak yang terjebak karena adanya gaya

kapiler. Setiap mekanisme perubahan tersebut bertujuan menurunkan rasio

mobilitas antara fluida injeksi dengan fluida dalam reservoir sehingga

meningkatkan efisiensi panyapuan volumetric (Mathiassen, 2003).

Dalam tugas akhir ini metode A.Aladasri dan Bounjun (2010) dan J.J

Taber (1996) yang digunakan untuk melakukan Screening EOR agar diketahui

metode EOR mana yang cocok untuk lapangan ini. Hal ini dapat dilihat pada table

3.5 menunjukkan dimana Miscible gas injection terdapat di peringkat atas.

Pada Screening criteria dsni kita dapat mengetahui jenis dan system

pengkatan apa yang sesuai dengan metode injeksi apa, agar pengangkatan minyak

ke permukaan maksimal dan efisien. Beberapa paremeter yang digunakan dan

batasan – batasan yang digunakan sudah diteliti oleh ahli pembuat Screening

kriteria itu agar dapat membantu proses tersebut. Parameter parameter yang

dibutuh kan pada Screening criteria antara lain Gravity, Porositas, Permeabilitas,

Formasi, Jenis Batuan dan lain – lain.

Dalam tugas akhir ini metode A.Aladasri dan Bounjun (2010) dan J.J

Taber (1996) yang digunakan untuk melakukan Screening EOR agar diketahui

metode EOR mana yang cocok untuk lapangan ini. Hal ini dapat dilihat pada table

3.5 menunjukkan dimana Miscible gas injection terdapat di peringkat atas.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
20

Dibawah ini adalah tabel Screening criteria versi metode A.Aladasani dan

Bounjun untuk EOR.

Tabel 3.5

Proses Screening berdasarkan metode A.Aladasani dan Bounjun (2010)1

GRAVITY VISKOSITAS POROSITAS So FORMATION K NET DEPTH TEMP


EOR METHOD API Cp % % TYPE mD THICKNESS Ft F

1. Miscible CO2 28-45 35-0 3—37 15-89 Sandstone 1.5-4500 wide range 1500-13365 82-250
Hydrocarbon 23-57 18000-0.04 4.25—45 30-98 Or 0.1-5000 thin unless 4000-15900 85-329
Gas Injection
Nitrogen 38-54 0.2-0 7.5—14 0.76-0.8 Carbonate 0.2-35Dipping 10000- 190-325
18500
2. Immiscible Nitrogen 16-54 18000-0 11—28 47-98.5 Sandstone 3—2800 - 1700-18500 82-325
CO2 11—35 592-0.6 17-32 42-78 Sandstone / Carb 30--1000 - 1150-8500 82-198
Gas Injection
Hydrocarbon 22-48 4-0.25 5—22 75-83 Sandstone 40--1000 - 6000-7000 170-180
Hydrocarbon +WAG 9.3-41 16000-0.17 18-31.9 Avg 88 Sandstone / Carb 100-6600 - 2650-9199 131-267

2.Chemical Alkaline 13-42.5 4000-0.4 10.4-33 34-82 1.8-550 NC 700-9460 74-237.2


ASP 23-34 6500-11 26-32 68-78.4 Sandstone 596-1520 2723-3900 118-158
Flooding
Surfaktan + P/A 22-39 15.6-3 16-16.8 43.5-53 50-60 625-5300 122-155

3. Thermal Combustion 10—38 2770-1.44 14-35 50-94 Sandstone / Carb 10-15000 > 10 400-11300 64.4-230
Steam 8—30 5E6-3 12—65 35-90 1-15000 > 20 200-9000 10-350
Flooding
Hot Water 12—25 8000-170 25-37 15-85 Sandstone 900-6000 - 500-2950 75-135
4. Microbial Microbial 12—33 8900-1.7 12—26 55-65 Sandstone 180-200 - 1572-3464 86-90

Pada table Screening criteria berdasarkan metode A.Aladasani dan

Bounjun dapat dilihat bahwa karakter CO2 terdapat pada kategori Gas Injection

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
21

dan memiliki API 28-45, Viscositas antara 35-0, porositas 3-37%, So 15-89,

formasi Batuan Sandstone, Permeabilitas 1.5-4500 md, Titik Thicknes

wide,kedalaman 1500- dan temperature 82-250 0F. Dari data diatas kita dapat

memperkirakan tenaga injeksi yang kita pakai dan cocok untuk lapangan “Y”.

data Screening diatas adalah versi terbaru dari data Screening yang dipakai pada

jaman sekarang dan menjadi patokan parameter untuk menentukan EOR tersebut.

Dibawah ini adalah Tabel Proses Screening berdasarkan metode J.J Taber

(1996),metode screening criteria metode ke dua.

Tabel 3.6

Proses Screening berdasarkan metode J.J Taber (1996)11

GRAVITY VISKOSITAS So FORMATION K NET DEPTH TEMP


EOR METHOD API Cp % TYPE mD THICKNES ft F
S
1. Miscible Nitrogen > 35 <0.4 >40 Sand stone / NC - >6000 NC
Carb
Hydrocarbon > 23 <3 >30 Sand stone / NC - >4000 -
Gas Carb
CO2 > 22 <10 >20 Sand stone / NC - > 4000 -
Injection Carb
2.Chemic ASP >20 <35 >35 Sandstone >10 NC <9000 <200
al Polymer >5 <150 >50 Sandstone >10 NC <9000 <200
Floodin
3. Combustion 10--27 <5000 >50 Sandstone >50 >10 <11500 >100
g
Thermal Steam 8--25 <100000 >40 Sandstone >200 >20 <5000 NC
Floodin
g

Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 menunjukan kriteria seleksi metode EOR yang

dapat digunakan berdasarkan jenis minyak dan karakteristik dari reservoir.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
22

Sebagai contoh, penggunaan CO2 EOR dibatasi pada reservoir dengan

kedalaman cukup (> 1.500 ft) sehingga mencapai tekanan tertentu agar fluida

dapat tercampur pada minyak dengan API gravity yang tinggi (> 22oAPI) namun

sulit dialirkan.

Maka dilakukan penginjeksian CO2 untuk dapat dihasilkan pengangkatan

dan aliran minyak yang maksimal dan hasil yang didapatkan maksimal pada

exploitasi yang dilakukan pada lapangan tersebut.

3.3 Karateristik Batuan Reservoir

Batuan reservoir merupakan batuan berpori dimana dalam batuan pori-pori

batuan terserbut terdapat akumulasi fluida reservoir (minyak, air, dan gas). Secara

umum karateristik batuan reservoir adalah sifat yang dimiliki oleh batuan

reservoir yang berhubungan dengan sifat statik dan dinamik.

3.3.1 Porositas

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori (pore

volume) terhadap volume total batuan (bulk volume). Satuan porositas adalah

fraksi atau persen (%).

…………………(3.1)

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
23

Berdasarkan definisi tersebut porositas dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Prositas Absolut

Adalah perbandingan antara volume pori total (pori-pori yang

berhubungan maupun yang terisolir) terhadap volume total batuan.

2. Porositas Efektif

Adalah perbandingan antara volume pori yang saling berhubungan

terhadap volume total batuan. Dengan porositas efektif inilah dapat

diperkirakan jumlah fluida hgfidrokarbon yang terakumulasi didalam

suatu reservoir.

3.3.2 Saturasi Fluida

Saturasi fluida merupakan ukuran yang menyatakan seberapa besar

volume pori-pori batuan yang terisi oleh fluida (minyak, air, dan gas). Saturasi

fluida terdiri dari:

1. Saturasi Air (Sw)

Merupakan perbandingan antara nvolume pori yang terisi oleh air terhadap

volume total batuan.

2. Saturasi Minyak (So)

Merupakan perbandingan antara volume yang terisi oleh minyak terhadap

volume total batuan

3. Saturasi Gas (Sg)

Merupakan perbandingan antara volume pori yang terisi oleh gas terhadap

volume total batuan

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
24

Pada kondisi reservoir dibawah tekanan saturasi (P<P b) maka kandungan saturasi

fluida adalah

Sw + So + Sg = 1 …………………………………………………... (3.2)

Pada kondisi reservoir diatas tekanan saturasi maka persamaan tersebut

Sw + So = 1 ………………………………………………………….(3.3)

3.3.3 Permeabilitas

Permeabilitas adalah ukuran kemampuan suatu batuan berpori (reservoir)

untuk mengalirkan fluida. Apabila porositas berpengaruh terhadap besarnya

akumulasi minyak dan gas bumi pada suatu reservoir, maka permeabilitas

berpengaruh terhadap besarnya kemampuan produksi (laju alir) pada sumur-

sumur produksi. Hubungan permeabilitas dengan laju alir pada sistem media

berpori, seperti yang dikemukakan oleh Darcy dengan persamaan berikut :

……………………………………………………………….. (3.4)

Dimana : v = kecepatan alir fluida, cm/sec

k = permeabilitas, darcy

µ = viscositas fluida, centripoises (cp)

= gradient tekanan, atm/cm

Dalam aplikasi di lapangan, persamaan Darcy tersebut harus memenuhi

beberapa kondisi berikut :

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
25

1. Aliran harus laminar

2. Fluida konstan selama aliran

3. Suhu konstan selama aliran

4. Aliran fluida terdiri dari satu fasa dan incompressible

Berdasarkan jumlah fluida yang mengalir dalam suatu batuan, maka

permeabilitas dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Permeabilitas Absolut, adalah permeabilitas batuan dimana yang mengalir

dalam media berpori batuan tersebut hanya satu macam saja (minyak, air atau

gas).

2. Permeabilitas Efektif, adalah permeabilitas batuan yang mengalir dalam

media berpori batuan tersebut lebih dari satu macam fluida.

3. Permeabilitas Relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif

terhadap permeabilitas absolut.

3.3.4 Sifat Kebasahan Batuan

Sifat kebasahan batuan atau wettability dapat diartikan sebagai

kemampuan suatu fluida untuk membasahi permukaan suatu padatan atau batuan,

karena adanya pengaruh gaya-gaya dari tegangan permukaan molekul antara

fluida dengan padatan. Untuk menentukan sifat kebasahan batuan, yaitu dengan

mengukur sudut (ɵ) yang terbentuk oleh permukaan padatan dengan garis

singgung terhadap permukaan fluida pada titik kontak dengan padatannya.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
26

pada sistem reservoir fluida yang membasahi padatan tersebut dapat

berupa air atau minyak. Sifat fluida terhadap permukaan dapat dibedakan, yaitu

bila sudut ɵ < 900 maka batuan bersifat oil wet.

Pada batuan reservoir water wet, maka air cenderung membasahi butiran

batuan atau menempati pori batuan, sedangkan reservoir oil wet maka minyak

cenderung membasahi butiran batuan atau menempati pori batuan. Data sifat

kebasahan batuan sangat berguna dalam menganalisa kelakuan fluida injeksi

dalam pengurasan atau pendesakan minyak. Batuan water wet lebih

menguntungkan dalam pelaksanaan injeksi CO2 oleh karena minyak yang terjebak

dalam pori-pori batuan lebih rendah.

3.4 Karateristik Fluida Reservoir

Fluida dalam batuan reservoir meliputi banyak, air dan gas. Fluida

reservoir ini mempunyai sifat dan komposisi yang berbeda tergantung dari

lingkungan pengendapannya. Hal ini menyebabkan suatu reservoir hanya

mengandung minyak, gas atau air saja, atau dalam suatu reservoir akan

terakumulasi ketiga jenis fluida ntersebut. Karateristik fluida reservoir diperoleh

dari hasil data PVT (preassure, volume, temperature). Apabila data laboratorium

tidak tersedia maka dapat dipergunakan metoda korelasi, misalnya metoda

korelasi Standing.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
27

3.4.1 Viskositas

Viskositas didefinisikan sebagai ukuran tahanan aliran (ukuran keenganan

fluida untuk mengalir) pada dua bidang horizontal dan berjarak tertentu, serta

diantara kedua bidang tersebut mengalir fluida dengan viscous. Satuan viskositas

adalah dyne detik/cm2 yang sebanding dengan satu poise. Faktor yang

mempengaruhi viskositas minyak adalah suhu, tekanan, dan kelarutan gas.

Semakin tinggi suhu maka viskositas akan semakin rendah karena energy kinetic

dari fluida tersebut semakin besar, demikian pula sebaliknya semakin rendah suhu

maka semakin besar viskositasnya.

Viskositas gas dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan komposisi campuran

gas. Kenaikan harga suhu pada tekanan tetap mengakibatkan viskositas gas

semakin rendah, serta kenaikan tekanan pada suhu tetap akan mengakibatkan

viskositas gas akan semakin tinggi.

Untuk viskositas campuran gas dapat dianalisa menggunakan komposisi

gas pada tekanan dan suhu tertentu. Komponen gas H2S, N2 dan CO2 merupakan

impurities dan mempengaruhi harga viskositas campuran gas sehingga perlu

dikoreksi. Viskositas campuran gas dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut ini :

µg = …………………………………………………………... (3.5)

Dimana :

µg = viskositas campuran gas

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
28

µgi = viskositas gas komponen ke-i

Yi = fraksi mol uap komponen ke-i

Mi = berat mol komponen ke-i

Viskositas air deipengaruhi oleh suhu dan tekanan.kenaikan suhu pada tekanan

tetap mengakibatkan penurunan viskositas air. Viskositas air juga dipengaruhi

oleh kandungan total padatan yang terlarut, dimana kenaikan salinitas air akan

mengakibatkan kenaikan viskositas air. Pengaruh tekanan terhadap viskositas air

murni dapat dilihat pada Tabel 3.7. Dibawah ini adalah tabel tentang parameter

Viscositas Air Murni terhadap tekanan yang ada dan temperature.

Tabel 3.7

Viskositas Air Murni1

Tekanan Viscositas Absolut, cp @ 0F


32 50.5 86 166.6
Psia

14.2 1.792 1.4 0.871 0.396


7100 1.86 1.351 0.985 0.411
14200 1.65 1.332 0.921 0.428
21300 1.67 1.339 0.95 0.443

3.4.2 Faktor Volume Formasi Minyak

Faktor volume formasi minyak (Bo) adalah ukuran yang menyatakan

berapa besar volume minyak didalam reservoir (Bbl) untuk menmghasilkan 1

STB minyak pada kondisi stock tank (tekanan 14.7 psia, suhu 60 0 F) satuan dari

faktor volume formasi minyak adalah Bbl/STB.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
29

Bila suatu reservoir diproduksikan maka tekanan reservoir akan turun,

namun suhu reservoir biasanya dianggap konstan. Perubahan tekanan ini akan

mengakibatkan berubahnya harga faktor volume formasi minyak. Pada

Undersaturated Oil Reservoir (Pi>Pb), bila tekanan awal reservoir turun ke

ntekanan saturasi maka faktor volume formasi minyak akan semakin besar karena

adanya pemuaian minyak. Hal ini mencapai kondisi puncaknya pada tekanan

saturasi. Pada Saturated Oil Reservoir (Pi<Pb) maka harga faktor volume formasi

minyak akan mengalami penurunan seiring dengan adanya penurunan tekanan

karena adanya produksi minyak.

Dapat dilihat bahwa gas CO2 mempunyai tekanan kritis sebesar 73.99 atm

(1073 psia) dan suhu kritis sebesar 31 oC (87,8 oF). pada kondisi dibawah suhu

kritis CO2 dapat berupa gas atau cairan tergantung harga tekanannya tetapi diatas

suhu kritis CO2 akan berupa gas tanpa dapat dipengaruhi oleh harga tekanannya.

Pada kondisi diatas tekanan dan suhu kritis, CO2 tidak dapat dicairkan dan

antara fasa uap dan fasa cair sukar dipisahkan. Akan tetapi pada tekanan dan suhu

tinggi maka uap akan menjadi rapat seiring dengan kenaikan tekanan dan

kelakuan fasa CO2 akan cenderung mendekati kelakuan cairan.

Secara umum beberapa sifat-sifat gas CO2 yang penting adalah sebagai

berikut:

 Berat molekul : 44,01 gr/mol

 Tekanan kritis : 1073 psia

 Suhu kritis : 87,8 oF

 Volume kritis :0,0237 cuft/lb

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
30

 Densitas@300 psia & 0 oF : 8,5 lb/gal

 Volume spesifik@14, 7 & 60 0F : 8,569 cuft/lb

 Panas spesifik (cairan)@300 psia : 0,5 BTU/lb

Dibawah ini ada contoh diagram fasa pada gas CO 2,dapat dilihat bahwa titik kritis

didapatkan pada tekanan dan temperatur yang tinggi.

Gambar 3.1

Diagram Fasa Gas CO24

3.4.3 Pengaruh Gas CO2 Tercampur Terhadap Minyak

Proses injeksi gas CO2 kedalam sistem reservoir akan menyebabkan

terjadinya perubahan sifat-sifat fisik minyak, proses pencampuran gas CO2

kedalam minyak akan menyebabkan pengembangan volume minyak, penurunan

viscositas minyak, ekstraksi komponen hidrokarbon. Dari klasifikasi tersebut kita

dapat mengetahui hubungan antara kedua sifat antara minyak dan CO 2 tersebut

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
31

1. Volume Minyak

Gas CO2 yang terlarut dalam minyak akan mengakibatkan pengembangan

volume minyak. Ukuran yang menyatakan besarnya pengembangan volume

tersebut sebagai swelling faktor. Secara umum swelling faktor didefinisikan

sebagai perbandingan antara volume minyak akibat tercampurnya gas CO2

didalam minyak pada tekanan dan suhu saturasi dengan volume minyak sebelum

gas CO2 tercampur (volume minyak awal) pada tekanan atmosfir tetapi pada suhu

saturasi.

Harga swelling faktor lebih darisatu menunjukkan terjadinya

pengembangan minyak. Hasil percobaan Simon dan Granue11 menggambarkan

sebagai hubungan antara swelling faktor, fraksi mol CO2 terlarut dan ukuran

molekul minyak. Maka swelling faktor bukan hanya sebuah fungsi dari jumla CO 2

terlarut tapi juga merupakan fungsi molekul minyak.

Beason dan Artloft dalam hasil penelitiannya memperlihatkan suatu

hubungan antara tekanan pendesakan dengan swelling faktor dimana terdapat

suatu harga tekanan yang dapat menyebabkan swelling faktor berharga

maksimum, yaitu ketika proses pencampuran telah terjadi.

Menurut Mungan, harga pertambahan volume minyak yang terjadi oleh

karena adanya proses percampuran CO2 dalam minyak tergantung dari fungsi

tekanan, suhu, fraksi mol CO2 dan komposisi minyak. Walker dan Dunlop

terhadap beberapa contoh minyak bumi menunjukkan bahwa swelling faktor

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
32

dipengaruhi oleh tekanan dan suhu. Dibawah ini adalah gambar hubungan

swelling factor, Mol fraksi CO2 dan molekul minyak:

Gambar 3.2

Hubungan Swelling Faktor, Mole Fraksi CO2 & Ukuran Molekul Minyak4

2. Densitas Minyak

Kelarutan gas CO2 didalam minyak akan menyebabkan punuran densitas

minyak. Hal ini dijelas oleh Holm dan Josendal, dimana pada proses terlarut

sejumlah fraksi mol CO2 didalam minyak akan menaikkan densitas hingga

mencapai titik maksimum dan setekah terjadinya pencampuran CO 2 didalam

minyak makan densitas minyak akan turun. Disimpulkan bahwa densitas CO 2 –

minyak memiliki harga yang lebih kecil dibandingkan densitas minyak awal.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
33

Turek E.A melakukan percobaan menggunakan minyak sintesis dengan komposisi

dan menyimpulkan bahwa terjadinya penurunan densitas minyak akibat injeksi

CO2.

Gambar 3.3

Pengaruh Gas CO2 Terhadap Densitas dan Viskositas Minyak4

3. Viskositas Minyak

Pada proses tercampurnya gas CO2 didalam minyak akan mengakibatkan

penurunan viskositas minyak, besarnya penurunan viskositas minyak dinyatakan

dalam bentuk perbandingan antara viskositas campuran CO 2 – minyak (µm) dan

viskositas minyak awal (µ o). apabila harga µm lebih kecil dari harga µo (µm< µo)

maka telah terjadi penurunan viskositas minyak.

Holm dan Josendal melakukan penelitian mengenai perubahan viskositas

minyak akibat injeksi CO2 pada contoh minyak Mead Strawn dalam temperature

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
34

135 0F. kemudian menyimpulkan bahwa adanya kelarutan CO2 di dalam minyak

akan mengakibatkan viskositas minyak berkurang.

Gambar 3.4

Viscositas Campuran Minyak – CO2 pada 135 oF4

4. Kelarutan Gas Co2 dalam Minyak

Walker dan Dunlop menganalisis perubahan suhu dan tekanan terhadap

kelarutan gas CO2 dalam minyak. Pada tekanan tetap menunjukkan bahwa

kelarutan gas CO2 akan bertambah dengan bertambahnya suhu. Kelarutan gas

CO2 akan bertambahnya tekanan padan suhu tetap. Analisis Walker dan Dunlop

sangat diragukan oleh beberapa peneliti, karena hanya menganalisis satu contoh

minyak bumi dengan tekanan maksimum 800 psig dan variasi perubahan suhu

yang sangat sedikit. Sehingga tidak dapat memperlihatkan kelarutan maksimal gas

CO2 dalam minyak serta tetapnya harga kelarutan gas CO2 dalam minyak

walaupun tekanan ditambah.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
35

Holm dan Josendal telah menganalisis untuk berbagai macam contoh

minyak, dimana persentase komponen C5+ yang besar memiliki kelarutan gas CO 2

yang sangat tinggi. Hal ini berbeda dengan contoh minyak West Texas, oleh

karena Wild Tesas sangat memiliki kandungan C 5 +. Holm akhirnya

menyimpulkan bahwa kandungan hidrokarbon ringan seperti C1 akan menurunkan

kelarutan gas CO2 dalam minyak.

5. Ekstraksi Komponen Hidrokarbon

Salah satu karateristik gas CO2 yang penting adalah kemampuannya untuk

mengekstraksi sebagian komponen hidrokarbon. Penelitian Menzie dan Nielsen

memperlihatkan bahwa minyak dengan densitas 35 0API pada tekanan injeksi gas

CO2 sebesar 200 psia dan temperature 135 0F. Gas CO2 mampu menguapkan atau

mengekstraksi komponen menengah minyak (C5+) hingga mencapai 50% mol.

Proses ekstraksi pada injeksi gas CO2 tercampur yang disimpulkan oleh

Holm adalah ketika gas CO2 diinjeksikan maka komponen C1-C4 akan diuapkan

dari minyak hingga tercapainya kondisi kesetimbangan. Penginjeksian gas CO 2

selanjutnya akan menguapkan komponen C5-C30, dimana terbentuk zona transisi

yang memisahkan CO2 dengan minyak mula-mula. Selanjutnya gas CO2 akan

tercampur dengan minyak dan proses ekstraksi tidak terjadi lagi dan komposisi

hidrokarbon pada daerah transisi akan menyerupai komposisi hidrokarbon mula-

mula. Holm juga menyatakan bahwa komponen C1-C4 yang teruapkan CO2 yang

tidak tercampur dalam minyak akan mengakibatkan perbandingan gas dan minyak

atau gsa oil ratio (GOR).

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
36

6. Pembentukan Aspalthene

Proses pendesakan minyak pada injeksi gas CO2 tercampur adalah

mekanisme pendesakan gas teruapkan (Vaporization Gas Drive), dimana gas CO 2

mengekstraksi sebuah komponen hidrokarbon pasa tekanan tertentu hingga

terbentuk front pendesakan CO2-minyak tercampur. Sejumlah minyak akan

tertinggal dipori-pori batuan setalah proses pendesakan tidak berlangsung lagi,

minyak yang tertinggal merupakan komposisi dari residu karbon, lilin (wax), dan

aspalthene.

Holm dan Josendal dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya

hubungan antara pembentukan residu karbon, lilin (wax) dan aspalthene selama

injeksi gas CO2 tercampur. Proses pembentukan ini dipengaruhi oleh komposisi

minyak, tekanan, suhu, dan densitas CO2. Kandungan hidrokarbon berat (C31+)

dalam minyak akan memiliki kecenderungan untuk membentuk residu karbon,

lilin (wax), dan aspalthene. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan 5 jenis

minyak yang memiliki kandungan C5-C12 relatif sama, tetapi terdapatnya

perbedaan dalam harga 0API minyak dan kandungan C31+. Dibawah ini adalah

Tabel 3.8 pengukuran Wax dan Residu Karbon pada pengaruh injeksi CO2.

sebuah komponen hidrokarbon pasa tekanan tertentu hingga terbentuk

front pendesakan CO2-minyak tercampur. Sejumlah minyak akan tertinggal

dipori-pori batuan setalah proses pendesakan tidak berlangsung lagi, minyak yang

tertinggal merupakan komposisi dari residu karbon, lilin (wax), dan aspalthene.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
37

Tabel 3.8

Pengukuran Wax dan Residu Karbon4

Field MW API C5-C12 Total Wax MMP CO2


Name C5+ (Wt %) dan Residu (psia) densitas
Karbon (gr/cc)
(Wt %)
Wilmington 254 29 35 11.8 3,4 0,69
Domiquez 219 33 37 7.5 2,7 0,59
Mead 183 40 34 1.7 2,4 0,54
Straw
Ganado 31 34 1.0 2,4 0,53
MS (C5- 401 12 0 2,3 0,51
C12)

Hasil percobaan tersebut menunjukkan adanya proses pembentukan residu

karbon, lilin (wax), dan aspalthene pada injeksi gas CO2 tercampur. Terbentuknya

komponen residu karbon, lilin (wax), dan aspalthene didalam pori-pori batuan

akan mengurangi permeabilitas batuan, mobility ratio dan efisiensi pendesakan.

7. Pengaruh Gas CO2 Terhadap Air Formasi

Pada injeksi gas CO2 terdapat sejumlah gas CO 2 yang terlarut pada air

formasi atau air injeksi yang diinjeksikan besama gas CO 2. Kelarutan gas CO2

didalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan salinitas. Kenaikan tekanan akan

mengakibatkan kenaikan kelarutan gas CO2 dalam air. Pada tekanan konstan,

kenaikan suhu akan mengakibatkan punurunan kelarutan gas CO2 didalam air.

Kenaikan salinitas akan mengakibatkan penurunan kelarutan gas CO 2.

Perubahan karateristik air formasi oleh karena kandungan gas CO 2

didalam air adalah perubahan densitas, kenaikan viscositas, dan penurunan PH,

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
38

serta kandungan ion Ca dan ion Mg. hubungan kesetimbangan kimia yang terjadi

adalah sebagai berikut ini :

CO2 + H2O <-> H2CO3 …………………………………………(3.6)

H2CO3 <-> H+ + HCO3- …………………………………..(3.7)

HCO3- <-> H+ + CO3- ……………………………………..(3.8)

Dari persamaan kimia diatas, hanya sedikit ioan HCO 3 yang membentuk

ion H+ dan CO3-, maka jumlah kandungan ion bikarbonat yang terbentuk melebihi

jumlah ion karbonat pada kondisi nirmal. Jika konsentrasi CO 2 naik dalam air

formasi, maka reaksi akan bergerak ke kiri sehingga larutan akan semakin asam

dan terjadi penurunan pH air formasi. Kandungan ion Ca dan ion Mg juga

mengalami perubahan oleh karena itu naiknya konsentrasi CO 2 didalam air

formasi, proses yang terjadi dapat digambarkan sebagai sebagai berikut ini :

CO2 + H2O <-> H2CO3 …………………………………(3.9)

H2CO3 + CaCO3 <-> Ca(HCO3)2 …………………………...(3.10)

H2CO3 + MgCO3 <-> Mg(HCO3)2 …………………………..(3.11)

3.4.4 Pengaruh Gas CO2 Terhadap Batuan Reservoir

Perubahan karateristik batuan reservoir akibat injeksi gas CO2 tercampur

adalah perubahan porositas, permeabilitas, dan tegangan antar permukaan. Hal ini

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
39

terjadi diakibatkan adanya interaksi gas CO2 terhadap air formasi dan batuan

reservoir.

1. Porositas

Proses injeksi gas CO2 akan mempengaruhi sofat-sifat batuan reservoir,

dikarenakan minyak yang didesak oleh injeksi gas CO2 terakumulasi dalam pori-

pori batuan. Bila pada batuan reservoir terdapat shale sebagai pengotor, maka

injeksi gas CO2 akan mengakibatkan pengembangan volume shale sehingga dapat

memperkecil pori-pori batuan. Pada batuan karbonat kehadiran gas CO2 didalam

air formasi akan mengakibatkan terjadi pelarutan bikarbonat dalam air sehingga

ori-pori batuan bertambah bsesar. Proses pelarutan ini akan bertabah besar dengan

seiring bertambahnya tekanan injeksi gas CO2. Dari proses tersebut penekanan

gas CO2 akan mendesak minyak semakin baik ke permukaan dan penghasilan RF

semakin besar.

2. Permeabilitas

Hasil penelitian Ross dan Stalkup terhadap pelaksanaan injeksi gas CO2

pada beberapa contoh batuan karbonat, menunjukkan adanya kenaikan

permeabilitas oleh karena injeksi gas CO2. Kenaikan permeabilitas pada batuan

karbonat, disebabkan terbentuknya H2CO3 (Carbonated Water) sebagai hasil

reaksi kimia antara gas CO2 dan air formasi. Reaksi kimia yang dihasilkan antara

gas CO2 – air formasi – batuan karbonat akan menyebabkan pelarutan bikarbonat,

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
40

sehingga mengakibatkan pengembangan pori-pori batuan dan terjadinya

peningkatan permeabilitas batuan.

3. Tegangan Antar Muka

Perubahan karateristik minyak dan air formasi akibat injeksi gas CO 2

mengakibatkan penurunan tegangan permukaan pada sistem minyak-air-batuan.

Pada injeksi gas CO2 tercampur, bila gas CO2 dapat tercampur dengan minyak

maka akan terbentuk satu fasa homogeny sehingga fluida pendesak dengan fluida

yang didesak memiliki tegangan antar muka sama dengan nol. Hal ini dapat

mengakibatkan minyak dapat terdesak sesuai dengan arah pendesakan sehingga

perolehan minyak diharapakan tercapai 100%.

Taber menyimpulkan adanya perbaikan perolehan minyak bila tegangan

permukaan diturunkan < 0,001 dyne/cm. JW. Martin mengemukakan, pada

injeksi gas CO2 tercampur terdapat perubahan tegangan permukaan dan sifat

kebasahan batuan pada system batuan-minyak-air formasi sehingga meningkatkan

perolehan minyak.

3.4.5 Faktor Efisiensi Pendesakan Gas CO2

Faktor – faktor yang mempengaruhi efisiensi pendesakan gas CO2

terhadap minyak adalah heterogenitas atau ketidak seragaman batuan reservoir,

mobility ratio, komposisi minyak dan injeksi, suhu, dan laju injeksi.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
41

1. Heterogenitas Batuan Reservoir

Pada reservoir minyak dan gas bumi terdapat ketidaksamaan

(heterogenitas) dari batuan reservoir, dimana hal ini dapat dilihat dari porositas

dan permeabilitas batuan. Hasil penelitian Holm dan Josendal menunjukkan

bahwa pada pendesakan minyak dengan suhu 135 0F pada batuan dolomite

dengan porositas tidak seragam menyebabkan efisiensi pendesakan sangat rendah,

tetapi pada batuan pasir yang mempunyai ukuran butir seragam menghasilkan

perolehan minyak yang lebih besar.

Pada butiran dolomite yang terdapat rekahan akan mengakibatkan

terjadinya channeling/fingering dan by passing dari gas CO2 didalam media

berpori tersebut sehingga efisiensi pendesakan minyak akan menurun.

2. Mobility Ratio

Mobilitas aliran fluida merupakan perbandingan antara harga

permeabilitas efektid dengan viskositas fluida tersebut. Perbandingan mobilitas

atau mobility ratio (M) adalah perbandingan mobilitas fluida pendesak terhadap

mobilitas fluida yang didesak. Pada injeksi gas CO2 tercampur maka dalam

kondisi ini CO2 sebagai fluida pendesak dan minyak berbentuksatu fasa

homogeny sehingga permeabilitas efektif minyak adalah sama. Mobility ratio (M)

pada injeksi gas CO2 tercampur, merupakan perbandingan antara viscositas

minyak dengan viscositas gas CO2.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
42

Untuk harga M<I tidak akan terjadi penjarian atau channeling dan daerah

yang tercapai untuk fluida pendesak semakin luas dan efisiensi penyapuan cukup

tinggi. pada harga M>I maka akan terjadi penjarian sehingga front pendesakan

tidak teratur, daerah penyapuan fluida injeksi semakin kecil dan efisiensi

penyapuan semakin renda. Backwell dan Raynel menyatakan bahwa semakin

besar harga mobility ratio maka proses terjadinya breakthrough akan semakin

cepat dan makin kecil mobility ratio maka efisiensi penyapuan akan semakin

meningkat, sehingga perolehan minyak yang dihasilkan akan semakin besar.

3. Komposisi Minyak dan Gas Injeksi

Pada umumnya komposisi minyak mempengaruhi 0 API minyak, dimana

minyak dengan 0API rendah memiliki komponen menengah dan komponen berat

yang tinggi. berdasarkan jenis minyak yang digunakan dalam penentuan tekanan

tercampur minimum CO2 – minyak, sebagian peneliti menyimpulkan minyak

dengan kandunganaromatic akan lebih mudah melarutkan gas CO2, sehingga hal

ini jelas menurunkan harga tercampur minimum CO2-minyak.

Holm dan Josendal mendapatkan hasil bahwa untuk 0API rendah dengan

berat molekul C5+ besar akan menghasilkan harga tekanan tercampur minimum

yang tinggi. menurut Holm dan Josendal serta Silva bahwa meningkatnya

kandungan C5-C30 dalam minyak, maka harga tercampur minimum CO2-minyak

akan bertambah.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
43

Beberapa peneliti mempelajari kinerja injeksi gas CO 2 tercampur dengan

menggunakan gas CO2 murni, akan tetapi oleh karena gas CO2 murni dalam

jumlah besar tidak selalu tersedia maka peneliti membuat korelasi untuk pengaruh

gas pengotor pada harga tekanan tercampur minimum CO2-minyak. Yellig dan

Metcalfe dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin besar konsntrasi C 1

dalam gas CO2 maka harga tekanan tercampur minimum akan semakin tinggi.

Kandungan gas H2S pada komposisi gas injeksi akan menurunkan harga

TTM CO2-minyak. Perbandingan komposisi CO2 dan H2S sebesar 3 : 1

menghasilkan penurunan hingga 18,5% dari harga TTM injeksi Gas CO 2 murni.

Campuran gas LPG (C2,C3,C4) sebesar 10%-20% mol dalam gas injeksi

menurunkan harga TTM CO2-minyak, disebabkan LPG mengakibatkan berat

molekul gas injeksi semakin tinggi, komponen C2 dalam gas injeksi hanya

mengakibatkan harga TTM CO2 –minyak turun relative sedikit dibandingkan

komponen C3 dan C4. Hal ini dibuktikan oleh Yellg dan Metcalfe bahwa TTM

CO2 – minyak relative konstan pada penambahan C2 sebesar 10% mol

mengakibatkan menurunnya harga TTM CO2-minyak hingga 15% penambahan

C4 sebesar 10% mol pada garis injeksi mengakibatkan turunnya harga TTM CO 2-

minyak sebesar 30% dibandingkan injeksi gas CO2 murni.

Campuran gas diperkaya didalam gas injeksi akan menaikkan tekanan

tercampur minimum dan menurunkan perolehan minyak. Hal ini disebabkan

komponen C2-C4 dari gas akan menambahkan kandungan fraksi menengah dalam

minyak, sehingga kemampuan gas CO2 untuk terlarut semakin berkurang, proses

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
44

ekstraksi komponen berat dalam minyak akan lebih sulit dan akhirnya menaikkan

tekanan tercampur minimum CO2-Minyak.

Suhu mempengaruhi harga swelling minyak, densitas, viscositas gas CO2,

dan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak Holm dan Josendal serta Stalkup

mengemukakan bahwa pada tekanan tertentu, pengembangan minyak akan turun

dengan naiknya temperature, viscositas gas CO2 juga turun dengan bertambahnya

temperature.

Menurut Yellig dan Metcalfe, Holm dan Josendal serta Cronquist juga

mengemukakan bahwa harga suhu sangat mempengaruhi harga tekanan tercampur

minimum CO2 – minyak, dimana harga tekanan tercampur minimum CO 2 –

minyak akan naik seiring dengan naiknya suhu. Maka reservoir dengan suhu

rendah merupakan faktor yang menguntungkan oleh karena suhu rendah

menghasilkan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak yang rendah, sehingga

memerlukan tekanan injeksi gas CO2 yang relative rendah.

4. Laju Injeksi

Laju injeksi gas CO2 dapat mempengaruhi harga mobility ratio, terjadinya

channeling atau by passing. Bila channeling atau by passing terjadi, maka

breakthrough akan lebih cepat atau lebih awal, karena sebagian minyak akan

dilewati oleh gas CO2. Laju injeksi yang tinggi sangat mempengaruhi hasil

analisis tekanan tercampur minimum CO2 – minyak serta perolehan minyak dari

injeksi gas CO2.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
45

Pada penelitian Yelig dan Metcalfe mempelajari pengaruh laju injeksi

antara 40-80 ft/d dengan peralatan slimtube dengan diameter 0,25 in dan panjang

40ft. Yellig dan Metcalfe menganjurkan untuk melaksanakan injeksi gas CO 2

sebesar 40ft/d untuk injeksi sebelum 0,7 PV dan laju injeksi gas CO 2 dilanjutkan

sebesar 80 ft/d. Holm dan Josendal dalam perconbaannya menggunakan peralatan

slimtube dengan diameter 0,232 dan panjang 52 ft, laju injeksi gas CO 2 yang

digunakan sebesar 60 ft/d dan dinaikkan secara bertahap sampai laju injeksi akhir

mencapai 200 ft/d, dengan kondisi laju injeksi yang rendah maka breakthrough

lebih lama dan perolehan minyak besar.

3.5 Tekanan Tercampur Minimum CO2 – Minyak

Pada injeksi CO2 tercampur dibutuhkan harga tekanan minimum

tercampur CO2-minyak, oleh karena pada harga tekanan tersebut gas CO2 dapat

tercampur dalam minyak tanpa adanya bidang antar gas CO2-minyak. Harga

tekanan tercampur minimum dianalisis dengan menggunakan korelasi-korelasi

yang dibuat oleh para peneliti atau didapatkan melalui perconbaan laboratorium.

Dan kita dapat memprediksi hasil yang didapat dari korelasi dan di laboratorium

dengan membandingkan hasilnya.

3.5.1 Pengertian Tekanan Tercampur Minimum CO2 – Minyak

Tekanan tercampur minimum CO2 – minyak dedefinisikan sebagai suatu

harga terendah yang memungkinkan gas CO2 tercampur dengan minyak yang

didesak melalui proses pendesakan oleh gas CO 2 pada suhu tertentu. Tekanan

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
46

tercampur minimum CO2 – minyak merupakan harga tekanan terendah, dimana

gas CO2 dapat tercampur dalam minyak tanpa adanya bidang atas antar gas CO 2 –

minyak.

Proses bercampurnya gas CO2 didalam minyak pada kondisi tekanan dan

suhu tertentu adalah melalui proses kelarutan dinamik atau kelarutan multi

kontak. Proses kelarutan dinamik Gas CO2 yang diinjeksikan kedalam minyak

akan menguapkan kandungan hidrokarbon menengah pada tabung pertama,

kemudian gas CO2 serta gas hidrokarbon dari tabung pertama dipindahkan ke

tabung kedua yang berisi minyak baru. Proses ini berlangsung hingga semua gas

CO2 dapat tercampur dengan minyak pada tabung berikutnya.

Hingga pada saatnya miscible dan proses pengangkatan minyak dengan

Tekanan Tercampur Minimum yang tepat, untuk mendapatkan hasil perolehan

minyak yang maksimal dan menguntungkan. Pada pendesakan tersebut dapat

dilihat gas CO2 bercampur pada fase – fase bertahap mulai dari penguapan,

berkondensasi lalu baru miscible pada lapisan minyak di reservoir tersebut melalui

penentuan tekanan agar dapat tercampur dengan baik. Dan proses tersebut dapat

mengangkat minyak ke permukaan dengan maksimal dan efisien.

Proses kelarutan dinamik Gas CO2 yang diinjeksikan kedalam minyak

akan menguapkan kandungan hidrokarbon menengah pada tabung pertama,

kemudian gas CO2 serta gas hidrokarbon dari tabung pertama dipindahkan ke

tabung kedua yang berisi minyak baru. Proses ini berlangsung hingga semua gas

CO2 dapat tercampur dengan minyak pada tabung berikutnya.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
47

Dibawah ini adalah gambar skema proses pendesakan CO2 terhadap minyak di

dalam reservoir.

Gambar 3.5

Skema Proses Pendesakan Gas Teruapkan1

3.5.2 Diagram Fasa Ternary Tekanan Tercampur Minyak

Diagram ternary digambarkan dalam suatu diagram segitiga yang dapat

dinyatakan pada daerah suatu fasa,dapat kita ketahui pada peningkatan jumlah

kadar disuatu komposisi dapat terbagi dari beberapa fasa. Dapat dilihat pada

tekanan yang sedang, terdapat sebagian area tiga fasa, yaitu dua fasa cair (CR +

CT) dan fasa uap (U) pada kondisi kesetimbangan. Pada diagram terner, area fasa

dapat ditunjukan pada Gambar 3.6. Dibawah ini adalah contoh diagram terner

untuk perubahan fasa pada injeksi gas CO2 dan perubahan – perubahannya pada

zat hidrokarbonnya.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
48

Dibawah ini adalah contoh diagram perubahan fasa Ternary yang dapat di lihat

dari 3 wilayah fasa perubahan.

Gambar 3.6

Diagram Fasa Ternary4

3.5.3 Korelasi Tekanan Tercampur Minimum CO2 – Minyak

Analisis tekanan tercampur minimum telah diteliti oleh beberapa ahli

melalui serangkaian percobaan injeksi gas CO 2 tercampur. Korelasi tekanan

tercampur minimum CO2 – minyak yang umum digunakan adalah korelasi Yellig

dan Metcalfe, korelasi Holm dan Josendal, korelasi National Petroleum Council,

korelasi Cronquist dan korelasi Sebastian.

1. Korelasi Yellig dan Metcalfe

Yellig dan Metcalfe melakukan penelitian harga tekanan tercampur

minimum gas CO2 – minyak dengan menggunakan peralatan slimtube dan minyak

dengan variasi dari fraksi ringan (C1, CO2, N2) fraksi menengah (C2 – C6) dan

fraksi C7+. Laju injeksi yang dipergunakan adalah 3,6 cc/jam atau 40 cuft/hari,

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
49

setelah pendesakan berlangsung sebesar 0,7 volume pori, laju injeksi dinaikkan

hingga 7,1 cc/jam atau 80 cuft/hari. Yellig dan Metcalfe menyimpulkan bahwa

faktor perolehan hasil injeksi CO2 dihitung sebagai berikut:

 Faktor Perolehan (%) =(Sep.Liq.Vol x VF)/PV …………………..(3.13)

 Faktor perolehan (%) =(PV – Reidual Sep.Liq. Vol) x (VF/PV) …(3.14)

Dimana :

PV = Volume pori Slimtube, cc

VF = Faktor volume karena oerubahan volume minyak dari

slimtube (P,T) ke kondisi (P,T)

Sep. Liq. Vol = Kumulatif produksi minyak hasil injeksi, cc

Res Sep. Liq.Vol = Volume minyak yang tertinggal dalam slimtube, cc

Hasil penelitian Yellig dan Metcalfe dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan

Tabel 3.10, akhirnya Yellig dan Metcalfe menyimpulkan bahwa komposisi

minyak hanya mempunyai pengaruh kecil atau tidak ada terhadap tekanan

tercampur minimum (TTM) CO2 – minyak baik pada suhu rendah maupun pada

suhu tinggi. Kemudian menyarankan untuk menggunakan slimtube yang

panjangnya > 6, 1 m dan diameter pasir yang mengisi slimtube harus > 160 mesh

untuk mendapatkan harga tekanan tercampur minimum yang akurat. Dibawah ini

adalah tabel komposisi minyak beserta kadar mol% nya pada percobaan Yellig

dan Metcalfe.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
50

Tabel 3.9

Komposisi Minyak Dalam Percobaan Yellig dan Metcalfe12

Mol %
A B C D
C1 + N2 + CO2 23 0 0 23
C2 – C6 20 40 0 20
C7 57 60 100 57
Mol Weight, C2-C6 54.7 54.7 75.8
Mol Weight, C7 20.1 20.1 20.1 20.1

Kenaikan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak karena kenaikan

suhu besarnya + 15 psi untuk temperature 95 0F hingga 192 0F. korelasi Yellig

dan Metcalfe memperlihatkan hubungan tekanan tercampur minimum CO 2 –

minyak terhadap suhu secara grafik dengan fungsi tekanan dalam psia dan

temperature dalam 0F. Bila tekanan bubble point (Pb) lebih besar dari harga

tekanan tercampur minimum CO2 – minyak, maka harga tekanan bubble point

(Pb) digunakan sebagai tekanan tercampur minimum CO2 – minyak. Pada tabel

Yellig dan Metcalfe ada beberapa definisi minyak, temperature dan TTM nya

untuk dapat dilakukan perhitungan rumus menggunakan empiric dari Yellig dan

Metcalfe itu sendiri. Dibawah ini adalah tabel Tekanan Tercampur Minimum

minyak yang dikerjakan oleh peneliti Yellig dan Metcalfe. Dibawah ini adalah

tabel batasan – batasan penentuan TTM CO2 menurut Yellig dan Metcalfe.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
51

Tabel 3.10

Harga TTM CO2 – Minyak Menurut Yellig Dan Metcalfe12

Oil Temperature TTM CO2-Minyak


(0F) (psig)

95 1150
A 118 1375
150 1875
192 2350

95 1150
B 118 1300
150 1850
192 2150

95 1100
C 118 1450
150 1975

95 1150
D 118 1300
150 1700

Percobaan Yellig dan Metcalfe memiliki keakuratan tertinggi pada minyak

yang mempunyai komposisi hidrokarbon ringan dan menengah. Hasil yang sangat

tidak akurat adalah pada “Dead Oil” (minyak tanpa komponen ringan) dengan

suhu lebih besar dari 150 0F. Korelasi Yellig dan Metcalfe memiliki kesalahan

rata – rata sebesar 280 psi dimana kesalahan tertinggi sebesar 2370 psi. Sebagian

peneliti juga mengkritik percobaan Yellig dan Metcalfe, oleh karena tidak

menggunakan variasi minyak dengan kandungan hidrokarbon berat. Berikut ini

adalah contoh gambar Korelasi TTM CO2 Yellig dan Metcalfe dengan parameter

suhu vs tekanan.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
52

Gambar 3.7

Korelasi TTM CO2 – Minyak Oleh Yellig dan Metcalfe12

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tekanan saturasi lebih besar dari TTM CO 2

maka dapat dikatakan tekanan saturasi miscible terhadap CO2 untuk perolehan

tekanan yang baik.

2. Korelasi Holm dan josendal

Holm dan Josendal menyatakan bahwa korelasi Yellig dan Metcalfe hanya

dapat digunakan untuk minyak dengan komposisi yang sama dengan komposisi

minyak percobaan Yellig dan Metcalfe. Sehingga minyak dengan kandungan C 7 +

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
53

serta berat molekul C5+ > 200 korelasi tersebut tidak dapt digunakan karena hasil

yang dihadapkan tidak akurat.

Holm dan Josendal melakukan percobaan laboratorium untuk menentukan

korelasi tekanan tercampur minimuk CO2 – minyak dengan metoda pelaksanaan

percobaan yang sama dengan percobaan Yellig dan Metcalfe. Holm dan Josendal

menyimpulkan bahwa adanya hubungan suhu, berat molekul C5+ dan tekanan

tercampur minimum. Pada percobaan – percobaan selanjutnya, Holm dan

Josendal membuat beberapa kesimpulan dari hasil – hasil percobaan terhadap

berbagai variasi dari densitas gas CO2 berat molekul C5+, densitas dan kandungan

C5 – C30.

Hubungan antara densitas gas CO2 dan tekanan tercampur minimum

adalah apabila densitas gas CO2 naik, maka harga tekanan tercampur minimum

juga akan naik. Untuk mendapat kondisi tercampur antara gas CO 2 dalam minyak,

Holm dan Josendal menyatakan bahwa apabila kandungan C5 – C30 dalam minyak

> 60% berat maka dibutuhkan densitas CO2 yang digunakan adalah > 0,5 gr/cm3.

Menurut Holm dan Josendal, harga tekanan tercampur minimum CO 2 –

minyak sangat dipengaruhi oleh masing – masing komponen antara C5 sampai

C30. Kandungan C1 – C4 dalam minyak tidak dipengaruhi harga tekanan tercampur

minimum CO2 – minyak karena didalam injeksi, fraksi akan menjadi mendahului

gumpalan campuran (miscible bank).

Holm dan Josendal juga menyatakan korelasi hubungan temperatur injeksi

gas CO2, berat molekul C5+ dan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
54

Penggunaa korelasi Holm dan Josendal dalam penentuan tekanan tercampur

minimum CO2 - minyak akan menghasilkan kesalahan rata – rata sebesar + 280

psi dimana kesalahan tertinggi sebesar 1160 psi. Berikut ini adalah contoh

Gambar TTM CO2 Holm dan Josendal dengan parameter pressure tekanan terlarut

aktual dan pressure tekanan terlarut minimum.

Gambar 3.8

Korelasi TTM CO2 – Minyak oleh Holm dan Josendal6

3. Korelasi National Petroleum Council

Berdasarkan laporan National Petroleum Council (NPC)12 dinyatakan

hubungan antara tekanan tercampur minimum CO 2 – minyak dan harga 0 API serta

pengaruh suhu reservoir. Dari korali National Petroleum Council juga memiliki

parameter table oil gravity dan tekanan tercampur yang sudah diteliti

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
55

keakuratannya. Berikut ini adalah Tabel TTM CO2 pada National Petroleum

Council untuk perhitungan rumus korelasinya.

Tabel 3.11

Tekanan Tercampur Minimum CO2 – Minyak National Petroleum Council9

Oil Gravity (0API) Miscibillity Pressure (psi)


<27 4,000
27 – 30 3,000
>30 1,200

Tabel 3.12

Koreksi Temperatur vs Minimum CO2 – Minyak National Petroleum Council 9

Temperature (0F) Additional Pressure Requaired (psi)


<120 -
120 – 150 200
150 – 200 200
200 – 250 500

Harga tekanan tercampur minimum CO2 – minyak didapatkan dengan


0
memasukkan API minyak dan menambahkan koreksi tekanan tercampur

minimum berdasarkan suhu reservoir. Jika densitas minyak adalah 28,5 0 API dan

suhu reservoir sebesar 146 0F, maka harga tekanan tercampur minimum CO2 –

minyak adalah 3200 psi.

4. Korelasi Conqruist Et Al

Cronquist menyatakan korelasi tekanan tercampur minimum CO 2 –

minyak berdasarkan dua parameter yang memberikan gambaran karateristik

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
56

minyak. Yaitu berat molekul fraksi C5+ dan jumlah unsure C1 dan N2. Hal ini

menurut Cronquist berdasarkan komposisi hidrokarbon, komponen C5+, C1 dan N2

sangat mempengaruhi harga tekanan tercampur minimum gas CO2 – minyak. Bila

kandungan fraksi C5+ dalam minyak tinggi maka diperlukan tekanan tercampur

minimum yang tinggi. Untuk kandungan C1 serta N2 dalam minyak tinggi maka

akan membutuhkan tekanan tercampur minimum CO2 – minyak yang tinggi.

Bentuk korelasi Cronquist adalah sebagai berikut :

TTM = 15.988 Tn …………………………………………………..(3.15)

n =0.744206 + 0.0011038 BM C5+ + 0.0015279 PM C1 ………(3.16)

dimana :

BM C5+ = Berat molekul C5+

PM C1 = Presentase molekul C1 dan N2

T = Temperature, 0F

TTM = Tekanan tercampur minimum, psi

Korelasi Croquist dihasilkan melalui 58 percobaan yang menggunakan

contoh minyak dari lapangan Texas, Midcontinent, California, dan Alaska. Harga

tekanan tercampur minimum CO2 – minyak hasil percobaan Cronquist adalah

1075 – 5000 psi. korelasi Cronquist memiliki kesalahan rata – rata 310 psi dengan

kesalahan tertinggi sebesar 850 psi.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
57

5. Korelasi Sebastian Et Al

Sebastian merupakan salah satu peneliti yang menyatakan pengaruh

kemurnian gas CO2 injeksi dalam injeksi CO2 tercampur. Pelaksanaan percobaan

untuk penentuan tekanan tercampur minimum menggunakan peralatan slimtube

yang berisi kwarsa berukuran 200 – 240 mesh, permeabilitas 30 darcy. Kemudian

menyimpulkan dalam konsep mole average pseudo temperature atau TCM untuk

pengaruh impurities dalam gas CO2.

TCM = ∑ Xi Tci

TTM/TTM pure = 1- 2,13.10-2(TSM-304,2)+2,15.10-4(TSM-304,2)2

- 2,35.10-7(TCM-304,2)2

Dimana :

Xi =Fraksi molekul komponen “i”

Tci =Suhu kritik dari komponen “I”,Kelvin

TCM =Average pseudo temperature, Kelvin

TTM pure =TTM yang diperoleh dengan injeksi CO2 murni

Sebastian menyimpulkan bahwa apabila harga TCM naik, maka tekanan

tercampur minimum CO2 – minyak akan menurun. Besarnya tekanan tercampur

minimum CO2 – minyak tidak dipengaruhi oleh komposisi minyak akan tetapi

sangat bergantung pada harga TCM. Bila tekanan tercampur minimum CO 2 –

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
58

minyak nilainya lebih kecil dari tekanan bubble point, maka tekanan tercampur

minimum CO2 – minyak adalah harga Tekanan Bubble Point (Pb).

3.6 Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Laboratorium

Penentuan tekanan tercampur minimum dengan percobaan pada

laboratorium dapat menggunakan dengan peralatan Rising Bubble Apparatus

(RBA) dan peralatan Slimtube. Penentuan tekanan tercampur minimum dengan

peralatan Rising Bubble Apparatus (RBA) memberikan pengamatan secara visual

kondisi saat gas CO2 dapat tercampur dengan minyak. Pengamatan ini hanya

memerluakan waktu selama 2 jam.

Proses pengamatan tekanan tercampur minimum dengan peralatan RBA,

yaitu dengan gelembung gas CO2 yang diinjeksikan dari katup jarum pada dasar

kaca pengamat atau “sight glass” melalui “windowed cell”. Kemudian gelembung

gas tadi akan bergerak keatas kolom air pada bagian bawah dan kolom minyak

pada bagian atas. Bentuk gelembung gas CO2 selama melewati kolom air dan

minyak pada bagian atas. Bentuk gelembung gas CO2 selama melewati kolom air

dan minyak akan berubah dari “spherical”, menjadi “elipsodial”,”elipsodial cap”

dan akhirnya menjadi berbentuk “skirted elipsodial cap” serta larut dalam minyak.

Kelakuan phasa gelembung ini tergantung pada tekanan dan temperature injeksi,

apabila tekanan injeksi berada diatas tekanan tercampur minimum, maka selama

gelembung gas tersebut bergerak melalui kolom minyak sehingga terjadi proses

multi kontak tercampur.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
59

Peralatan lain untuk menentukan tekanan tercampur minimum adalah

peralatan injeksi slimtube. Pemakaian peralatan injeksi slimtube digunakan untuk

mendesak minyak pada laju injeksi, tekanan dan suhu tertentu. Peralatan slimtube

merupakan rangkaian peralatan yang secara umum terdiri dari pompa injeksi, sel

fluida CO2, rangkaian pipa tubing (tubing pipe), valve, nipple, slimtube, oven,

separatore, back pressure cell, gelas ukur, gas meter, dan beberapa pressure gauge

untuk mengukur tekanan inlet dan outlet injeksi serta back pressure. Percobaan

dilaksanakan dengan terlebih dahulu melakukan penjenuhan slimtube dengan

fluida reservoir yang sesuai dengan komposisi fluida reservoir di lapangan.

Kemudian sel CO2 diisi dengan gas CO2 dimana tekanan sel fluida sesuai dengan

tekanan injeksi. Selanjutnya slimtube dan sel fluida CO2 dipanaskan sampai

temperature reservoir.

Kemudian gas CO2 diinjeksikan kedalam slimtube dengan rate injeksi

pompa sebesar 10cc/jam dan dilaksanakan dengan beberapa variasi tekanan.

Fluida yang kluar dari slimtube akan dipisahkan di separator. Produksi minyak

dan gas dicatat secara berkala, stiap 5 atau 10 menit. Injeksi gas CO 2 dilakukan

hingga volume injeksi gas CO2 mencapai 1,2 volume pori.

Setelah didapatkan titik breakthrough atau gas CO2 yang diinjeksi mulai

terproduksikan dan volume injeksi telah mencapai 1,2 volume pori. Maka

dilaksanakan “blowdown”, yaitu dengan menghentikan pompa injeksi dan

munutup katup sel fluida CO2. Sehingga tekanan didalam slimtube turun hingga

14.7 psig tanpa adanya laju injeksi gas CO2.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.
60

Proses injeksi gas CO2 dilaksanakan pada beberapa tekanan dengan laju

injeksi dan suhu injeksi yang konstan. Besarnya perolehan minyak dan gas pada

injeksi dan “blowdown” dicatat. Data perolehan minyak dan gas hasil injeksi

slimtube, selanjutnya dianalisis dan digambarkan pada grafik dengan sumbu X

sebagai volume injeksi CO2, sumbu Y1 sebagai kumulatif produksi minyak atau

factor perolehan minyak. Sumbu Y2 dapat digambarkan sebagai total produksi gas

atau oerbandingan produksi minyak dan gas.

Kemudian hasil produksi atau faktor perolehan minyak pada tiap – tiap

tekanan injeksi CO2 digambarkan pada grafik dengan sumbu X sebagai tekanan,

sumbu Y sebagai factor perolehan minyak. Pada grafik tersebut dapat ditentukan

tekanan tercampur minimum CO2 – minyak adalah titil belok pada kurva. Tekanan

tercampur minimum CO2 – minyak juga merupakan harga tekanan minimum,

dimana proses penambahan tekanan injeksi hanya mengakibatkan pertambaha

factor perolehan minyak yang relative rendah.

STUDI PENENTUAN TEKANAN TERCAMPUR MINIMUM DI RESERVOIR “Z” LAPANGAN “Y” DENGAN INJEKSI GAS CO2
MENGGUNAKAN METODE UJI LABORATORIUM SLIMTUBE TEST DAN KORELASI, Gede Arya W.S
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194.

Anda mungkin juga menyukai