Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
ANALISIS KASUS MASA PANDEMI COVID-19……
Tanggal 14 September 2020

OLEH:

NURUL SHOLEHAH, S. Kep


NIM. 2030913320035

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
ANALISIS KASUS MASA PANDEMI COVID-19….

Tanggal 15 September - 19 September 2020

Oleh:
NURUL SHOLEHAH, S. Kep
NIM. 203091332005

Banjarmasin, 14 September 2020

Mengetahui,
Koordinator Stase Jiwa Penguji/ Preseptor Akademik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19801215 200812 2 003
A. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap negatif dan mengancam (Townsend, 1998). Isolasi sosial adalah rasa kesepian
yang dialami oleh individu didalam lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau
mengancam (NANDA, 2012)
Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Gangguan
hubungan sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak flesibel, ada tingkah laku yang
maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya. Isolasi sosial merupakan
suatu penyakit gangguan jiwa yang ditandai dengan seseorang tidak mau berkomunikasi,
berinteraksi, dan menghindari hubungan dengan orang lain.
B. Etiologi

Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial (Stuart, 2007) yaitu : 

a. Faktor Predisposisi 

1. Faktor perkembangan 

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua

akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik

diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.

2. Faktor biologi 

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik merupakan

salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

3. Faktor sosiokultural 

Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda

dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan

merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.  


4. Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial.

b. Faktor Presipitasi 

1. Stressor Sosiokultural 

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang

yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit. 

2. Stressor Psikologis 

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan

untuk mengatasinya. Tuntutan berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain

untuk memenuhi kebutuhan ketergantungannya dapat menimbulkan ansietas tingkat

tinggi.

3. Faktor hormonal : gangguan dari fungsi kelenjar pituitary.

4. Hipotesa virus : virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada pasien dengan masalah isolasi sosial menurut (Yosep,Iyus.2009) dibagi

menjadi dua yaitu obyektif dan subyektif:

 Data Objektif

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

2. Menghidar dari orang lain (menyendiri)

3. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

4. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

5. Komunikasi kurang / tidak ada.

6. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

7. Tidak adakontakmata : klien lebih sering menunduk.

8. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.


9. Menolak berhubungan dengan orang lain.

10. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga

sehari-hari tidak dilakukan

 Data Subyektif

1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

4. Klien merasa tidak berguna

5. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

D. Proses Terjadinya Masalah

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan

dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam

aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin

tenggelam dalam situasi terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang

tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi.

1. Jenis-jenis Isolasi sosial

Menurut (Ernawati,dkk 2009) yaitu:

a. Menarik diri

b. Perasaan tidak berharga

c. Mengalami penurunan dalam aktifitas

d. Kurang perhatian terhadap diri

2. Fase Isolasi Sosial

Menurut (Stuart& Sundeen,2006) Hubungan seseorang dengan orang lain dapat

dianalisis berdasarkan tingkat keterlibatan, kenyamanan dan kesejahteraan, yaitu:

a. Keterhubungan
Menunjukkan bahwa orang tersebut secara aktif terlibat dalam hubungan

memuaskan. Keterhubungan melibatkan kepemilikan, kebersamaan, Timbal balik,

serta ketergantungan yang tinggi.

b. Ketidak berhubungan

Berhubungan dengan kurangnya keterlibatan dan tidak memuaskan bagi orang

tersebut.

c. Paralelisme

Kurangnya keterlibatan yang nyaman dan dapat diterima oleh individu.

d. Keterperangkapan

Terjadi ketika orang itu terlibat dalam hubungan tetapi dapat mempertahankan

keunikan perasaan diri dan batasan ego.

E. Rentang Respon

Rentang respon isolasi sosial menurut (Iyus Yosep.2011) :

Adaptif Maladaptif

 Menyendiri  Merasa  Menarik Diri


 Otonomi Sendiri  Ketergantun-
 Bekerjasama  Dependensi gan
 Interdependen  Curiga  Manipulasi
 Curiga

Respon ini meliputi:

a. Respon adaptif

1. Menyendiri : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan

langkah selanjutnya.
2. Kerjasama : suatu kondisi dalam hubungan interpersonal yang mana individu tersebut mampu

untuk saling memberi dan menerima.

3. Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran,

perasaan dalam hubungan sosial.

4. Interdependen : saling ketergantungan antara individu dengan orang lain.

b. Respon maladaptif

1. Menarik diri : gangguan hubungan sosial dimana seseorang menemukan kesulitan dalam

membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

2. Dependen : terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan

untuk berfungsi secara sukses.

3. Manipulasi : gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang

lain sebagai objek dan individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara dalam.

4. Curiga : gangguan hubungan sosial yang terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa

percaya dengan orang lain.

F. Penatalaksanaan 

Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis

penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :

a. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik

digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan di bagian temporal

kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grandmall yang

berlangsung selama 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listrik di otak

menyebabkan terjadi perubahan faal dan biokimia dalam otak. 

Penatalaksanaan lain yang bisa dilakukan adalah :

a. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses

terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi memberi rasa aman dan tenang, menciptakan

lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien

untuk dapat mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada

klien.

b. Terapi okupasi

Merupakan suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam

melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,

memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

G. Karakteristik Perilaku Isolasi Sosial

Kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak

memperhatikan kebersihan diri, mengisolasi diri, tidak atau kurang sadar dengan lingkungan

sekitar, pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktifitas menurun,

kurang energi, kurang harga diri, postur tubuh berubah.

H. Asuhan Keperawatan Klien dengan Isolasi Sosial  

Menurut (Keliat BA,2016) pengkajian pada proses asuhan keperawatan gangguan sosial menarik

diri, yaitu:

a. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal masuk

rumah sakit, informan, tanggal pengkajian, nomor rumah klien dan alamat klien.

2. Keluhan utama

Keluhan utama biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi

kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak berinteraksi dengan orang lain,

tidak melakukan kegiatan sehari-hari, dan pasif.

3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yaitu keturunan,

endokrin, metabolisme, susunan saraf pusat, dan kelemahan ego.

4. Aspek fisik

Hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan, tinggi badan, berat badan) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Status mental

Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak mata, kurang dapat

memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan

orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

6. Kebutuhan persiapan pulang

 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.

 Klien mampu BAK dan BAB, menggunakan dan membersihkan wc,

membersihkan dan merapikan pakaian.

 Observasi mandi dan cara berpakaian klien agar terlihat rapi.

 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar

rumah.

 Dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

7. Mekanisme koping

Malas beraktifitas, suliot percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab

kepada orang lain.

8. Aspek medik

Pantau penggunaan obat dan tanyakan raksinya setelah diminum

b. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pohon masalah adalah

sebagai berikut : 

Effect   Perubahan persepsi sensori : Halusinasi             

Core problem Isolasi sosial : Menarik diri                

Causa Gangguan konsep diri : Harga diri rendah            

Diagnosa Keperawatan :

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

c. Perencanaan

Tindakan keperawatan yang dilaksanakan :

1. SP 1 : mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala serta latih klien cara berkenalan

dengan 1 orang.

2. SP 2 : latih klien cara berkenalan dengan 2-3 orang dengan melakukan dua kegiatan.

3. SP 3 : latih klien cara berkenalan dengan 4-5 orang dengan empat kegiatan.

4. SP 4 : latih klien cara berkenalan dengan > 5 orang 

5. SP 5 : latih klien mengikuti kegiatan sosial.

SP PASIEN SP KELUARGA
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Mengidentikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
pasien: siapa yang serumah, siapa yang dalam merawat pasien.
dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi sosial, tanda dan
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang gejala serta proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
keuntungan punya teman dan bercakap- booklet).
cakap. 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang sosial.
kerugian tidak punya teman dan tidak 4. Latih dua cara merawat : cara berkenalan,
bercakap-cakap. berbicara saat melakukan kegiatan harian.
4. Latih cara berkenalan dengan pasien 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
dan perawat atau tamu. memberikan pujian pada saat besuk.
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan. 
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
orang beri pujian ). melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
2. Latih cara berbicara saat melakukan melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
kegiatan harian (latih 2 kegiatan). 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk melibatkan pasien berbicara (makan, sholat
latihan berkenalan 2-3 orang pasien, bersama) di rumah.
perawat dan tamu, berbicara saat 3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan
melakukan kegiatan harian. memberi pujian.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat
besuk.

Strategi Pelaksanaan  3 Strategi Pelaksanaan 3


1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
(berapa orang) dan bicara saat melakukan melatih berkenalan, berbicara pasien saat
dua kegiatan harian. Beri pujian. melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan 2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan
kegiatan harian (2 kegiatan baru). termasuk minum obat        (discharge planning).
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
bicara saat melakukan empat kegiatan melatih pasien berkenalan, berbicara saat
harian. Beri pujian. melakukan kegiatan harian / RT, berbelanja. Beri
2. Latih cara bicara sosial : meminta pujian.
sesuatu, menjawab pertanyaan. 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kambuh dan rujukan.
latihan berkenalan >5 orang, orang baru, 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
berbicara saat melakukan kegiatan harian kegiatan dan memberikan pujian.
dan sosialisasi.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /
bicara saat melakukan kegiatan harian dan melatih pasien berkenalan, berbicara saat
sosialisasi. Beri pujian. melakukan kegiatan harian. RT, berbelanja dan
2. Latih kegiatan harian. kegiatan lain dan follow up. Beri pujian.
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri. 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi.  3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol
ke RSJ / PKM.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J. (2009). Buku saku diagnose keperawatan.EGC.Jakarta

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan

Keperawatan. Jakarta : Depkes RI.

3. Keliat. BA (2016). Asuhan Keperawatan klien gangguan sosial menarik diri, Jakarta: Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

4. Nanda. (2012). Diagnosa keperawatan:definisi dan klasifikasi 2012-2014. Buku

Kedokteran:EGC

5. Stuart & Sundeen, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Alih bahasa, Kapoh, Jakarta:

EGC.

6. Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

7. Townsend, M. C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada Keperawatan psikiatri. Edisi 3.

Jakarta: EGC.

8. Yosep,iyus (2009).Keperawatan jiwa. Bandung:Refika Aditama

9. Yosep,iyus (2011).Keperawatan jiwa eds 4. Jakarta:Refika Aditama

10. Ernawati,dkk (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta:Trans

info media

Anda mungkin juga menyukai