Anda di halaman 1dari 75

MODUL 11

PEDOMAN PENGOPERASIAN &


PEMELIHARAAN
Instalasi Pengolahan Air Limbah

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
2
DAFTAR ISI

1. UMUM.............................................................................................................................535
2. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN.....................................................................536
3. SISTEM PELISTRIKAN..................................................................................................539
4. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT PRETREATMENT.......................................544
5. PENGOPERASIAN KOLAM STABILISASI LIMBAH................................................559
6. PEMELIHARAAN KOLAM STABILISASI LIMBAH..................................................566
7. PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH...........................................582
8. PERAWATAN RBC........................................................................................................588
9. OPERASI DAN PEMELIHARAAN OXYDATION DITCH.............................................592
10. UASB (UPFLOW ACTIVATED SLUDGE BLANKET)................................................600
11. PEMECAHAN MASALAH /TROUBLE SHOOTING....................................................603

i
DAFTAR TABEL
Tabel 6. 1 Kondisi Permukaan Kolam....................................................................567
Tabel 6. 2 Warna Kolam.........................................................................................568
Tabel 6. 3 Permasalahan Dan Perawatan Kolam Stabilisasi...................................570
Tabel 6. 4 Frekuensi Pengurasan Lumpur Kolam...................................................571
Tabel 6. 5 Contoh Catatan Pemeliharaan Kolam Stabilisasi..................................573
Tabel 6. 6 Contoh Catatan Pemeriksaan Harian.....................................................576
Tabel 6. 7 Contoh Catatan Pemeriksaan Mingguan................................................578
Tabel 6. 8 Contoh Catatan Pemeriksaan Bulanan...................................................579
Tabel 6. 9 Contoh Catatan Pemeriksaan Catur Wulanan........................................580
Tabel 6. 10 Contoh Catatan Pemeriksaan 6 (enam) Bulanan...................................580
Tabel 6. 11 Contoh Catatan Pemeriksaan Tahunan..................................................581
Tabel 6. 11 Contoh Catatan Pemeriksaan Tahunan (Lanjutan)................................582
Tabel 9. 1 Kelebihan dan Kelemahan Oxidation Ditch..........................................592
Tabel 9. 2 Proses Checklist.....................................................................................595
Tabel 9. 3 Permasalahan Pada Tangki....................................................................599
Tabel 10. 1 Keuntungan dan Kerugian pada UASB......................................................601

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa..............................................538
Gambar 3. 1 Panel Listrik.........................................................................................540
Gambar 3. 2 Panel listrik IPAL dan isinya (Mexico)...............................................541
Gambar 3. 3 No Fuse Breaker (NFB) Dan Magnetic Circuit Breaker (MCB)........542
Gambar 3. 4 Contactor, Overload Dan Tombol On/Off..........................................543
Gambar 3. 5 Lampu Indikator Dan Saklar Geser.....................................................543
Gambar 3. 6 Terminal...............................................................................................544
Gambar 4. 1 Bar Screen...........................................................................................545
Gambar 4. 2 Pompa Ulir (Screw Pump)...................................................................546
Gambar 4. 3 Operasi Grit Chamber Tipe Kanal......................................................549
Gambar 4. 4 Grit Chamber Tipe Circular rake / Detritus Tank / Square
HorizontalFlow (Metcalf & Eddy, 2000)............................................551
Gambar 4. 5 Operasional Grit Chamber Tipe Circular Rake/Detritus....................552
Gambar 4. 6 Cyclone Separator...............................................................................553
Gambar 4. 7 Screw Separator..................................................................................554
Gambar 4. 8 Bar Screen Kedua................................................................................554
Gambar 4. 9 Grease Trap.........................................................................................556
Gambar 4. 10 Contoh Pompa Angkat (Lift Pump).....................................................557
Gambar 5. 1 Proses Pengisian Kolam......................................................................562
Gambar 5. 2 Kolam Stabilisasi Dengan Scum Box...................................................563
Gambar 6. 1 Kegiatan Pemeliharaan Kola...............................................................567
Gambar 6. 2 Pemeliharaan Tanggul.........................................................................569
Gambar 6. 3 Jenis Tanggul Pada Kolam Stabilisasi (Tanggul Dengan Konstruksi
Dari Beton dan Pasangan Batu)...........................................................569
Gambar 6. 4 Kegiatan Pemeriksaan Ketebalan Lumpur..........................................571
Gambar 6. 5 Kegiatan Pemindahan Lumpur Kering................................................573
Gambar 7. 1 Tangki Pengendap Pertama Tipe Mechanical Circular (Metcalf &
Eddy, 2000).........................................................................................582
Gambar 7. 2 Kompartemen Pada Filter Anaerobik..................................................584
Gambar 7. 3 Rotating Biological Contactor.............................................................585
Gambar 7. 4 Bak Pengendap Kedua.........................................................................587
Gambar 8. 1 Unit Desinfeksi....................................................................................589

iii
PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPAL
1. UMUM
Sebelum mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), Kepala bagian IPAL yang
bertanggung jawab penuh atas instalasi, harus mengorganisir dan menginstruksikan tindakan-
tindakan yang tepat kepada personel-personel yang bertanggung jawab atas pengoperasian
instalasi tersebut.
a. Kepala IPAL harus menentukan kondisi pengoperasian aktual dari waktu ke waktu
dengan mempertimbangkan flow rate, kualitas influent dan efluen, sudut pandang
ekonomis, usia masing-masing peralatan, dan lain-lain.
b. Kepala IPAL harus mengkonfirmasikan kegiatan harian dalam sistem pengoperasian
IPAL. Kepala IPAL harus menerangkan hal penting berkaitan dengan sistem
operasional berikut ini kepada operator:
 Detail pengoperasian
 Pencatatan Data Pengoperasian
 Memelihara Kebersihan lokasi
 Langkah Pengamanan
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan IPAL mengacu pada Pedoman dan Tata Cara
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Sub Bidang Air Limbah.
Pedoman dan Tata Cara yang diacu adalah sebagai berikut:
 Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Kolam Stabilisasi
 Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Rotating Biological Contactor (RBC)
 Tata Cara Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Limbah Terpusat tentang Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah
ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan
dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang
penting adalah sebagai berikut:
 Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus
direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal:
pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal:
pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat
seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang

535
 Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi
normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah
rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan
kerusakan fungsi
 Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan
dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
 Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua
kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan
sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan
pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya
terhadap lingkungan sekitar

2. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN


Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air
limbah adalah:
Masalah Hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang
hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat
mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu
emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
 Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
 Menjaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat
saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak
kontrol pada tanah persil
 Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out
sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
 Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,
agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
kotoran yang hanyut
 Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang
masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat
kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan

Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan
pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis

536
pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan.
Selain itu perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman
berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya

Masalah Endapan
Sistem drainase yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan suspensi
diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran
sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.
Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas
CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau
lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk
perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
 Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
 Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
 Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga
jangan sampai terbuka
 Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan
agar tidak membuang sampah ke dalam manhole
 Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air
limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin
 Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan
bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan

Metoda Pembersihan Endapan


 Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat
 Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2
unit. Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa
yang akan dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada
ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan

537
Gambar 2. 1 Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa

 Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang
dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka
dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
 Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga
penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle
dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
 Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air.
Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air
sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari
nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah
yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole
 Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi
dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan
tinggi memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang
pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir
 Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2
tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan
tenaga tinggi

Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:


 Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci
 Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak
manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat

538
 Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi
pemeliharaan sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan

Permasalahan Akar Pohon


Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:
 Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser,
dan mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah
 Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga
mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat
menyebabkan penyumbatan
Alternatif Penanganan:
 Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon
berakar panjang dan serabut
 Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat
(root cutting saw)

3. SISTEM PELISTRIKAN
Pasokan listrik biasanya dari jaringan PLN, tetapi jika diperlukan bisa juga di backup dengan
unit genset tersendiri. Jika dengan dua sumber, maka penel listrik untuk power supply juga
dipasang (lihat Gambar 3.1).
Handle pada posisi 0 : Netral, semua listrik baik dari jaringan PLN maupun Genset tidak
tersambung kejaringan, sehingga semua peralatan tidak bisa
berjalan / berfungsi.
Handle pada posisi I : Sumber listrik berasal dari PLN.
Handle pada posisi II : Sumber listrik berasal dari Genset.

539
Gambar 3. 1 Panel Listrik
Dari panel power supply ini, listrik akan masuk ke panel listrik utama. Panel listrik dan
perlengkapannya adalah untuk memudahkan komunikasi dan interaksi antara operator dengan
mesin yang dikelolanya. Semua peralatan mesin pada suatu plant IPAL dikontrol dan dimonitor
melalui panel listrik yang sudah diatur dan disetel sedemikian rupa, baik susunan peralatan
listrik dan masing masing kapasitasnya serta kabel dan sambungannya.
Beragam bentuk dan dimensi dari panel listrik adalah bergantung pada banyaknya peralatan dan
mesin yang dikontrol, dan juga sampai seberapa jauh/detil akan memonitor dan mengamati
unjuk kerja dari setiap peralatan atau mesin yang terpasang. Bila ada peralatan/mesin yang bisa
bekerja secara otomatis, maka pasti ada peralatan sensor yang mengatur sistem otomatisasi
tersebut. Secara umum peralatan listrik standar yang selalu ada pada box panel adalah sebagai
berikut:
a) NFB (No Fuse Breaker) :
 Untuk pembatas daya / beban listrik yang digunakan oleh sesuatu mesin.

540
 Sebagai pengaman jaringan jika terjadi hubungan arus pendek
 Sebagai penghubung atau pemutus jaringan/tegangan listrik yang mempunyai kapasitas
amper tinggi
b) MCB (Magnetic Circuit Breaker):
 MCB berfungsi sama dengan NFB namun MCB digunakan untuk kekuatan arus dengan
amper yang kecil

541
Gambar 3. 2 Panel listrik IPAL Tower City, Jakarta

c) Contactor :
 Saklar yang bekerja berdasarkan magnit listrik
 Untuk mengaktifkan/bekerjanya magnit, kontaktor memerlukan tegangan listrik.
 Untuk mengaktifkan magnitnya hanya membutuhkan tegangan listrik + 3 watt, bisa
difungsikan sebagai otomatisasi untuk mengkontrol alat/jaringan yang mempunyai
tegangan sampai ribuan watt.

542
Gambar 3. 3 No Fuse Breaker (NFB) Dan Magnetic Circuit Breaker (MCB)

d) Overload thermis :
 Fungsinya untuk mengamankan beban listrik, terutama motor listrik agar tidak rusak /
terbakar jika kelebihan beban/tidak kuat memutar alat yang digerakkan. Overload
thermis bekerja berdasarkan sensor panas.
e) Tombol tekan on/off (Push Button) :
 Warna hijau : untuk mengaktifkan kontaktor, menghubungkan kontaktor dengan
tegangan listrik agar aktif/bekerja.
 Warna merah : untuk memutuskan kontaktor dari aliran/jaringan tegangan listrik supaya
mati /off

543
Kontaktor

Overload
Gambar 3. 4 Contactor, Overload Dan Tombol On/Off

f) Lampu indikator :
 Sebagai alat bantu visual yang dihubungkan ke push button, sehingga mudah dilihat
apakah posisi pada on (lampu warna hijau) atau posisi pada off (lampu warna merah)
 Pada indikator power supply dengan jaringan 3 phasa, lampu indikatornya ada 3 warna,
yaitu merah, kuning dan hijau. Sehingga jika power supply dihidupkan harusnya ketiga
lampu tersebut akan menyala, jika ada yang mati salah satu, artinya salah satu pasokan
listrik dari aliran 3 phasa tersebut ada yang mati. Jangan mengaktifkan semua
peralatan/mesin jika salah satu phasa mati.
g) Saklar geser :
 Untuk memindahkan fungsi kerja, dari / ke automatis dan manual

Auto Manual

Gambar 3. 5 Lampu Indikator Dan Saklar Geser

544
h) Penghubung Kabel/Terminal
 Untuk menghubungkan kabel kabel

Gambar 3. 6 Terminal

i) Aksesoris Pelengkap Lainnya :


 Alat bantu untuk memudahkan penyambungan / pengerjaan electrical

Buatlah Plakat berisi urut urutan cara menghidupkan dan mematikan peralatan
listrik untuk pengoperasian IPAL, Plakat ditempekan pada pintu panel
4. listrik, supaya mudah terlihat dan terbaca.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT PRETREATMENT
a. Saringan /Screen Awal (Sebelum Pompa Angkat)
 Sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran mengambang dalam influen disaring
dengan saringan kasar.
 Kotoran yang tersaring pada bar screen seperti yang tersebut diatas diambil secara
manual dengan alumunium rake.
 Jika menggunakan/terpasang saringan mekanis (mechanical screen), maka dengan
conveyor belt sampah yang terangkat dipisahkan dan dimasukan dalam pengumpul
sampah.
 Kotoran diambil dan dibuang paling tidak satu kali sehari jika menggunakan bar screen
dan sistem manual, dan jika memakai saringan mekanis juga dibuang sekali sehari.

545
Bar Screen

Gambar 4. 1 Bar Screen

b. Pompa Angkat / Lift Pump


Pada suatu IPAL biasanya selalu terdapat 3 unit pompa angkat, 2 unit pompa untuk
dioperasikan dan 1 unit pompa untuk standby. Standby bisa berarti pompa bisa dioperasikan
sewaktu-waktu, misal dalam kondisi air di stasiun pompa dalam keadaan banjir, atau bila salah
satu pompa mengalami kerusakan atau macet, dan lain sebagainya.
 Persiapan operasi/ item yang harus diperiksa
i. Periksa apakah operation panel (Kontrol Panel Pompa) sudah menyala. Panel
operasi ada di ruang mesin untuk lift pump. Periksa lampu yang berwarna hijau.
Jika power indicator lamp (lampu indikator power) tidak menyala, hidupkan NFB
untuk power supply.

ii. Periksa listrik yang disalurkan ke pompa. Listrik tersambung jika lampu indicator
yang warna hijau menyala. Jika lampu operasi tidak menyala, hidupkan NFB untuk
pompa yang diinginkan didalam panel listrik.

iii. Tergantung dari jenis pompa yang dipakai pada plant IPAL yang ada, Lift
pump dengan tipe screw biasanya dilengkapi dengan sistem pompa gemuk/grease
pump. Periksa apakah tangki/wadah gemuk (grease) sudah diisi dengan gemuk
dengan jumlah yang disyaratkan.

iv. Periksa listrik yang disalurkan ke grease pump. Listrik sudah tersalur jika lampu

546
indikator yang warna hijau menyala. Jika lampu operasi tidak menyala, hidupkan
NFB yang ada di dalam panel. Grease akan dipompakan pada bearing dan bagian
bagian bergerak lainnya secara otomatis.

Gambar 4. 2 Pompa Ulir (Screw Pump)

 Pengoperasian
Lift pump selalu punya 2 mode operasi, yaitu pengoperasian otomatis atau manual.

Pengoperasian Otomatis
Ada dua jenis pengoperasian, tergantung tinggi permukaan air di stasiun (rumah) pompa.
Detail dari pengoperasian adalah sebagai berikut:
Pengoperasian Otomatis 1
Jika tinggi permukaan air di rumah pompa mencapai level tinggi tertentu, misalnya X
(▼+6), pompa otomatis menyala, dan jika air mencapai level Z (▼+5), pompa otomatis
mati.
Jika memilih mode auto-1, pompa otomatis menyala dan mati ketika air di rumah
pompa mencapai level X dan Z .

547
Pengoperasian Otomatis 2
Jika tinggi permukaan air di rumah pompa mencapai level Y (▼+6), pompa otomatis akan
menyala, dan jika air mencapai level Z (▼+5), pompa otomatis akan mati.
Jika diatur pada mode auto-2, pompa otomatis akan hidup dan mati ketika air di rumah
pompa diantara level air Y dan Z.
Jika aliran limbah sesuai dengan kondisi desain, dua pompa angkat akan beroperasi,
sementara pompa yang lain dalam kondisi stand by. Karena itu, satu pompa harus diatur
dalam mode auto-1 dan satu pompa lainnya diatur dalam mode auto-2.

Catatan: Tombol pengoperasian untuk masing-masing pompa biasanya selalu punya


pilihan yaitu : “auto-1”, “auto-2”, “manual” dan “stop”.

Mode pengoperasian untuk masing-masing pompa harus dipilih berdasarkan kondisi


inflow. Pompa yang sudah dipilih akan beroperasi secara otomatis dengan level air yang
sudah ditentukan di rumah pompa. Pengoperasian grease pump untuk pompa yang yang
sudah dipilih harus dilakukan dengan prosedur yang sama seperti yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya.
Periksa apakah pompa mengangkat limbah sesuai dengan mode pengoperasian yang sudah
dipilih. Limbah yang dialirkan oleh pompa secara otomatis diatur menurut inflow limbah.
Karena itu instalasi dengan sistem pompa seperti ini tidak memerlukan operator untuk
mengawasi aliran air limbah.

Pengoperasian Manual
o Tombol Pengoperasian pompa yang ingin dioperasikan oleh operator, harus
diposisikan pada tulisan “manual”, baru pompa tersebut bisa berkerja secara
manual.
o Jika tombol pengoperasian diposisikan ke “stop”, maka pompa akan mati.
Periode harian pengoperasian pompa angkat.
Pada pompa angkat tipe screw pump, biasanya di dalam panelnya terdapat alat hitung
(counter) pengoperasian. Alat hitung punya angka dari 0~9999. Setiap hitungan satu
menandakan pompa beroperasi selama satu menit . Sebagai contoh, pada suatu hari, alat
hitung menunjukkan 1.200. Ini artinya dalam satu hari operasi tersebut pompa beroperasi
selama 1.200 menit (20 jam).

548
c. Screen Tahap Kedua (Setelah Pompa)
 Sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran mengambang dalam influen disaring dengan
saringan kasar.
 Kotoran yang tersaring pada bar screen seperti yang tersebut diatas diambil secara
manual dengan alumunium rake.
 Jika menggunakan / terpasang mechanical screen, maka dengan conveyor belt sampah
yang terangkat dipisahkan dan dimasukan dalam pengumpul sampah.
 Kotoran diambil dan dibuang paling tidak satu kali sehari jika menggunakan bar screen
dan sistem manual, dan jika memakai saringan mekanis juga dibuang sekali sehari.

d. Penangkap Butiran Kasar/ Grit Chamber


Bila jenis grit chamber yang digunakan adalah sistem kanal, dan grit diambil/dikuras dengan
pompa pasir jenis submersible, pompa pasir jenis ini biasanya digantungka pada derek
listrik/chain hoist. Maka sistem operasinya adalah sebagai berikut:
 Persiapan operasi/ item yang harus diperiksa
o Sama seperti pada prosedur yang sudah sudah seperti diatas, nyalakan pompa pasir dan
derek.
o Pompa pasir dioperasikan melalui kontrol panel yang dipasang di ruang mesin untuk
rumah pompa.
o Listrik disalurkan ke derek melalui panel kontrol yang sama dengan pompa pasir, dan
derek dioperasikan dengan cara mengoperasikan push button pada derek.
o Derek punya tiga jenis pengoperasian yaitu jalan maju, jalan mundur, dan mengerek
naik atau turun.
 Memulai Pengoperasian
o Pompa pasir tergantung diatas di grit chamber yang akan dikuras (jika ada beberapa
grit chamber)
o Biasanya terdapat beberapa derek dan setiap pasang derek dioperasikan secara
independen.
o Hidupkan pompa pasir dengan tombol pengoperasian yang terdapat di panel kontrol
o Setelah memeriksa jalannya pompa, tekan tombol travelling forward/jalan maju pada
derek supaya derek mulai berjalan. Jika Derek telah mencapai sisi inflow grit chamber,
mulailah dengan memompa dari sisi ke sisi pada bagian inflow tersebut, hentikan/stop

549
chain hoist, dan tekan tombol travelling backward/ jalan mundur untuk memundurkan
derek. Ulangi operasi seperti tadi yaitu memompa dari satu sisi ke sisi lainnya, prosedur
tersebut diulang bolak-balik sebanyak tiga sampai lima kali.
o Jalankan pompa pasir untuk memompa grit, dengan dereknya sekali atau dua
kali sehari

Gambar 4. 3 Operasi Grit Chamber Tipe Kanal

 Menghentikan Pengoperasian
o Setelah menyelesaikan pengurasan grit seperti yang dijelaskan di atas, hentikan pompa
pasir dengan memencet tombol Stop Operation di panel kontrol

550
o Matikan NFB Derek listrik (didalam panel kontrol)
Catatan:
o Biasanya dua grit chamber dioperasikan secara paralel
o Pindahkan pasir dan kotoran-kotoran lain yang tersedimentasi dan terkumpul di grit
chamber menggunakan pompa pasir dan derek listrik yang dioperasikan manual. Walau
demikian, hindari pengoperasian secara bersamaan.
o Hentikan derek tepat didalam tutup tahan air.
o Grit akan dpompa masuk ke pengumpul/cyclone separator.

Bila tipe grit chamber yang digunakan adalah tipe kolam detritus/square horizontal-
flow/circular rake, maka sistem operasinya adalah sebagai berikut:
 Persiapan operasi/ item yang harus diperiksa
o Nyalakan sekop putar/scoop, nyalakan mekanik pencuci grit, juga nyalakan pompa
untuk mengembalikan bahan organik.
o Sekop putar dioperasikan melalui panel kontrol yang dipasang di ruang mesin untuk
pompa angkat.
o Juga pencuci grit dan pompa pengembalian organik, semua diopersikan melalui panel
kontrol yang berada diruang mesin untuk pompa angkat.
 Memulai Pengoperasian
o Sekop mekanik berada didasar setiap grit chamber yang akan dikuras (jika ada
beberapa grit chamber)
o Mekanisme pencuci grit/rake yang bergerak maju mundur, terletak disebelah dari bak
kotak, dan berhubungan dengan sekop putar pad kolam pengumpul grit. Mekanisme ini
dijalankan secara bebas, juga mekanis/pompa untuk mengembalikan kandungan
organik.
o Hidupkan sekop putar dengan tombol pengoperasian yang terdapat di kontrol panel
o Setelah memeriksa jalannya sekop putar, hidupkan rak pencuci grit/rake grit washer.
Setelah mengamati dan memeriksa jalannya mekanisme take dan sekop, hidupkan juga

551
pompa atau mekanik untuk mengembalikan kandungan organic dari hasil pencucian
grit, kembali ke bak / kolam detritus.
o Grit yang telah bersih dan kering akan keluar melalui ujung rak, dikumpulkan dan
masukan pada gerobak /kereta dan buang ketempat pembuangan grit
o Jalankan seluruh mekanisme sekop, rake pencuci an pengembalian organik pada grit
chamber, sekali atau dua kali sehari
 Menghentikan Pengoperasian
o Setelah menyelesaikan pengurasan dan pencucian grit seperti yang dijelaskan diatas,
hentikan sekop putar, rake pencuci dengan memencet tombol Stop Operation dikontrol
panel
o Matikan NFB didalam kontrol panel, jika tombol on /off berada diluar ruang
control.

552
Gambar 4. 4 Grit Chamber Tipe Circular rake / Detritus Tank / Square HorizontalFlow (Metcalf & Eddy, 2000)

553
Gambar 4. 5 Operasional Grit Chamber Tipe Circular Rake/Detritus

e. Pemisah Tipe Pusaran & Tipe Ulir /Cyclone Separator & Screw Separator
Cyclone separator adalah rangkaian peralatan dari sistem pemisahan grit dari grit chamber
sistem kanal, pada sistem kolam detritus grit sudah dicuci dan dikumpulkan pada ujung rak
pencuci. Operasional Cyclone separator adalah sebagai berikut:
 Cyclone separator dihubungkan langsung dengan pipa keluar dari pompa pasir, tanah dan
pasir dan butiran kasar lainnya yang terkumpul di dasar grit chamber disedot bersama-sama
dengan limbah cair oleh pompa pasir tersebut dan dipisahkan menjadi bahan padat dan cair
didalam cyclone separator. Tanah dan pasir yang sudah dipisahkan, terkumpul dan
tersimpan di chamber di dasar cyclone separator.
 Setelah selesai mengoperasikan pompa pasir, buka kran yang terpasang di bagian bawah
chamber di bagian bawah cyclone separator, lalu limbah disalurkan kedalam parit.
 Tanah dan pasir akan tetap berada di dalam parit, dan limbah secara alami mengalir kembali
ke grit chamber.
 Tanah dan pasir yang terkumpul di parit diciduk 1-2 kali seminggu dan pindahkan ke sludge
drying bed. Kadang perlu dicuci supaya tidak bau.

554
Gambar 4. 6 Cyclone Separator

Screw separator mempunyai konstruksi seperti ulir yang miring dan bertumpu pada dasar bak,
dimana bak tersebut adalah sebagai dasar dari grit chamber. Dasar dari grit chamber dibuat
konus dan miring kearah ujung screw separator. Operasional screw separator adalah sebagai
berikut:
 Hidupkan scew separator, screw/ulir akan berputar dan mengangkat air berserta grit yang
terkumpul didasarnya naik keatas
 Dinding screw separator terbuat dari plat berlubang lubang, sehingga air akan keluar
melaui lubang tersebut, sedangkan grit akan terangkat naik.
 Efek dari putaran serta dorongan dari screw akan membersihkan grit dari bahan organik
lainnya, sehingga grit yang keluar dari sistem ini sudah tercuci bersih dan tidak bau.
 Grit akan keluar melalui ujung dari screw, dan akan ditampung pada wadah/bin, dan setiap
hari dibuang.

f. Saringan Kasar Grit chamber


Biasanya pada ujung grit chamber sistem kanal, terdapat lagi bar screen, sistem
operasionalnya sama yaitu:
 Plastik dan kotoran mengambang lainnya dalam influen disaring dengan saringan kasar /

555
bar screen.
 Kotoran-kotoran yang menempel di saringan diambil secara manual dengan alumunium
rake. Ambil kotoran 1-2 kali sehari. Misal pada titik ini dipasang mechanical screen maka
secara otomatis sampah akan dikumpulkan dan dibuang secara rutin.

Gambar 4. 7 Screw Separator

 Jika menggunakan mechanical screen, maka dengan conveyor belt sampah yang terangkat
dipisahkan dan dimasukan dalam pengumpul/container sampah.
 Kotoran diambil dan dibuang paling tidak 1 (satu) kali sehari jika menggunakan bar screen
sistem manual, dan jika mamakai saringan mekanis juga dibuang sekali sehari.

Gambar 4. 8 Bar Screen Kedua

556
g. Bak pembagi
Setelah unit pretreatment, pada awal/hulu dari sistem pengolahan dengan kolam stabilisasi,
selalu terdapat bak pembagi aliran. Pengolahan dengan sistem kolam stabilisasi umumnya
terdiri dari minimal 2 (dua) jalur sistem pengolahan, karena hal tersebut memungkinkan
penanganan yang maksimal dan baik jika terjadi problem pada salah satu jalur, bisa juga
berfungsi pada saat pasokan limbah sangat sedikit atau kurang dari 50%, maka pengolahan bisa
dilakukan hanya dengan sat jalur pengolahan.
Pada bak pembagi/distribution chamber, terdapat 2 (dua) pintu air/gate (jika ada 2 jalur
pengolahan), setiap gate/pintu air berfungsi untuk menyalurkan air limbah ke salah satu
jalur/baris kolam stabilisasi. Pengoperasian pintu air bisa secara manual atau secara otomatis.
Operasional bak pembagi tersebut adalah sebagai berikut:
 Jika aliran air limbah 100% dari kapasitas desain, maka 2 (dua) pintu air dibuka normal,
kedua pintu air tersebut akan mendistribusikan efluen ke kolam stabilisasi No.1 dan
No.2. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dua baris kolam dipasang paralel di dalam
sistem ini
 Biasanya Setiap baris terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) kolam anaerobik (paralel) ditambah
dengan 2 (dua) kolam fakultatif (paralel) dan 2 (dua) kolam maturasi yang disusun secara
seri.
 Air limbah tersalurkan ke semua kolam secara normal.
 Jika aliran air limbah kurang dari 50% dari kapasitas desain, mengoperasikan satu baris
kolam boleh dilakukan. Dalam hal ini, "tutup" salah satu pintu air/distribution gate pada
baris kolam yang akan diistirahatkan.

h. Perangkap Lemak/ Grease Trap


 Sebaiknya grease trap dipasang/berada pada setiap rumah, sehingga resiko penyumbatan
pada jaringan perpipaan jadi minim/kecil, sehingga pemeliharaan jaringan perpipaan secara
keseluruhan akan menjadi ringan. Pemeliharaan grease trap menjadi tanggung jawab
masing masing rumah tangga.
 Jika grease trap dibuat sentral, maka terdapat 2 (dua) jenis grease trap yang bisa
digunakan. Jenis pertama adalah grease trap dengan konstruksi sederhana yaitu kolam
yang diberi sekat-sekat. Grease trap jenis ini tidak memerlukan pengoperasian secara
khusus, hanya perawatan dan pemeliharaan saja. Lemak dan kotoran mengambang pada
kolam, diambil dan dibersihkan setiap hari dan dibuang ketempat pembuangan sampah atau
bisa dibakar di incinerator.

557
 Grease trap jenis kedua adalah grease trap yang menggunakan aerasi udara, disebut juga
dengan sistem flotation. Operasional grease trap jenis ini adalah sebagai berikut:
o Hidupkan pompa udara / kompressor untuk flotasi, tombol ada pada panel listrik
diruang utama.
o Hidupkan skimmer/ pengeruk dan pengumpul scum
o Scum yang terkumpul pada kolam pengumpul diambil dan dibuang 1-2 kali dalam
sehari.

Gambar 4. 9 Grease Trap

i. Bak Perata/ Ekualisasi


Bak ekualisasi berfungsi sebagai pengumpul air limbah selama 24 jam dari cakupan wilayah
kerja IPAL yang ada, juga sebagai kolam pengumpul sebelum dipompakan ke unit pengolahan
berikutnya. Dari bak ekualisasi ini, air limbah dipompa masuk ke unit pengolahan selama 24
jam. Tidak ada operasi khusus pada bak ekualisasi ini.

j. Pompa Angkat/ Lift pump


Pada suatu IPAL biasanya selalu terdapat 3 (tiga) unit pompa angkat, 2 (dua) unit pompa untuk

558
dioperasikan (bergantian) dan 1 (satu) unit pompa untuk standby. Standby bisa berarti pompa
bisa dioperasikan sewaktu waktu, misal dalam kondisi air di pump station tinggi/ banjir, atau
bila salah satu pompa mengalami kerusakan atau macet, dan lain sebagainya. Jenis pompa
angkat (positip) bermacam macam, bergantung pada besarnya volume dan berapa tingginya air
yang mau dipindah, dan lain sebagainya. Untuk IPAL komunal, biasanya dipakai pompa jenis
sump-pump yang submersible (terbenam di dalam air limbah).

Gambar 4. 10 Contoh Pompa Angkat (Lift Pump)

 Persiapan operasi/item yang harus diperiksa


o Periksa apakah operation panel (panel kontrol ompa) sudah menyala. Panel operasi ada
di ruang mesin. Periksa lampu indikator yang berwarna hijau.
o Jika power indicator lamp (lampu indikator listrik) tidak menyala, hidupkan NFB untuk
power supply.
o Periksa listrik yang disalurkan ke pompa. Listrik tersambung jika lampu indicator yang
warna hijau menyala.
o Jika lampu operasi tidak menyala, hidupkan NFB untuk pompa yang diinginkan
didalam panel listrik.
 Pengoperasian
Pompa angkat selalu punya 2(dua) mode operasi, yaitu pengoperasian otomatis atau
manual.
Pengoperasian Otomatis

559
Ada dua jenis pengoperasian, tergantung ketinggian permukaan air di rumah pompa. Detail
dari pengoperasian adalah sebagai berikut:
Pengoperasian Otomatis 1
Jika tinggi permukaan air di rumah pompa mencapai level tinggi tertentu, misalnya X,
pompa otomatis menyala, dan jika air mencapai level Y, pompa otomatis mati. Jika memilih
mode auto-1, pompa otomatis menyala dan mati ketika air di rumah pompa mencapai level
X dan Y .
Pengoperasian Otomatis 2
Jika tinggi permukaan air di rumah pompa mencapai level X, pompa otomatis menyala,
dan jika air mencapai level Y, pompa otomatis akan mati. Jika diatur pada mode auto-2,
pompa otomatis akan hidup dan mati ketika air di rumah pompa diantara level air X dan Y.

Timer otomatis pada POMPA 1 diatur pada


00.00 off / mati
06.00 on /nyala
12.00 off / mati
18.00 on /nyala
Timer otomatis pada POMPA 2 diatur pada
00.00 on /nyala
06.00 off / mati
12.00 on /nyala
18.00 off / mati

Jika aliran limbah sesuai dengan kondisi desain, dua pompa akan beroperasi secara
bergantian setiap 6 jam, sementara pompa ketiga dalam kondisi standby. Karena itu, satu
pompa harus diatur dalam mode auto-1 dan satu pompa lainnya diatur dalam mode auto-2.
Catatan:
Tombol pengoperasian untuk masing-masing pompa biasanya selalu punya pilihan :
“auto-1”, “auto-2”, “manual” dan “stop”.
Pompa yang sudah dipilih akan beroperasi secara otomatis dengan level air dan waktu yang

560
sudah ditentukan di rumah pompa. Periksa apakah pompa mengangkat limbah sesuai dengan
mode pengoperasian yang sudah dipilih.

Operasi Manual
Tombol Pengoperasian pompa yang ingin dioperasikan oleh operator, harus diposisikan pada
tulisan “manual”, baru pompa tersebut bisa berkerja secara manual. Jika tombol pengoperasian
diposisikan ke “stop”, maka pompa akan mati. Waktu kerja (berapa jam nyalanya) pompa juga
akan bekerja secara manual.
Biasanya operasi pompa ini dihubungkan dengan sistem alarm baik pada pengoperasian secara
otomatis maupun manual, sehingga jika pompa tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
alarm akan memberikan sinyal supaya operator bisa bertindak sebagaimana mestinya.

k. Pengatur aliran/ Flow control


Jika aliran air limbah yang masuk ke IPAL akan diatur/dibagi rata masuknya berapa m 3 /jam,
dan kontinyu selama 24 jam, maka diperlukan alat pengatur aliran/flow control box.
Konstruksinya biasanya dengan V-notch, sehingga bisa diatur debit yang diinginkan masuk ke
unit IPAL.
 Atur ketinggian permukaan air pada V-Notch
 Ukur debit yang keluar, jika sudah tercapai debit yang sesuai , kencangkan baut gate V-
notch tersebut.

5. PENGOPERASIAN KOLAM STABILISASI LIMBAH


a. Umum
Sistem ini pada umumnya tidak dilengkapi peralatan mekanis, maka pengoperasian dan
pemeliharaan sistem ini relative mudah , sederhana dan murah. Mengoperasikan kolam
stabilisasi membutuhkan tenaga orang-orang yang terlatih. Pengoperasian dan perawatan
mencakup memulai pengoperasian kolam, mengelola kondisi permukaan kolam, menjaga
tanggul dan lokasi site kolam, dan juga menguras kolam serta membuang lumpur.

b. Peralatan yang diperlukan


Untuk mengelola permukaan kolam, yang dibutuhkan: perahu kecil dan garu bergagang
panjang, selang air atau pompa portabel dan sumber air. Untuk memelihara tanggul dan lokasi

561
kolam, yang dibutuhkan: sekop, kapak, parang, alat potong rumput dan ilalang, gerobak sorong,
persediaan batu, tiang kayu, pagar kawat, palu, paku, pipa cadangan, semen. Peralatan lain yang
dibutuhkan antara lain tool shed, rambu peringatan, bahan pembuat pagar, dan sarung tangan
dan sepatu bot dari karet. Jangan lupa memakai sepatu bot dan sarung tangan jika berkerja di
sekitar kolam stabilisasi.
Kolam stabilisasi yang beroperasi dengan baik dan dipelihara sebagaimana mestinya biasanya
tidak berbau. Bagi anak-anak maupun orang dewasa, tempat ini tampak seperti tempat untuk
berenang atau bermain. Tindakan-tindakan ini harus dilarang. Harus dilakukan tindakan
pencegahan untuk mencegah orang-orang yang tak berwenang masuk ke dalam lokasi. Pasang
rambu peringatan, atau pasang pagar atau barikade.

c. Definisi umum
- Algae:
Tumbuhan kecil berwarna hijau, biasanya mengambang di permukaan air; tumbuhan ini
tumbuh dan berkembang di kolam stabilisasi dan menghasilkan oksigen.
- Kolam anaerobik:
Kolam stabilisasi yang menerima sewage/air limbah dari sistem jaringan pengumpul air
limbah dan mengalirkan ke kolam fakultatif
- Efluen:
Air limbah yang sudah melewati proses pengolahan.
- Kolam fakultatif:
Kolam stabilisasi yang menerima air limbah yang sudah terolah di kolam anaerobik, dan
mengalirkan air yang sudah diolah ke selokan kering atau ke kolam maturasi.
- Kolam maturasi:
Kolam stabilisasi yang menerima air limbah yang sudah diolah di kolam fakultatif,
selanjutnya mengolah air limbah tersebut dan mengalirkannya ke selokan kering; kolam
maturasi kadang-kadang digunakan untuk memelihara ikan.
- Scum:
Kotoran/padatan/partikel mengambang yang muncul di permukaan cairan, sangat lazim
terjadi di kolam anaerobik.
- Sewage (air limbah):
Air yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti air cucian, tinja, dan air yang
digunakan untuk menggelontor tinja dari bangungan/rumah lewat pipa jaringan pengumpul
dan menuju tangki septik, jamban atau kolam stabilisasi.
- Lumpur (Sludge):
Padatan / lumpur yang mengendap

562
- Sewage (air limbah) olahan:
Air limbah yang mengalir keluar dari kolam stabilisasi atau sistem pengolahan lain.
Sewage olahan lebih aman dari pada sewage yang sudah diendapkan dan bisa digunakan
untuk irigasi tanaman yang bukan dikonsumsi manusia.

d. Memulai Pengoperasian Kolam Stabilisasi


Jika rancangan waktu retensi suatu kolam tidak lebih dari 10 hari, atau jika hanya sebagian dari
seluruh hunian tersambung ke sistem jaringan pipa pengumpul air limbah, mungkin lebih
menguntungkan untuk membagi kolam dalam beberapa bagian. Pembagian akan membuat dasar
kolam lebih cepat kedap air dan mencegah tumbuhnya rumput dan tanaman liar. Buatlah satu
atau dua tanggul selebar kolam. Tanggul tersebut membagi kolam menjadi dua atau tiga bagian.
Tanggul ini dibuat dari tanah dan tingginya tidak lebih dari 5 m.
Alirkan sewage ke dalam kolam. Padatan yang mengendap akan mengendap pelan-pelan dan
pelan-pelan menutupi dasar kolam bagian pertama. Setelah beberapa hari, kolam bagian
pertama akan penuh dan air limbah yang akan diolah (sewage) akan luber dan melewati tanggul
sementara dan mulai menutupi dasar kolam bagian kedua. Setelah satu atau dua minggu,
tergantung ukuran kolam dan volume aliran per hari, kolam akan terisi dengan efflent hingga
kedalaman yang direncanakan.

Jika ada dua atau lebih kolam:


i. Tutup inlet kolam pertama dan alihkan sewage ke kolam ke-dua, isi bagian per-bagian.
ii. Biarkan efluen di kolam yang sudah terisi hingga mencapai “matang” selama 10-20 hari.
Efluen perlahan-lahan berubah warna menjadi kehijau-hijauan.
iii. Alihkan aliran efluen kembali ke kolam pertama sehingga sewage yang sudah diolah
mengalir keluar lewat outlet. Jika kolam terhubung secara seri, sewage yang sudah diolah
akan mengalir dari kolam pertama mejuju kekolam ke dua dan disalurkan keluar dari
outlet kolam kedua.

Jika kolam-kolam berhubungan secara paralel:


i. Biarkan kolam yang sudah diisi bersamaan, matang selama 10-20 hari, sampai berwarna
kehijau-hijauan

563
ii. Biarkan sewage memasuki kedua kolam tersebut dan mengalir keluar dari kedua kolam
sebagai sewage olahan.

Aliran
masuk
Aliran Kolam yg sdh
masuk penuh, dan Kolam yg
Kolam yg Kran
matang sdh
sedang tutu
penuh,
diisi Kranp
buka dan
matang
Sekat tanah Kolam yg
Kran
Temporer, sedang
buka diisi
+ 0,5 m Kran

tutup
Sekat tanah

Temporer,
Aliran
+ 0,5 m
keluar

Aliran
keluar
KOLAM secara paralel KOLAM secara seri
PARALEL

Gambar 5. 1 Proses Pengisian Kolam

Seperti telah dipaparkan di muka, sistem ini terdiri dari 3 (tiga) urutan proses, yaitu proses pada
kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi.

e. Kolam Anaerobik
Periksa kedalaman kolam anaerobik, apakah sudah sesuai dengan desain/rencana, periksa juga
bagian selokan pemasukan/inlet dan pengeluaran/outlet dari sistem, apakah letaknya sudah
sesuai dengan desain. Bersihkan seluruh tanaman yang tumbuh dikolam kosong calon untuk
kolam anaerobik.
Isi kolam dengan air limbah mentah, pengisian dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu
tertentu. Pengisian pertama bisa dengan 25% dari kapasitas kolam. Jika memungkinkan,
inokulasikan biomass aktif pada awal operasi ini. Biomasss aktif bisa diambil dari kolam

564
anaerobik lain atau dari reaktor lain yang masih aktif (UASB, Baffle septic tank, tangki septik,
dan sebagainya). Kolam anaerobik diisi secara bertahap hingga mencapai daya tampung yang
direncanakan selama kurun waktu 3 (tiga) minggu hingga 6 (enam) minggu.
Waktu pengisian kolam tersebut sangat tergantung dari kondisi pertumbuhan microorganisme,
ada tidaknya penambahan microorganisme aktif dalam kolam tersebut (sehingga dapat
mempercepat). Selama masa start-up ini kondisikan dan pertahankan pH pada 7-7,5 supaya
memungkinkan populasi archareal methanogenic tumbuh.
Jika pH bersifat asam/merosot menjadi < 7, koreksilah dengan menambahkan kapur/gamping
kedalam kolam. Sangat penting menjaga kondisi pH pada awal start –up ini. Lakukan sampling
dan analisa setiap minggu, chek kandungan organik dari influen dan efluen sehingga tahu
bahwa kolam anaerobik telah berfungsi sesuai desain kriteria, dan dapat dioperasikan secara
normal.
Setelah beroperasi secara normal, lakukan operasi standar sebagai berikut.
 Periksa saluran inlet dan outlet sehari dua kali, untuk memastikan tidak tersumbat oleh
benda atau kotoran besar yang akan mengganggu aliran limbah.
 Lokalisir scum yang terjadi pada permukaan kolam, dengan konstruksi scum box (lihat
gambar)
 Bersihkan segala tumbuhan yang tumbuh ditepi kolam atau dari dalam kolam.
 Lakukan pengukuran aliran debit masuk dan debit keluar, setiap bulan.
 Lakukan analisa kualitas limbah baik influen dan efluen setiap minggu.
 Inspeksi kondisi tanggul setiap hari, jika terjadi kerusakan baik oleh binatang (kelinci, yuyu,
tikus, dsb) maupun oleh air dan kondisi tanahnya sendiri, maka bisa segera dilakukan
perbaikan.
 Lakukan perbaikan darurat segera setelah ditemukan kerusakan pada tanggul, dan lakukan
perbaikan permanen secepatnya.

565
Gambar 5. 2 Kolam Stabilisasi Dengan Scum Box
f. kolam Fakultatif
 Kolam Fakultatif pada tahap awal memulai sistem kolam stabilisasi
o Kolam fakultatif dioperasikan terlebih dahulu sebelum mengoperasikan kolam
anaerobik agar bau tidak timbul jika efluen dari kolam anaerobik disalurkan ke
kolam fakultatif.
o Periksa kedalaman kolam fakultatif, apakah sudah sesuai dengan desain/rencana,
periksa juga bagian selokan pemasukan/inlet dan pengeluaran /outlet dari sistem,
apakah letaknya sudah sesuai dengan desain.
o Isi kolam dengan air bersih, bukan air limbah. Air bersih bisa didapat dari air
permukaan/air sungai, atau air tanah/air dari sumur. Isi penuh sesuai kapasitas
desain
o Diamkan selama 3-4 minggu dan tidak ada penambahan air baru. Penambahan bisa
dilakukan jika muka air menurun, artinya terjadi kebocoran pada kolam.
o Selama periode tersebut akan tumbuh populasi bakteri heterotropik dan algae yang
diperlukan bagi pengolahan limbah.
o Jika tidak tersedia air bersih, boleh diisi dengan air limbah mentah. Isi penuh sesuai
kapasitas.
o Diamkan dalam kurun waktu 3 sampai 4 minggu, tidak ada penambahan air baru.
Penambahan bisa dilakukan jika muka air menurun, artinya terjadi kebocoran pada
kolam.
o Akan tumbuh populasi mikrobaia pada masa start up tersebut, jika memakai air
limbah mentah, kemungkinan akan timbul bau pada periode tersebut.
o Lakukan Sampling dan analisa setiap minggu, chek kandungan organik dari influen
dan efluen sehingga tahu bahwa kondisi kolam fakultatif telah berfungsi sesuai
desain kriteria, dan dapat dioperasikan secara normal.

 Setelah beroperasi secara normal, lakukan standard operasi sebagai berikut.


o Periksa saluran inlet dan outlet sehari dua kali, untuk memastikan tidak tersumbat
oleh benda atau kotoran besar yang akan mengganggu aliran limbah.
o Buang lapisan scum yang timbul, karena scum pada kolam fakultatif akan
menghambat proses fotosintesis dari algae.

566
o Bersihkan segala tumbuhan yang tumbuh di tepi kolam atau dari dalam kolam.

o Lakukan pengukuran aliran debit masuk dan debit keluar, setiap bulan.

o Lakukan analisa kualitas limbah baik influen dan efluen setiap minggu.

o Inspeksi kondisi tanggul setiap hari, jika terjadi kerusakan baik oleh binatang
(kelinci, yuyu, tikus, dan sebagainya) maupun oleh air dan kondisi tanahnya sendiri,
maka bisa segera dilakukan perbaikan.
o Lakukan perbaikan darurat segera setelah ditemukan kerusakan pada tanggul, dan
lakukan perbaikan permanen secepatnya.

g. Kolam Maturasi/ Pematangan


Kolam maturasi pada tahap awal memulainya sama dengan tahap awal pada sistem kolam
stabilisasi. Operasional kolam ini adalah sebagai berikut:
o Kolam maturasi dioperasikan bersamaan dengan pengoperasian kolam fakultatif, sebelum
mengoperasikan kolam anaerobik. Maksudnya supaya bau tidak timbul jika efluen dari
kolam anaerobik disalurkan ke kolam fakultatif dan maturasi.
o Periksa kedalaman kolam maturasi, apakah sudah sesuai dengan desain/rencana, periksa
juga bagian selokan pemasukan/inlet dan pengeluaran/outlet dari sistem, apakah letaknya
sudah sesuai dengan desain.
o Isi kolam dengan air bersih, bukan air limbah. Air bersih bisa didapat dari air permukaan /
air sungai, atau air tanah/air dari sumur. Isi penuh sesuai kapasitas desain
o Diamkan selama 3 sampai 4 minggu dan tidak ada penambahan air limbah baru (influen).
Penambahan bisa dilakukan jika muka air menurun, artinya terjadi kebocoran pada kolam.
o Selama periode tersebut akan tumbuh populasi bakteri heterotropik dan algae yang
diperlukan bagi pengolahan limbah.
o Jika tidak tersedia air bersih, boleh diisi dengan air limbah mentah. Isi penuh sesuai
kapasitas.
o Diamkan dalam kurun waktu 3 sampai 4 minggu, tidak ada penambahan air baru.
Penambahan bisa dilakukan jika muka air menurun, artinya terjadi kebocoran pada kolam.
o Akan tumbuh populasi mikrobia pada masa start up tersebut, jika memakai air limbah
mentah, kemungkinan akan timbul bau pada periode tersebut.

567
o Lakukan sampling dan analisa setiap minggu, periksa kandungan organik dari influen dan
efluen sehingga tahu bahwa kolam anaerobik telah berfungsi sesuai desain kriteria, dan
dapat dioperasikan secara normal.
Setelah beroperasi secara normal, lakukan standar operasi unit ini adalah sebagai berikut:
o Periksa saluran inlet dan outlet sehari 2 (dua) kali, untuk memastikan tidak tersumbat oleh
benda atau kotoran besar yang akan mengganggu aliran limbah.
o Bersihkan segala tumbuhan yang tumbuh ditepi kolam atau dari dalam kolam.

o Lakukan pengukuran aliran debit masuk dan debit keluar, setiap bulan.

o Lakukan analisa kualitas limbah baik influen dan efluen setiap minggu.

o Inspeksi kondisi tanggul setiap hari, jika terjadi kerusakan baik oleh binatang (kelinci, yuyu,
tikus, dan sebagainya) maupun oleh air dan kondisi tanahnya sendiri, maka bisa segera
dilakukan perbaikan.
o Lakukan perbaikan darurat segera setelah ditemukan kerusakan pada tanggul, dan lakukan
perbaikan permanen secepatnya.

6. PEMELIHARAAN KOLAM STABILISASI LIMBAH


a. Mengelola kondisi permukaan kolam
Perubahan cuaca, volume aliran harian air limbah, temperatur air, dan arah angin bisa
menimbulkan kondisi-kondisi yang tidak diinginkan pada permukaan kolam, khususnya
perkembang-biakan algae. Pada permukaan kolam akan muncul lapisan scum dan lapisan-
lapisan lumpur (sludge) yang mengambang. Algae bisa berkembang-biak dan membentuk
lembaran-lembaran yang mengambang di permukaan dan menghalangi sinar matahari dan
merusak efisiensi kolam. Lembaran-lembaran algae yang mati bisa membusuk dan
menimbulkan bau tak sedap. Lembaran-lembaran tersebut harus dipecah dan dibuyarkan dengan
semprotan air dari selang atau dengan kait. Jika diperlukan, gunakan perahu untuk menjangku
lembaran-lembaran tersebut.
Lapisan scum sering sekali terbentuk di permukaan kolam anaerobik. Scum akan menimbulkan
bau tak sedap dan merangsang serangga berkembangbiak disana. Hancurkan scum dengan
semprotan air atau kait bergagang panjang.

568
Sampah
Pengait Pengait mengamba
Lembaran
ng Screen pelindung
ganggang,
scum, outlet
lumpur

Permukaan kolam
Permukaan kolam

Outlet
Dasar kolam
Dasar kolam
PEMELIHARAAN Outlet
Pakailah selalu Baju Pelampung jika bekerja
PERMUKAAN di Kolam
KOLAM Gambar 6. 1 Kegiatan Pemeliharaan Kola

Masalah di permukaan lainnya adalah kotoran-kotoran yang terbawa angin, misalnya daun-
daunan. Benda-benda seperti ini bisa menganggu outlet kolam. Benda ini harus dibuang dari
kolam dan dikumpulkan di luar kolam.
Tabel 6. 1 Kodisi Permukaan Kolam
Kondisi Masalah Yang Ditimbulkan Solusi
Pertumbuhan Algae Bau, Kinerja Kolam Menurun Buyarkan Lembaran Algae
Lapisan Scum Bau, Serangga berkembang biakBuyarkan Lapisan Scum
Lumpur yang naik ke Bau Buyarkan lapisan lumpur
permukaan
Sampah mengambang Mengganggu outlet Buang sampah yang
mengambang

Kondisi permukaan lain yang harus diperiksa secara berkala adalah warna kolam. Setiap jenis
kolam punya ciri warna, dan perubahan warna biasanya menandakan masalah yang harus
diperiksa secepatnya. Warna kolam yang berjalan pada kondisi normal/berimbang dapat dilihat
pada Tabel 6.2.

569
Tabel 6. 2 Warna Kolam
JenisKolam Ciri Warna
Anaerobik Hitam kehijau-hijauan
Fakultatif Hijau atau hijau kecoklat-colatan
Maturasi Hijau

Perubahan warna biasanya menandakan perubahan dalam sewage yang masuk ke dalam kolam.
Ini bisa terjadi oleh kenaikan konsentrasi tinja, air hujan atau air dibawah permukaan masuk ke
dalam sistem sewer. Atau karena bahan seperti minyak, bahan kimia, darah binatang masuk
bersama dengan sewage. Apapun penyebabnya, itu harus ditemukan dan dihentikan secepat
mungkin. Jika ada laboratorium, sampel air kolam di permukaan dan dibawah permukaan
diteliti untuk mengetahui penyebab perubahan pada kolam.

b. Pemeliharaan tanggul dan lokasi sekitar kolam


Lakukan pemeriksaan tanggul dan lokasi kolam setiap satu atau dua minggu. Selain kondisi
permukaan kolam seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu
diperiksa. Jika ada masalah, perbaiki segera. Pemeliharaan tanggul dapat dilihat pada Gambar
berikut ini.

Memotong
rumput
Gambar
Menyiangi 6. 2 Pemeliharaan Tanggul
Mengisi lubang
dengan tanah
Tanah

570 Tanggul dalam


Tanggul luar
Kolam
Gambar 6. 3 Jenis Tanggul Pada Kolam Stabilisasi (Tanggul Dengan Konstruksi Dari Beton
dan Pasangan Batu)

c. Pengelolaan lumpur
Pada tahun pertama pengoperasian kolam, lumpur akan terkumpul di dasar kolam. Setelah itu,
proses biologis akan mulai menguraikan lumpur pada kecepatan yang sama dengan kecepatan
terkumpulnya lumpur di dasar kolam, umumnya membuat akumulasi lumpur bisa diabaikan.
Walau demikian, ketebalan lumpur harus diperiksa setiap tahun. Jika lebih dari sepertiga dari
kedalaman kolam yang direncanakan, hal ini bisa mengganggu proses alamiah dari kolam
tersebut dan bisa menyumbat pipa inlet. Jika demikian, kolam harus dikuras dan lumpur harus
dibuang. Seberapa sering hal ini harus dilakukan tergantung pada kondisi lokal dan jenis kolam.
Frekuensi pengurasan lumpur dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini.
Tabel 6. 3 Permasalahan Dan Perawatan Kolam Stabilisasi
Area yang diperiksa Kondisi atau Tindakan
masalah
Area disekeliling lokasi Pohon atau semak yang Potong dan buang
kolam baru tumbuh
Area disekeliling lokasi Limpahan air permukaan Alihkan atau hindari supaya tidak
kolam masuk kolam dengan dam
kecil atau parit
Lereng Tanggul bagian luar Erosi air atau angin Isi dengan bahan padat; tanam
dan puncak tanggul rumput
Lereng Tanggul bagian luar Rumput atau ilalang Potong rumput atau ilalang;
dan puncak tanggul buang rumput yang sudah
dipotong
Lereng tanggul bagian Erosi karena cuaca atau Ganti batu yang dipasang untuk

571
dalam gelombang air kolam melindungi tanggul kolam
Tepian kolam Rumput Potong dan buang hasil potongan
Outlet kolam Sampah di sekitar outlet Buang sampah yang menghalangi
outlet
Permukaan kolam Nyamuk Penyemprotan minyak bahan
bakar berukuran halus atau
pelihara ikan yang memakan
jentik-jentik nyamuk

Jika sistem sewer komunitas dihubungkan pada satu kolam saja, walaupun hanya sementara,
perlu dibuat kolam lain atau pengolahan komunal secara temporer. Efluen dari sistem sewer
temporer ini tak boleh dibuang ke sungai, danau atau selokan kering.
Tabel 6. 4 Frekuensi Pengurasan Lumpur Kolam
Jenis Kolam Frekuensi
Anaerobik 2-12 tahun
Fakultatif 8-20 tahun
Maturasi Mungkin tidak pernah

Memeriksa Ketebalan Lumpur.


Sekali setahun, ukur ketebalan lumpur di dekat inlet kolam. Gunakan perahu dan tongkat
panjang dengan ujung yang dililiti kain berwarna terang sepanjang satu meter. Gambaran
kegiatan pemeriksaan ketebalan lumpur terlihat pada Gambar 6.4 berikut ini.

Tongkat pengukur

Perahu Ps. Batu

Kain warna terang Warna hitam menunjukan


Tanggul
diikat pd kedalaman lumpur
tongkat Inlet

572
Lumpur Dasar kolam

Gambar 6. 4 Kegiatan Pemeriksaan Ketebalan Lumpur

Celupkan tongkat ke dasar kolam dan setelah satu menit, angkat pelan-pelan. Partikel-partikel
lumpur akan menempel pada kain dan ketebalan lumpur bisa diukur. Jika ketebalan kurang dari
sepertiga dari kedalaman kolam yang direncanakan, tak diambil tindakan apapun. Jika ketebalan
lumpur sama dengan atau lebih besar dari sepertiga dari kedalaman kolam yang direncanakan,
kolam harus dikuras dan lumpur harus dibuang. Lakukan pengurasan pada musim kering.

Menguras kolam.
Jika kolam-kolam berhubungan secara seri, alihkan aliran ke kolam berikutnya. Jika kolam-
kolam berhubungan secara paralel, alihkan seluruh aliran sewage ke kolam yang tidak sedang
dikuras.
Untuk menguras kolam, copot sambungan sambungan/sock pipa dari outlet vertikal satu persatu.
Ini memungkinkan untuk menurunkan permukaan kolam secara bertahap hingga permukaan
lumpur terlihat.

Memindahkan lumpur.
Biarkan lumpur kering karena sinar matahari. Ini akan butuh beberapa minggu tergantung pada
kondisi lokal. Jika lumpur benar-benar kering, lumpur bisa diambil dengan escavator atau
sekop. Angkut lumpur dengan truk atau pedati. Lumpur dalam jumlah kecil bisa dibiarkan
dalam kolam untuk membantu memulai proses biologis ketika kolam kembali beroperasi.

Membuang lumpur
Buang lumpur kering di tempat penimbunan atau gunakan sebagai pupuk, lebih tepatnya untuk
tanaman yang tidak ditujukan untuk manusia. Jangan gunakan lumpur untuk tanaman yang akan
dimakan mentah, seperti tomat atau selada.

573
Mengisi Kolam.
Ketika kolam kosong, periksa pipa inlet dan outlet, dan saringan. Jika ada kerusakan, perbaiki
secepatnya. Jika kolam-kolam dihubungkan secara seri, alihkan kembali aliran efluen ke inlet
kolam yang kosong. Jika kolam dihubungkan secara paralel, kolam kedua mungkin perlu
dikosongkan dan dibersihkan. Alihkan aliran efluen ke kolam kosong dan kolam kedua
dikeringkan dan lumpur dipindahkan, alihkan efluen sehingga aliran efluen mengalir sama besar
ke kedua kolam.

Kolam terisi Aliran


dan masuk
beroperasi

Mengangkut Membajak
Lumpur
Mengisi gerobak untuk
pertanian
Lumpur

Tanggul

Aliran
keluar
Gambar 6. 5 Kegiatan Pemindahan Lumpur Kering

d. Pengelolaan peralatan
Alat untuk mengoperasikan dan memelihara sebuah kolam kolam stabilisasi harus disimpan di
gudang di dekat lokasi kolam. Bersihkan semua alat dan simpan dalam kondisi yang baik.
Buatlah catatan yang menunjukkan semua kegiatan pemeliharaan.

574
Tabel 6. 5 Contoh Catatan Pemeliharaan Kolam Stabilisasi
Tanggal Tugas
1 Jan 2008 Memotong Rumput dan Ilalang di Tanggul. Mencabuti rumput
yang tumbuh di tepian kolam; membuang rumput yang sudah
dicabut.
5 jan 2008 Dengan perahu mengambili sampah yang menutupi saringan
pelindung outlet
1 Feb 2008 Memotong dan Membuang rumput dan ilalang di tanggul.
15 Mar 2008 Memotong dan Membuang rumput dan ilalang di tanggul.
30 Mar 2008 Dengan perahu, memecahkan lembaran algae yang muncul
dipermukaan kolam.
Tanggal Tugas
10 April 2008 Dengan perahu, mengukur ketebalan lumpur. Hasil pengukuran
tebal lumpur 1,5 meter. Hasil bagus.
28 April 2008 Memotong rumput dan ilalang di tanggul. Mencabuti rumput
yang tumbuh di tepian kolam; membuang rumput yang sudah
dicabut.

e. Pemeliharaan rutin
Begitu kolam mulai berfungsi dalam kondisi yang mapan, pemeliharaan rutin yang diperlukan
adalah pemeliharaan minimal, walau demikian sangat diperlukan supaya dapat beroperasi
dengan baik. Kegiatan perawatan rutin yang utama adalah:
 Membuang grit atau bahan yang tersaring dari unit pengolahan awal
 Memotong rumput di tanggul kolam
 Membuang scum dan makrofita mengambang dari permukaan kolam fakultatif dan kolam
maturasi.
 Jika lalat berkembang biak dalam jumlah besar pada scum di kolam anaerobik, scum harus
dipecah dan ditenggelamkan dengan semprotan air.
 Membuang setiap material yang menghalangi inlet dan outlet
 Memperbaiki setiap kerusakan pada kolam yang disebabkan oleh hewan pengerat atau atau
hewan penggali lainnya.
 Memperbaiki setiap kerusakan di pagar dan gerbang.

575
f. Pegurasan Lumpur
 Sesuai dengan nilai desain, berapa lumpur yang akan terkumpul setiap tahun dalam kolam
anaerobik. Lumpur harus dikuras/ dikurangi jika sudah mencapai sepertiga dari kapasitas
lumpur maksimal
 Sludge yang terkumpul sebaiknya diambil dan dibuang dari kolam anaerobik sekali setiap
tahun.
 Alat penyedot lumpur hendaknya cukup memadai, seperti unit penyedot kontinus,
kompresor udara dan kapal.

g. Pembuangan lumpur
 Sludge drying bed dibagi jadi 3 (tiga) bagian jalur operasi, artinya secara bergantian sludge
drying bed akan dioperasikan untuk isi, pengeringan, kuras dan rawat .
 Lumpur yang terkumpul di kolam anaerobik disalurkan ke sludge drying bed lewat sludge
discharge unit atau secara manual setahun sekali.
 Pengisian sludge drying bed harus dilakukan dari kolam ke kolam. Jika konsentrasi lumpur
sebesar 20%, dan kapasitas serta lama operasi unit pompa diketahui, maka dapat dihitung
pengisian kolam akan penuh dalam berapa hari .
 Lumpur yang sudah berada dalam drying bed akan terpisah menjadi lapisan atas yang
bening dan lapisan bawahnya yang kental. Atur pintu air/stop log supaya lapisan bening
bagian atas dapat dibuang keluar dan masuk ke kolam pengolahan lagi. Atur pintu tersebut
berulang ulang sehingga konsentrasi lumpur semakin kental dan tidak mau memisah lagi
beningannya.
 Setelah itu lumpur dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 (dua) atau 3 (tiga) bulan
sampai bisa diambil dengan sekop. Lumpur yang sudah kering bisa diangkut dengan truk
dan dibuang ke tempat pembuangan sludge atau dibuat pupuk.

h. Kebersihan Lingkungan
 Instalasi pengolahan air limbah dapat saja menjadi kotor karena operasi-operasi seperti
halnya memindahkan pasir dari grit chamber, memindahkan sludge yang terkumpul dari
anaerobik lagoon, memindahkan lumpur kering dari sludge drying bed, dan lain sebagainya.
Gunakan service water pump untuk memelihara kebersihan instalasi pengolahan limbah.

576
 Sediakan beberapa titik strategis tempat kran air dengan tekanan pompa service ini.
 Sediakanlah beberapa hose station pada beberapa lokasi yang strategis, setiap hose station
ada sebuah kotak yang berisi peralatan seperti selang, sikat, sprayer.
 Sebelum mengoperasikan pompa air, siapkan selang untuk area yang akan dibersihkan, baru
kemudian operasikan pompa . pompa air bisa dioperasikan dengan menekan tombol on/off
pompa.

i. Pemeliharaan Peralatan
Adalah penting untuk menjalankan tugas-tugas pemeliharaan yang layak supaya tercapai fungsi
dan kinerja instalasi pengolahan limbah yang baik. Manual ini berisi kegiatan-kegiatan
pemeliharaan instalasi pengolahan limbah sistem kolam stabilisasi. Personil yang terlibat harus
detail dalam memahami dan memelihara agar instalasi ini senantiasa dalam kondisi yang baik.
Pemeliharaan harus dilakukan secara periodik sesuai dengan suatu standar yang spesifik:
1) Inspeksi Harian
Pemeriksaan harian ditetapkan pada jam yang sama setiap hari untuk melihat apakah ada
kelainan/ anomali pada mesin atau peralatan yang sedang berkerja. Hasil inspeksi dicatat
dalam Tabel Inspeksi Harian
2) Inspeksi Periodik
Inspeksi periodik dilakukan menurut standar inspeksi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Ini dimaksudkan untuk memahami kondisi abrasi / ke-aus-an dan kelapukan pada mesin
dan peralatan yang ada, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan penggantiannya secara
sistematis. Jika ditemukan cacat atau kerusakan, langkah-langkah perbaikan harus
dilakukan saat itu juga. Hasil pemeriksaan harus dicatat.
3) Standar Inspeksi/Pemeliharaan
Dengan inspeksi tahunan, 6 (enam) bulanan, 4 (empat) bulanan, bulanan atau harian, item
dan hasil inspeksi tiap-tiap mesin dan peralatan harus dicatat seperti berikut ini:

Tabel 6. 6 Contoh Catatan Pemeriksaan Harian


Tanggal: _______________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pompa angkat Suara, getaran, dan panas
Pengukuran Arus Listrik

577
Temperatur Bearing (diukur dengan tangan)

Gate / Pintu air Minyak pada bagian berulir pada spindle


Sand Pump Penurunan flow rate akibat penyumbatan
Cyclone Catatan pasir yang dipindahkan dari sand pot
Separator /
Screw
Separator
Aerator (jika Pengukuran Arus Listrik
ada)
Temperatur Bearing (diukur dengan tangan)

Tabel 6. 7 Contoh Catatan Pemeriksaan Harian (Lanjutan)


Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Service Water Suara, getaran, dan panas
Pump
Temperatur Bearing (diukur dengan tangan)

Derek / Suara
Rake screen disimpan dan diberi tutup jika tidak sedang
digunakan
pemeriksaan aspek keamanan saat
pengoperasian

Saringan kasar Membersihkan sludge dari saringan dan


(Coarse memeriksa catatannya.
ScreenI
Unit Kebocoran
Pembuangan
pengoperasian Pompa /
Lumpur
pengoperasian kapal keruk
10 Engine Jumlah minyak pelumas, air pendingin dan
generator minyak bahan bakar
air cleaner
kekencangan pada belt, kabel, dll

578
Keterangan: √ Dalam kondisi baik
X Tidak baik/rusak

j. Pemeliharaan Trunk Sewer/Saluran Limbah Utama


Saluran limbah harus terus menerus menyalurkan limbah ke instalasi pengolahan air limbah.
Patroli harus memeriksa setiap manhole (lubang masuk gorong-gorong) di trunk sewer secara
periodik. Saat pemeriksaan, semua sampah seperti grit, kantong plastik, atau benda asing
lainnya yang terkumpul di manhole harus dibuang sampai tuntas.

k. Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah


Unit IPAL secara keseluruhan dicek dan dicatat semua aktivitas yang dilakukan oleh operator.
Untuk memudahkan pemeriksaan pada kegiatan pemeliharaan IPAL, buatlah tabel pencatatan
seperti contoh dibawah ini, sehingga pekerjaan pemeliharaan bisa lebih sistematis.

Tabel 6. 8 Contoh Catatan Pemeriksaan Mingguan


Tanggal: _____________________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lift pump Memeriksa tinggi permukaan
minyak pada grease tank dan
pengisian kembali
minyak pelumas

Aerator (jika Minyak pelumas


ada)
Kekencangan belt
Service water Minyak pelumas
pump
Derek / Minyak pelumas
Rake screen

579
Unit Inlet pompa/float switch (tersumbat
Pembuanga oleh lumpur)
n Lumpur
sambungan pipa yang longgar
sambungan kabel/selang yang
longgar

Keterangan: √ Dalam kondisi baik


X Tidak baik/rusak

Tabel 6. 9 Contoh Catatan Pemeriksaan Bulanan


Tanggal: _______________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lift pump Mengencangkan baut yang longgar
(termasuk baut pondasi)

Aerator (jika Kekencangan drive belt


ada)
Unit Pembuang Mengencangkan baut yang longgar
Lumpur
Derek / Pengoperasian tanpa beban untuk
mencegah tidak mengoperasikan
Rake screen
dalam waktu yang lama, karena
generator tidak dalam
pengoperasian secara konstan
perubahan air pendingin
perubahan oli
perubahan minyak bahan bakar

Generator Pengoperasian tanpa beban untuk


mencegah tidak mengoperasikan

580
dalam waktu yang lama, karena
generator tidak dalam
pengoperasian secara konstan.
perubahan air pendingin
perubahan minyak bahan bakar

Keterangan: √ Dalam kondisi baik


X Tidak baik/rusak

Tabel 6. 10 Contoh Catatan Pemeriksaan Catur Wulanan


Tanggal: _____________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lift pump Penggantian minyak pelumas
Gate / pintu air Pemberian grease baru pada spindle
Sand pump pemeriksaan dan mengisi kembali
minyak pelumas
4 Aerator (jika ada) Mengganti minyak pelumas
Keterangan: √ Dalam kondisi baik
X Tidak baik/rusak

Tabel 6. 11 Contoh Catatan Pemeriksaan 6 (enam) Bulanan


Tanggal : ______________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Service water Penggantian minyak
pump pelumas
Engine Penggantian minyak
Generator pelumas
Keterangan: √ Dalam kondisi baik
X Tidak baik/rusak

581
Tabel 6. 12 Contoh Catatan Pemeriksaan Tahunan
Tanggal: ___________
Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lift pump Memperbaharui coating
Overhaul pada driving section
Abrasi pada saringan
membuang pasir dari bagian hisap
Gate / pintu air memperbaharui coating
karat dan abrasi pada gate
sampah yang menempel permukaan
water-stop dan karat serta
kerusakannya
Sand pump memperbaharui coating
bagian dalam impeller
perubahan dalam minyak pelumas
motor test insulation
onderdil yang perlu diganti
Cyclone separator / memperbaharui coating
Screw
overhaul
separator

Aerator (jika ada) memperbaharui coating


overhaul bagian bergerak
onderdil yang perlu diganti

582
Service water pump memperbaharui coating
overhaul bagian yang bergerak
onderdil yang perlu diganti

Tabel 6. 13 Contoh Catatan Pemeriksaan Tahunan (Lanjutan)


Hasil Keterangan
No Nama Servis Item Pemeriksaan
Pemeriksaan
Derek / rake Mengganti oli gear case
Mengganti oli roda trolley gear
Memperbaharui coating

Screen Memperbaharui coating


Unit Pembuangan memperbaharui coating
Lumpur
overhaul bagian dalam pompa / tangki
abrasi katup-katup

Keterangan: √ Dalam kondisi baik


X Tidak baik/rusak

7. PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH


a. Pengendapan /Sedimentasi awal
 Jika memakai tangki pengendapan dengan peralatan mekanik (mechanical clarifier).

583
Gambar 7. 1 Tangki Pengendap Pertama Tipe Mechanical Circular (Metcalf
& Eddy, 2000)

 Hidupkan listrik pada clarifier 1 pada kontrol panel.


 Periksa apakah mekanik scapper dan scoop pada tangki clarifier sudah berjalan normal.
 Hidupkan pompa lumpur sekali atau dua kali setiap harinya.
 Periksa apakah lumpur tersalurkan dengan baik kekolam pengering lumpur.

Jika memakai kolam pengendapan natural, misal dengan konstruksi tangki septik, maka
operasionalnya adalah sebagai berikut:
 Sedot dan buang lumpur pada periode tertentu menurut desain, misal setiap 6 (enam)
bulan atau setiap tahun.
 Serok dan buang juga scum yang terkumpul pada bagian atas air.
 Penyedotan bisa memakai pompa lumpur, pompa vacuum, pompa angkat dengan udara,
atau bisa memakai jasa mobil sedot tinja.
 Masukan lumpur dan scum tersebut pada kolam pengering lumpur.
 Serok lumpur yang telah kering dari kolam pengering tersebut secara periodik, buang ke
pembuangan lumpur, atau gunakan sebagai pupuk.

b. Pengolahan Anaerobik
Teknologi pengolahan secara Anaerobik sebagai pengolahan awal/primary treatment pada IPAL
komunal, bertujuan untuk mengurangi/menekan biaya operasi yang timbul, bandingkan jika
hanya memakai pengolahan aerobik (misal RBC) saja. Teknologi yang biasa dipakai adalah
tangki septik model baffle atau anaerobik filter.
Pada kedua teknologi tersebut tidak diperlukan sistem pengoperasian khusus, setelah air limbah
masuk secara kontinyu lewat kota pengontrol aliran, maka pemeliharaan rutin adalah :

584
 Sedot lumpur dari kolam anaerobik, setiap tahun
 Penyedotan bisa memakai pompa lumpur, pompa vacuum, pompa angkat dengan udara, atau
bisa memakai jasa mobil sedot tinja.
 Pada konstruksi baffle septic tank, penyedotan lumpur tidak boleh sampai habis, sisakan
sekitar sepertiga dari akumulasi lumpur yang ada.
 Masukan lumpur ke sludge drying bed, dan keringkan.
 Ambil/sekop lumpur yang telah kering dari kolam pengering lumpur, buang lumpur tersebut
ke tempat pembuangan atau gunakan untk keperluan lain.

Media

Filter Anaerobik

Gambar 7. 2 Kompartemen Pada Filter Anaerobik


c. RBC (Rotating Biological Contactor)
Unit RBC bisa diletakkan selevel dengan unit anaerobik, dibawah tanah, dan bisa juga diletakan
di atas tanah ataupun di atas bangunan. Peletakan unit RBC bergantung pada kondisi lokasi
yang ada.
Secara umum teknologi RBC mengkonsumsi energi/listrik sangat kecil, sehingga hal inilah
yang menjadikan RBC berkembang pesat. Perbandingan kasar antara teknologi RBC dan
Activated sludge (sama sama pengolahan dengan sistem aerobik) adalah 1 : 10, sehingga biaya
operasional dengan sistem RBC sangat rendah. Sebagai gambaran RBC dengan teknologi
lattice 3 dimensi dengan motor penggerak hanya 2 HP (1,5 KW) sanggup menghilangkan

585
kandungan BOD sampai 20 Kg BOD per harinya. Teknologi lumpur aktif dengan kapasitas
sama akan membutuhkan energi sampai 20 HP (15 KW).

Gambar 7. 3 Rotating Biological Contactor

 Persiapan operasi/ item yang harus diperiksa


o Periksa apakah operation panel (panel kontrol operasi) sudah menyala. Panel operasi
ada di ruang mesin.
o Periksa lampu indikator yang berwarna hijau.
o Jika lampu indikator energi/listrik tidak menyala, hidupkan NFB untuk power supply.
o Periksa listrik yang disalurkan ke RBC. Listrik tersambung jika lampu indikator yang
warna hijau menyala.
o Jika lampu operasi tidak menyala, hidupkan NFB untuk RBC didalam panel listrik.

 Pengoperasian
o RBC hanya punya sistem pengoperasian secara manual.
o Pada panel listrik RBC terdapat tombol on dan off

586
o Pijit tombol on maka RBC akan berputar, dan tekan tombol off, maka RBC akan
berhenti.
o Pada panel listrik tersebut juga terdapat satu tombol besar berwarna merah, namanya
tombol emergensi, jika terjadi kondisi darurat tertentu, pijitlah tombol merah tersebut
dan seluruh unit mesin yang bergerak akan segera berhenti/stop.
o RBC dioperasikan non-stop tanpa berhenti, hentikan RBC hanya untuk pemeliharaan
rutin dan atau dalam keadaan darurat.

d. Cara menumbuhkan Mikroba Pada Awal Operasi RBC


Secara natural mikroba akan tumbuh sendiri pada media RBC setelah beberapa minggu RBC
beroperasi. Ada beberapa trik untuk mempercepat pertumbuhan mikroba yaitu:
o Pasokan limbah yang masuk diperbesar debitnya, contoh: bila desain parameter untuk
pasokan limbah masuk sebesar 1 m 3/ menit, maka jadikan menjadi 2 m 3/menit, setelah
mikroba terlihat tumbuh (sekitar 2 minggu), maka pasokan dikembalikan lagi ke
normal.
o Bisa menambahkan nutrisi kedalam bak/vessel RBC contohnya susu atau pupuk urea.
Jika diberi nutrisi, maka pasokan limbah yang masuk hendaknya dihentikan atau
diperkecil menjadi 25% sampai terlihat mikroba tumbuh pada media, dan secara
berangsur aliran air limbah ditambah sampai pada aliran normal.
o Secara umum mikroba pada media RBC akan tumbuh antara 2-6 minggu, dalam kondisi
pH netral dan tidak terdapat kandungan yang bersifat toksik bagi mikroba.
o Secara natural mikroba akan tumbuh lebih banyak pada bagian hulu RBC, dan semakin
menuju ke outlet maka pertumbuhannya akan semakin kecil

 Kondisi Microorganisme pada RBC.

o Pada umumnya putaran RBC telah dirancang sesuai dengan beban limbah yang akan
diolah, sehingga pertumbuhan mikroba tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu kecil
yang terlihat dari tebal atau tipisnya lapisan lendir pada cakram RBC.
o Jika mikroba pada RBC terlalu tipis, bisa berarti bahwa kandungan organik pada limbah
telah diuraikan pada pengolahan pada hulunya, misal dengan pengolahan anaerobik,
sehingga dapat dikatakan mikroba pada RBC telah kehabisan makanan sehingga tidak
bisa tumbuh dengan baik/sehat.
o Tetapi jika dari analisis efluen, ternyata kandungan organiknya masih tinggi, berarti ada
sesuatu hal yang menjadikan mikroba tidak mau tumbuh pada media RBC. Beberap hal

587
bisa menjadikan kondisi seperti ini antara lain putaran RBC terlalu cepat, sehingga
mikroba sulit menempel dan berkembang karena banyak yang rontok, pH mungkin
terlalu asam atau terlalu basa atau terdapat kandungan yang bersifat toksik terhadap
mikroba, seperti disinfektan, kandungan kimia, dan sebagainya.
 Jika mikroba terlalu tebal, hal ini juga akan merugikan kinerja
RBC karena luas permukaan RBC menjadi lebih kecil sehingga mikroba yang aktif
jadi berkurang juga. Akibatnya efisiensi RBC akan menurun.
 Mikroba terlalu tebal bisa diakibatkan karena beban organik yang
masuk terlalu besar, dengan kata lain makanan terlalu banyak sehingga mikroba
akan tumbuh terlalu gemuk
 Atau putaran RBC terlalu lambat, sehingga mikroba tua yang
berada pada permukaan tidak mau rontok, padahal mikroba tua kinerjanya juga
sudah berkurang, dan harus dirontokan, supaya mikroba yang muda dan aktif bisa
lebih berperan.
 Kadang warna mikroba pada RBC berbeda beda, hal ini
dikarenakan variasi mikroba pada RBC memang banyak, sehingga koloni jenis
mikroba tertentu akan berwarna tertentu pula. Jika terjadi hal ini menandakan RBC
berjalan dan berfungsi sangat baik.

e. Pengendapan akhir / Secondary Clarifier


Bak pengendap pada pengolahan ini berfungsi mengendapkan padatan tersuspensi atau partikel
dan mikroba dari proses aerobik dihulunya. Sama seperti pada bak pengendapan awal, biasanya
pada IPAL komunal hanya dipakai kostruksi sederhana saja, tanpa mekanik tertentu. Konstruksi
bak pengendapan akhir bisa lebih kecil dibanding pengendapan awal, karena disini tidak
didesain untuk menyimpan lumpur dalam jangka waktu tertentu (1 tahun). Endapan/lumpur
pada kolam ini dipompa setiap hari dan dimasukan pada bak pengendapan awal, pompa bisa
menggunakan pompa lumpur, atau jenis pompa angkat lainnya.

588

Gambar 7. 4 Bak Pengendap Kedua


f. Suci Hama/Disinfection
Unit disinfeksi untuk IPAL komunal hendaknya dipakai yang sederhana saja, seperti tipe kotak
atau kanal dengan tablet klorin. Bentuk bak atau tangki untuk proses desinfeksi dapat dilihat
pada Gambar 31 di bawah. Operasional desinfeksi akan diuraikan selanjutnya.
 Masukan klorin tablet pada wadah yang telah disediakan
 Atur bukaan pintu air (gate) pada alat tersebut
 Periksa/analisa kandungan khlorin pada efluen akhir, setelah kandungan mencapai 4 ml/lt,
kencangkan baut pada gate tersebut.
 Secara berkala periksa unit desinfeksi ini dari kotoran yang menyumbat pada pintunya.
 Tablet klorin dimasukan pada wadah yang tersedia, dan klorin akan mencair secara perlahan
jika terkena aliran air limbah efluen, dan secara berkala diperiksa dan ditambahkan tablet
klorin nya jika telah habis.

8. PERAWATAN RBC
a. Perawatan Rutin

Motor
Apabila mitor dilengkapi dengan grease fittings dan relief plugs, maka sebaiknya diberikan
pelumasan ulang setiap setahun sekali dengan minyak untuk motor secukupnya.

Reducer / Gear Box


Reducer/Gear Box pada unit RBC diisi dengan oli sederajat SAE – 40, atau isi sesuai
dengan spesifikasi pada brosur. Diperlukan pengecekan visual secara berkala. Perikasa level
oli dan tambahkan dengan oli yang sama sehingga level yang diperlukan. setiap tahun sekali
oli gear box diganti dengan oli yang baru dengan jenis dan tipe yang sama.

589
Wadah khlorin tablet
Chlorinated

Efluen
Chlorin Tablet

Gambar 8. 1 Unit Desinfeksi

Bearings
Bearings dilumasi dengan grease/gemuk. Pelumas lama-kelamaan akan habis dan laju
pengurangannya merupakan fungsi dari kondisi operasi. Setiap minggu sekali
pompa/masukan grease ke bearing lewat grease nipple nya dengan alat grease-gun.

Sprocket dan Rantai


Penggerak rantai sebaiknya diperiksa setiap 3 (tiga) bulan untuk hal-hal berikut dibawah ini:
o jika rantai ditutupi pasir atau kotoran, harus dibersihkan dengan kerosin dan kemudian
diberi pelumas kembali.
o periksa oli dan pengotor seperti potongan kayu, debu atau pasir
o ganti oli jika perlu ( disarankan menggunakan oli dengan viskositas SAE 30 pada suhu
ruangan 5-30o C )

590
o periksa tegangan rantai dan kencangkan jika diperlukan

b. Perawatan Sistem Proses


Hal-hal berikut harus diperhatikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi RBC
yang optimum :
o Hindari masukan deterjen dalam jumlah banyak kedalam RBC, gunakan deterjen yang
biodegradable. Sistem ini sendiri dapat mendegradasikan deterjen dalam jumlah yang
normal. Harus diperhatikan untuk penggunaan mesin cuci agar digunakan jumlah
deterjen yang sesuai petunjuk pemakaian. Jumlah deterjen yang berlebihan dapat
menimbulkan bau pada sistem pengolahan.
o Hindari masukan minyak dalam jumlah banyak ke dalam RBC. Sistem dapat mengolah
minyak dan lemak dalam jumlah tertentu. Jika minyak dan lemak terlalu banyak hingga
menutupi saluran permukaan air limbah di primary clarifier yang mengakibatkan
terhalangnya air limbah dengan udara.
o Jangan membuang minyak dalam jumlah yang banyak di pipa inlet.
o Lumpur dan padatan yang terapung harus dibuang minimum tiga bulan sekali untuk
mempertahankan operasi optimal dalam sistem.
o Jangan masukan bahan-bahan yang tidak dapat diolah secara biologis seperti plastik,
karet, popok bayi, pembalut wanita, rokok dll.
o Jangan masukan bahan-bahan kimia kedalam sistem karena dapat mematikan bakteri yang
digunakan untuk pengolahan. Contohnya pembersih lantai, desinfektan, bahan kimia yang
bersifat asam atau basa, bensin, oli, dll
o Jangan hubungkan aliran listrik lain ke panel kontrol karena akan merusak sistem kontrol.

c. Perawatan Mekanikal RBC


RBC sangat mudah dioperasikan dan beberapa pekerjaan dapat dilaksanakan secara otomatis.
Kondisi ini memiliki kecendrungan kecendrungan untuk mengabaikan perawatan. Perlu diingat
bahwa kecermatan pengamatan akan sangat mendukung program pemeliharaan dan perawatan
sehingga dapat diperoleh umur pakai dan kinerja terbaik. Untuk mencapai hal tersebut langkah
yang perlu dilakukan adalah :

Penggerak RBC – Motor Penggerak


o Amati tingkat kepanasan motor (dapat dipegang dengan tangan terbuka selama 5 menit)

591
o Teliti dan cermati apakah ada bunyi gesekan yang tidak wajar
o Perhatikan apakah ada gerakan/ayunan yang tidak wajar

Pemerikasaan Reducer / Gear Motor


 Amati tingkat kepanasan pada reducer
 Amati ketinggian minyak pelumas dalam reducer
 Amati apakah ada gerakan /ayunan yang berulang .

Pemeriksaan Bearing
o Periksa pelumas pada bearing baik jumlahnya maupun sifat pelumasannya. Bila grease
sudah mengalami penurunan dalam tingkat pelumasannya, ganti dengan grease yang
baru
o Amati apakah ada gerakan /hentakan/ bunyi gesekan yang tidak normal
Dengan pengamatan tersebut , indikasi adanya gangguan pada :
o Bearing: menunjukkan kemungkinan adanya gangguan pada shaft
o Reducer: menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan beban atau dudukan motor dan
reducer tidak kokoh
o Rantai: Periksa keluasan rantai pada waktu berputar
o Periksa ketegangan rantai pada bagian sisi penarik (tigth strand) maupun bagian
pengulur (slack strand).
o Ketidak selarasan dan ketidak seimbangan pada rantai menunjukkan perlu pengaturan
ulang kedudukan reducer

Pemeriksaan Sprocket
o Amati keausan pada gigi Sprocket
o Amati Keselarasan antara sprocket besar dan sprocket kecil

Bak Pelumas Rantai (Oil Bath)


o Periksa ketinggian oli yang ada, tambahkan bila kurang

592
o Ganti Oli tersebut bila terkontaminasi (kotoran padat, bercampur air, dsb)

Selain pengamatan terhadap bagian bergerak tersebut diatas, perlu dilaksanakan pengamatan
terhadap keteraturan putaran RBC. Putaran dinilai normal apabila:
o putaran teratur dan tidak tersendat-sendat
o apabila bagian RBC yang mengalami kelambatan, maka pengamatan terhadap putaran RBC
dibagi dalam ¼ lingkaran. Apabila selisih waktu putaran antara ¼ lingkaran kurang dari tiga
detik, putaran RBC masih dianggap normal.

9. OPERASI DAN PEMELIHARAAN OXYDATION DITCH


a. Deskripsi

Oxydation Ditch adalah metoda pengolahan air limbah sebagai salah satu modifikasi
proses lumpur aktif konvensional. Prinsip utama dari proses ini adalah untuk
mengurangi produk lumpur (excess sludge), dengan lima perbedaan utama dibandingan
dengan proses lumpur aktif konvensional, yaitu:
 Waktu detensi yang lebih lama, sehingga volume reaktor lebih besar
 Beban organik yang lebih rendah
 Konsentrasi MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid) yang lebih tinggi
 Konsumsi oksigen yang lebih tinggi
 Tidak dilengkapi dengan bak pengendap pertama dan unit digester
Lebih lengkapnya, berikut diuraikan kelebihan dan kelemahan Oxydation Ditch:
Tabel 9. 1 Kelebihan dan Kelemahan Oxidation Ditch
Keuntungan Kerugian
Lebih ekonomis, terutama bila lahan mahal Membutuhkan operator yang terlatih,
dan suilt didapati terampil dan terdidik
Sedikit membutuhkan peralatan mekanis Kebutuhan listrik yang tinggi
Biaya konstruksi yang murah Pemeliharaan aerator yang banyak
Instalasi tidak menimbulkan bau Adanya potensi kenaikan lumpur karena
denitrifikasi pada pengendap kedua
(secondary clarifier)

593
Lumpur terbuang dapat di dewatering
dengan cepat pada unit drying bed tanpa bau
Lumpur terbuang relatif lebih stabil

Tabel 9. 1 Kelebihan dan Kelemahan Oxidation Ditch(Lanjutan)


Keuntungan Kerugian
Volume lumpur terbuang lebih besar
Tingkat menetralisasi lumpur terbuang tinggi
Tidak membutuhkan unit prasedimentasi atau
digester
Dapat di desain untuk memisahkan fosfor
dan nitrogen secara biologis

Oxydation Ditch memberikan efisiensi yang cukup bagus dengan > 95% pemisahan
suspended solid, > 98% pemisahan BOD dan 40-80% pemisahan amonia nitrogen.
Disamping itu, Oxydation Ditch dapat mengolah air limbah industri secara efisiensi
pada konsentrasi BOD5 hingga 8.000 mg/liter dan biaya proses akan lebih murah
dibandingkan pengolahan biologis biasa apabila debit air yang diolah sekitar 380-3.800
m3/hari.
Adapun alur proses dari Oxydation Ditch adalah sebagai berikut:
 Raw sewage dari unit bar screen atau communitor dialirkan langsung ke
Oxydation Ditch sementara rotor bekerja kontinyu
 Efluen Oxydation Ditch dialirkan ke bak pengendap agar lumpur yang terjadi
selama proses oksidasi dapat dipisahkan
 Sebagian lumpur yang mengendap dikembalikan lagi ke Oxydation Ditch dengan
pompa, dan sisanya sebagai produksi lumpur (excess sludge/wasted sludge)
dialirkan langsung ke unit drying bed (unit pengolahan lumpur)
 Lumpur yang telah diolah akan lebih stabil sehingga bisa dimanfaatkan sebagai
soil conditioner dan pupuk

594
b. Kebutuhan Operasi dan Pemeliharaan
 Monitor kualitas efluen sesuai dengan standar aliran dan/atau standar efluen
yang berlaku
 Analisis proses operasi (seperti MLSS, DO, selimut lumpur, settleability)
 Pembersihan rutin screen, pelimpah, mekanisme skimmer, dinding tangki, dan
komponen lainnya

c. Pra-Start Up
 Analisis Air Limbah
Manfaat analisis di sini sebagai informasi untuk estimasi: start up loading,
kebutuhan kimia, level pH dan sebagainya. Informasi yang diperlukan adalah
analisis konsentrasi BOD5, COD, TSS, pH, NH3-N, Ortho-Phosphor dan analisis
khusus.
 Pembibitan (Seeding)
Urutan kegiatan persiapan pembibitan:
o Pilih sampel dari sistem pengolahan dan jenis limbah yang sama. Jika tidak
tersedia tetap diperlukan periode akilmatisasi biologi mulai berproduksi
secara tepat
o Urutan prioritas sumber-sumber air limbah yang harus diambil terdiri dari:
 Sludge underflow dari final setting tangki pengendap II
 Mixed liquor pada tangki aerasi
 Mixed liquor pada digester aerobik
 Lakukan pengujian mikroskopik terhadap bahan-bahan dasar secepat
mungkin agar kualitasnya dapat segera diketahui. Kualitas
mikroorganisme yang baik adalah dalam bentuk kehidupan mikroskopik
yang lebih tinggi dan dalam jumlah moderat dan tinggi
 Lakukan tes DO up-take pada masing-masing sampel agar lebih
terjamin kualitas yang lebih baik
 Perlunya pengamanan transportasi dengan baik
 Kapasitas seed material dicari dengan formula:
Kap = VX / x, …………………………………………………….(1)
Keterangan:
Kap = kapasitas bahan dasar (liter)

595
V = kapasitas tangki aerasi (liter)
X = konsentrasi MLSS awal dalam tangki aerasi = 500 mg/liter
x = konsentrasi bahan dasar, (mg/liter)

a) Proses Checklist
Proses Checklist dapat menggunakan tabel berikut
Tabel 9. 2 Proses Checklist
Hasil analisa sampel BOD5 = …. mg/liter
COD = …. mg/liter
pH =
NH3 = …. mg/liter
O-P = …. mg/liter
Kondisi start-up Debit = …m3/hari
Rasio F/M =
Nutrien N = … kg/hari
Nutrien P = … kg/hari
Asam = … liter/menit
Basa = … liter/menit
Seeding Jumlah Sumber 1……2……3……4……5
Jenis proses (serupa/tidak)
Jenis limbah (serupa/tidak)
Mocro exam (ok/tidak ok)
Sumber titik sampling
VSS (mg/liter)
Kebutuhan seed material
- kg
- liter
Kebersihan transportasi

d. Start Up (Uji Coba)


i. Dry Check-Up (pemeriksaan dalam kondisi kering)
Kegiatannya meliputi:
 Arah aliran pada masing-masing pipa ditandai dengan cat berbeda, misalnya
untuk influen, efluen, lumpur dan sebagainya
 Pemberian pelumas, dan tes setiap perlengkapan

596
 Tangki-tangki dan perpipaan dibersihkan dari debu dan kotoran
 Light meter, indikator dan recorder harus dalam keadaan siap dioperasikan
 Dokumen berupa instruksi pabrik dan manual pemeliharaan harus sudah
dibaca dan disiapkan di tempat khusus sebagai referensi
 Kelengkapan daily operating log untuk mencatat data-data harian

ii. Wet Check-Up (pemeriksaan dalam kondisi basah)


Kegiatannya meliputi:
 Isi tangki aerasi dengan air secara perlahan
 Untuk diffused air system, suplai udara segera diberikan begitu aerator mulai
terendam dan debit udara ditingkatkan secara bertahap hingga tangki aerasi
terisi penuh
 Untuk surface aerator akan dihidupkan bila air di tangki aerasi sudah penuh
 Isi final settling tank hingga penuh, periksa limpahan air pada pelimpah dan
apabila elevasinya tidak merata maka perlu penyesuaian ketinggian
pelimpah
 Tes semua drain, valve, gate dan pompa return sludge
 Tangki aerasi diisi dengan air limbah dan secara estafet air yang ada akan
diganti oleh air limbah sehingga aerator dapat mentransfer udara ke air
limbah

iii. Pembentukan Lumpur Aktif


Kegiatannya meliputi
 Lakukan seeding
 Gunakan rasio resirkulasi tinggi dari final settling tank, bahkan bila perlu
ditambah dengan bypassing sludge dari primary settling tank (untuk
membentuk padatan)
Waktu pembentukan lumpur aktif sekitar 1,5-3 bulan dan pada masa tersebut
kemungkinan diperlukan desinfeksi efluen guna mencegah pencemaran badan air
mengingat efisiensi sistem belum optimal.

iv. Pengendalian
Untuk mencapai efisiensi yang diinginkan, ada tiga metode pengendalian zat
padat dengan cara pembuangan lumpur (waste sludge) untuk menjaga MLVSS

597
selalu konstan, menjaga rasio F/M selalu konstan atau menjaga umur lumpur
selalu konstan.

e. Monitoring
i. Konsep dasar
 Membandingkan indikator kualitas yang terjadi dan yang diharapkan
 Membuat action plan, antara lain:
o Kapan saat menghidupkan dan mematikan pompa
o Kapan saat menutup dan membuka katup-katup
o Kapan dan berapa debit return sludge dan waste sludge disalurkan

ii. Teknik Monitoring


Terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu:
Secara Visual:
 Warna (lumpur yang baik dan aerobik biasanya berwarna merah tua kecoklatan
dan lumpur yang berwarna hitam gelap tidak aerobik)
 Bau
 Buih (apabila banyak berarti kondisi pengoperasian yang kurang baik)
 Pertumbuhan alga (apabila banyak berarti nutrien yang tinggi pada influen
instalasi)
 Pola penyebaran aerator
 Kebeningan efluen
 Gelembung udara (apabila ada maka kemungkinan lumpur yang tertahan di
dalam tangki sudah terlalu lama sehingga return sludge perlu dinaikkan atau
lumpur terbuang harus dikurangi)
 Bahan-bahan yang mengapung (disebabkan tingginya konsentrasi minyak dan
lemak dapat mengganggu proses pengendapan lumpur yang pada ujungnya
mengurangi efisiensi reduksi BOD5)
 Akumulasi zat padat (biasanya disebabkan oleh pengadukan yang kurang
memadai dan tidak efektifnya grit chamber yang disediakan sebelum
pengendapan primer)
Secara analisis:

598
a. DO
b. BOD
c. COD
d. Tes laju DO up-take
e. SS dab VSS di mixed liquor
f. Nutrien
g. pH
h. Minyak dan lemak
i. Temperatur
j. Analisis mikroskopik
k. Kedalaman selimut lumpur
l. Asiditas dan alkalinitas
m. Jar test
n. Debit
o. Waktu detensi
p. Kapasitas pembubuhan kimia

599
Masalah yang mungkin timbul serta solusinya
Masalah yang kemungkinan akan timbul pada instalasi unit dapat dilihat pada Tabel 9.3
di bawah ini.
Tabel 9. 3 Permasalahan Pada Tangki
Masalah Penyebab Solusi
Bulking Sludge, dimana Berkembangnya organisme Dapat dikurangi atau dihilangkan
lumpur dari reaktor filamentous, terutama dengan cara
mempunyai sphaerotilas yang tidak dapat
- Tingkatkan DO di TA hingga 2
karakteristik mengendapkan dibawah
mg/liter
pengendapan jelek atau kondisi kurang/tidak sesuai
kompaktibilitas jelek atau - Tambahkan kapur hingga pH > 8

- DO dan pH rendah - Klorinasi berat hingga


membasmi organisme penyebab
- Rasio F/M tinggi
bulking
- Nutrien kurang
- Lonjakan beban organik
Lumpur mengambang di Tebal selimut lumpur terlalu tinggi Sediakan clear zone diatas selimut
klarifier sludge 0,5 m dengan menambah
waste sludge secara bertahap

Deflokulasi di klarifier - pH rendah/rendah -Tambahkan kapur


- Nutrien kurang -Tambahkan nutrien
- Mengandung bahan toksik -Pengendalian influen
Flok berjurai (straggler floc) - Lumpur terlalu muda -Tambahkan kapur
di klarifier
- MCRT rendah -Tambahkan nutrien
- Lonjakan beban organik -Pengendalian influen
Floc seperti peniti (pin floc) - Aerasi berlebihan -Pola operasi aerator
di klarifier terutama
- Lumpur terlalu tua -Naikkan lumpur terbuang secara
pada sistem extended
bertahap hingga MCRT
aeration - MCRT tinggi
minimum

Tabel 9. 3Permasalahan Pada Tangki (Lanjutan)

600
Masalah Penyebab Solusi

Buih putih bergelembung - Lumpur terlalu muda -Kurangi lumpur terbuang secara
bertahap
- MCRT rendah
-Pola operasi atau modifikasi aerator
- DO rendah
-Pengendalian influen
- Lonjakan beban organik
- Mengandung bahan toksik
Buih coklat tua dan - Lumpur terlalu tua Naikkan lumpur terbuang secara
tebal/kental bertahap hingga MCRT minimal
- MCRT tinggi

10. UASB (UPFLOW ACTIVATED SLUDGE BLANKET)


UASB terdiri dari lapisan lumpur kental yang terflokulasi atau berbutir (sludge blanket) yang
dikembangkan di dalam suatu reaktor, dimana air limbah baku dialirkan ke dalamnya dengan
pola up-flow. Butiran lumpur berdiameter 1-2 mm tertahan di dalam suspensi dengan ketebalan
tertentu sebagai pertumbuhan biologi aktif. Di dalam reaktor akan terbentuk tiga lapisan cair
yaitu:
1. Bed lumpur (lapisan bawah) dengan konsentrasi 40-100 kg VSS/m 3
2. Selimut lumpur (lapisan aktif) dengan konsentrasi 15-30 kg VSS/m 3
3. Cairan bening (lapisan atas)
Aplikasi UASB terutama untuk mengolah air limbah industri dan limbah domestik dengan
prosentase BOD/COD tinggi dalam bentuk terlarut seperti gula bit, pemrosesan kentang,
maizena, ragi, bir, susu, pengalengan sayur dan buah, kertas, tempat potong hewan, tepung
terigu dan gandum, alkohol, kimia, asam sitrat, kopi, lindi dan air limbah domestik.
Adapun keuntungan dan kerugian metode ini jenis pengolahan ini dapat dilihat pada Tabel 10.1
berikut:

Tabel 10. 1 Keuntungan dan Kerugian pada UASB

601
Keuntungan Kerugian
Cocok diterapkan di daerah tropis Memerlukan waktu yang lama untuk
menstabilkan slude blanket
Konstruksi sederhana Memerlukan debit yang relatif konstan
Peralatan mekanik yang minim sehingga biaya Pemisahan COD hanya 60-80%
operasi dan pemeliharaan rendah
Ada produk biogas yang dapat dimanfaatkan Diperlukan post treatment untuk memenuhi
standar efluen seperti aerasi dengan
cascade, pemisahan BOD/SS lanjutan atau
desinfeksi
Lebih murah daripada filter anaerobik Beberapa kesulitan untuk uji coba pada air
limbah penyulingan, ragi dan jagung
terutama untuk pengembangan lumpur
yang kental dan berbutir
Efluen dapat digunakan untuk irigasi karena Masalah buih pada tipe air limbah kaya protein
fosfat dan nitrat tidak banyak tereduksi
Produk lumpur bersifat stabil, mudah Pemanfaatan gas untuk membangkitkan tenaga
penanganannya dan baik untuk pupuk membutuhkan peralatan khusus dan
operator ahli

a. Start Up
Tujuan pengaktifan proses UASB mempunyai 3 sasaran:
1. Akumulasi lumpur
2. Perbaikan kualitas lumpur
3. Formulasi blanket (selimut lumpur)
Pekerjaan uji coba dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
 Gunakan bibit lumpur granulated sebesar 10.000-15.000 g VSS/m 3 atau < 40.000
g TSS/m3 volume reaktor yang diperoleh dari UASB tempat lain yang telah
beroperasi dengan baik atau dengan kotoran sapi
 Beban lumpur awal 0,05-0,1 g COD/g VSS.hari dengan cara mengatur debit yang
masuk yaitu
o Q = d X V / L1……………………………………………………(2)
Keterangan:

602
Q = debit yang masuk, m3/hari
d = beban lumpur awal, g COD/g VSS.hari = 0,05-0,1 g COD/g VSS.hari
X = VSS dalam reaktor, g/m3 = 10.000 - 15.000 g VSS/m3
L1 = COD yang masuk, g/m3> 5.000 mg/liter

 Jangan tingkatkan beban tersebut bila volatile fatty acid (VFA, COD degradable)
yang terdegradasi masih < 80%
 Lakukan wash-out terhadap lumpur yang mempunyai sifat pengendapan jelek
 Sebaiknya tahan bagian lumpur yang berat
 Jaga kondisi lingkungan di reaktor (pH > 6,2, penuhi nutrien, hilangkan/kurangi
senyawa toksik)
Pelaksanaan start up dapat juga dilakukan meskipun tanpa pembibitan, hanya waktunya
lebih lama hingga 10 minggu.

b. Memonitor Pengoperasian
Kegiatan monitoring kualitas terdiri dari:
 BOD, COD, TSS pada influen dan efluen, periksa kinerjanya dan lakukan
minimal setiap minggu
 pH, VSS dan kadar air pada bed lumpur melebihi 100 kg/m 3, maka diperlukan
pembuangan lumpur dan lakukan minimal setiap minggu
 Monitor produksi, komposisi dan bau gas dilakukan minimal setiap minggu
 Penanganan lumpur yang dikeluarkan dari dasar UASB dan disalurkan langsung
ke unit penanganan lumpur. Dengan drying bed, lumpur dapat dikeringkan
selama minimal 6 hari atau bila kadar air sudah mencapai maksimal 70%.
Dengan waktu pengeringan selama 1 minggu, maka sebaiknya pengeluaran
lumpur UASB dilakukan setiap minggu.

Penyesuaian jumlah unit drying bed dapat dihitung berdasarkan persamaan:


I = As h / q P ………………………………………………………………(3)

Keterangan:
I = interval lumpur dan belum termasuk 1 hari pengambilan cake (hari)
As = luas bed, m2

603
h = tebal operasi lumpur basah di atas bed (m)
q = kapasitas lumpur spesifik, 0,00015 m3/orang/hari
P = penduduk terlayani, manusia
Bila I < 6 maka diperlukan penambahan unit drying bed

11. PEMECAHAN MASALAH /TROUBLE SHOOTING


a) Begitu terjadi kondisi atau masalah yang abnormal, personil yang mengetahui harus
melapor ke kepala IPAL. Dalam hal ini, standby unit yang sudah siap harus segera
menggantikan
b) suku cadang dan onderdil yang rusak harus diganti sesuai dengan petunjuk perawatan
dari penjual mesin atau peralatan tersebut.
c) jika standby unit dan onderdil yang rusak tidak tersedia di tempat, kepala IPAL harus
memberitahu Kepala Dinas yang membawahi IPAL secara mendetail, supaya bisa
menghubungi vendor.
d) Catatlah alamat, telpon, email, dlsb. semua daftar vendor dan sub-vendor sebagai
referensi.
e) Pada kasus gawat darurat yang luar biasa, kepala IPAL harus menginstruksikan langkah
langkah optimum kepada operator-operator tiap instalasi. Pada kasus terburuk, instalasi
harus dihentikan sementara dan limbah dialirkan lewat by-pass tanpa pengolahan.
Walau demikian, penghentian harus diminimalisir.
f) Untuk peralatan yang terpisah, periksa petunjuk perawatan masing-masing peralatan
tersebut.

604

Anda mungkin juga menyukai