BLOK REPRODUKSI
TUTORIAL KELOMPOK 9
Disusun Oleh :
FITRI RAHMA YANI
61117102
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2019
SKENARIO
“PROSES PERSALINAN”
Ny. Lusi, seorang wanita karir, usia 37 tahun, baru menikah 5 bulan yang lalu. Sejak 2
bulan ini Ny.Lusi tidak datang haid lagi, dan merasakan payudaranya menegang serta sering
buang air kecil. Ny.Lusi datang ke Puskesmas, Dokter puskesmas menanyakan riwayat
menstruasi kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium rutin, gula
darah, dan urin. Kemudian dokter spesialis Obsgyn yang referal ke puskesmas tersebut
melakukan pemeriksaan USG yang hasilnya sesuai dengan usia kehamilan. Dokter
memberikan asam folat dan menganjurkan agar selanjutnya Lusi kontrol teratur untuk
antenatal care. Pada kehamilan 9 bulan Ny.Lusi kintrol ke dokter karena mulai merasakan
nyeri pinggang. Dari pemeriksaan dokter didapatkan, kloasma gravidarum (+), tanda vital
Ny.Lusi dalam batas normal, pada abdomen linea media hiperpigmentasi, tinggi fundus 3 jari
dibawah processus xypoideus, dari pemeriksaan leopold didapatkan janin letak kepala, His (),
DJJ : 12-11-12, dari pemeriksaan VT didapatkan belum ada pembukaan serviks dengan
ukuran panggul dalam luas. Dokter kemudian menganjurkan untuk persalinan sebaiknya
dilakukan di rumah sakit.
Satu minggu kemudian Ny.Lusi merasakan sakit tanda melahirkan dan segera pergi ke
rumah sakit. Dan di rumah sakit dari pemeriksaan dokter didapatkan pembukaan serviks
sudah 4-5 cm, efficement hampir 100%, ketuban menonjol dan kepala sudah masuk PAP.
Ny.Lusi dipantau oleh bidan dengan menggunakan partograf dan dilakukan VT setiap 4 jam,
6 jam kemudian Ny.Lusi merasakan ingin mengedan dan ketuban pecah dengan sendirinya,
persalinan dipimpin oleh dokter dan ½ jam kemudian Ny.Lusi melahirkan bayi laki-laki
secara spontan dengan BB :3200gr, PB 48cm, A/S : 9/10. Setelah janin lahir dokter segera
menyuntikkan oksitosin di paha Ny.Lusi kemudian dirawat selama 2 hari.
Pada hari ketiga dokter mengatakan fundus uteri Ny.Lusi sudah 2 jari diatas simpisis
dengan lokia yang normal, dan tidak ada tanda infeksi serta ASI sudah keluar dengan baik,
maka Ny.Lusi diperbolehkan pulang, dokter memberikan obat analgetik, dan multivitAli.
Ny.Lusi diminta untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian. Bagaimana analisis anda
mengenai proses kehamilan dan persalinan Ny.Lusi?
TERMINOLOGI ASING
1. Antenatal : Sebelum lahir, masa kehamilan
2. Pemeriksaan Leopold : Pemeriksaan palpasi abdomen
3. Kloasma Gravidarum : Melasma pada ibu hamil, (Melasma : makula coklat yang
berbatas tegas, berbintil-bintil, dan biasanya tersebar simetris pada pipi dan dahi)
4. His : Kontraksi otot rahim pda persalinan
5. DJJ : Detak Jantung Janin
6. Efficement : Pemendekan servik sampai ketebalannya berkurang
7. PAP : Pintu Atas Panggul
8. Oksitosin : Hormon yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada
dinding rahim dalam membantu proses kelahiran
9. Lokia : sekret vagina yang berlangsung selama minggu pertama atau kedua setelah
persalinan
10. VT : Vagina Toucher
11. Partograf : Alat pemantau persalinan normal
12. A/S : Apgar Score
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Ny.Lusi diberikan asam folat?
2. Mengapa Ny.Lusi sejak 2 bulan lalu tidak haid, payudara menegang, dan sering buang
air kecil?
3. Mengapa pada pemeriksaan VT belum ada pembukaan serviks?
4. Mengapa pada kehamilan usia 9 bulan, Ny.Lusi merasakan nyeri pinggang?
5. Mengapa Ny.Lusi dianjurkan kontrol teratur untuk antenatal care?
6. Mengapa Ny.Lusi disuntik oksitosin?
7. Mengapa Ny.Lusi dipantau oleh bidan dengan partograf dan pemeriksaan VT/4jam?
8. Mengapa dokter memberikan obat analgetik dan multivitamin?
HIPOTESIS
1. Pada ibu hamil harus selalu memperhatikan zat gini terpenuhi. Salah satu zat gizi
yang mesti dipenuhi adalah asam folat. Asam folat sangat penting sejak awal bahkan
saat perencanaan kehamilan. Pemenuhan asam folat bisa membantu mencegah
terjadinya Neural Tube Defects (NTDs), yang dikenal juga dengan cacat tabung saraf.
2. Tidak haid karena fungsi hormon estrogen dan progesteron sudah take over. Sering
kencing karena salah satunya perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan.
Perubahan hormon ini embuat aliran darah dan cairan ke ginjal menjadi lebih cepat,
sehingga sering kencing. Selain itu juga penumbuhan janin di dalam kandungan dapat
menekan kandung kemih.
3. Setiap kehamilan dan persalinan berbeda, ada yang mengalami pembukaan duku
sebelum kontraksi, ada pula yang tidak mengalami pembukaan sama sekali walaupun
sudah kontraksi. Biasanya akan diberi rangsangan dibagian puting, membuat ibu rilek
dan memberikan makanan serta cairan agar stamina ibu tetap terjaga dan pembukaan
bisa terus berjalan lancar.
4. Nyeri pada ibu hamil disebabkan oleh sacroiliac joint paint atau nyeri sendi
sakroiliaka. Rasa sakit bersumber di persendian yang ada pada tulang duduk. Dan
juga disebabkan beban kehamilan yang terlalu berat ditambah kenaikan bobot berat
tubuh ibu hamil membuat struktur panggul berubah.
5. Untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin, sehingga dapat mencegah hal-hal
buruk terjadi pada ibu dan calon bayi.
6. Karena oksitosin dapat digunakan untuk merangsang (menginduksi) persalinan dan
menghentikan perdarahan setelah persalinan. Selain itu, dapat membantu merangsang
keluarnya ASI.
7. Untuk memantau hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
8. Setelah melahirkan putting akan mendorong terjadinya kontraksi rahim yang
menyebabkan kram yang kurang nyaman dan dianjurkan minum obat analgetik
(pereda nyeri). Kehamilan dan persalinan pada dasarnya menguras cadangan vitamin
dalam tubuh wanita. Itulah sebabnya dianjurkan untuk mengonsumsi beragam vitamin
pasca kelahiran, terutama saat sedang menyusui.
SKEMA
PEMBAHASAN
“PROSES PERSALINAN”
2. Adaptasi Psikologis
Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan yang timbul sebagai
akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan
sebagai peristiwa fisiologis menjadi kehamilan patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:
a. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak
percaya diri, perubahan penampilan, perubahan sebagai orang tua, sikap ibu terhadap
kehamilan, takut terhadap persalinan, kehilangan pekerjaan.
b. Stressor eksternal, meliputi maladaptasi, relation ship, kasih sayang, support mental,
broken home.
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi
perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang merupakan penyesuaian
emosi, pola berpikir, dan perilaku yang berkelanjutan hingga bayi lahir. Latar belakang
munculnya gangguan psikologis dan emosional dalam rangka kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Pengaruh faktor psikologis
terhadap kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan pengasuhan kehamilan dan mempunyai
potensi melakukan tindakan yang membahayakan terhadap kehamilan (Pantikawati, 2010).
C. ANTENATAL CARE (ANC)
Antenatal care (selanjutnya akan disingkat "ANC") adalah pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu
hamil.
Tujuan dilakukan ANC adalah :
Untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil
Menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan
Mempersiapkan ibu untuk masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan antenatal yang komprehensif dan
berkualitas minimal 4 kali, yaitu 1 kali sebelum bulan ke 4 kehamilan, kemudian sekitar
bulan ke 6 kehamilan dan 2 kali kunjungan sekitar bulan ke 8 dan 9 kehamilan.
Pada umumnya, standar minimal pemeriksaan ANC terdiri dari 10 T yaitu:
1. Timbang berat badan setiap kali kunjungan dan dicatat
2. Ukur Tekanan darah, normalnya 110/80 – dibawah 140/90
3. Nilai status gizi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas(LILA)
4. Tinggi fundus uteri (puncak rahim): memantau perkembangan janin
5. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
Vaksin TT dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu yang berbeda beda
TT1 : pada saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada saat kehamilan)
TT2 : 4 minggu setelah TT1
TT3 : 6 bulan setelah TT2
TT4 : 1 tahun setelah TT3
TT5 : 1 tahun setelah TT4
6. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
7. Pemberian Tablet zat besi
8. Test Laboratorium (penyakit sifilis, Hepatitis B dan HIV)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling) , termasuk perencanaan persalinan
D. TAKSIRAN BERAT JANIN
Perhitungan terhadap tafsiran berat janin bisa dilakukan dengan USG, HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir) hingga pengukuran TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
menjadi salah satu yang membantu dalam memperkirakan taksiran berat janin (TBJ).
Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim. Pengukuran puncak tertinggi
rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu digunakan dalam menghitung berat janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan rumus MC Donald perlu dilakukan untuk
memastikan perkiraan usia kehamilan yaitu TFU x 8/7
Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu untuk memastikan
perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan ini belum selalu tepat sesuai dengan usia
prediksi kehamilan. Perlu disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan.
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram
Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga bisa dilakukan
melalui rumus Johnson.
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam pembuatan rumus
Johnson.
E. JENIS-JENIS LEOPOLD
1) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam fundus,
dan konsistensi fundus. Pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus, yaitu tidak keras,
tidak melenting dan tidak bulat. Variasi Knebel dengan menentukan letak kepala atau bokong
dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas simfisis (Manuaba, 2010:118).
Langkah-langkah pemeriksaan Leopold I:
Pemeriksa menghadap muka ibu dan berada disisi kanan ibu, menentukan tinggi fundus,
meraba bagian janin yang terletak difundus dengan kedua telapak tangan dan apakah teraba
bulat, besar lunak (bokong)/bulat, besar, keras (kepala)/teraba tahanan memanjang 41
(punggung)/teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas). Pada kehamilan aterm dengan presentasi
kepala, pada pemeriksaan leopold I akan teraba bulat, besar, lunak (bokong) (Marmi,
2011:126).
2) Leopold II
Menentukan batas samping rahim kanan/kiri dan menentukan letak punggung. Letak
membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga seperti papan
cuci. Dalam Leopold II terdapat variasi Budin dengan menentukan letak punggung dengan
satu tangan menekan di fundus. Variasi Ahfeld dengan menentukan letak punggung dengan
pinggir tangan kiri diletakkan di tengah perut (Manuaba, 2010:118-119).
Langkah-langkah pemeriksaan leopold II: Pemeriksa menghadap muka ibu dan berada
disisi kanan ibu, meraba bagian janin yang terletak disebelah kanan maupun kiri uterus
dengan menggunakan kedua telapak tangan. Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong)/
bulat, besar, keras (kepala)/ teraba tahanan memanjang (punggung)/teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas). Pada pemeriksaan leopold 2 akan teraba tahanan memanjang 42 (punggung) di
satu sisi dan teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas) disisi lain (Marmi, 2011:126).
3) Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin di atas simfisis ibu dan bagian terbawah janin sudah
masuk pintu atas panggul (PAP) atau masih bisa digoyangkan (Manuaba, 2010:119).
Langkah-langkah pemeriksaan leopold III: Pemeriksaan menghadap muka ibu dan berada
di sisi kanan ibu, meraba bagian janin yang terletak diatas simphisis pubis sementara tangan
yang lain menahan fundus untuk fiksasi. Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong)/ bulat,
besar, keras (kepala)/ teraba tahanan memanjang (punggung)/ teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas). Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan leopold 3
akan teraba bulat, besar, keras (kepala) (Marmi, 2011:126). 4) Leopold IV Menentukan
bagian terbawah janin dan seberapa jauh janin sudah masuk (pintu atas panggul) PAP. Bila
bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang
melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum 43 masuk
PAP, maka tangan pemeriksanya konvergen (Manuaba, 2010:119). Langkah-langkah
pemeriksaan Leopold IV : Pemeriksaan menghadap kaki ibu dan menentukan apakah bagian
terbawah janin menggunakan jari-jari tangan yang dirapatkan. apabila presentasinya: a)
Konvergen : bagian terbawah janin belum masuk ke PAP. b) Sejajar : bagian terbawah janin
sebagian telah masuk ke PAP. c) Divergen : bagian terbawah janin telah masuk ke PAP
(Marmi, 2011: 126).
F. INDIKASI DAN PENILAIAN VT
INDIKASI
Ketuban pecah sebelum waktunya
Untuk mengevaluasi pembukaan cervik uteri/ kemajuan persalinan
Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan
Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam
PENILAIAN VT