Makalah
Oleh
LISA ARIANTI
NIM. 862322019061
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR
ْم
ِ َّحِي
َنِ الر
ْمَّح ِسْم
ِ هللاِ الر ب
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini belumlah sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, agar kami bisa
mengetahui secara mendalam tentang Filsafat Ilmu.
Kami mengharapkan agar makalah ini, dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Kepala Allah dan Rasulnya kami mohon ampun jika dalam penulisan dan dalam
penyampaian banyak terdapat kesalahan. Kepada ibu Dosen pembimbing “Dr. Andi
Irna Fitriana SS., M.Pd” kami ucapkan terima kasih atas bimbingannya dalam mata
kuliah ini.
LISA ARIANTI
NIM. 862322019061
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
C. Tujuan………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3
A. Kesimpulan…………………………………………………………………... 10
B. Saran………………………………………………………………………….. 10
DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita.
Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928
yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia” dan pada UUD yang tercantum dalam pasal khusus yang menyatakan
bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia menduduki tempat
yang terkemuka di antara beratus – ratus bahasa Nusantara yang masing – masing
amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Seperti kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang
digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia menjadi
identitas bangsa di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Sebelum resmi menjadi
bahasa nasional, bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa Melayu.
Kongres pemuda Indonesia yang pertama pada tahun 1926 telah membuktikan
kesadaran dan semangat para pemuda Indonesia akan perlunya pembinaan bahasa dan
kesusasteraan Indonesia, dan pada tanggal 28 Oktober 1928 diadakan kongres
pemuda yang kedua. Dalam kongres ini dikumandangkan sumpah pemuda, dan nama
bahasa Melayu diganti dengan bahasa Indonesia dan resmi dipakai bangsa Indonesia
sebagai bahasa nasional.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa
persatuan?
3. Bagaimanakah perkembangan ejaan bahasa Indonesia sampai saat ini?
1
2
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia!
2. Untuk mengetahui kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan
bahasa persatuan!
3. Untuk mengetahui perkembangan ejaan bahasa Indonesia sampai saat ini!
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia yang kini kita gunakan sebagai bahasa resmi di negara kita
berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang kita gunakan tersebut merupakan
bahasa Melayu tua yang sampai sekarang masih dapat kita selidiki sebagai
peninggalan masa lampau. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli,
bahkan menghasilkan penemuan bahwa bahasa Austronesia itu juga mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan bahasa-bahasa yang dipergunakan di daratan Asia
tenggara.(Anon 1993)
Bukan baru sekarang bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu digunakan
sebagai bahasa penghubung di beberapa negara Asia Tenggara. Sudah sejak dulu
kala, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu dikenal oleh penduduk daerah yang
bahasa sehari-harinya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Hal tersebut dibuktikan
oleh adanya beberapa prasasti yang ditemukan di daerah-daerah yang bahasa sehari-
hari penduduknya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Tentu saja ada juga
ditemukan di daerah yang bahasa sehari-hari penduduknya sudah menggunakan
bahasa Indonesia atau Melayu. Sejarah perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan
dengan adanya prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur
(686 M), Karah Barahi (686 M).
Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu sudah
mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah bahasa-bahasa daerah di
Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan Magelhaen mengelilingi dunia,
ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521 menuliskan kata-kata Melayu.
Itu merupakan bukti yang jelas bahwa bahasa Melayu yang berasal dari bagian barat
Indonesia pada zaman itu pun sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang
berada jauh di sebelah timur.
3
4
Demikian juga menurut Jan Huygen van Lischoten, pelaut Belanda yang 60
tahun kemudian berlayar ke Indonesia, mengatakan bahwa bahasa Melayu bukan saja
sangat harum namanya tetapi juga dianggap bahasa yang terhormat di antara bahasa-
bahasa negeri timur. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan orang yang tidak dapat
atau tidak tahu bahasa Indonesia, seperti orang yang tidak tahu dan tidak dapat
berbahasa Prancis di Negeri Belanda pada zaman itu. Berarti hal tersebut
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sudah demikian terkenal dan terhormat pada
masa itu.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah
politis, karena setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan yaitu Bangsa
Indonesia. Sifat politik ditimbulkan karena keinginan agar bangsa Indonesia
mempunyai semangat juang bersama-sama dalam memperoleh kemerdekaan agar
lebih merasa terikat dalam satu ikatan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diikrarkan melalui butir-butir
Sumpah pemuda sebagai berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,bangsa
Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga dengan
ikrar pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan
kedua menyatakan ”mengaku bertumpah darah yang satu dan mengaku berbangsa
yang satu”. Artinya, tanah air dan bangsa kami hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda
dengan ”menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam mempersatukan
bangsa Indonesia. Tidak berarti bahwa, bahasa daerah dihapuskan. Bahasa daerah
5
tetap harus dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi, sangatlah
keliru jika ada warga daerah yang malu menggunakan bahasa daerahnya dalam
berkomunikasi.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan diartikan sebagai bahasa yang
digunakan di dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau
masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Itulah sebabnya bahasa
Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa persatuan.
ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku teks,
penerjemahan, penyajian pelajaran di lembagalembaga pendidikan umum maupun
melalui sarana-sarana lain di luar lembaga pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa terpenting di kawasan republik kita ini. Penting tidaknya suatu bahasa didasari
oleh tiga faktor, yaitu (1) jumlah penuturnya, (2) luas penyebarannya, dan (3)
peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya yang bernilai tinggi.
Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menulis suatu
bahasa, baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat,
maupun penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan. Setelah diresmikannya bahasa Melayu oleh van Ohuijsen, yang
kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia hingga ditetapkan sebagai bahasa
persatuan, muncul ejaan-ejaan baru, yakni sebagai berikut.(Ngurah and Putrayasa
2018)
1. Ejaan Republik
Ejaan Republik merupakan hasil penyederhanaan Ejaan van Ophuysen.
Ejaan Republik mulai berlaku pada 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr.
Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga Ejaan Suwandi.
2. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pemabaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan ejaan ini dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
3. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia) merupakan hasil perumusan ejaan
Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diavvali
9
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang hidup yang terus berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik
melalui penciptaan maupun melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Pada abad keM5 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa
Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa
Melayu Tinggi. Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad - 20, pemerintah
kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu untuk mempermudah
komunikasi dengan berpatokan pada bahasa Melayu Tinggi yang sudah mempunyai
kitab - kitab rujukan. Pada 16 Juni 1927 dalam sidang Volksraad (Rapat Dewan
Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Bahasa Indonesia secara
resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa
bahasa Indonesia ialah bahasa negara. Selanjutnya, sehubungan dengan
perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia,
yakni muncul Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK,
Ejaan yang disempurnakan, dan EBI.
B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana dan
jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana – sini agar
tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta
bahasa Indonesia.
10
DAFTAR RUJUKAN