Anda di halaman 1dari 26

PERBEDAAN GAYA BERPIKIR, GAYA BELAJAR

Dosen Pengampu : Dr. Nasriah, M.Pd./ Elya Siska Anggraini, S.Sn., M.A

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Devi K. Marpaung (3193311029)

Fadillah Pauziah (3192411020)

Nova Uli Siburian (3193311018)

Theovanni L.Tobing (3193111023)

Kelas : Reguler B

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dosen yang mengajarkan mata kuliah Psikologi
Pendidikan, Dr. Nasriah, M.Pd./ Elya Siska Anggraini, S.Sn., M.A yang telah mengajari kami
dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang
turut serta membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
kata, bahasa, isi maupun segi lainnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik.

Saya berharap, semoga makalah dapat membantu dan menambah wawasan pembaca
tentang perkembangan pesrta didik. Akhir kata saya ucapkan sekian dan terima kasih.

Medan, Pebruari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. LatarBelakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2

A. Gaya Belajar..........................................................................................................2
B. Gaya Berpikir......................................................................................................12

BAB IV PENUTUP........................................................................................................21

A. Kesimpulan .........................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21

Daftar Pustaka..................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan
untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada
beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada
umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya
dalam beberapa komponen saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem,
penanganan satu atau beberapa komponen itu akan mempengaruhi pula komponen
lainnya. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada
perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem
persekolahan, seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar. 
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara
individual dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa
pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh
keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada
anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk ilmu pengetahuan
dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami aspek psikologis
kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu memahami bagaimana cara murid
belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik yang dapat meningkatkan semangat
dan keaktifan anak didiknya dalam belajar, maka dunia pendidikan akan semakin
dewasa dan profesional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi gaya belajar?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi gaya berpikir?
3. Apa saja macam gaya berpikikir
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar gaya belajar dan gaya berpikir
b. Untuk mengetahui macam-macam gaya belajar dan gaya berpikir
c. Untuk mengetahui tahapan-tahapan gaya belajar dan gaya berpikir pada siswa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

GAYA BELAJAR

A. Pengertian Gaya Belajar 


 Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa
untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
 Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s
preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar
dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar. 
 Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi
oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam
menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988)
memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
 menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berfikir dan memecahkan soal.
 Ws. Wingkel mendefinisikan belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.

Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku
psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa
saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan
Willis, 1989 : 4).
 Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada
penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan
sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau
mempelajari berbagai mata pelajaran.

2
B. Macam-Macam Gaya Belajar Menurut Para Ahli
1. Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya
sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali
"Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini kita
akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning
Inventory, 1981).
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang
dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret,
lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain.
Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide,
perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi.
Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta
mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai,
menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal
yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk
membentuk opini/pendapat.
4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan
tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam
proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah
satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan

3
membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk empat
kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan
penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe
Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda.
Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti
ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming),
biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe
Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta
merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini
kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka
juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe
Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya
mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial
atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe
Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai
pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi /
dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah,
mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan /
informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif
terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan
orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam
kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).

4
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar,
maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya, dengan
tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.

2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum
Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar
visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini
metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya
di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di
otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan tekun
7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9. Lebih suka musik dari pada seni
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :


1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

5
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang 2 saja. Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ),
untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat
dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak
auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang
mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan
kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkanVisual
11. Berbicara dalam irama yang terpola
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :


1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

6
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1. Berbicara perlahan
2. Penampilan rapi
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9. Menyukai permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca
sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”

7
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam
psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-
melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar
auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia.
Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari
seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam
diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama
pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan
seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar
visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran
mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun
makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang
digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf
baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh
untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahaman diharapkan menjadi kearifan.

4. Gaya Belajar menurut Depdiknas


Tujuh Gaya Belajar Efektif
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar
yang mungkin bisa kita ambil :
a. Bermain dengan kata.

8
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain
dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat
menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal
lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan
cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan
berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga
didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
c. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang,
melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki
kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan,
merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda
mencoba mengikutinya.
d. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu
mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan
cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka
berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat
musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan
dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa
yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi
lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi
sosial politik pada kurun waktu tertentu
e. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang
biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari,
olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil
tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
f. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi
dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru

9
secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara
ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
g. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar
dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang
yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi
akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.
Lima Prinsip Belajar :
a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Jika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagi kita, tentu akan lebih
mudah mencari ragam informasi penting yang akan kita pelajari. Tak ada seorang pun yang
mampu memberikan informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita
sendiri.
Ada baiknya, sekali waktu, Anda berhenti dulu belajar, lalu tanyakan pada diri Anda
sendiri, untuk apa Anda belajar? Jika Anda cukup punya alasannya, tak salah bila Anda
mencoba mengujinya dengan mengikuti beberapa tes untuk melihat tingkat pemahaman kita
dan cara untuk meningkatkannya. Hal terpenting yang perlu diingat adalah seberapa cepat
pun kita bisa memahami suatu informasi, maka informasi itu dengan mudah bisa hilang dari
ingatan jika ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti ketertarikan
kita.
b. Kenalilah kepribadian diri sendiri.
Jika kita tahu betul siap kita dan apa yang kita inginkan, maka mempelajari sesuatu
yang sesuai dengan keinginan dan kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab,
apapun yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai
dengan kepribadian kita.
c. Rekam semua informasi dalam kata.
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu
adalah dengan kata. Jadi, langkah yang paling mudah dan bijaksana adalah bila kita terbiasa
merekam semua informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja.
Gambar, coretan dan yang terbaik adalah catatan tertulis buatan tangan sendiri.
d. Belajar bersama orang lain.
Cara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah bila kita melakukannya secara
bersama-sama. Prinsip belajar ini hampir selalu efektif bagi setiap orang, apa pun karakter

10
belajar yang dimilikinya. Selain itu, belajar juga menjadi terasa lebih menyenangkan dan
ringan, bila dilakukan secara bersama-sama.
e. Hargai diri sendiri.
Belajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebih terasa bermanfaat dan
berarti bila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang Anda akan pelajari dan pahami.
Setelah itu, cobalah membuat jeda di antara waktu belajar yang Anda laklukan. Setelah itu,
lihat seberapa besar tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari suatu informasi atau fakta
tertentu. Bila Anda merasa itu berhasil, maka Anda layak menghargai jerih-payah Anda
belajar dengan cara apa saja. Misalnya, merayakannya dengan makan enak atau membeli
sesuatu yang bisa mengingatkan Anda akan keberhasilan yang Anda pernah capai.

11
GAYA BERPIKIR

A.  Pengartian Gaya Berfikir


Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan
kemampuannya (Sternberg, 1997 dalam Santrock, 2004). Sementara Taylor dkk (1977:55)
mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (Thinking is an inferring
process). Berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan dari persoalan yang dipahami yang
kemudian mampu menemukan pemecahan persoalan itu sehingga menghasilkan kesimpulan
dan temuan baru. Tentunya, penarikan kesimpulan dalam proses berpikir ini dipengaruhi
rekayasa dan manipulasi data-data dan atau pengertian-pengertian yang tersimpan dalam long
term memori seseorang.

    B .  Macam – Macam Gaya Berfikir


Terdapat beberapa jenis gaya berfikir, yaitu:
1.  Gaya impulsif ataukah reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung
gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif ataukah menggunakan lebih banyak
waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam
Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan
daripada siswa bergaya reflektif.
Riset tentang gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan pendidikan
(Jonassen dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan siswa yang
impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:
 mengingat informasi yang terstruktur
 membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
 memecahkan problem dan membuat keputusan
 lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar
 lebih mungkin berkosentrasi terhadap informasi yang relefan 
         
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif.
Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat mengambil

12
keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan inteligensi yang tinggi
membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.
Bereaksi cepat adalah strategi  buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan
salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama
berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat
menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun
harus mencapai jawaban akhir.
Cara mengatasi anak yang impulsif:
i. Identifikasi siswa yang impulsif
ii. Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum
memberikan jawaban
iii. Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
iv. Jadilah guru bergaya reflektif
v. Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
vi. Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri
pujian untuk peningkatan kinerjanya
vii. Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas

2.  Gaya mendalam ataukah dangkal


Gaya belajar mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu
cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam). Gaya belajar
dangkal adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
 Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka
konseptual yang lebih luas.  Seringkali hanya mengingat informasi dan bersikap pasif.
Sedangkan  pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-
apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam belajarnya. Deep
learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri, sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih
termotivasi jika ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru
(Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)
Strategi pembelajaran untuk gaya belajar  dangkal agar belajar mendalam:
 Identifikasi siswa bertype surface learner

13
 Beritahu mereka bahwa ada yang lebih  penting dari sekadar mengingat materi.
Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka
pelajari sebelumnya.

 Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi


dengan kerangka materi belajar yang lebih luas

 Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi
informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam

 Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yaatau tidak

    C.  Keberagaman Peserta Didik


Keragaman adalah beragam, banyak jenis, rupa-rupa dan sebagainya. Sedangkan yang
dimaksud dengan siswa yaitu peserta didik pada suatu lembaga yang disebut dengan sekolah.
Maka dapat disimpulkan bahwa keragaman siswa merupakan rupa-rupa siswa yang dibentuk
oleh pribadi dan lingkungan. Keragaman budaya dan identitas individu dapat dilihat dari
kelas sosial, kebangsaan, ras, kelompok etnis, kemampuan dan kecerdasan, agama, wilayah
geografis, dan gender.                                                               
   1.  Keberagaman Status Sosial
Yang sering membedakan seorang siswa dengan siswa lainnya adalah kelas sosial yang
didefinisikan sebagai status sosioekonomi berdasar penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan
lain sebagainya. Sekolah merupakan lembaga kelas menengah yang berfungsi sebagai
pelebur komunitas kaya dan miskin sehingga tidak terlihat adanya kesenjangan status sosial.
Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu berdiri di tengah, dan memdidik seluruh siswa
untuk saling menghargai satu sama lainnya.
   2.  Suku dan Ras
Suku dan ras dalam suatu bangsa dapat berpengaruh terhadap pengalaman sekolah siswa.
Suku bangsa adalah sejarah, budaya, dan rasa identitas yang dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, sedangkan yang dimaksud dengan ras itu sendiri adalah karakteristik
genetik individu yang terlihat jelas yang mengakibatkan mereka dipandang sebagai anggota
kelompok besar yang sama. Faktorpenentu utama budaya yang dimana siswa akan dibesarkan
adalah asal-usul etnis mereka. Maka karakter yang terbentuk beragam pula.
   3.  Kemampuan dan kecerdasan
Manusia diciptakan dan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar
biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan ini
pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini. Intelegensi

14
berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu
“Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Teori ini bertujuan
untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa
dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan
bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan
sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Kecerdasan didefinisikan sebagai bakat umum untuk belajar, yang sering diukur
berdasarkan kemampuan menghadapi abstraksi dan memecahkan masalah. Dalam teori
Gardner terdapat beberapa jenis kecerdasan seseorang, diantaranya :
       Bahasa
Kecerdasan bahasa, menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan
kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya.
 Logika-Matematika
Kecerdasan matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola
angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
 Music
Kecerdasan musikal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara
nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
 Tubuh-Kinestetika
Kecerdasan kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai
masalah.
 Alam (naturalis)
Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan
alam.
 Antar Pribadi(Interpersonal)
Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
orang lain.
 Intra Pribadi

15
Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
     Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial
kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah
aspek-aspek dunia tersebut.

16
1. Faktor yang mempengaruhi gaya belajar:

Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
belajar seseorang adalah Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap tubuh
sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang.

 Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai kebutuhan emosional. Dan


emosi berperanan penting dalam proses belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah
kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar
dalam memudahkan pelajar untuk menyerap informasi dan ide.
 Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain lebih suka bekerja
bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok. Sebagian anak-anak
menginginkan kehadiran orang dewasa atau senang bekerja dengan orang dewasa
saja.
 Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan kebutuhan
movilitas juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar menurut Joko Susilo yaitu:

1. Faktor alamiah (pembawaan): ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri
seseorang bahkan dengan latihan sekalipun.

2. Faktor lingkungan: ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan
lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar seseorang dipengaruhi oleh lima
faktoryaitu:

 lingkungan fisik
 kebutuhan emosional
 kebutuhan sosial
 kebutuhan biologis,
 serta factor alamiah (pembawaan) lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi gaya berpikir

17
a. Lingkungan Keluarga

Keluarga yang mengembangkan kebiasaan makan bersama, membaca buku, mematikan


lampu setelah selesai digunakan, dan kebiasaan positif lainnya, akan menghasilkan anggota
keluarga yang memiliki pola pikir yang terwarnai oleh nilai-nilai yang dibangun bersama
oleh keluarga tadi.

Pola pikir seseorang yang berasal dari keluarga yang sarat dengan sistem nilai positif,
dipastikan akan lebih unggul dari keluarga yang tidak atau kurang membangun sistem
nilainya.

b. Pergaulan dengan Masyarakat

Aparatur yang banyak berteman dengan pengusaha, cenderung memperlihatkan pola pikir
seperti pengusaha. Aparatur yang berteman dengan politikus, cenderung akan mengikuti
gaya berpikir politikus. Aparatur yang berteman dengan tukang rumpi, dia akan tertular
dengan kegatalannya para perumpi. Dan, bila seorang aparatur berteman dengan orang yang
shalih, diapun cenderung akan mengadopsi sifat-sifat dan cara berpikir orang shalih tersebut.
Konsekuensinya, bila seorang aparatur ingin memiliki pola pikir yang baik, ia akan berhati-
hati dalam memilih teman.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola pikir yang unggul. Seorang
aparatur tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa membaca buku. Ia akan rajin men-
charge dirinya sendiri melalui seminar-seminar yang bermanfaat. Ia akan gunakan internet
untuk mencari berbagai informasi yang dapat mendukung karirnya sebagai seorang aparatur.
Ia akan berusaha untuk meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bukan
karena selembar ijazah atau kebanggaan menyandang sederet gelar akademik, tapi karena
kesadaran untuk terus meningkatkan kompetensi diri. Iapun Ia tidak akan membiarkan
dirinya menonton TV lebih dari satu jam sehari.

d. Sistem Kepercayaan (Belief System)

Faktor yang paling dominan mempengaruhi pola pikir adalah sistem kepercayaan atau
keyakinan seseorang (belief system). Bukti sangat kuat bahwa sistem keyakinan memberikan
pengaruh yang paling dominan terhadap pola pikir seorang aparatur, adalah ketika ia
dihadapkan pada peluang melakukan korupsi. Satu-satunya yang sanggup mencegah

18
perbuatan tersebut bukanlah sanksi dari atasan, KPK, Kejaksaan, atau dari Kepolisian.., tetapi
rasa takutnya kepada Tuhannya. Bahwa suatu hari nanti, setiap orang akan dibalas sesuai
dengan apa yang diperbuatnya. Ia merasa tidak akan sanggup menghadapi murka Tuhan
Yang Maha Keras siksanya atas korupsi yang ia lakukan. Ia juga sadar bahwa azab neraka,
bukanlah akhir kehidupan yang baik. Belief System, atau sistem kepercayaan, atau sistem
keyakinan, juga mampu mengarahkan seorang Aparatur untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada semua orang yang berurusan dengannya, baik itu masyarakat, atasan, bawahan, atau
kolega.

Seorang Aparatur yang mempunyai mental senang, ikhlas, dan antusias dalam melayani,
berkeyakinan bahwa semua itu ia lakukan semata karena ia ingin bermanfaat bagi manusia
lainnya. Ia meyakini bahwa apa yang ditabur akan dituai, artinya pelayanannya kepada
masyarakat bukan sekedar melaksanakan tugas, tapi juga investasi yang sangat bernilai untuk
akhiratnya kelak. Bila dalam sebuah lembaga ditemukan aparatur yang selalu disiplin,
berkinerja baik, bertanggungjawab, selalu berusaha meningkatkan kompetensinya, berusaha
melayani pimpinan, kolega, bawahan, dan masyarakatnya dengan pelayanan yang terbaik,
sangat boleh jadi ia adalah aparatur yang memiliki pola pikir akhirat, belief system yang
menurut kami tiada tandingannya.

1. Macam gaya berpikir


a. Pemikir Sekuensial Konkret (SK)

Seperti yang ditunjukkan istilah ini, pemikir sekuensial konkret berpegang pada
kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para
SK, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indra fisik mereka, yaitu indra
penglihatan, peraba, pendengaran, perasa, dan penciuman. Mereka memperhatikan dan
mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan
aturan-aturan khusus dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara baik bagi orang –
orang ini untuk belajar. Pelajar SK harus mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi
tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka
menyukai pengarahan dan prosedur khusus. Karena kebanyakan dunia bisnis diatur dengan
cara ini, mereka menjadi orang-orang bisnis yang sangat baik.

b. Pemikir Acak Konkret (AK)

Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku
yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada

19
kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah (trial and error). Karenanya,
mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang
sebenarnya. Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan
mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Waktu bukanlah prioritas bagi
orang-orang AK, dan mereka cenderung tidak memedulikannya, terutama jika sedang
terlibat dalam situasi yang menarik. Mereka lebih terorientasi pada proses daripada hasil;
akibatnya, proyek-proyek sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka
rencanakan karena kemungkinan-kemungkinan yang muncul dan yang mengundang
eksporasi selama proses.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk


meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen
tertentu saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan
dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti cara
guru mengajar dan cara murid belajar. Gaya Belajar Siswa ada 3 Jenis, Yaitu : gaya belajar
visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan
kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).

Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara
individual dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa
pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh keinginan yang
kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada anak didik. Maka dari
itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran,
maupun belajar memahami aspek psikologis kemanusiaan.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat dikatakan
sempurna dan lebih baik lagi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sri Milfayetty,dkk. (2018). Psikologi Pendidikan. Medan: FIP UNIMED

22

Anda mungkin juga menyukai