Anemia Kel13
Anemia Kel13
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat,bai anak-anak,remaja
b. Tujuan
c. Permasalahan
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu anemia, definisi, etiologo,
dengan anemia
1
BAB II
Pembahasan
1.Defenisi Anemia
Anemia didefenisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampah dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Berman E Richard , IKA Nelson;1680).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawa nilai normal jumlah SDM, kualitas hemoglobin
dan volume packed red blood cell (hematocrit) per menit ml darah. (Syilvia A. Price.2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematorkit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan berupa
pencerminan keadaan suatau penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin (Hb) untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical bedah
Brunner dan Suddarth; 935).
2. Etiologi Anemia
Terjadi sebagai akibat pendarahaan yang pasif seperti kecelakaan , operasi dan
persalinan dengan pendarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b) Anemia defesiensi.
c) Anemia hemolitik.
2
anemia), sferositas, defiseiensi enzim erittrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation reduktase).
3. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme
kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia adalah :
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan
karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam cdarah diambil dengan jalan bernafas
dan zat ini sangant berguna pada saat proses metabolisme dalam tubuh. Darah selamanya
beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung. Selama darah berada dalam
pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya ia akan menjadi
beku.
Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yang
mempunyai daya terhadap daya ikat oksigen dan karbondioksida, bentuk bikonkav, dibuat
3
dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam
pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cablt,
magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C, dan B kompleks. Kekurangan
salah satu unsur atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi
atau anemia.
- Hemoglobin
Adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang
mempunyai berat molekul 04.450 Sintesis hemoglobin dimulai dalam pro eritroblas dan
kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit
meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam aliran darah , maka retikulosit tetap
membentuk sedikit mungkin hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
- Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan sel sewaktu sel darah merah peca, akan segera difagosit oleh
sel-sel makrofag di seluruh tubuh., terutama di hati (sel-sel kupffer) limfa dan sumsum
tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi
yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kedalam darah dan diangkut oleh tranferi menuju
sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringan lain
untuk disimpan menjadi faratin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel
makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati kedalam empedu.
5. Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mecerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan darah merah
secara berlebihan atau keduannya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Kesimpulan
mengenai apakah anemia pada seseorang pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. Anemia defisiensi zat besi adalah anemia
4
yang paling sering menyerang anak-anak. Bayi cukup builan yang lahir dari ibu nonanemik
dan bergizi baik. Memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi
dua kali lipat umumnya berusia 4-6 bulan. Setelah itu zat besi harus tersedia dalam makanan
untuk memenuhi kebutuhan anak . Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi terjadi
anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat
yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelumusia 1 tahun dan diminum dan diminum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makana padat kaya zat besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarah perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi
juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini mempunyai lebih tinggi resiko
anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi
karena kehilangan darah yang kronik, pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang
umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi. Anemia juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia aplastic diakibatkan oleh karena rusaknya sum-sum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanay pada satu, dua, atau tiga
system hemopoetik. Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoetik disebut
eritroblastopenia (anemia hipoplastik) yang mengenai sistem granulopoetik disebut
agranulosistosis (Penyakit Schultz), dan yang mengenai sistem trombopoetik disebut
amegakariositik trombositopenik purapura (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut
panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastic. Kekurangan asam folat akan
mengakibatkan megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA
(Desoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel.
5
6. WOC dari Anemia
6
Pengobatan terbaik adalah tranfusi darah. Pada perdarahan kronik diberikan tranfusi packed
call. Mengatasi rejatan dang penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan
intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Buku kuliah ilmu kesehatan Anak
UI;431).
b) .Anemia defisiensi
Anemia defisiensi besi (DB) Respin regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai
arti diagnostic. Pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat, fumarat) merupakan
terapi yang murah dan memuaskan . Preparat besi pariental (dekstran besi) adalah bentuk
yang efektif dan aman digunakan bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga haru
diberi edukasi tentang diet penderita. Dan komsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500
mL/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang
kayak akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intoleransi protein susu sapi
tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson;1692).
c) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun Terapi inisial dengan menggunakan Prednison 1-2 mg/Kg BB/
hari. Jika mengancam hidup, transfuse harus diberikan dengan hati-hati. Apabila prednisone
tidak efektif dalam mengulangi kelainan ini, atau penyakit mengalami kekambuhan dalam
periode tapiringoff dari prednisone maka di anjurkan untuk dilakukan splenektomi. Apabila
keduanya tidak menolong , maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat
imunosupresif.
d) Anemia Aplastik
7
dan ditangani secara awal selam perjalan penyakitnya mempunyai kesempatan terbaik
berespon terhadap ATG (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical-
bedah Brunner dan Suddarth; 939).
8. Komplikasi Anemia
1. Pengkajian
8
- Prostnatal : Keadaan bayi selama masa, neonatorum, ada trauma post parturn
akibat tindakan, misalnya forcep, vakum, dan pemberian ASI.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
- Adanya riwayat trauma, perdarahan
- Adanya riwayat demam tinggi
- Adanya riwayat penyakit ISPA
e. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaforesis,
tachikandia, dan penurunan kesadaran.
1. Riwayat Keluarga
- Riwayat anenlia dalam keluarga
- Riwayat penyakit – penyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
b. Kesadaran : compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
vkesadaran apatis, samnolen-sopor-coma.
c. Tanda – tanda vital
TD : Tekanan darah menurun (N = 90-110/60-70 mmHg)
Nadi : Frekwensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N = 60-100 kali/i)
Suhu : bisa meningkat atau menurun ( N = 36,5 – 37,2 )
Pernapasan : Meningkat (anak N = 20-30 kali/i)
d. TB dan BB : Mneurut rumus dar Behermen, 1992 pertambahan BB anak
adalah sebagai berikut :
1) Lahir = 3,25kg
2) 3-2 bulan = umur (tahun) – 9 : 2
3) 1-6 tahun = umur (tahun) x 2-8
4) 4-12 tahun = umur (tahun) x 7 – 5 : 2
e. Kulit
Kulit teraba dingn, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan
dibawah kulit.
f. Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
9
g. Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub congjungtiva, keadaan pupil, palpebra, refleks cahaya biasanya
tidak ada kelainan.
h. Hidung
Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi
penciuman biasanya tidak ada kelainan.
i. Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
j. Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-pecah atau
perdarahan
k. Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar, tidak ada
distensi vena yugularis.
l. Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikuler atau ronchi, wheezing,.
Frekwensi nafas neonatas 40-60 kali/i, anak 20-30 kali/i irama jantung tidak
teratur, frekwensi pada anak : 60-00 kali/i
m. Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga dibawah
normal dan bisa juga meningkat
n. Genitalia
Laki-laki : testis sudah turun kedalam skroturn
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora
o. Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin
p. Anus
Keadaan anus, posisinya. Anus (+)
q. Neurologis
r. Refleksi fasiologis (+) seperti refleks patologi (-) seperti Babinski, tanda
kerniq (-) dan Bruzinski I-II = (-)
3. Pemeriksaan penunjang
10
Kadar Hb menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab.
4. Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan di daerah tempat tinggal, orang
yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, perkarangan, pembuangan
sampah.
5. Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang harus
dijalni, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada. Pola tidur bisa
terganggu. Mandi dan aktivitas dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan
fisik. Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekwensi, konsistensii bisa, diare
atau konstipasi.
6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
7. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis dan terlihat cemas
atau takut. Orangtua : reaksi orangtua terhadap penyakit anaknya sangat
bervariasi.
Psikologis orangtua yang harus diperhatikan :
- Keserusan ancaman penyakit terhadap anaknya
- Pengalaman sebelumnya terhadap penyakt dan hospitalisasi
- Prosedur medik yang akan dilakukan
- Adanya koping orangtua
- Agama, kepercayaan, adat
- Pola komunikasi dalam keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
11
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksiegan ke
jaringan (Donna L Wong, pedoman klinis keperawatan pediatric ; 536)
e. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/ tranfusi (Donna L Wong,
pedoman klinis keperawatan pediatric ; 536)
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat mis,
penurunan hemoglobin, penurunan granulosit (Doenges E Marilynn, Rencana Asuhan
Kperawatan ; 578)
3. NCP
12
5. Berkolaborasi perifer. Pemberian
dalam pemberian rasa hangat harus
transfusi, seimbang dengan
pemeriksaan Hb/ kebutuhan pasien
Ht, pemberian 5. Meningkatkan
oksigen sesuai jumlah sel pembawa
indikasi oksigen agar
transport O2 ke
jaringan maksimal
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Anemia didefenisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampah dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Berman E Richard , IKA Nelson;1680).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawa nilai normal jumlah SDM, kualitas hemoglobin
dan volume packed red blood cell (hematocrit) per menit ml darah. (Syilvia A. Price.2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematorkit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan berupa
pencerminan keadaan suatau penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin (Hb) untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical bedah
Brunner dan Suddarth; 935).
b. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andra, Saferi dan Yessie Mariza. 2013 Keperawatan medikal bedah 2 (keperawatan dewasa.
Bengkulu : Numes
14