Anda di halaman 1dari 43

MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK
“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MORBILI”

Disusun oleh :

Amelia Rizky Damayanti 11161004


Aribathanisa Candra 11161005
Dwi Nuraviva 11161013
Ema Eriana 11161014
Fithria Septiani 11161016
Kinanti Hassin Khuluqi 11161021
Nurfadilah Subana 11161028
Shafira Amalia 11161036

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN – X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA


MEDIKA JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................................................1
MORBILI (CAMPAK).....................................................................................................1
A. DEFINISI............................................................................................................1
B. ETIOLOGI..........................................................................................................1
C. PATOFISIOLOGI..............................................................................................2
D. PATHWAY........................................................................................................3
E. ANATOMI FISIOLOGI.....................................................................................4
F. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................7
H. KOMPLIKASI....................................................................................................8
I. PENATALAKSANAAN...................................................................................9
J. PENCEGAHAN...............................................................................................10
KASUS............................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

i
LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI (CAMPAK)

A. DEFINISI
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c atau lebih
dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah ( WHO ).
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi ( Ilmu
Kesehatan Anak 2:624 ).
Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.

B. ETIOLOGI
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh
karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak
ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus
campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan,
hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat
menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk,
virus juga dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum
mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup
udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus juga dapat terjadi
jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang terkontaminasi dengan
virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

1
C. PATOFISIOLOGI
Virus morbil adalah paramixovirus yang ditemukan didalam darah, urine dan
sekret paringeal pada seseorang yag terinfeksi. Infeksi ini dapat berpindah
langsung melalu kontak dengan sekret pernafasan dengan seseorang yag
terinfeksi dalam fase kataral(dari 4-5 hari setelah ruam). Virus menyerang
epitelium saluran pernafasn dan berkembang disana. Virus menyebar melalui
jalan sistem limfa. Menghasilkan hiperplasia pada jaringan limfa. Virus
menyebar didalam leukosit pada reticulo endotelium menjadi sel
nekrose,meningkatnya jumlah virus yang dilepas kemudian menyerang leukosit
menghasilkan el sekunder. Dengan virus sekunder seluruh mukosa saluran
pernafasan menjadi terinfeksi. Edema pada mukosa mungkin faktor predisposisi
penyebaran bakteri sekunder dan komplikasinya seperti otitis media akut, dan
pnemonia.
Dalam beberapa hari ssetelah terjadinya gangguan pada sistem pernafasan,
konflik muncul pada mukosa dan ruam kulit berkembang. Virus muncul
menyerang sel epidermis dan lapisan epitelium mulut, menghasilkan perubahan
jaringam dan menstimulasi sel yang bertindak sebagai respon imun yag
dimanifestasikan dengan ruam. Munculnya ruam berikutnya prodoma,
bertepatan dengan produksi serum antibodi. Sering kali ada leukopenia dan
limfositosis, leukosit yag dimanaa pada penyakit ini terjadi bila ada infeksi
bakteri sekunder. (Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016).

2
D. PATHWAY

Paramyxovirdae morbili Masuk saluran Ditangkap oleh Menyebar ke kelenjar Mengalami replikasi virus
virus nafas makrofrag limga regional dilepas kedalam aliran darah
(viremia primer)

Mengendap pada organ


Virus sampai RES

Kulit Epital saluran nafas Saluran cerna Replikasi kembali

Virus sampai ke multiple tissue


Poliferasi sel endotel Penurunan fungsi silia Hiperplasi jaringan limfoid site(viremia sekunder)
kapiler dlam korium

Peningkatan sekret Iritasi mukosa usus Reaksi radang


Eksudasi serum/eritrosit
dalam epidermis Reflek batuk Sekresi meningkat Pengeluaran mediator
kimia

ruam Kedikefektifan bersihan Peristaltik meningkat Mempengaruhi termostat


jalan nafas dalam hipotalamus
Diare

Kerusakan integritas kulit dehidrasi Peningkatan suhu tuuh

Ketidakseimbangan
3 cairan dan hipertermia
elektrolit
(Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016)
E. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis
hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap
4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam).
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :

4
1) Lapisan papiler : tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2) Lapisan retikuler : tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2. Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla
dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari
dermis melalui membran epidermis.
3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),
sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu
fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf

5
seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada
pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan
mempertahankan panas.

F. MANIFESTASI KLINIS
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu :
1. Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat
macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 
2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak

6
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai
menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-
mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “
black measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut,
hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal
kecuali bila ada komplikasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
2. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak
yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ).
Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.

7
3. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
5. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap),
bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).

H. KOMPLIKASI
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau
segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat (croup) bisa
menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi,
terutama pada anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan
sumbatan jalan napas bagian bawah yang berat. Pneumonia yang jarang tetapi
selalu fatal, yaitu pneumonia interstisialis (pneumonia sel raksasa) telah
ditemukan pada anak dengan tanggap imun lemah, termasuk pada anak yang
menderita AIDS, yang menderita infeksi campak persisten progresif tanpa
eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk membentuk
antibody campak yang spesifik. Gambaran radiografi yang menunjukkan
gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus. Virus campak
dapat diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai.
Usaha untuk mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
Kerato konjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap
selama 4 bulan lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah.
Terjadi lesi kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi.
Kelainan elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi
miokarditis yang sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak
mengenai nodus mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang
umum terjadi. Gejala dan tanda penyakit yang identik dengan apendiksitis akut
bisa mengakibatkan intervensi operasi selama periode prodromal.

8
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus
β-hemolitikus, pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus. Peribronkitis
dan pneumotitis interstisial terjadi pada hampir semua pasien campak dan
sembuh dengan cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam. Puncak demam
kedua atau kegagalan turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai
puncak menandakan infeksi bakteri sekunder. Terlihatnya leukositosis perifer
yang bergeser kekiri memastikan hal itu. Radiografi dada dapat menunjukkan
bronkopenumonia atau gambaran pneumonia segmental atau lobar. Apusan atau
biakan sputum, aspirasi trakea, cairan pleura, darah, atau bahan sesuai lainnya,
akan membantu menemukan penyebab dan memilih obat antimikroba yang
tepat.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat
replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian
invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat
penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian
pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat
harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak
yang kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di
semua daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis
ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua

9
diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata
dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya
buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai (kadang
perlu infuse atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan  ialah kebutuhan
nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.

J. PENCEGAHAN
1. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang
rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila
telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk
mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang
dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam
dengan masa tunas memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit
campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber penular potensial pada individu
yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya
sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan
setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan
untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan (misal infeksi HIV,
penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis
varisela) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus
campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan
jumlah globulin yang diberikan.

10
2. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan
tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi
neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5
sampai 15% anak.

11
KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu pada tanggal 02 Mei
2019 pukul 21:56 WIB. Penulis melakukan pengkajian kepada An.A pada
tanggal 03 Mei 2019 sampai 04 Mei 2019 pukul 10:30 WIB di Ruang Melati
Lantai 7 kamar 708C, nomor register klien 070233 dengan diagnosa medis
Morbili.

1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Klien bernama An. A, nama panggilan klien adalah Adeleon, An.A
bertempat lahir di Jakarta pada tanggal 28 November 2019. An.A
berumur 1 tahun 5 bulan. An. A berjenis kelamin laki-laki dan beragama
islam. An. A berbahasa Indonesia. An. A bersuku bangsa Betawi.

b. Identitas Orang Tua


Ayah An.A bernama Tn. Y berusia 48 tahun, berpendidikan S1 dengan
pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), beragama Islam, bersuku
bangsa Sunda. Sedangkan Ibu An.A bernama Ny. H berusia 45 tahun,
pendidikan SMK, pekerjaan sebagai karyawan swasta, beragama Islam,
bersuku bangsa Blitar. Keluarga ini tinggal dalam satu rumah bertempat
tinggal di jalan Mampang Raya No 9 RT 002/03 Kelurahan Mampang
Prapatan Kecamatan Mampang Kota Jakarta Selatan.

2. Resume
An. A tiba di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu bersama
orangtua pada tanggal 02 Mei 2019 pukul 21:56 WIB, dengan keluhan
demam tinggi mencapai 39oC dan diare 5 kali. An.A sempat dibawa ke
Puskesmas terdekat dari rumahnya yaitu Puskesmas Mampang lalu dirujuk
ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.

12
Data fokus yang didapatkan : keadaan umum sedang, kesadaran compos
mentis, berat badan 16 kg , tanda-tanda vital : suhu : 39oC, Nadi :
110x/menit, pernapasan : 20x/menit, diare 5kali dengan konsistensi cair
berwarna kuning, diagnosa medis : morbili.

Hasil lab tanggal 02 Mei 2019


Hemoglobin : 12.4 gr/dL (N : 10-16 gr/dL)
Hematokrit : 36.7 % (N : 33-38 % )
Eritrosit : 4.66 ribu/uL (N : 3-7 ribu/uL)
Leukosit : 12.2 ribu/uL (N :9-12 ribu/uL)
Trombosit : 331 ribu/uL (N : 200 -400 ribu/uL)
GDS : 98 mg/dl (N : 60-100 mg/dl)
Natrium : 140 mEq/L (N : 135-145 mEq/L)
Kalium : 4.6 mEq/L (N : 3,6-5,8 mEq/L)
Chlorida : 102 mEq/L (N : 98-110 mEq/L)

Masalah keperawatan yang muncul adalah Hipertermia berhubungan dengan


proses penyakit, resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif (diare) dan kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan penurunan imunologis. Tindakan kolaborasi yang telah dilakukan
yaitu pemberian paracetamol syrup 1 ½ sendok dan IVFD KAEN 1B 1400cc/
24 jam dengan perhitungan :
Jumlah cairan x faktor tetes
Lamanya waktu x 60
= 1400 x 60
24 x 60
= 84000
1440
= 58,3 = 58 tetes/menit
Jadi tetesan per detiknya adalah 60 : 58 = 1,03 detik = 1 tetes/detik.

13
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal
Kesehatan ibu waktu hamil An. A tidak mengalami hiperemesis
gravidarum, tidak mengalami perdarahan pervagina, tidak mengalami
anemia, tidak mengalami penyakit infeksi, tidak mengalami
preeklampsi/eklamsi dan tidak mengalami gangguan kesehatan.
Ibu An.A dalam masa pemeriksaan kehamilannya secara teratur
diperiksa oleh Bidan dengan tempat pemeriksaan didekat rumah ibu
An.A, hasil pemeriksaan normal, imunisasi lengkap. Tidak ada riwayat
pengobatan selama kehamilan.

Masa Natal
Ibu melahirkan An.A dengan cara normal dengan usia kehamilan saat
lahir 41 minggu, ditolong oleh Bidan dengan keadaan bayi saat lahir
adalah normal dengan berat badan (BB) adalah 3800 gram, panjang
Badan (PB) adalah 50cm, ibu tidak ingat lingkar kepala (LK) saat An.A
lahir. Bayi langsung diberikan ASI. Tidak ada pengobatan khusus yang
didapat.

Neonatal
An.A tidak mengalami cacat congenital, tidak mengalami ikterius, tidak
mengalami kejang, tidak mengalami paralisis, tidak mengalami
perdarahan, tidak mengalami trauma persalinan, tidak mengalami
penurunan berat badan (BB) dan pemberian ASI kepada An.A hanya
sampai 2 bulan.

b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


Ibu mengatakan An.A belum bisa berjalan.

14
c. Penyakit yang pernah diderita
Ibu An.A mengatakan An.A pernah mengalami sakit demam umur 7
bulan.

d. Pernah dirawat di Rumah Sakit.


Ibu An.A mengatakan An.A tidak pernah di rawat di Rumah Sakit.

e. Obat-obatan
Ibu An.A mengatakan tidak ada konsumsi obat-obatan yang rutin.

f. Tindakan (misalnya : operasi)


Ibu An.A mengatakan An.A tidak pernah dilakukan tindakan operasi.

g. Alergi
Ibu An.A mengatakan An.A tidak ada alergi.

h. Kecelakaan
Ibu An.A mengatakan An.A tidak pernah mengalami kecelakaan.

i. Imunisasi
Ibu An.A mengatakan mendapat imunisasi lengkap HB 0, BCG, DPT 1,
DPT 2, DPT 3, polio 1, polio 2, polio3, polio 4 dan campak.

j. Kebiasaan sehari-hari sebelum dirawat


1) Pola pemenuhan nutrisi
Ibu An. A mengatakan lamanya pemberian ASI kepada An.A selama
2 bulan. Waktu pemberian ketika An.A menangis. Dan diberikan
susu formula setelah 2 bulan. Tidak ada tanda-tanda kesulitan. Ibu
An.A mengatakan An.A mulai diberikan makanan sejak umur 10
bulan dengan cara pemberian di suapi oleh Ibu. Ibu An.A
mengatakan An.A tidak ada vitamin yang dikonsumsi. Ibu An.A
mengatakan frekuensi makan An.A 3x/hari dengan jenis makanan

15
yaitu makanan lunak, makanan yang disenangi oleh An.A yaitu
semua suka. Tidak ada alergi makanan. Kebiasaan makanan An.A
yaitu makan bersama keluarga disuapi oleh ibu dengan waktu makan
pagi,siang,malam dengan jumlah konsumsi minum air putih 120 ml x
5 botol jumlahnya 600 ml dalam 1 hari ditambah minum susu 120
ml x 2 botol jumlahnya 240 ml . Totalnya 600 ml + 240 ml = 840 ml/
hari. An.A suka mengkonsumsi kopi hitam ketika ibu sedang
minum kopi hitam juga.

2) Pola Tidur
Ibu mengatakan An.A tidur siang 1-2 jam perhari, lamanya tidur
malam 8 jam, tidak ada kelainan waktu tidur, An.A memiliki
kebiasaan sebelum tidur yaitu mengkonsumsi susu formula.

3) Pola aktivitas/ Latihan/OR/bermain/hobby


Ibu mengatakan An.A memiliki hobby yaitu makan.

4) Pola kebersihan diri


Ibu mengatakan An.A mandi 2x perhari dengan menggunakan sabun
dan dibantu oleh Ibu. Menggosok gigi 1x perhari pada waktu pagi,
An.A mencuci rambut 3x perminggu dengan shampoo dibantu oleh
ibu. Serta berpakaian juga dibantu oleh ibu.

5) Pola eliminasi
Ibu mengatakan An.A BAB dengan frekuensi 2x perhari, waktunya
tidak tentu berwarna kuning, bau khas, konsistensi padat dengan cara
menggunakan pampers. Tidak ada keluhan yang berarti. Tidak ada
penggunaan laxatif/pencahar. Tidak ada juga kebiasaan waktu BAB.
Sedangkan pola eliminasi BAK An.A frekuensinya 5x/hari warna
kuning, kebiasaan mengompol tetapi tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan BAK.

16
6) Kebiasaan Lain-lain
An.A tidak menggigit jari, tidak menggigit kuku, tidak menghisap
jari, tidak mempermainkan alat genital dan tidak mudah marah.

7) Pola asuh
Ibu An.A mengatakan diasuh oleh ibunya dengan rasa kasih sayang
dari orangtua.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Susunan keluarga (genogram 3 generasi)

48 X 45

25 1,5
16

Keterangan :
: Lk : ------ : tinggal serumah
: Pr x : meninggal

An.A adalah anak laki-laki ketiga (usia 1 tahun 5 bulan) dari 3


bersaudara, kakak An.A berusia 25 tahun (laki-laki) dan yang kedua
berusia 16 tahun (perempuan). Kedua orangtua masih hidup. Tinggal
bersama kakak dan orangtuanya dalam satu rumah. Ayah An.A berusia
48 tahun dan ibu An.A berusia 45 tahun. Ayah An.A adalah anak kedua

17
dari 9 bersaudara. Ibu An.A adalah anak keempat dari 4 bersaudara.
Kedua orangtua dari ayah masih hidup. Ibu dari ibu An.A sudah
meninggal. Ayah An.A memiliki riwayat keturunan hipertensi.

b. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu An.A mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius.
Ayah An.A sedang menderita penyakit hipertensi yang diturunkan dari
nenek An.A. Sedangkan dari saudara kandung tidak ada penyakit yang
sedang diderita maupun pernah diderita.

c. Koping Keluarga
Ibu An.A mengatakan bila ada masalah dimusyawarahkan atau terbuka
dalam keluarga. Pengambilan keputusan dalam keluarga jika ada
masalah yaitu oleh ayah An.A.

d. Sistem Nilai
Ibu An.A mengatakan tidak ada sistem nilai yang bertentangan dengan
kesehatan.

e. Spiritual
Ibu An.A mengatakan kegiatan spritual di rumah yaitu solat berjamaah
dan mengaji.

5. Riwayat kesehatan lingkungan (Hubungan dengan Penyakit)


a. Resiko bahaya kecelakaan
Ibu An.A mengatakan rumahnya tidak tingkat, lantai tidak licin,
pencahayaan cukup jadi tidak ada resiko bahaya kecelakaan.

b. Polusi
Ibu An.A mengatakan rumahnya jauh dari jalan raya dan pabrik, jadi
tidak ada resiko polusi udara.

18
c. Kebersihan
Ibu An.A mengatakan rumahnya setiap hari dibersihkan. Begitupun
lingkungan rumahnya yang selalu dibersihkan setiap hari.

6. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat penyakit sekarang
An.A mulai sakit tanggal 25 April 2019. Ibu An.A mengatakan demam
tinggi dan diare 20 kali sejak 1 minggu yang lalu saat muncul ruam
morbili. Faktor pencetus morbili karena tertular dari tetangga. Upaya
untuk mengurangi penyakit dibawa ke puskesmas terdekat. Demam
sempat turun namun naik kembali dan pada akhirnya dibawa ke IGD
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu pada tanggal 02 Mei 2019
pukul 20:54 WIB, karena ibu khawatir anaknya semakin parah. Lalu
dokter mengeinstruksikan untuk rawat inap, masuk lantai 7 ruang melati
kamar 708C pada tanggal 02 Mei 2019 pukul 21:56 WIB.

b. Pengkajian fisik secara fungsional


1) Keluhan klien / keluarga saat pengkajian
Data subyektif
Ibu An.A mengatakan anaknya demam naik turun, disertai diare 5x
sejak tadi pagi dan gatal-gatal di seluruh badan. Ibu mengatakan
faktor pencetus morbili karena tertular dari tetangga. Ibu mengatakan
An.A kadang-kadang mual namun berat badan naik menjadi 17 kg.
An.A jika haus hanya mau minum susu formula. Ibu mengatakan
An.A belum bisa berjalan dan ibu cemas terhadap kondisi anaknya.

Data obyektif
Data klinik : kesadaran : compos mentis, keadaan umum sedang,
suhu : 37,6oC, nadi : 110x /hari, pernapasan : 20x/menit, akral teraba
hangat, takikardi, konjungtiva anemis, An.A tampak menggaruk-
garuk badannya, kulit kering, bertekstur kasar, terdapat ruam pada
leher, muka, lengan dan kaki, An.A berada pada stadium

19
konvalesensi, konsistensi bab cair ada ampas dan lendir berwarna
kuning disertai mual. Bising usus : 6x/menit dengan lingkar perut 56
cm, mata cekung, intake : 450ml, output : 395ml, balance : + 55.
An.A tampak belum bisa berjalan, gigi belum lengkap, An.A baru
mulai makan makanan padat umur 10 bulan dan ASI hanya 2 bulan.
An.A tampak cemas ketika diberi tindakan keperawatan. BB ideal
anak umur 1 tahun seharusnya dengan rumus (2 x umur dalam tahun)
+ 8 jadi (2x1)+8=10. Jadi BB ideal An.A seharusnya 10 kg. Index
massa tubuh (IMT) : 17 / 0,86 x 0,86 = 23 dalam kategori
gemuk/overweight. Terpasang IVFD KAEN 1B 1400 cc /24jam.

2) Nutrisi dan metabolisme


Data subyektif
Ibu An.A mengatakan An.A nafsu makan baik dan sudah tidak
menyusui ASI. Diit yang dimakan An.A adalah diit lunak. Ibu
mengatakan An.A intake makan habis 1 porsi, minum sejak tadi pagi
5 botol susu x 120ml = 600ml. Ada mual. Tidak ada muntah. Tidak
ada dysphagia.

Data obyektif
Mukosa mulut tampak kering, tidak ada kelainan palatum, tidak
terdapat stomatitis, lidah tidak kotor dan gusi tidak ada
pembengkakan. Gigi An.A belum lengkap. Tidak ada gigi yang
karies. Tidak ada karang gigi. Berat badan (BB) sebelum sakit 16 kg
dan sesudah sakit menjadi 17 kg, BB ideal anak umur 1 tahun
seharusnya dengan rumus (2 x umur dalam tahun) + 8 jadi
(2x1)+8=10. Jadi BB ideal An.A seharusnya 10kg. Index massa
tubuh (IMT) : 17 / 0,86 x 0,86 = 23 dalam kategori gemuk. Kulit
tampak kering, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki
(pada stadium. Konvalensi), bertekstur kasar dan An.A tampak
menggaruk-garuk area ruam dan tidak terpasang sonde/NGT.

20
3) Respirasi / sirkulasi
Data subyektif
Ibu An.A mengatakan An.A tidak ada sesak napas, tidak ada batuk
pilek. Tidak ada sakit dada dan tidak ada oedema.

Data obyektif
Suara napas An.A vesikuler, tidak ada batuk, tidak ada batuk darah,
tidak ada sputum, tidak terlihat penggunaan otot bantu napas, tidak
terlihat penggunaan napas cuping hidung. An.A tidak ada ikterius,
tidak ada sianosis, tidak ada edema, tidak ada palpitasi dan pengisian
kapiler 3 detik.

4) Eliminasi
Data subyektif
Ibu An.A mengatakan perut An.A tidak kembung dan tidak ada
nyeri. Ibu An.A mengatakan BAB sudah 5 kali, bau khas, warna
kuning, ada lendir dan ampas, terdapat diare, konsistensi cair. BAK
sudah 3 kali berwarna kuning.

Data obyektif
Abdomen An.A lemas, tidak ada tegang/kaku, tidak ada kembung,
dengan bising usus 6x/menit, lingkar perut 56cm. BAB An.A bau
khas, warna kuning, ada lendir, terdapat diare, konsistensi cair
terdapat ampas tetapi tidak ada melena. BAK An.A kepekatannya
jernih, warna kuning, tidak terlihat ada pemasangan kateter dengan
frekuensi BAK 7x perhari. Tidak terdapat nocturia, tidak terdapat
disuria, tidak terdapat hematuria, tidak terdapat inkontinensia, tidak
ada atresia ani dan tidak ada prolaps.

5) Aktivitas/Latihan
Data subyektif

21
Ibu An.A mengatakan anaknya terlihat lemas, semua kebutuhan
An.A dibantu oleh Ibu. An.A tidak ada kekakuan pergerakan sendi
dan tidak ada rasa nyeri pada sendi.

Data obyektif
An.A tampak selalu di tempat tidurnya dan belum bisa berjalan.
An.A terpasang infus di tangan sebelah kiri, jadi yang bisa
menggenggam hanya tangan sebelah kanan. Bentuk kaki An.A
simetris tidak ada kelainan, otot kaki normal namun kelemahannya
An.A belum bisa berjalan. An.A tidak ada kejang.

6) Sensori persepsi
Data subyektif
Ibu An.A mengatakan pendengaran anaknya baik, penglihatannya
baik, penciuman baik, perabaan baik dan pengecapan baik.

Data obyektif
Reaksi terhadap rangsangan An.A baik, orientasi baik, pupil isokor,
konjungtiva anemis, pendengaran An.A baik bila dipanggil namanya
An.A menengok dan penglihatan An.A baik.

7) Konsep diri
Data subyektif
Ibu An.A mengatakan kalau sakit An.A menjadi manja ingin
digendong selalu.

Data obyektif
Kontak mata An.A baik, postur tubuh baik, perilakunya cemas jika
sedang diberi tindakan keperawatan.

8) Tidur/istirahat
Data subyektif

22
Ibu An.A mengatakan An.A tidur nyenyak namun suka terbangun
karena haus. Ibu An.A mengatakan An.A tidak memiliki kebiasaan
tertentu sebelum tidur.

Data obyektif
An.A tampak tidak ada tanda-tanda kurang tidur.

9) Seksualitas/repoduksi
Data obyektif
Ibu An.A mengatakan tidak ada ereksi dan tidak ada sakit saat
BAK.

Data obyektif
An.A tampak tidak ada kelainan skrotum, tidak ada hyposphadia dan
tidak ada fimosis.

c. Dampak Hospitalisasi
Pada anak : An.A tampak cemas ketika diberi tindakan keperawatan.
Pada ibu : Ibu An.A cemas dan khawatir saat An.A sedang sakit.

d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan saat ini


Pertumbuhan : BB An.A 17 kg, PB An.A 86 cm, LK An.A 49cm, LLA
An.A 21 cm pertumbuhan gigi belum lengkap.
Perkembangan: Motorik kasar (belum bisa berjalan), motorik halus
(menggengam benda), bahasa (hanya bisa menyebut 1 kata).

7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil lab tanggal 03 Mei 2019
Hemoglobin : 12.1 gr/dL (N : 10-16 gr/dL)
Hematokrit : 35% (N : 33-38 % )
Eritrosit : 3.6 ribu/uL (N : 3-7 ribu/uL)
Trombosit : 331 ribu/uL (N : 200 -400 ribu/uL)

23
Leukosit : 16.3 ribu/uL (N :9-12 ribu/uL)
Hitung jenis
Basofil :0% (N : 0-1 % )
Eosinofil :2% (N : 1-3 % )
Batang :4% (N : 2-6 % )
Segmen : 59 % (N : 50-70 % )
Limfosit : 31 % (N : 20-40 % )
Monosit :4% (N : 2-8 %)
GDS : 80 mg/dl (N : 60-100 mg/dl)
Natrium : 135 mEq/L (N : 135-145 mEq/L)
Kalium : 4.8 mEq/L (N : 3,6-5,8 mEq/L)
Chlorida : 107 mEq/L (N : 98-110 mEq/L)

8. Penatalaksanaan
Diit : lunak. Pemberian obat oral : paracetamol 3x10 mg, zinc 1x20 mg,
lactodia 2x1 sct, vitamin A 200.000 iu, puyer batuk (salbutamol 0,75 mg,
ctm 1mg, amb 7,5 mg) 3x1. Pemberian obat injeksi : Ranitidin 2x15mg,
terapi infus KAEN 1 B 1400 cc/24 jam.

24
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Tanggal pengkajian : 03 Mei 2019

Tanggal masuk RS : 02 Mei 2019

Jam masuk RS : 21.56 WIB

Ruangan : Melati /Kamar708C/Lt.7

Nomor Registrasi : 070233

Diagnosa Medis : Morbili

A. PENGKAJIAN

1. Data Biografi

Nama Klien : An.A

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 28 November 2019

Usia : 1 Tahun 5 Bulan

Agama : Islam

Suku- Bangsa : Betawi

Alamat : Jl. Mampang Raya No.9 RT2/RW3 Kelurahan mampang


prapatan, Kecamatan mampang kota Jakarta Selatan

Nama Ayah : Tn.Y

Nama Ibu : Ny.H

Pekerjaan Ayah : PNS

Pekerjaan Ibu : Karyawan Swasta

II. KELUHAN UTAMA DIRAWAT

25
Demam tinggi mencapai 39oC, diare 5 kali dan gatal-gatal.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU

A. Penyakit yang pernah diderita waktu kecil : Demam usia 7 bulan


B. Pernah dirawat dirumah sakit : Tidak pernah
C. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
D. Tindakan operasi : Tidak ada
E. Alergi : Tidak ada
F. Imunisasi : Ibu An.A mengatakan mendapat imunisasi lengkap HB 0, BCG,
DPT 1, DPT 2, DPT 3, polio 1, polio 2, polio3, polio 4 dan campak.

IV.RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

a. Susunan keluarga (genogram 3 generasi)

48 X 45

25 1,5
16

Keterangan :
: Lk : ------ : tinggal serumah
: Pr x : meninggal

26
An.A adalah anak laki-laki ketiga (usia 1 tahun 5 bulan) dari 3 bersaudara,
kakak An.A berusia 25 tahun (laki-laki) dan yang kedua berusia 16 tahun
(perempuan). Kedua orangtua masih hidup. Tinggal bersama kakak dan
orangtuanya dalam satu rumah. Ayah An.A berusia 48 tahun dan ibu An.A
berusia 45 tahun. Ayah An.A adalah anak kedua dari 9 bersaudara. Ibu An.A
adalah anak keempat dari 4 bersaudara. Kedua orangtua dari ayah masih
hidup. Ibu dari ibu An.A sudah meninggal. Ayah An.A memiliki riwayat
keturunan hipertensi.

27
V. RIWAYAT SOSIAL

A. Yang mengasuh : Orang Tua An.A

B. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik

C. Hubungan dengan teman sebaya : Baik

D. Pembawaan secara umum : Baik

E. Lingkungan rumah :

Ibu An.A mengatakan rumahnya tidak tingkat, lantai tidak licin, pencahayaan
cukup jadi tidak ada resiko bahaya kecelakaan, rumahnya jauh dari jalan raya
dan pabrik, jadi tidak ada resiko polusi udara, rumahnya setiap hari
dibersihkan. Begitupun lingkungan rumahnya yang selalu dibersihkan setiap
hari.

VI. KEBUTUHAN DASAR

A. Makan

1. Makanan yang disukai/tidak disukai :


Ibu An.A mengatakan semua makanan disukai oleh An.A, terutama
makanan lunak. An.A jika haus hanya mau minum susu formula dan juga
suka mengkonsumsi kopi hitam ketika ibu nya sedang minum kopi hitam.

2. Pola makan/jam makan : 3x/Hari

B. Tidur

1. Lama tidur siang : 1-2 Jam/hari

2. Lama tidur malam : 8 Jam

3. Kebiasaan sebelum tidur : Mengkonsumsi susu formula

C. Personal Hygine

28
1. Mandi : 2x/hari

2. Mencuci rambut : 3x/minggu

3. Menggosok gigi : 1x/hari

D. Eliminasi

1. BAB - Karakteristik feses :

2x/hari – Bewarna kuning, bau khas, konsistensi padat (menggunakan


pampers)

2. BAK – Karakteristik urine :

5x/hari – Berwarna kuning, kebiasaan mengompol

E. Aktifitas bermain - jenis permainan :

Ibu mengatakan An.A memiliki hobby yaitu makan.

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

A. Diagnosa Medis : Morbili


B. Tindakan operasi : Tidak ada
C. Status nutrisi:
a) Antropometri

Umur : 1 tahun 5 bulan

Berat badan : 16 Kg

Tinggi badan : 86 cm

Lingkar kepala : 49 cm

b) Biokimia

Hb : 12.1 gr/dL

29
Ht : 35%
Total limfosit : 31%
Serum albumin : Tidak terkaji
Transferrin : Tidak terkaji
Keseimbangan netrogen : Tidak terkaji
Lipit serum : Tidak terkaji
Glukosa serum : Tidak terkaji
c) Clinis/clinical sign
Tanda – tanda gejala : Gastrointestinal, Anoreksia
d) Diit Histori
Fead Recall 24 Jam : 3x/hari, makanan lunak
Alergi : Tidak ada
Faktor yang mempengaruhi pola makan : Kebiasaan ibu menyuapin
makan An.A 3x/hari
D. Status cairan : Intake : 450ml, Output : 395ml
E. Obat-obatan : Kolaborasi pemberian antipiretik
F. Aktivitas : Terhambat
G. Tindakan Keperawatan :
Diit lunak, pemberian obat oral paracetamol 3x10 mg, zinc 1x20 mg,
lactodia 2x1 sct, vitamin A 200.000 iu, puyer batuk (salbutamol 0,75 mg,
ctm 1mg, amb 7,5 mg) 3x1, pemberian obat injeksi ranitidin 2x15mg, terapi
infus KAEN 1 B 1400 cc/24 jam.
H. Hasil pemeriksaan penunjang – laboratorium :
Pemeriksaan Penunjang
Hasil lab tanggal 03 Mei 2019
Hemoglobin : 12.1 gr/dL (N : 10-16 gr/dL)
Hematokrit : 35% (N : 33-38 % )
Eritrosit : 3.6 ribu/uL (N : 3-7 ribu/uL)
Trombosit : 331 ribu/uL (N : 200 -400 ribu/uL)
Leukosit : 16.3 ribu/uL (N :9-12 ribu/uL)
Hitung jenis
Basofil :0% (N : 0-1 % )

30
Eosinofil :2% (N : 1-3 % )
Batang :4% (N : 2-6 % )
Segmen : 59 % (N : 50-70 % )
Limfosit : 31 % (N : 20-40 % )
Monosit :4% (N : 2-8 %)
GDS : 80 mg/dl (N : 60-100 mg/dl)
Natrium : 135 mEq/L (N : 135-145 mEq/L)
Kalium : 4.8 mEq/L (N : 3,6-5,8 mEq/L)
Chlorida : 107 mEq/L (N : 98-110 mEq/L)
I. Data tambahan :
Hasil lab tanggal 02 Mei 2019
Hemoglobin : 12.4 gr/dL (N : 10-16 gr/dL)
Hematokrit : 36.7 % (N : 33-38 % )
Eritrosit : 4.66 ribu/uL (N : 3-7 ribu/uL)
Leukosit : 12.2 ribu/uL (N :9-12 ribu/uL)
Trombosit : 331 ribu/uL (N : 200 -400 ribu/uL)
GDS : 98 mg/dl (N : 60-100 mg/dl)
Natrium : 140 mEq/L (N : 135-145 mEq/L)
Kalium : 4.6 mEq/L (N : 3,6-5,8 mEq/L)
Chlorida : 102 mEq/L (N : 98-110 mEq/L)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum : Compos Mentis


B. TB/BB (persentile) : 86 cm/16 Kg
C. Lingkar Kepala : 49 cm
D. Mata :
Simetris, Pupil isokor, Konjungtiva Anemis, Sclera normal
E. Hidung :
Simetris, Tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak polip
F. Mulut : Simetris, Mukosa mulut kering
G. Telinga : Simetris, Tidak ada serum

31
H. Tengkuk : Normal
I. Dada :
Simetris, bentuk bulat datar, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan, tidak
ada benjolan
J. Jantung : CRT 3 detik
K. Paru-paru : Suara napas vesikuler
L. Perut : Simetris, bising usus 6x/menit
M. Punggung : Simetris
N. Genetalia : Normal
O. Ekstremitas : 5555 - 5555 - 5555 - 5555
P. Kulit :
Turgor kulit tidak elastis, warna binti-bintik kemerahan
Q. Tanda-tanda vital :
Nadi : 110x/menit, Suhu : 39 oC, pernapasan : 20x/menit
R. Lingkar lengan atas (LLA) : 21 cm

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1. Sosialisasi dan kemandirian : An.A masih dibantu oleh orangtua


2. Gerak kasar : Motorik kasar (belum bisa berjalan)
3. Gerak halus : Motorik halus (menggengam benda)
4. Bicara dan kemandirian : Bahasa (hanya bisa menyebut 1 kata).

X. DAMPAK HOSPITALISASI

Pada anak : An.A tampak cemas ketika diberi tindakan keperawatan.


Pada ibu : Ibu An.A cemas dan khawatir saat An.A sedang sakit.

XI. RESUME HASIL PENGKAJIAN (RIWAYAT MASUK HINGGA SAAT


INI)

32
An. A tiba di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu bersama orangtua
pada tanggal 02 Mei 2019 pukul 21:56 WIB, dengan keluhan demam tinggi
mencapai 39oC dan diare 5 kali. An.A sempat dibawa ke Puskesmas terdekat
dari rumahnya yaitu Puskesmas Mampang lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Minggu. Data fokus yang didapatkan: keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis, berat badan 16 kg , tanda-tanda vital : suhu : 39 oC,
Nadi : 110x/menit, pernapasan : 20x/menit, diare 5 kali dengan konsistensi cair
berwarna kuning, diagnosa medis : morbili. Pemberian paracetamol syrup 1 ½

sendok dan IVFD KAEN 1B 1400cc/ 24 jam.

XII. FOKUS DATA

Nama Klien/Umur : An.A / 1 tahun 5 bulan


No. Kamar/ Ruang : 708 C/ Melati
Data Subyektif Data Objektif
- Ibu klien mengatakan An.A - KU : Sedang
demam tinggi, disertai diare 5 - Kesadaran : Compos mentis
kali sejak tadi pagi dan gatal- - Berat badan 16 kg
gatal diseluruh badan - Tanda-tanda vital :
- Ibu klien mengatakan An.A suhu : 39oC, Nadi :
faktor pencetus campak karena 110x/menit, pernapasan :
tertular dari tetangga 20x/menit. Akral teraba
- Ibu klien mengatakan An.A hangat, Konjungtiva Anemis
kadang-kadang mual, namun - An.A tampak menggaruk-
berat badan naik menjadi 17 Kg. garuk badannya, Kulit kering
An.A jika haus hanya mau bertekstur kasar, terdapat ruam
minum susu formula pada leher, muka, lengan dan
- Ibu klien mengatakan An.A kaki (pada stadium
belum bisa berjalan dan cemas konvalensi)
terhadap kondisi anaknya - Intake : 450ml, Output : 395ml
- Ibu klien mengatakan An. A - An.A tampak obesitas
nafsu makan baik dan tidak - Mukosa mulut An. A tampak

33
menyusui ASI. kering
- Ibu klien mengatakan diit yang - Gigi An.A tampak belum
dimakan An. A adalah diit lunak lengkap
- Ibu klien mengatakan An. A - Berat badan (BB) sebelum
makan habis 1 porsi, minum sakit 16 kg dan sesudah sakit
600 ml. menjadi 17 kg
- Ibu klien mengatakan An. A ada - Suara napas An.A vesikuler
mual tetapi tidak ada muntah. - CRT 3 detik.
- Ibu klien mengatakan An. A - Hasil Lab Leukosit : 12.2
dapat menelan dengan baik ribu/uL
- Ibu klien mengatakan An.A - Ikterius (-), sianosis (-), edema
mengatakan tidak ada batuk (-)
pilek - Abdomen An.A lemas,
- Ibu klien mengatakan An.A tegang/kaku (-), kembung (-),
BAB sudah 5 kali, bau khas, dengan bising usus 6x/menit
warna kuning, ada lendir dan - lingkar perut 56cm.
ampas, terdapat diare, - BAB An.A bau khas, warna
konsistensi cair. BAK sudah 3 kuning, lendir (+)
kali berwarna kuning. - Konsistensi BAB cair dan ada
- Ibu klien mengatakan An.A ampas, ada lendir bewarna
anaknya terlihat lemas, semua kuning. Melena (-)
kebutuhan An.A dibantu oleh - An.A tampak belum bisa
Ibu. An.A tidak ada kekakuan berjalan.
pergerakan sendi dan tidak ada - An.A terpasang infus di tangan
rasa nyeri pada sendi. sebelah kiri, jadi yang bisa
- Ibu klien mengatakan An.A menggenggam hanya tangan
pendengaran anaknya baik, sebelah kanan.
penglihatannya baik, penciuman - Bentuk kaki An.A tampak
baik, perabaan baik dan simetris tidak ada kelainan,
pengecapan baik otot kaki normal namun
- Ibu klien mengatakan An.A kelemahannya An.A belum
kalau sakit An.A menjadi manja bisa berjalan. Kejang (-)

34
- BAK An.A tampak
ingin digendong selalu.
kepekatannya jernih, warna
- Ibu klien mengatakan An.A
kuning, kateter (-), frekuensi
tidur nyenyak namun suka
BAK 7x perhari. Nocturia (-),
terbangun karena haus.
dysuria (-), hematuria (-),
- Ibu klien mengatakan An.A
inkontinensia (-), atresia ani
tidak memiliki kebiasaan
dan tidak ada prolapse (-)
tertentu sebelum tidur.
- Mata tampak cekung
- Ibu klien mengatakan An.A
- Reaksi terhadap rangsangan
tidak ada ereksi dan tidak ada
An.A baik, orientasi baik,
sakit saat BAK.
pupil isokor, konjungtiva
anemis.
- pendengaran An.A tampak
baik bila dipanggil namanya
An.A menengok dan
penglihatan An.A baik.
- Kontak mata An.A tampak
baik, postur tubuh baik,
perilakunya cemas jika sedang
diberi tindakan keperawatan.
- An.A tampak tidak ada tanda-
tanda kurang tidur.
- An.A tampak tidak ada
kelainan skrotum, tidak ada
hyposphadia dan tidak ada
fimosis.

XIII. ANALISA DATA


Nama Klien/Umur : An.A /1 tahun 5 bulan
No. Kamar/ Ruang : 708 C/ Melati
No Data Masalah Etiologi
.

35
1. DS: Hipertermia Proses Penyakit
Ibu klien mengatakan An.A
demam tinggi

DO:
- KU : Sedang
- Kesadaran : Compos
mentis
- Tanda-tanda vital :
suhu : 39oC, Nadi :
110x/menit,
pernapasan : 20x/menit
- Mukosa mulut An. A
tampak kering
- Hasil Lab Leukosit :
12.2 ribu/uL

2. DS: Resiko Kehilangan Cairan


Ibu klien mengatakan An.A Kekurangan Aktif (Diare)
mengalami diare sejak tadi pagi Volume Cairan
sebanyak 5 kali

DO:
- Konsistensi BAB cair
dan ada ampas, ada
lendir bewarna kuning
- Mukosa mulut An. A
tampak kering
- Abdomen An.A lemas,
bising usus 6x/menit

36
- CRT 3 detik.
- Mata tampak cekung
3. DS: Kerusakan Penurunan
Ibu klien mengatakan An.A Integritas Kulit Imunologis
faktor pencetus campak karena
tertular dari tetangga
DO:
- An.A tampak
menggaruk-garuk
badannya, Kulit kering
bertekstur kasar,
terdapat ruam pada
leher muka, lengan dan
kaki (pada stadium
konvalensi)

37
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur : An.A / 1 tahun 5 bulan
No. Kamar/ Ruang : 708 C/ Melati
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
. KEPERAWATAN KRITERA HASIL KEPERAWATAN
(DS DAN DO)
1. Hipertermia Setelah dilakukan NIC:
berhubungan dengan asuhan keperawatan Fever treatment
proses penyakit ……x24 Jam 1. Monitor suhu
DS: diharapkan sesering
Ibu klien mengatakan NOC: mungkin
An.A demam tinggi Thermoregulation 2. Monitor nadi
Kriteria Hasil: dan RR
DO:  Suhu tubuh 3. Monitor
- KU : Sedang dalam penurunan
- Kesadaran : rentang tingkat
Compos normal kesadaran
mentis  Nadi dan 4. Monitor intake
- Tanda-tanda RR dalam dan output
vital: rentang 5. Kolaborasi
suhu : 39oC, normal pemberian
Nadi :  Tidak ada antipiretik
110x/menit, perubahan 6. Selimuti pasien
pernapasan : warna kulit 7. Kolaborasi
20x/menit dan tidak pemberian
- Mukosa ada pusing cairan
mulut An. A intravena
tampak kering Temperature
- Hasil Lab regulation
Leukosit : 8. Tingkatkan
12.2 ribu/uL intake cairan
dan nutrisi
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan NIC:

38
volume cairan asuhan keperawatan Fluid management
berhubungan dengan …..x24 Jam 1. Timbang
kehilangan cairan diharapkan popok/pembalu
aktif (diare) NOC: t jika
 Fluid diperlukan
DS: balance 2. Monitor status
Ibu klien mengatakan  Hydration cairan
An.A mengalami  Intake termasuk
diare sejak tadi pagi Kriteria Hasil: intake dan
sebanyak 5 kali  Tekanan output cairan
darah, nadi, 3. Monitor status
DO: suhu tubuh hidrasi
- Konsistensi dalam batas (kelembaban
BAB cair dan normal membran
ada ampas,  Tidak ada mukosa, nadi
ada lender, tanda adekuat,
bau khas dehidrasi tekanan darah
bewarna  Elastisitas ortostatik) jika
kuning turgor kulit diperlukan
- Mukosa baik, 4. Monitor vital
mulut An. A membran sign
tampak kering mukosa 5. Kolaborasi
- Abdomen lembab, pemberian
An.A lemas, tidak ada cairan IV
bising usus rasa haus
6x/menit yang
- CRT 3 detik. berlebihan
- Mata tampak
cekung

3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan NIC:


kulit berhubungan asuhan keperawatan Pressure
dengan penurunan ….x24 Jam Management

39
imunologis diharapkan 1. Anjurkan
NOC: pasien untuk
DS:  Tissue menggunakan
Ibu klien mengatakan integrity : pakaian yang
An.A faktor pencetus Skin and longgar
campak karena mucous 2. Jaga
tertular dari tetangga Kriteria Hasil: kebersihan
DO:  Integritas kulit agar tetap
- An.A tampak kulit yang bersih
menggaruk- baik bisa 3. Monitor kulit
garuk dipertahanka akan adanya
badannya, n (sensasi, kemerahan
Kulit kering elastisitas, 4. Memandikan
bertekstur temperature, klien dengan
kasar, hidrasi sabun dan air
terdapat ruam pigmentasi) hangat
pada leher  Tidak ada
muka, lengan luka/lesi
dan kaki pada kulit
(pada stadium
konvalensi)

ANALISA PEMBAHASAN KESENJANGAN KASUS DENGAN TEORI


Menurut teori pemeriksaan antibody IgM merupakan cara tercepat untuk mendeteksi
infeksi campak akut. Sebaiknya diambil pada hari ketiga setelah munculnya RASH,
untuk menghindari hasil pemeriksaan false negatif. Didalam kasus tidak ada
pemeriksaan antibodi IgM.

40
DAFTAR PUSTAKA
Hasan,R. (2005). Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian
Ilmu  Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Ranuh, I.G.N,Dkk. (2001). Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Rodolfh.Dkk. (2006). Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta :EGC.
Santosa,B. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta :    
Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi  NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai