Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

A
DENGAN HIPERTENSI
DI RW V RT I KELURAHAN TIPO

DI SUSUN OLEH :
NI LUH SUKARDIASIH, S.KEP
NIM . 2018031008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Hariyanto, 2005 keluarga  menunjuk kepada dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Keluarga adalah dua atau
lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya dalam Muhlisin 2012).
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010). Hipertensi
termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah
bertahun tahun. Ketika gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit yang harus
diterapi seumur hidup, pengobatan yang harus dikeluarkan cukup mahal dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Bila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organpenting seperti jantung,
ginjal, otak dan mata.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Disamping melakukan
kontrol ulang tekanan darah secara teratur pada prinsipnya ada dua macam terapi yang
bisa dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi dengan modifikasi pola hidup sehari hari.
Hipertensi disebabkan oleh beberapa hal, yang lebih banyak menyebabkan
hipertensi adalah faktor resiko. Faktor yang mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu
faktor yang dapat dikontrol misalnya kegemukan/obesitas, pola makan yang tidak
terkontrol yang menyebabkan penimbunan lemak sehingga mempengaruhi peredarahan
darah, konsumsi garam berlebihan, kurang olahraga, stres,rokok dan konsumsi alkohol.
Dan faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu keturunan, jenis kelamin dan umur. Oleh
karenanya modifikasi gaya hidup dan menjalani perilaku yang lebih sehat sangat penting

1
dalam mencegah tekanan darah tinggi, terutama mengendalikan faktor resiko dan
merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap simulasi atau
objek perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007)
Oleh sebab itu pengetahuan kelaurga yang kurang akan mempengaruhi sikap dan
tindakannya untuk mengendalikan penyakit hipertensi yang diderita terutama dalam
perilaku untuk menjalani pola hidup yang lebih sehat. Keluarga msebagai unit terkecil
masyarakat merupakan fokus klien dalam asuhan keperawatan. Keluarga sebagai
kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan dan memperbaiki masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri.keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan
yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. karena keluarga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggota yang saki tyang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial,
psikologis yang lebih besar dari keluarga. Untuk menciptakan kondisi yang sehatdan
terkontrol diharapkan keluarga mempunyai pengetahuan dan sikap tentang penyakit
hipertensi agar tercipta perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi dalam
hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar pada penderita dengan hipertensi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakh konsep Keluarga itu ?
2. Apakah konsep Lansia itu ?
3. Bagaimakah konsep hipertensi pada Lansia.
4. Bagaimanakah Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada Lansia dengan
hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep medis Lansia dengan hipertensi dan asuhan
keperawatan keluarga pada Lansia dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a.      Untuk mengetahui konsep Keluarga
b.      Untuk mengetahui konsep Lansia.
c.      Untuk mengetahui konsep hipertensi pada lansia.
d.     Untuk mengetahui Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada Lansia dengan
hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
a. Menurut Hariyanto, 2005 keluarga  menunjuk kepada dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
b. Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah,  perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain (Harmoko, 2012).
c. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
d. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu
sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam  beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

3
Ciri-ciri struktur keluarga:
a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka  juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing. 
c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada
komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan
melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,
misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi
kepada istri apa yang membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga.
Peran masing - masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal,
model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga.  
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait.  Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku
motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan  pengetahuan. Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012,
dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi

4
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah  pola prilaku yang baik
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),
seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or
expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power),
pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual
(affective power)
3. Ciri – Ciri Keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Tanggung jawab masing–masing
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah
4. Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya
c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.

5
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga
dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.
Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh
anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e.   Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit.
6. Tugas Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada

6
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas
perawat pada setiap tahapan perkembangan.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru ( beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan,tidur,bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.Keluarga baru ini merupakan anggota
dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5tahun. Tugas perkembangan keluarga yang penting
pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama
perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi
dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang
tua dapat tercapai.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool ).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :

7
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah ( families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak  berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.  
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada
tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas perkembangan pada
tahap ini adalah :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.  
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari  perdebatan,kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

8
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada
pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan
dan lain sebagainya.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.  
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini

9
B. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang
telah berusia lanjut dan telah terjadi perubahan- perubahan dalam sistem tubuhnya.
Usia lanjut (lansia) adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumya
memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, soaial,
ekonomi (BKKBN, 1995 dalam Mubarok, 2006). Menurut WHO lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, lanjut
usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun
sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho, 2008)
Penuaan(proses menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur danfungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita(Darmojo
dan Martono, 1994 dalam Nugroho, 2008).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008),Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daurkehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1
ayat (2), (3), (4) UUNo.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk,
2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisikdan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orangpada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologistertentu (Stanley, 2006)
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansiaSeseorang yang berusia 45-59 tahun
b. LansiaSeseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial. Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial. Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

10
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Tipe lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tidak acuh
4. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Menurut
Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan.
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

11
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan.
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya
yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun
5. Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia
adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di

12
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
1) Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
2) Gangguan organis c)pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau
kelesuan
2) Adanya penyakit kronis
3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
1) Obat-obat pencahar perut
2) Keadaan diare
3) Kelainan pada usus besar
4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
1) Presbiop
2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
3) Kekeruhan pada lensa (katarak)
4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
6. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan
ketidakseimbangan tiroid
c. Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit
kolagen lainnya

13
d. Berbagai macam neoplasma
C. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (AHA, 2017).Disebut
hipertensi apabila seseorang yang terkena :
a. Telah berumur 18 tahun atau lebih.
b. Bila 2x kunjungan berbeda tekanan diastolik lebih dari 80.
c. Beberapa kali pengukuran tekanan sistolik menetap >120 mmHg.
Menurut Guideline AHA 2017, klasifikasi tekanan darah orang dewasa yaitu :
N
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
o
1 Normal <120 < 80
2 Meningkat 120-129 <80
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 130-139 80-89
Grade 2 (sedang) >140 > 90
Krisis Hipertensi > 180 > 120

2. Anatomi Fisologi
a. Anatomi
Sistem kardiovaskuler adalah sistem transport (peredaran) yang membawa
gas-gas pernapasan, nutrisi, hormon, dan zat lain dari dan ke jaringan tubuh.
Sistem kardiovaskuler dibangun oleh :
1) Darah
Merupakan jaringan cair kompleks yang mengandung sel-sel khusus
dalam cairan plasma
2) Jantung
Merupakan pompa ganda yang terdiri dari empat ruang yang bekerja
memompa darah ke pembuluh-pembuluh darah

3) Pembuluh darah
a) Pembuluh darah arteri
14
Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh tubuh dari ventrikel sinistra (aorta). Arteri
memiliki tiga lapisan kuat yang tebal tetapi sifatnya elastis, dan terdiri dari
tiga lapisan yaitu tunika intima (lapisan paling dalam yang berhubungan
dengan darah), tunika media (lapisan tengah terdiri dari jaringan otot
polos), tunika eksterna atau adventesia (lapisan yang paling luar terdiri
dari jaringan ikat yang menguatkan dinding arteri)
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak. Kapiler membentuk anyaman
dari seluruh jaringan tubuh yang kemudian bertemu dengan yang laninya
membentuk darah yang lebih besar yang disebut vena
c) Pembuluh darah vena
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kotor kembali ke
jantung
b. Fisiologi
Tekanan darah merupakan faktor yang penting dalam sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis
didalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya pendorong
mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola,kapiler, dan sistem vena sehingga
terbentuk suatu aliran darah yang menetap. Tekanan darah diatur melalui beberapa
mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang
memadai.Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output) dan
resistensi pembuluh darah terhadap darah.Curah jantung adalah volume darah yang
dipompakan melalui jantung permenit, yaitu isi sekuncup (stroke volume) x laju
denyut jantung (heart rate).resistensi diproduksi terutama di arteriol yang dikenal
sebagai resistensi vaskuler sistemik. Resistensi bergantung pada viskositas
(kekentalan) darah, panjang pembuluh darah dan jari-jari pembuluh.
Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode waktu tertentu secara
keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa dalam
keadaan istirahat. Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sisten sirkulasi
sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni sama dengan curah
jantung. Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisisan
(preload,kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus

15
dilawan jantung saat memompa (after load). Normalnya afterload berhubungan
dengan tekanan aortauntuk venrikel kiri dan tekanan arteri untuk ventrikel
kanan.Afterload meningkat bila tekanan darah meningkat.
Beberapa pusat yang megatur dan mengawasi perubahan tekanan darah, yaitu
:
1) Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat dibatang otak,
misalnya saraf otonom, susunan saraf pusat misalnya saraf vasomotor, susunan
saraf pusat
2) Sistem hormonal atau kimia yang dapat berlangsung local dan sistemik
misalnya renin angiotensin
3) Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
sususnan kapiler serta perubahan tekanan osmotic dan hidrostatik dibagian
dalam dan diluar vaskuler.
3. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, sistem
Renin Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler, serta faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia
mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.

16
Berdasarkan bentuk, hipertensi dibagi menjadi : Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension), Hipertensi campuran (sistol dandiastol yang meninggi), Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension).
Terdapat jenis hipertensi yang lain yaitu :
a. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah padapembuluh
darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing danpingsan pada
saat melakukan aktivitas.Berdasar penyebabnya hipertensipulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunantoleransi dalam melakukan
aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensipulmonal primer sering didapatkan
pada usia muda dan usia pertengahan,lebih sering didapatkan pada perempuan.
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Instituteof
Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg
atau"mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat
ataulebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup
padajantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan
tidakadanya kelainan paru.
b. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada
saatkehamilan, yaitu:
1) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yangdiakibatkan
kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yangmeninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsiadalah penyakit yang
timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, danproteinuria yang timbul
karena kehamilan.
2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum
ibumengandung janin.
3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabunganpreeklampsia
dengan hipertensi kronik.
4) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.Ada
yangmengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh
darah,ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang
mengatakandisebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

17
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam,konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minumanberalkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
4. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

18
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002).

5. Manifestasi Klinik
Menurut Marulam M, Panggabean, (2012)tanda dan gejala hipertensi dibedakan
menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi artrial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelaha.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim yang mengenai
kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.
Menurut Tambayong dalam Nuratif & Kusuma, 2015, tanda dan gejala
dikarakteristikkan sebagai berikut:
1) Sakit kepala atau pusing
2) Nyeri atau berat di tengkuk
3) Sukar tidur
4) Mudah lelah dan marah
5) Tinnitus
6) Mata berkunang-kunang
7) Epistaksis
8) Gemetar
9) Nadi cepat setelah aktivitas
10) Sesak napas
11) Mual, muntah

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :

19
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
3) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
8) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
9) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
b. Pemeriksaan Lanjutan
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,perbaikanginjal
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi yang fatal, usaha-usaha pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :
1) Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari,
maksimal 2 gram garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam
natrium seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus
botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi garam mengakibatkan
pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan asupan kalium. Ini akan
menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek hipertensi.

20
2) Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan
kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada
penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan
sebaliknya padapenderita muda dengan obesitas akan cenderung hipertensi.
Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat
menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan menyumbat pembuluh darah dan
mengganggu peredaran darah sehingga memperberat kerja jantung dan
memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah yaitu 200-250
mg per 100cc serum darah.
4) Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan
endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak
jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang
menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi karena latihan yang berat
dapat menimbulkan hipertensi.
5) Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat
karena banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
6) Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena
diketahui rokok dan alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari
rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
7) Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk
mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik
dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui
penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
8) Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan
agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan
isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi
dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide
untuk menyelesaikan masalah.

21
9) Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan
bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan.
Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai dulu.
Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan
itu. Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat
mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu melakukan
segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis, orang ini akan selalu
stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar
bahwa kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan segala-
galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain untuk membantu
menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak
teman, yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia.
10) Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga
mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Dengan
memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi ketegangan,
beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat dihindari.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi
adalah:
1) Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih).
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers,keripikdan makanan keringyangasin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran sertabuah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
proteinhewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing),
kuningtelur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, taucoserta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

22
b. Penatalaksanaan medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1) Non Farmakologi : Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a) Diet :
Beberapa diet yang dianjurkan:
- Rendah garam. Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
- Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
- Diet kaya buah dan sayur.
- Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
- Tidak mengkomsumsi Alkohol dan hinadari merokok
- Menurunkan berat badan

Tabel 2.1 makanan yang boleh dan yang tidak boleh dimakan
N Golongan makanan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh
o dimakan dimakan
1 Sumber hidrat arang Beras,kentang, Roti, biscuit dan kue-kue yang
singkong,terigu,tapioka, dimasak dengan garam dapur
hunkwee,gula, makanan yang atau soda
diolah dari bahan makanan
tersebut diatas tanpa garam
dan soda seperti

23
makaroni,mie, bihun, roti,
biscuit, kue kering
2 Sumber protein Daging dan ikan maksimum Otak, ginjal, lidah, sardine,
hewani 100 gram sehari, telur keju, daging, ikan dan telur
maksimum 200 gram sehari yang diawetkan dengan garam
dapur seperti daging asap,
ham, ikan asin, abon, dendeng,
ikan kaleng, kornet, ebi,telur
asin, telur pindang
3 Sumber protein Semua kacang –kacangan dan Keju, kacang tanah dan semua
nabati hasilnya yang diolah dan kacang-kacangan dan hasilnya
dimasak tanpa garam yang dimasak dengan garam
dapur
4 Sayuran Semua sayuran segar, Sayur yang diawetkan dengan
sayuran yang diawetkan garam dapur dan lain ikatan
tanpa garam dapur ataupun natrium seperti sayuran dalam
soda kaleng, sawi asin,acar
5 Buah - buahan Semua buah-buahan segar, Buah – buahan yang
buah-buahan yang diawetkan diawetkan dengan garam
tanpa garam dapur dan soda dapur dan soda
6 Lemak Minyak, margarine tanpa Margarin dan mentega biasa
garam, mentega tanpa garam
7 Bumbu - bumbu Semua bumbu segar dan Garam dapur, baking powder,
kering yang tidak soda kue, vitsin, dan bumbu
mengandung garam dapur yang mengandung garam
dapur seperti kecap, terasi,
maggie,tomato kecap, petis,
tauco
8 Minuman Teh, kopi, minuman botol coklat
ringan
Sumber : Mangunkusumo, 2009

b) Latihan fisik atau olahraga yang teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat
memperbaiki keadaan jantung.Olaharaga isotonik dapat juga bisa
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi

24
katekolamin plasma.Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai hipertensi.
2) Farmakologi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-
blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE
inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti
hydralazine.Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
Pengobatan traditional hipertensiyang ada di Indonesia yang dapat
digunakan sebagai alternatif pengobatan hipertensi adalah mentimun (Cucumis
sativus Linn), bawang putih, seledri, belimbing manis, rosella (Soeryoko,
2010). Mentimun dapat menurunkan tekanan darah. Mentimun (Cucumis
sativus Linn) mempunyai kandungan mineral, yaitu kalium, magnesium, dan
fosfor. Kalium meningkatkan ekskresi Na, menurunkan sekresi renin,
vasodilatasi arteriol dan menurunkan respon terhadap vasokonstriktor
endogen, magnesium juga merupakan vasodilatasi kuat karena menurunkan
kontraktilitas otot polos pembuluh darah.Dua buah timun dimakan pagi dan
sore atau diparut, diperas, diambil airnya diminum pagi dan sore.Dua buah
belimbing dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas dan diambil airnya
diminum pagi dan sore. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam 2 gelas air
sampai rebusannya tinggal 1 gelas, diminum pagi dan sore hari. Satu genggam
daun seledri ditumbuk dengan sedikit air diperas lalu diminum pagi dan sore.
1siung bawang putih, diparut, kemudian diperas lalu di seduh dengan air panas
sebanyak 200 ml. Di minum setiap hari selama 7 hari.
3) Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :

25
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
8. Komplikasi
Menurut Anonim B. ( 2011), gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan
fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal,
serangan jantung, stroke

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian Keluarga

26
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori atau model Family Center
Nursing Friedman yaitu (Achjar, 2012) :
a. Pengkajian data umum keluarga
1) Nama kepala keluarga: diisi sesuai dengan yang ada di buku kartu keluarga
2) Umur dan jenis kelamin.
Hipertensi biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dengan usia 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, sedangkan berdasarkan jenis
kelamin hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai
kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hampir sama antara usia 55
sampai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita berisiko lebih besar
(Black, 2014)
3) Pendidikan
Menurut Koentjaraningrat (2009) dalam Nurhidayat 2016 bahwa semakin
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan semakin mudah
dalam menerima informasi dan mempunyai banayak pengetahuan yang
dimilikinya sehingga semakin mudah dalam melakukan tindakan dan perilaku.
4) Pekerjaan
Menurut Sugianto, 2016 dalam penelitiannya seseorang dengan penyakit
hipertensi yang berpendidikan sekolah dasar dan pekerjaan yang rendah seperti
halnya sebagai petani ataupun IRT , maka hal itu dapat memicu ketidakpatuhan
dalam pengobatan dikarenakan pengetahuan yang kurang dan lebih
mementingkan dalam hal pekerjaannya
5) Alamat
b. Komposisi anggota keluarga
Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai resiko hipertensi dibandingkan usia 18-24
tahun. Resiko hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan
kelompok usia >75 tahun berisiko. Berdasarkan jenjang pendidikan yang tidak
bersekolah secara bermakna lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan
yang lulus perguruan tinggi dan risiko tersebut menurun sesuai dengan peningkatan
tingkat pendidikan, sedangkan berdasarkan pekerjaan seseorang yang tidak bekerja
dan bekerja sebagai petani, nelayan, buruh ditemukan lebih berisiko terkena
penyakit hipertensi (Rahajeng & Tuminah, 2009). Menurut Black (2014), pada
keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

27
sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hampir sama antara
usia 55 sampai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita berisiko lebih
besar. Hal ini dikarenakan jenis kelamin berpengaruh terhadap hipertensi karena
setelah memasuki masa menopause prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi
daripada pria sebagai akibat dari faktor hormonal (Fitriani, 2011).
c. Genogram/Silsilah keluarga
Genogram adalah satu alat ukur untuk mengerti hubungan antara anggota keluarga,
karena genogram dapat menggambarkan hubungan biologis dan antarpribadi antara
anggota keluarga dari berbagai generasi.Genogram memberikan informasi tentang
karakteristik, hubungan dan peristiwa-peristiwa yang penting untuk mengerti
hubungan dalam keluarga(Ihromi, 2004).Pada genogram juga dapat mengetahui
adanya riwayat penyakit pada anggota keluarga.Menurut Nurhidayat (2016),
hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat
keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
penyakit hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
d. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(Suprajitno, 2004)
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi)
e. Suku bangsa
Menurut Bela, Djarwoto, dkk(2014), disebutkan bahwa tekanan darah tinggi lebih
banyak diderita oleh orang kulit hitam(ras Negro) dibandingkan orang kulit putih.
Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik pada orang kulit putih dalam
hal plasma renin, diuretik, dan beta blockers.Terjadinya hipertensi pada kulit hitam
disebabkan rendahnya aktivitasfisik, tingginya faktor tekanan psikososial, dan
besarnya sensitivitas terhadap asupan garam.

f. Agama dan Kepercayaan

28
Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Menurut Anggraieni, (2014), kegiatan keagamaan
berupa berdoa dan berzikir dapat memperkecil resiko seseorang untuk menderita
penyakit jantung dan hipertensi. Salah satu bentuk upaya meredakan ketegangan
emosional yang cukup mudah dilakukan adalah dengan terapi relaksasi
zikir.Teknik ini berguna untukmeredakan ketegangan emosional, sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekononi keluarga ditentukan oleh pendapatan seluruh anggota
keluarga baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lainnya.Selain
itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.Pada
seseorang yang mengalami penyakit hipertensi dengan tingkat ekonomi
ataupenghasilan yang rendah, akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan maupun pencegahan penyakit. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan diet sedangkan penghasilan yang didapat relatif rendah, maka
akan semakin rendah pula kepatuhanya diet (Priambodo, 2010).
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga penggunaan waktu luang atau senggang
keluarga.Penggunaan waktu luang untuk aktivitas seperti berjalan-jalan merupakan
salah satu aktivitas rekreasi yang dapat menurunkan tingkat stress pada penderita

hipertensi (Khomarun, Nugroho, & dkk, 2013).


i. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Hipertensi dapat terjadi pada usia antara 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dengan usia 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi
umumnya terjadi pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan hampir
24% dari semua orang terkena pada usia 80 tahun diantara orang dewasa,
pembacaan TDS lebih baik daripada TDD karena merupakan prediktoryang
lebih baik untuk kemungkinan kejadian di masa depan seperti penyakit jantung
koroner, stroke, gagal jantung dan penyakit ginjal (Black, 2014).

29
a) Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.
b) Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)
c) Tahap keluarga lanjut usia
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada tahap ini menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota pada keluarga inti,
upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Riwayat penyakit keturunan
Menjelaskan kesehatan keluarga asal kedua orang tua. Seseorang yang
memiliki riwayat keluarga denganpenyakit hipertensi maka akan lebih
beresiko tinggi untuk menderita penyakit hipertensi, hal ini dapat terjadi
apabila pola hidup atau gaya hidup yang tidak sehat (Ulfa & Wahyuni,
2017).
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Pada riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga dapat ditulis
sebagai berikut :
(i) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Mengkaji mengenai sumber pelayanan kesehatan yang digunakan atau
dimanfaatkan oleh anggota keluarga yang sakit. Menurut Mulyati,
Yetti, & dkk (2013), ada beberapa alasan interaksi antara petugas
pelayanan kesehatan dengan pasien yang menyebabkan ketidakpatuhan
baik dalam terapi obat-obatan maupun dietnya. Hal ini terjadi jika
interaksi yang terlalu singkat, terlalu bersikap formal, terlalu
mengontrol atau adanya ketidakpuasan pasien dalam perawatan.
(ii) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Pada riwayat kesehatan ditemukan adanya perilaku merokok, stress,
dan riwayat penyakit diabetes mellitus
j. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah

30
Mengkaji gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar dll).Dan
juga mengkaji apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah
ini.Menggambarkan kondisi rumah baik interior maupun eksterior
rumah.Interior rumah meliputi jumlah kamar jumlah kamar dan tipe kamar
(kamar tamu, kamar tidur dll), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur (Harnilawati, 2013).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu
tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan seperti lingkungan fisik,
nilai atau norma serta aturan atau kesepakatan penduduk setempat dan budaya
setempat yang memengaruhi kesehatan (Suprajitno, 2004). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lita (2017),menunjukkan bahwa mayoritas
pasien hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi
seperti stress. Stres mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi.
3) Mobilitas geografis keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga
sering berpindah-pindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh
dan sering berkunjung pada keluarga yang di bina(Suprajitno, 2004)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat di sekitarnya (Suprajitno, 2004).
5) Sistem pendukung keluarga
Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang
menunjang kesehatan (akses, jamsostek, kartu sehat, asuransi atau yang lain).
Fasilitas fisik yang yang dimiliki anggota keluarga atau masyarakat, dan
fasilitas sosial yang ada di sekitarkeluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan upaya kesehatan (Suprajitno, 2004). Menurut Susanto Y (2015),
dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan bagi
anggota keluarga yang sakit. Keluarga bisa menjadi motivator kuat yang selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar anggota keluarga yang
sakit ke pelayanan kesehatan dan berusaha membantu dalam mengatasi segala
permasalahan secara bersama-sama.

31
k. Struktur keluarga
1) Pola atau cara komunikasi keluarga
Menjelaskanbagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil
keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga memengaruhi
komunikasi keluarga(Suprajitno, 2004). Menurut Ramadani, Junaid, & dkk
(2014),komunikasi yang baik akan meningkatkan keakraban antara anggota
keluarga dengan penderita hipertensi sehingga membuat penderita hipertensi
mendapatkan kepuasan tersendiri dalam menjalankan pengobatan.
a) Struktur kekuatan keluarga. Menjelaskan kemampuan keluarga untuk
memengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (Suprajitno, 2004).
b) Struktur peran. Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara
formal maupun informal baik di keluarga maupun masyarakat (Suprajitno,
2004).
c) Nilai dan norma keluarga. Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan (Suprajitno,
2004).
l. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif : berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga.
2) Fungsi sosialisasi : menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan
perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat (Suprajitno, 2004).
3) Fungsi perawatan keluarga : sejauh mana keluaga menyediakan makanan,
pakaian dan perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.Pengetahuan
keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan
kebutuhan tugas perawatan keluarga(Suprajitno, 2004).Keluarga dapat menjadi
faktor yang sangat mempengaruhi dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta menentukan tentang pengobatan yang dapat mereka
terima sehingga tidak akan terjadi adanya ketidakpatuhan dalam
pengobatan(Gama, Sarmadi, & dkk, 2014).
4) Fungsi reproduksi: menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki
dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga, perlu juga diuraikan

32
bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan
seks yang dini dan benar kepada anggota keluarganya, dan untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumberdaya manusia (Ali, 2010).
5) Fungsi ekonomi : menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam memenuhi
kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain serta
pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga (Ali,
2010). Pada seseorang yang mengalami penyakit hipertensi dengan tingkat
ekonomi atau penghasilan yang rendah maka akan berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit. Semakin
tinggi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan diet sedangkan penghasilan
yang didapat relatif rendah, maka akan semakin rendah pula kepatuhanya
diet(Priambodo, 2010).
m. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek : stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih kurang 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang: stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan
3) Respon keluarga terhadap situasi. Mengkaji sejauh mana sekeluarga berespon
terhadap situasi stressor yang ada.
4) Strategi koping: Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
5) Strategi adaptasi disfungsional, (perilaku keluargayang tidak adaptif) ketika
keluarga menghadap masalah(Suprajitno, 2004).
n. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup penentuan akurat tekanan darah serta evaluasi
organ sasaran:
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan berat badan
2) Pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan arteri retinal, hemoragik, eksudat
dan papilledema
3) Pemeriksaan leher untuk distensi vena, bruitkarotis dan pembesaran tiroid
4) Auskultasi jantung untuk meningkatnya denyut jantung, disritmia pembesaran,
murmur
5) Pemeriksaan perut untuk bruit, dilatasi aorta dan pembesaran ginjal

33
6) Pemeriksaan ekstremitas untuk menghilangnya atau tidak derajat denyut perifer,
edema dan ketidaksamaan denyut bilateral(Black, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dapat bersifat aktual, risiko maupun sejahtera
(potensial) tergantung dari garis pertahanan dalam keluarga yang terdapat stressor baik
sehat maupun sakit. Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dalam (Susanto T. , 2012)
adalah sebagai berikut:
a. Aktual berarti terjadi defisit/gangguan kesehatan dalam keluarga dan dari hasil
pengkajiandidapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Risiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada data penunjang namun belum terjadi
gangguan
c. Keadaan sejahtera (potensial atau wellnes) merupakan suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan
Diagnosa keperawatan ditentukan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian
meliputi :
a. Problem atau masalah
Masalah keperawatan yang dapat diambil pada pasien hipertensi adalah
ketidakpatuhan
b. Etiologi : faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan keluarga adalah
ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan), pemahaman, kesalahan (persepsi),
ketidakmampuan (sikap dan motivasi), ketidakmampuan (kurangnya keterampilan
terhadap suatu tindakan/prosedur),kurangnya sumber daya keluarga baik
finansial,fasilitas, sistem pendukung,lingkungan fisik maupun psikologis
c. Tanda dan gejala
Pada pengumpulan data keluarga dan pasien dengan penyakit hipertensi biasanya
didapatkan tanda adanya perilaku tidak taat dalam pengobatan maupun dietnya,
mengingkari perjanjian dalam hal kontrol tekanan darah dan meminum obat.Selain
itu, pada pasien hipertensi dapat terjadi ketidakpatuhan akibat dari
ketidakmampuan anggota keluarga dalam menjalankan 5 tugas keluarga
Bunyi diagnosa yang dapat terjadi pada pasien dengan hipertensi adalah :
a. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
b.     Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena

34
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga
tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
c.     Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
d.    Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak
dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta
ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi
e.     Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami
manfaatnya
f.      Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab
terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
pengaturan diet yang benar
g.     Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang benar
h.     Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang bnayak mengandung garam
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul (Gusti, 2013)
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasikan ( Nasrul Effendi, 2008 : 54 )
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturan
diet yang benar

Tujuan :

35
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi
Kriteria hasil :
Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batasan pengaturan diet bagi
anggota keluarga yang menderita hipertensi
Intervensi :
1) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga bagaimana caranya menyediakan
makanan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
b.  Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet
Tujuan :
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
Kriteria hasil :
1) Keluarga mamapu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hipertensi
2) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
Intervensi :          
1) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis makanan untuk hipertensi
c.  Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipetensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang benar
Tujuan :
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi
Kriteria hasil :
1) Klien dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi
2) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien
hipertensi
Intervensi :

36
1) Berikan pernjelasan pada klien dan keluarga cara pengolahan makana untuk
klien bipertensi
2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang di
konsumsi oleh klien hipertensi
3) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk membuat makanan
dengan jumlah yang tepat
d.  Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
Tujuan :
Seluruh kleuarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang
rendah garam
Kriteria hasil :
1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
2) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang dapat
mengandung garam
3) Klien dann keluarga mampu merubah kebiasaan dari mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
Intervensi
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garam terhadap
klien hipertensi
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang banyak
mengandung garam
3) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwa mereka mampu untuk
merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari pada niat dan
keinginan untuk merubah

37
Secara umum intrvensi keperawatan keluarga dengan hiperensi mencakup seperti pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 intervensi Keperawatan

Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)


b. Hubungan care giver a. Dukungan pengasuhan (caregiver
1) Komunikasi efektif support ) :
2) Saling menerima 1) Mengkaji tingkat pengetahuan
3) Saling menghormati caregiver
4) Pemecahan masalah bersama 2) Mengajarkan caregiver cara
5) Rasa tanggung jawab meningkatkan rasa aman bagi
c. Perilaku patuh : diit yang disarankan pasien
1) Partisipasi dalam menetapkan 3) Memberikan informasi kepada
tujuan diit yang bisa dicapai dengan caregiver mengenai dukungan
profesional kesehatan pelayanan kesehatan dan pelayanan
2) Memilih makanan dan cairan yang kesehatan komunitas yang bisa
sesuai dengan diet yang ditentukan diakses
3) Menghindari makanan dan 4) Mengajarkan caregiver mengenai
minuman yang tidak diperbolehkan terapi bagi pasien sesuai dengan
dalam diet keinginan pasien
d. Manajemen diri : hipertensi 5) Memberikan dorongan kepada
1) Sering memantau takanan darah caregiver selama masa dimana
2) Mempertahankan target tekanan pasien menunjukkan kemunduran
darah 6) Monitor interaksi keluarga dalam
3) Mengikuti diiet yang disarankan permasalahan berkaitan dengan
4) Mempertahankan berat badan yang pasien
optimal b. Pengajaran : persepsi diet :
1) Kaji tingkat pengetahuan mengenai
diet yang disarankan
2) Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengenai tujuan kepatuhan
terhadap diet yang disarankan
terkait dengan kesehatan secara
umum

38
3) Instruksikan kepada pasien untuk
menghindari makanan yang
dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan
c. Konseling nutrisi
1) Bina hubungan terapeutik
berdasarkan saling rasa percaya
dan saling menhormati
2) Kaji asupan makanan dan
kebiasaan makan pasien
3) Berikan informasi mengenai
perlunya modifikasi diet bagi
kesehatan, penurunan berat badan,
pembatasan garam dan kolesterol
Sumber : (Moorhead, Johnson, dkk,2016) dan (Bulechek, Butcher, dkk, 2106)

4. Implementasi
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mancapai tujuan yang telah ditetapkan;
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahanpenyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping
Tindakan perawatan terhadap keluarga mencakup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara: memberikan informasi: penyuluhan atau
konseling, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong
sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit:
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga,melakukan
tindakan/perawatan

39
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi:
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada, dengan
cara: memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada(Padila, 2011)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah

40
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta: Sagung Seto.


Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset
Keperawatan.Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.Jakarta: EGC.
Anggraieni, W. N. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi Zikir Untuk Menurunkan Stres Pada
Penderita Hipertensi Esensial. Jurnal Intervensi Psikologi, Hal 81-102.
Aspiani, R. Y., & Praptiani, W. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC.Jakarta: EGC.
Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan, Edisi 8.Jakarta: Salemba Medika.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6th Indonesia edition .Singapore: CV
Mocomedia.
Efendi, H., & Larasati, T. (2017). Dukungan Keluarga dalam Manajemen Penyakit
Hipertensi. Majority, Hal 34-40.Fitriani, A. (2011). Kondisi Sosial Ekonomi dan
Stres pada WanitaHipertensi Anggota Majelis Taklim. Departemen Gizi Fakultas
Kesehatan, Hal 214-218.
.Hussein, R. D. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Puskesmas
Oleh Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, Hal 33.
Ibrahim. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi . Idea Nursing
Journal, 60-70.
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.Jakarta:
EGC.
Lita. (2017). Faktor Risiko Hipertensi Di Wilayah KerjaPuskesmas Harapan Raya Pekanbaru.
Scientia Vol.7, Hal 159-167.
Mangunkusumo, C. (2009). Penuntun Diit.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th Indonesia edition.Singapore: CV
Mocomedia.Mukhtaruddin, Agrina, & Utami, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan
Tugas Kesehatan Keluarga yang Memiliki Lansia dengan Penyakit Hipertensi. 1-8

41
42

Anda mungkin juga menyukai