Anda di halaman 1dari 14

SOP LATIHAN NAPAS

A. Persiapan alat
- Masker bila perlu
- Stetoskop

B. Persiapan lingkungan C. Persiapan klien


- Lingkungan aman & nyaman - Menjelaskan tujuan & prosedur
- Mengatur posisi (duduk)

D. Prosedur tindakan
- Ciptakan lingkungan aman & nyaman - Evaluasi pernapasan
- Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan - Latihan napas
- Cuci tangan

1. Pernapasan diafragma
- Atur posisi klien duduk
- Letakan tangan perawat di daerah epigastrik
- Perintahkan klien tarik napas dalam melalui hidung & hembuskan melalui mulut, rasakan
- pergerakan diafragma scr efektif saat inspirasi dan ekspirasi
- Selanjutnya biarkan klien scr mandiri mengontrol pergerakan diafragma dlm bernapas
- Dapat dilakukan 10 kali tiap jam bila diperlukan
2. Resisted breathing (Tahanan pernapasan)
- Posisi duduk
- Letakan kedua tangan perawat pada kedua bagian lateral thoraks
- Instruksikan klien menarik dapas dalam melalui hidung
- Kedua tangan perawat mencoba menahan/menekan saat klien melakukan inspirasi
- Hembuskan napas melalui mulut
3. Manuver Yawn (Inspiratory hold/menahan napas)
- Posisi pasien nyaman sesuai keinginan klien
- Instruksikan klien menarik napas dalam melalui hidung dan kemudian tahan selama 3-5
detik
- Berikan aba-aba/instruksi kpd klien untuk menghembuskan napas seperti batuk
4. Pernapasn dagu sampai dada (Chin to chest breathing)
- Posisi klien duduk, tidur miring
- Perawat meletakan satu tangan di belakang kepala klien, kemudian mendorong hingga dagu
- menyentuh dada
- Perintahkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas perlahan
- melalui mulut
5. Pursed lip breathing (pernapasan bibir)
- Posisi pasien bebas dan nyaman
- Letakkan salah satu tangan perawat pd daerah epigastri klien
- Perintahkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas perlahan
- melalui mulut dengan mengetarkan bibir
- Kontraksikan otot diafragma dengan mendorong lepas daerah epigastrik

- Bereskan alat
- Cuci tangan
SOP LATIHAN BATUK (Chouging Exercise)

A. Persiapan alat
- Stetoskop - Bengkok
- Sputum pot berisi larutan desinfektan - Masker
- Tisue

B. Persiapan lingkungan C. Persiapan klien


- Lingkungan aman & nyaman - Menjelaskan tujuan & prosedur
- Mengatur posisi (duduk)

D. Prosedur tindakan
- Siapkan alat - Kenakan masker
- Ciptakan lingkungan aman & nyaman - Auskultasi paru (suara napas) untuk
- Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan memastikan adanya sekret
- Cuci tangan - Latihan batuk

1. Cascade cough
- Atur posisi klien duduk
- Instruksikan klien untuk tarik napas dalam
- Kemudian perintahkan untuk batuk kuat sambil menunduk hingga terasa tdk ada udara
dalam paru
2. Huff cough
- Posisi duduk
- Perintahkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas perlahan
- Kemudian dengan membuka mulut lakukan seri ekspirsi "huff"
- Setelah dilakukan beberapa kali, baru klien diminta untuk batuk
3. And expiratory cough
- Posisi klien duduk
- Perintahkan klien utk menarik napas dalam dan ekspirasi secara perlahan
- Ketika dirasakan paru sudah kosong, perintahkan klien untuk batuk
- Setelah dilakukan beberapa kali, lakukan cascade cough akan lebih efektif
4. Quad assist cough
- Posisi klien duduk
- Perawat meletakan satu tangan pada daerah epigastrik (diafragma)
- Bantu kontraksi otot diafragma dengan mendorong lepas pada saat klien batuk
- Bila memungkinkan klien akan condong kedepan/membungkuk saat batuk

- Tampung sputum pada sputum pot


- Bereskan alat
- Cuci tangan

SOP POSTURAL DRAINAGE & FISIOTERAPI DADA

No. Kegiatan Prosedur


A. PERSIAPAN
1. Persiapan alat
- Stetoskop
- Tempat tidur khusus
- Bantal beberapa buah
- Masker bila perlu
2. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur tindakan
- Tannyakan dan periksa kesiapan pasien untuk prosedur
3. Persiapan lingkungan
B.
PROSEDUR
1. Perawat cuci tangan
2. Kenakan masker bila perlu
3. Lakukan pemeriksaan auskultasi pernapasan (paru)
4. Atur posisi postural drainage sesuai dengan letak sekret dominan pada hasil
auskultasi :
a. Sekret pada lobus anterior atas kanan dan kiri
1) Posisikan pasien setengah duduk
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

b. Sekret pada lobus anterior tengah kanan dan kiri


1) Posisikan pasien terlentang (supine)
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area
sekret tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

c. Sekret pada lobus anterior bawah kanan dan kiri


1) Posisikan pasien terlentang dengan kepala lebih rendah dari kaki
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area
sekret tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

d. Sekret pada lobus lateral atas kanan/kiri


1) Posisikan pasien lateral setengah duduk kiri/kanan
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area
sekret tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

e. Sekret pada lobus lateral tengah kanan/kiri


1) Posisikan pasien lateral kiri/kanan
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

f. Sekret pada lobus lateral bawah kanan/kiri


1) Posisikan pasien lateral kepala lebih rendah dari kaki kiri/kanan
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

g. Sekret pada lobus posterior atas kanan dan kiri


1) Posisikan pasien tengkurap (prone) setengah duduk atau psosisikan
pasien duduk menunduk ke depan (orthopnoe)
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

h. Sekret pada lobus posterior tengah kanan dan kiri


1) Posisikan pasien tengkurap lurus (prone)
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit
i. Sekret pada lobus posterior bawah kanan dan kiri
1) Posisikan pasien tengkurap (prone) kaki lebih tiggi dari kepala atau
posisikan pasien sujud (genu pectoral)
2) Lakukan fisioterapi dada dengan “claping” beberapa kali pada area sekret
tersebut
3) Biarkan posisi tersebut 5-15 menit

j. Untuk sekret pada lokasi lobus yang lain psosisikan pasien sesuai dengan
letak sekretnya, dengan prinsip sekret berada di atas dan bronkus utama
terletak di bawah (gravitasi bumi)

5. Dapat dilanjutkan dengan batuk efektif


6. Lakukan auskultasi pernapasan (paru) kembali
7. Dokumentasikan tindakan
8. Bereskan alat
9. Cuci tangan

SOP SUCTION (NORMAL / TANPA ETT)

No. Kegiatan Prosedur


A. PERSIAPAN
1. Persiapan alat
- Mesin suction
- Sarung tangan steril
- Masker
- Kateter suction steril
- Kassa steril
- Lubricant steril
- Kom kecil steril
- Kom kecil steril berisi cairan steril
- Pinset
- Bengkok
- Oksigen
- Stetoskop
2. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur tindakan bila pasien sadar
- Tanyakan dan periksa kesiapan pasien untuk prosedur
- Posisikan pasien setengan duduk (sadar)
- Posisikan pasien supine (tidak sadar)
3. Persiapan lingkungan
B. PROSEDUR
1. Perawat cuci tangan
2. Lakukan pemeriksaan auskultasi pernapasan (paru)
3. Atur regulator suction pada tekanan 90 – 160 mmHg (120 mmHg)
4. Perhatikan tegangan listrik sesuai dengan daya mesin suction
5. Coba hidupkan mesin suction, pastikan berfungsi dengan baik dengan membuka
tutup ujung selang atau merasakan di punggung tangan, matikan kembali.
6. Siapkan kateter suction pada mangkuk steril
7. Siapkan lubricant pada mangkuk steril
8. Lakukan pre oksigenisasi dengan tarik napas dalam 5 kali (sadar) dan berikan
oksigen tambahan (tidak sadar) atau tingkatkan volume oksigen hingga 100%
selama 2-3 menit pada pasien dengan terapi oksigen.
9. Kenakan masker dan sarung tangan steril
10. Oleskan lubricant pada kateter suction
11. Sambungkan kateter suction dengan selang suction
12. Masukan kateter melalui hidung saat inspirasi dengan cepat
13. Tarik kateter 2-3 cm sambil memutar, selang seling dengan menghisap
14. Ulangi proses suction maksimal 2 kali
15. Suction mulut dan faring pada pasien tidak sadar
16. Lakukan post oksigenisasi dengan tarik napas dalam 5 kali (sadar) dan berikan
oksigen tambahan (tidak sadar) atau tingkatkan volume oksigen hingga 100%
selama 2-3 menit pada pasien dengan terapi oksigen.
17. Bersihkan kateter suction dengan menyedot air
18. Buka sarung suction dan sarung tangan letakkan di bengkok
19. Bersihkan hidung dan mulut bila diperlukan
20. Lakukan auskultasi pernapasan (paru) untuk evaluasi
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan

SOP SUCTION MELALUI ETT/VENTILATOR

No. Kegiatan Prosedur


A. PERSIAPAN
1. Persiapan alat
- Mesin suction
- Sarung tangan steril
- Masker
- Kateter suction steril
- Kassa steril
- Lubricant steril
- Kom kecil steril
- Kom kecil steril berisi cairan steril
- Pinset
- Bengkok
- Oksigen
- BVM (Ambubag)
- Stetoskop
2. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur tindakan bila pasien sadar
- Tanyakan dan periksa kesiapan pasien untuk prosedur
- Posisikan pasien setengan duduk (sadar)
- Posisikan pasien supine (tidak sadar)
3. Persiapan lingkungan

B. PROSEDUR
1. Perawat cuci tangan
2. Lakukan pemeriksaan auskultasi pernapasan (paru)
3. Atur regulator suction pada tekanan 90 – 160 mmHg (120 mmHg)
4. Perhatikan tegangan listrik sesuai dengan daya mesin suction
5. Coba hidupkan mesin suction, pastikan berfungsi dengan baik dengan membuka
tutup ujung selang atau merasakan di punggung tangan, matikan kembali.
6. Siapkan kateter suction steril
7. Siapkan lubricant pada mangkuk steril
8. Oksigen flowmeter dihubungkan dengan resusitasi manual (ambubag) dengan 5
liter atau lebih banyak per menit
9. Cabut ventilator atau sementara matikan alarm ventilator dengan menekan tombol
“silence” atau “bypass”
10. Lakukan pre oksigenisasi dengan resusitasi manual minimal 5 kali napas
11. Kenakan masker dan sarung tangan steril
12. Oleskan lubricant pada kateter suction
13. Sambungkan kateter suction dengan selang suction
14. Masukan kateter melalui selang napas buatan dengan cepat dan sejauh mungkin
15. Lakukan pengisapan lalu tarik kateter 1-2 cm, lanjutkan dengan menarik kateter
sambil memutar sambil menghisap.
16. Ulangi proses suction maksimal 2 kali
17. Suction mulut dan faring
18. Lakukan post oksigenisasi dengan resusitasi manual minimal 5 kali napas
19. Bersihkan kateter suction dengan menyedot air
20. Buka sarung suction dan sarung tangan letakkan di bengkok
21. Bersihkan hidung dan mulut bila diperlukan
22. Lakukan auskultasi pernapasan (paru) untuk evaluasi
23. Bereskan alat
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan

SOP SUCTION MELALUI ETT

No. Kegiatan Prosedur


A. PERSIAPAN
1. Persiapan alat
- Mesin suction
- Sarung tangan steril
- Masker
- Kateter suction steril
- Kassa steril
- Lubricant steril
- Kom kecil steril
- Kom kecil steril berisi cairan steril
- Pinset
- Bengkok
- Oksigen
- BVM (Ambubag)
- Stetoskop
2. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur tindakan bila pasien sadar
- Tanyakan dan periksa kesiapan pasien untuk prosedur
- Posisikan pasien setengan duduk (sadar)
- Posisikan pasien supine (tidak sadar)
3. Persiapan lingkungan

B. PROSEDUR
1. Perawat cuci tangan
2. Lakukan pemeriksaan auskultasi pernapasan (paru)
3. Atur regulator suction pada tekanan 90 – 160 mmHg (120 mmHg)
4. Perhatikan tegangan listrik sesuai dengan daya mesin suction
5. Coba hidupkan mesin suction, pastikan berfungsi dengan baik dengan membuka
tutup ujung selang atau merasakan di punggung tangan, matikan kembali.
6. Siapkan kateter suction steril
7. Siapkan lubricant pada mangkuk steril
8. Lakukan pre oksigenisasi: bila tidak terpasang oksigen berikan oksigen 5
liter/menit selama ½ - 1 menit, bila terpasang oksigen naikan volume oksigen 2
kali lipat.
9. Kenakan masker dan sarung tangan steril
10. Oleskan lubricant pada kateter suction
11. Sambungkan kateter suction dengan selang suction
12. Masukan kateter melalui selang napas buatan dengan cepat dan sejauh mungkin
13. Lakukan pengisapan lalu tarik kateter 1-2 cm, lanjutkan dengan menarik kateter
sambil memutar sambil menghisap.
14. Ulangi proses suction maksimal 2 kali
15. Suction mulut dan faring
16. Lakukan post oksigenisasi: bila tidak terpasang oksigen berikan oksigen 5
liter/menit selama ½ - 1 menit, bila terpasang oksigen naikan volume oksigen 2
kali lipat.
17. Bersihkan kateter suction dengan menyedot air
18. Buka sarung suction dan sarung tangan letakkan di bengkok
19. Bersihkan hidung dan mulut bila diperlukan
20. Lakukan auskultasi pernapasan (paru) untuk evaluasi
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan
SOP PEMBERIAN OBAT DENGAN NEBULIZER

PERSIAPAN

1. Persiapan alat
a. Nebulizer set atau tabung e. Obat-obat yang dibutuhkan Ex.
oksigen lengkap dengan konektor Bronkodilator, ekspektoran,
b. Sungkup (face mask) kortikosteroid, dsb.
c. Neb cup (tabung/mengkuk f. NaCl 0,9 %
nebulizer) g. Bengok
d. Selang osigen/udara h. Tisue
i. Stetoskop

2. Persiapan lingkungan
Ciptakan lingkungan nyaman dan aman serta menjaga privacy klien

3. Persiapan pasien
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
b. Posisikan klien duduk bila memungkinkan

PROSEDUR

1. Cuci tangan
2. Auskultasi suara napas
3. Siapkan peralatan nebulizer dan pastikan berfungsi baik atau tabung oksigen dengan
konektornya
4. Siapkan obat yang akan diberikan kepada klien, dengan mengencerkan dengan NaCl 0,9%
misalnya: Ventolin : Bisolvon : NaCl 0,9%  1 : 1 : 1
5. Masukan obat-obat tersebut dalam neb cup
6. Rangkaikan face mask, neb cup, selang oksigen dan nebulizer/tabung oksigen
7. Pastikan nebulizer terhubung dengan arus listrik dan coba hidupkan untuk memastikan
berfungsi baik (terlihat asap)
8. Pasang fase mask yang sudah dirangkai dan dihubungkan dengan nebulizer/tabung oksigen
pada klien
9. Hidupkan nebulizer
10. Bila klien sadar minta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut, sampai obat habis (tidak terlihat asap lagi)
11. Bila sudah selesai lepaskan masker dan matikan nebulizer/tabung oksigen
12. Bersihkan mulut dan hidung klien dengan tisue
13. Tindakan ini dapat dilanjutkan dengan fisioterapi dada dan/atau batuk efektif
14. Lakukan aukultasi untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan
15. Bersekan alat-alat dan bersihkan alat
16. Cuci tangan

PERHATIAN
1. Evaluasi nadi dan keluhan yang dialami klien selama dan setelah tindakan
2. Hentikan tindakan bila frekuensi nadi bertambah cepat secara drastis atau klein mengeluhkan
sakit kepala, pusing atau gemetar, tunggu beberapa menit dan bila gejala hilang, tindaakan boleh
dilanjutkan atau diulang. Tapi bila gejala dan tanda tidak hilang atau muncul lagi pada saat
dilakukan nebulizer ulang, maka segera laporkan kepada dokter.

SOP PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

I. Definisi WSD
 Merupakan selang dada yang di insersi untuk mengeluarkan udara dan cairan dari ruang
pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura, dan membentuk
kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan intrapulmonal (Detten_meier,1992)
 Adalah sebuah kateter yang diinsersi melalui thoraks untuk mengeluarkan udara dan cairan.
 Suatu selang drainage intra pelural yang digunakan setelah intratorakal
 WSD adalah suatu system drainage yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari cavum
pleura.
 Water sealed drainge (WSD) juga diartikan pipa khusus( kateter urine) yang steril dimasukkan
ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Setelah pembedahan dada
dan trauma dada

II. Indikasi
1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
2. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
3. Efusi pleura
4. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
5. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
Pneumothoraks adalah pengumpalan darah / gas lain didalam ruang pleura. Gas
menyebabkanparu menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative intra
pleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru, yang
kemudian tidak mampu untuk mengembang.
6. Hemothoraks
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan didalam rongga pleura diantara rongga
perietaldan pleura visceral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemothoraks menghasilkan
tekanan (counterpressure)dan mencegah paru berekspansi penuh.
Hemopneumothoraks
7. Chylothoraks
8. Empyema

III. Tujuan Pemasangan WSD


1. Untuk mengeluarkan cairan dan udara dari rongga pleura
2. Sebagai drainege pasca pembedahan dada dan trauma dada
3. Mengembangkan paru kembali dengan sempurna
4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura
IV. Macam-Macam WSD
1. Sistem botol tunggal (Gambar A)
Sistem drainage tertutup yang paling sederhana, untuk pengumpul
dan segel air dari drainase yang yang berjumlah kecil (seperti pada
emfisema : kumpulan cairan/pus yang terinfeksi di ruang pleura).
Chest tube dari pasein dihubungkan dengan pipa penghubung, Botol
berfungsi sebagai water seal sekaligus sebagai penampung sehingga
udara dan cairan dapat mengalir ke botol penampung namun udara
tidak dapat masuk kembali ke rongga pleura.

2. Sistem 2 botol (Gambar B)


Sistem ini botol kedua sebagai water seal.ini terdiri dari botol
pertama sebagai penampung yang memungkinkan cairan
mengalir ke dalam botol pengumpul dan udara mengalir kedalam
botol segel air. System ini merupakan pengukuran drainase dada
yang lebih akurat, digunakan saat jumlah drainase lebih banyak.
Keuntungannya adalah pengaliran cairan dari rongga pleura tidak
mempengaruhi jumlah cairan yang terdapat dalam water seal.
Dapat dihubungkan dengan suction control pada saluran
pembuangan udara yang terdapat pada water seal.

3. Sistem 3 botol (Gambar C)


WSD tiga botol ini merupakan system drainage yang
bersifat tradisional. Sistem ini terdiri dari botol
pertama sebagai penampung , botol kedua sebagai
water seal dan botol ketiga sebagai suction control ,
tekanan dikontrol dengan manometer. WSD modern
lebih dikenal dengan portable CDU (Chest Drainage
Unit) atau pleurevac lebih sederhana, ringan, kecil,
portable dan merupakan disposable unit

4. Sistem sekali pakai


Unit plastic cetakan satu lapis yang menduplikasi system 3 botol.

Note :

Pada botol water seal, diisi dengan air steril setinggi 2 cm H 2O, apabila terdapat udara dalam
rongga pleura maka pada ruang/botol ini akan terdapat gelembung-gelembung udara . Pada
botol suction, diisi dengan air steril setinggi 20 cm H 2O (atau sesuai advis dokter) kemudian
hubungkan botol ini dengan mesin suction
V. Lokasi Pemasangan WSD
Lokasi pemasangan chest tube :

1. Untuk mengeluarkan udara


 Lokasi : ruangan intercostal ke-2 atau ke-3, pada bagian anterior, daerah apex paru,
mid clavicula atau mid axillary line
Note : ingat 3A (anterior, apex, air)
2. Untuk mengeluarkan cairan
 Lokasi ruang intercostal ke-5 atau ke-6, pada bagian posterior, daerah basal paru, mid
clavicula atau mid axillary line
Note : ingat 3B (back, basal, blood)

VI. Cara Pemasangan WSD


1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior
dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui
lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly
forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

VII. Mekanisme Kerja WSD


Pada saat inspirasi tekanan dalam paru lebih kecil dibandingkan tekanan dalam WSD Sehingga paru
dapat mengembang. Pada saat ekspirasi tekanan dalam paru lebih besar dibandingkan dengan
tekanan yang ada dalam WSD sehingga menyebabkan cairan/udara dalam paru mendesak keluar
menuju tekanan lebih rendah dari cairan / udara tersebut masuk ke dalam botol penampung WSD
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

VIII. Prosedur Perawatan WS


a. Persiapan alat
- 1 set angkat jahitan
- Kasa steril dalam tromol
- Korentang steril
- Plester dan gunting
- Piala ginjal
- Alcohol 70 %
- Bensin, Vaselin salf
- Klem selang/Kocher 2 buah
- Botol WSD steril berisi larutan sublimat 1 0/00 sampai pipa drain lebih kurang 2 ½ cm
- Selang steril sebagai penyambung antara botol WSD dengan drain
- Iodine solution 10 %

b. Langkah-langkah :
1. Memberitahu dan menjelaskan pasien tentang prosedur yang kan dilakukan
2. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur
3. Melepaskan pakaian pasien bagian atas
4. Membantu pasien dalam posisi duduk atau ½ duduk sesuai dengan kemampuan pasien.
5. Perawat mencuci tangan
6. Membuka set angkat jahitan dan meletakkan pada set tempat yang mudah terjangkau oleh
perawat.
7. Pasang perlak di bawah luka pasien
8. Pasang sarung tangan
9. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan kotor dimasukkan ke kantong balutan kotor,
bekas plester dibersihkan dengan bensin bila perlu balutan dalam diangkat menggunakan
pinset
10. Mendesinfektasi sekitar drain alcohol 70 %
11. Jaga drain supaya tidak tertarik / tercabut dan slang / penyambung tak terlepas, sehingga
udara tidak masuk kedalam rongga thorak
12. Observasi krepitasi kulit sekitar drain
13. Rawat luka dengan NaCL 0,9 % lalu keringkan
14. Menutup sekitar drain dengan kasa steril yang sudah digunting tengahnya kemudian diplester
15. Memasang slang penyambung yang sudah disediakan pada pipa botol WSD yang baru,
kemudian ujung slang ditutup kasa steril
16. Drain yang dipasang diklem dengan kocher
17. Melepaskan sambungan slang botol dari drain
18. Ujung drain dibersihkan dengan alcohol 70 % kemudian drain dihubungkan dengan slang
menyambung botol WSD yang baru
19. Melepaskan kocher dari drain
20. Mengobservasi:
a. Apakah paru-paru tidak mengembang;
b. Apakah ada penyumbatan pada slang kerena ada darah atau kotoran lain;
c. Keluhan pasien dan tanda-tanda vital, gejala cyanosis, tanda-tanda pendarahan dan dada
terasa tertekan;
d. Apakah ada krepitasi pada kulit sekitar drain;
e. Melatih pasien untuk bernafas dalam dan batuk;
f. Menganjurkan pasien untuk sesering mungkin menarik nafas dalam;
g. Sebelum drain dicabut, pasien dianjurkan menerik nafas dalam, drian segera dicabut.
Luka bekas drain ditutup dengan kasa steril yang sudah diolesi vaselin steril, kemudian
diplester.itu artinya no water seal dan dapat menyebabkan paru kolaps, Bila > 2cmH2o
maka memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau
udara, Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi dapat disebabkan karena
tertekuk, ada bekuan darah atau perubsahan chest tube
h. Pantau fluktuasi gelembung udara pada water eal , bila < 2cm H2o
21. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang
menyenangkan
22. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
23. Perawat mencuci tangan
24. Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan keperawatan

IX. Komplikasi
1. Laserasi, mencederai organ (hepar, lien) 2. Perdarahan
3. Empisema subkutis. 6. Tube tersumbat.
4. Tube terlepas 7. Trauma paru
5. Infeksi 8. Bronkopleural fistula

X. Evaluasi
1. Apabila selang tersumbat
 No stripping dan milking karena dapat menyebabkan tekanan intrathorax yang
meningkat dan nyeri.
 Tekanan intratorakal yang meningkat dapat menyebabkan:
a. Kerusakan membran paru
b. Meningkatkan tekanan arteri pulmonal.
c. Mempengaruhi injection dari ventrikel
 Apabila terjadi sumbatan, diluruskan selang dan drainage system dan posisikan lebih
rendah dari posisi dada untuk memberikan gaya gravitasi yang membantu sumbatan
tersebut mengalir.
 Bila tidak teratasi, sebaiknya laporkan ke dokter.
2. Apabila selang terlepas dari sambungannya, segera tutup menggunakan kasa steril dan segera
laporkan ke dokter.
3. Apabila bubbling bertambah.
a. Terlebih dahulu cek kondisi seluruh drainage system untuk memastikan tidak ada
kebocoran.
b. Cek lokasi insersi chest tube untuk mengetahui adanya lubang atau terlepasnya jahitan
yang membuat udara masuk.
c. Apabila tidak ditemukan adanya kebocoran berarti bahwa pneumothorax belum teratasi.

XI. Indikasi pelepasan WSD


1. Produksi cairan , 50 cc/hr
2. Bubbling sudah tidak ditemukan
3. Pernafasan pasien normal.
4. 1-3 hr post cardiac surgery
5. 2-6 hr post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan
atau udara pada rongga intr pleura.

Anda mungkin juga menyukai