Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Sakit kepala

Sakit kepala adalah rasa sakit atau nyeri di kepala, yang bisa muncul secara
bertahap atau mendadak. Nyeri bisa muncul di salah satu sisi kepala, atau di seluruh
bagian kepala. Sakit kepala bisa membuat kepala terasa berdenyut, atau seperti
terlilit kencang oleh tali

Patofisiologi sakit kepala

Sensitisasi nyeri kepala terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron


trigeminal sentral. Sebagian besar pembuluh darah intrakranial mendapatkan
inervasi sensoris dari ganglion trigeminal, dan menghasilkan neuropeptida yang
akan mengaktivasi nosiseptor – nosiseptor. Neuropeptida yang dihasilkan seperti
CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide) yang paling besar dan diikuti oleh SP
(substance P), NKA (Neurokinin A), PACAP (Pituitary Adenylate Cyclase
Activating Peptide, nitricoxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGEJ2 ),
bradikinin, serotonin (5-HT) dan adenosin triphosphat (ATP). Batang otak
merupakan organ yang memiliki peranan penting dalam transmisi dan modulasi
nyeri baik secara ascending maupun descending. Periaquaductal grey matter,
locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan reticular formation yang berada di
batang otak akan mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik. Sehingga
dapat dikatakan batang otak merupakan generator dan modulator sefalgi.
1. Rangsangan yang menganggu diterima oleh nosiseptor (reseptor nyeri)
polimodal dan mekanoreseptor di meninges dan neuron ganglion
trigemina.
2. Pada innervasi sensoris pembuluh darah intrakranial (sebagian besar
berasal dari ganglion trigeminal) di dalamnya mengandung neuropeptida
seperti CGRP / Calcitonin Gene Related Peptide, Substance P, Nitric
oxide, bradikinin, serotonin yang semakin mengaktivasi / mensensitisasi
nosiseptor
3. Rangsangan di bawa menuju cornu dorsalis cervical atas
4. Transmisi dan modulasi nyeri terletak pada batang otak ( periaquaductal
grey matter, nucleus raphe magnus, formasio retikularis)
5. Hipotalamus dan sistem limbik memberikan respon perilaku dan
emosional terhadap nyeri
6. Pada talamus hanya terjadi persepsi nyeri 7. Dan terakhir pada korteks
somatosensorik dapat mengetahui lokasi dan derajat intensitas nyeri

Tinjauan Etnobotani

1. Taksonomi tanaman jahe


Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Monocotiledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rosc
Ekologi tanaman

Tanaman anggota family Zingiberaceae ini berhabitat asli di Asia Tenggara.


Kini jahe sudah tersebar ke seluruh dunia, mulai dari India, Cina, Afrika, hingga
Amerika Serikat. Bahkan kini Cina dan India merupakan 2 negara penghasil jahe
terbesar di dunia. Budidaya jahe sudah dilakukan sejak 4.400 tahun silam. Di
Indonesia, tanaman jahe banyak dibudidayakan di berbagai daerah. Sentrum
utama tanaman jahe berada di Sumatra Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.

Kegunaan empiris tanaman

Jahe telah diketahui memiliki banyak manfaat, secara empiris masyarakat


Indonesia memanfaatkan jahe sebagai bumbu penyedap makanan dan herbal yang
berkhasiat sebagai obat. Sebagai herbal, jahe digunakan untuk mengobati sakit
perut, mual, diare, demam, perut kembung, influenza, menggurangi rasa sakit saat
dismenorea, sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri otot dan sendi, serta
gangguan pencernaan. Rimpang jahe berkhasiat karena mengandung oleoserin
yang bersifat antitusif, pencahar, dan senyawa antasida.

Tinjauan Fitokimia

Kandungan kimia dari rimpang jahe mengandung senyawa yang mudah


menguap (volatile oil), dan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile
oil). Senyawa volatile oil disebut minyak atsiri merupakan senyawa pemberi
aroma khas jahe. Senyawa volatile oil terdiri dari camphene, β-phellandrene,
curcumene, cineole, geranyl acetate, terpineol, borneol, geraniol, limonene, β-
elemene, zingiberol, linalool, αzingiberene, β-sesquiphellandrene, β-bisabolene,
zingiberenol and α-Farnesene. Sedangkan senyawa non- volatile oil disebut
oleoresin merupakan senyawa pemberi rasa pedas dan pahit. (Shaopeng Wang,
dkk. 2014). Senyawa non- volatile oil terdiri dari gingerols (6-gingerol, 8-
gingerol, 10-gingerol, 12-gingerol), shogaols (6-shogaol, 8-shogaol, 10-shagaol,
12-shogaol), paradols (6-paradol, 8-paradol, 10-paradol) and zingerone. (Richard
B. van Breemen, 2010)

Tinjauan Bioaktivitas

Jahe mengandung zat fenolik yang kuat secara kolektif dikenal sebagai
gingerol. Salah satunya, 6-gingerol (1-[4’-hydroxy-3'-methoxyphenyl]-5-hydroxy-
3-decanone), adalah komponen farmakologi aktif utama di jahe dan bagian aktif
molekul ahdalah rantai alifatik yang mengandung gugus hidroksil. 6-gingerol
telah diteliti dalam berbagai kegiatan biologis termasuk antikanker, antioksidan,
antiinflamsi. (Shaopeng Wang, dkk. 2014). Selain 6-gingerol yang memiliki sifat
antiiflamsi, senyawa lain seperti 10- gingerol, 8-shogaol, 10-shagaol juga
memiliki sifat antiiflamasi. (Richard B. van Breemen, 2010). Ke emapat senyawa
jahe tersebut dapat menghambat metabolisme asam arakidonat melalui jalur
siklooksigenase (COX), mirip dengan obat anti-inflamasi non-steroid. Jahe juga
bertindak untuk memblokir lipoksigenase (LOX), enzim lain yang terkait dengan
jalur asam arakidonat. Penghambatan bersamaan COX dan LOX dapat
meningkatkan aksi antiinflamasi dan mengurangi efek sampingnya. Lebih lanjut,
shogaol tampaknya memodulasi respons peradangan neuroin melalui regulasi
penurunan penanda peradangan pada sel-sel mikroglial, sementara gingerol dapat
bertindak sebagai agonis reseptor vaniloid teraktivasi capsaicin. (Laı´s Bhering
Martins, 2018)

Anda mungkin juga menyukai