DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 / KELAS 2.5
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
C. Klasifikasi
Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinis dan proses
patologis (kausal).
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Transient Ischemic Attack (TIA) atau Serangan Iskemik Sepintas
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena
iskemia otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat
dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND) atau Defisit
Neurologik Iskemik Sepintas
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena
iskemia otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa
dalam waktu 1-3 minggu
c. Stroke in Evolution/Progressive Stroke atau Stroke Progresif
Stroke in evolution adalah defisit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampe bbrpa hari
d. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
e. Completed Stroke/Permanent Stroke atau Stroke Komplit
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena
oklusi atau gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi
stabil tanpa memburuk lagi.
D. Etiologi
Stroke non hemoragik biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian,
yaitu :
1. Trombosis serebri (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher).
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan
resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan
perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle
sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik,
arteritis).
2. Emboli serebri (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari
emboli paradoksikal (right-sided circulation). Penyebab terjadinya emboli
kardiogenik adalah trombi valvuvar seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, troombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi,
kardiomiopati, gagal jnatung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-
3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya
terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard. Embolisme
serebri sering dimulai mendadak tanpa adanya tanda-tanda disertai dengan
nyeri kepala atau berdenyut.
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah.Selain dari
endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis,
yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium
yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah
dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
2. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke
seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen
pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang
pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Menurut Smeltzer pada tahun 2002, faktor resiko yang dapat
menyebabkan stroke non hemoragik yaitu :
1. Faktor resiko terkendali
Beberapa faktor resiko terkendali yang menyebabkan stroke non
hemoragik sebagai berikut :
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari
jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif,
hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrasi
atrium), penyakit jantung kongestif.
c. Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.
d. Kolesterol tinggi
e. Infeksi
f. Obesitas
g. Peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral
h. Diabetes
i. Kontrasepsi oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan estrogen tinggi
j. Penyalahgunaan obat (kokain)
k. Konsumsi alcohol
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Phase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi
dan sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian
ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
2. Post phase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
I. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah :
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar yang dikaji pada klien dengan gangguan system persyarafan
adalah :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis ( hemiplegia ).
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat ( nyeri/kejang otot ).
Tanda : Gangguan tonus otot ( flaksid, spastis ), paralitik ( hemiplegia ) dan
terjadi kelemahan umum, Gangguan penglihatan, Gangguan
tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi posturnal.
Tanda : Hipertensi Arterial sehubungan dengan adanya embolisme/
malformasi vaskular.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi, Disritmia, perubahan EKG, Desiran pada
waktu karotis, femoralis dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira, Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti : inkontinensia urine, anuria,
Distensi abdomen, bising usus negatif.
Tanda : Susah buang air kecil ataupun BAB tidak lancar
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut (peningkatan
TIK ), kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, pipi dan
tengkorak, disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak
dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
f. Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing.
Sakit kepala
Kelemahan/kesemutan/kebas.
Penglihatan menurun.
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas dan
kadang- kadang pada ipsilateral.
i.Pernafasan
Gejala : Merokok ( faktor resiko ).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas. Timbulnya
pernafasan sulit dan tidak teratur. Suara nafas terdengar/ ronki
( aspirasi sekresi ).
j. Keamanan
Gejala : Motorik/ Sensorik : masalah dengan penglihatan Perubahan
persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan),kesulitan
untuk melihat objek dari sisi kiri, tidak mampu mengenali objek,
warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya dengan baik,
gangguan berespon terhadap panas dan dengan dingin/ gangguan
regulasi suhu tubuh, kesulitan dalam menelan, tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri, gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/ kurang kesadaran
diri ( stroke kanan ).
k. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Tanda : Susah menggerakan bibir, susah bertemu dengan orang lain karena
susah bergerak
l. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke ( faktor risiko );
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol ( faktor risiko ),
Pertimbangan Rencana Pemulangan DRG menunjukkan rerata
lama dirawat : 7,3 hari. Mungkin memerlukan obat/ penanganan
terapeutik. Bantuan dalam hal transportasi, penyiapan makanan,
perawatan diri dan tugas-tugas rumah, mempertahankan
kewajiban.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuro
muscular ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
atas, kekuatan otot menurun, rentang gerak ( ROM menurun), sendi
kaku, nyeri saat bergerak, gerakan terbatas.
2. Defisit perawatan diri berhubungan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan pasien untuk mendi, mengenakan pakaian, makan, ke
toilet, dan berhias secara mandiri.
B. INTERVENSI
No Dx keperawatan Perencanaan Nama
Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI) &
hasil (SLKI) Ttd
1. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama
mobilitas fisik intervensi Dukungan Mobilisasi
berhubungan keperawatan Observasi
dengan selama…x 24 jam - Identifikasi adanya nyeri
gangguan maka Mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
neuromuscular meningkat dengan - Identifikasi tolerasi fisik
ditandai dengan kriteria hasil : melakukan pergerakan
mengeluh sulit 1. Pergerakan - Monitor frekuensi jantung
menggerakan ekstremitas dan tekanan darah
ekstremitas meningkat sebelum memulai
atas, kekuatan (skor 5) mobilisasi
otot menurun, 2. Rentang gerak - Monitor kondisi umum
rentang gerak meningkat selama melakukan
( ROM (skor 5) mobilisasi
menurun), sendi 3. Kekuatan otot
Terapeutik
kaku, nyeri saat meningkat
1. Fasilitasi aktifitas
bergerak, (skor 5)
mobilisasi dengan alat
gerakan 4. Nyeri menurun
bantu (mis. Pagar tempat
terbatas. ( skor 5)
tidur)
5. Gerakan terbatas
2. Fasilitasi melakuakan
menurun ( skor 5)
pergerakan
6. Kelemahan fisik
menurun (skor 5) Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di
sisis tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Doengoes, Marilynn E, Jacobs, Ester Matasarrin. Rencana asuhan keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. 2000.
Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Yanti, Fardi. 2015. Laporan Pendahuluan Klien Dengan Stroke Non Haemoragik
(SNH). (Online) Available :
https://www.academia.edu/10077081/LAPORAN_PENDAHULUAN_KLIEN_D
ENGAN_STROKE_NON_HAEMORAGIK_SNH (diakses pada tanggal 20 April
2020 pukul 11.00 Wita)