Anda di halaman 1dari 7

2.

10 Implantasi

2.10.1 Uterus Saat Implantasi

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan (Sadler, 2012) :

a. Endometrium atau mukosa yang melapisi dinding sebelah dalam.

b. Miometrium, lapisan otot polos yang tebal.

c. Perimetrium, peritoneum yang menutupi lapisan di dinding sebelah luar

Sejak pubertas (11 - 13 tahun) hingga menopause (45 - 50 tahun),

endometrium mengalami perubahan dalam suatu siklus sekitar 28 hari di

bawah kendali hormon oleh ovarium.

Selama siklus haid ini, endometrium uterus melewati 3 tahap :

1) Fase folikular atau proliferatif

Fase proliferatif dimulai di akhir fase haid, di bawah pengaruh estrogen

dan sejalan dengan perkembangan folikel ovarium.

2) Fase sekretorik atau progestasional

Fase ini dimulai sekitar 2-3 hari sesudah ovulasi sebagai respons

terhadap progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum.

3) Fase haid

Jika fertilisasi tidak terjadi, peluruhan endometrium (lapisan

kompaktum dan spongiosum) menandai awal fase haid.

43
Gambar 2.22 Siklus Haid
Saat terjadi Fertilisasi, endometrium membantu dalam implantasi.

Implantasi adalah kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim

yang akan menimbulkan berbagai reaksi seluler seluler sehingga sel trofoblas

tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel

endometrium uterus.

Implantasi terjadi pada hari ke 7 - 9 setelah fertilisasi ketika blastocyst

menanamkan dirinya sendiri ke endometrium. Menjelang implantasi, blastocyst

terapung bebas di kavum uteri, ovum yang sudah difertilisasi menerima nutrisi

dari kelenjar uterus yang mensekresikan campuran mukopolisakarida, lipid dan

glikogen (Sadler, 2012).

Pada saat implantasi, mukosa diuterus dalam fase sekresi (progestasional),

selama fase ini kelenjar dan arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan

menjadi 'tebal-basah'. Akibatnya dapat dikenali adanya tiga lapisan di

44
endometrium : lapisan kompaktum di bagian superfisial, lapisan spongiosum di

bagian tengah, dan lapisan basale yang tipis.

Arteri menyuplai lapisan uterus menjadi semakin banyak dan melingkar.

Endometrium menjadi semakin tebal dan mukosa uterus dipersiapkan untuk

menerima implantasi blastocyst yang terjadi sepanjang dinding belakang

ataupun depan uterus. Ketika sel trofoblast pada blastocyst berkontak dengan

endometrium, trofoblast akan berdiferensiasi menjadi 2 lapisan yaitu

cytotrophoblast yang disusun dari sel dan syncytiotrophoblast, sebuah masa

protoplasmic (Sadler, 2012).

Rongga yang disebut lacuna terbentuk di syncytiotrophoblast diisi dengan

darah dari robekan pembuluh darah kapiler maternal pada endometrium.

Lacuna syncytiotrophoblast berfusi dan membentuk jaringan lacunar : aliran

darah ibu melewati jaringan ini sirkulasi utero plasenta primitive terbentuk.

Darah yang kaya oksigen masuk kedalam lacuna dari arteri spiral, darah

tidak mengandung oksigen keluar melaui vena dari uterus. Blastocyst sekarang

memiliki diameter 0.01 inci, sehingga masa embryonic berhubungan langsung

dengan endometrium yang dikenal dengan deciduas. Implantasi mempermudah

blastocyst menyerap nutrisi dari kelenjar dan pembuluh darah untuk

pertumbuhan dan perkembangan (Sadler, 2012).

45
Gambar 2.23 Perjalanan Oosit hingga Ovulasi

2.11 Enzim-Enzim yang Terdapat pada Sel Ovum dan Spermatozoa yang Berperan

dalam Fertilisasi

Enzim merupakan protein atau molekul berbasis protein yang mempercepat reaksi

kimia dalam tubuh organisme. Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan

organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa

yang berikatan dengan protein.

2.11.1 Enzim-Enzim yang terdapat pada Spermatozoa

Untuk keberhasilan fertilisasi, spermatozoa harus memilik akrosom dalam kondisi

utuh untuk dapat melakukan fungsi reaksi akrosom pada waktu yang tepat dan

melepaskan enzim serta memfasilitasi spermatozoa dalam menembus tiga lapiasan sel

telur yaitu lapisan cumulus oofurus, korona radiata, dan zona pelusida.

46
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gametogenesis adalah proses perubahan sel germinativum menjadi gamet

pria dan gamet wanita melalui proses meiosis yang di dalamnya terjadi

spermatogenesis dan oogenesis serta berlangsung di dalam gonad. Gamet

berasal dari sel germinativum primordial yang dibentuk di endoderm sel ini

akan mengalamin pembelahan mitosis (pembelahan satu sel menjadi 2 sel

anakan yang identik) dan meiosis menjadi gamet pria (sperma) maupun gamet

wanita (oosit).

Sifat suatu individu baru ditentukan oleh gen-gen spesifik pada kromosom

yang diwariskan dari ayah dan ibunya. Manusia memiliki 46 kromosom

dengan 22 kromosom autosom serta sepasang kromosom seks XX untuk

genetik perempuan dan XY untuk genetik laki-laki.

Pada wanita Oogenesis sudah dimulai sejak lahir, dan akan beristirahat

(tahap diploten) pada profase meiosis I, maturasi oosit akan dilanjutkan saat

pubertas. Pada laki-laki, sel primordial tetap dominan sampai pubertas dan

barulah setelah itu sel-sel ini berdiferensiasi menjadi spermatogonia.

Ovulasi terjadinya pelepasan oosit dari dinding ovarium dan akan dibawa

kedalam tuba oleh gerakan menyapu fimbrae dan gerakan silia dilapisan

epitel. Oosit yang dilepas dan dibuahi oleh sperma maka terjadilah fertilisasi

proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah ampula tuba

uterina.

47
Hasil utama fertilisasi adalah Pengembalian jumlah diploid kromosom,

Penentuan jenis kelamin individu baru, Inisiasi pembelahan. Pembelahan

mulai dari terbentuk zigot membelah secara mitoses menjadi lebih kecil

disebut blastomer, terjadi pemadatan sel mudigah disebut morula (16 sel)

selanjutnya pembentukan blastokista yang akan memulai implantasi di dalam

mukosa uterus.

48
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Singapura :
Elsevier.

Moore, K. L. (2013). The Developing Human : Clinical Oriented Embriology 9th


Editation. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Sadler, T. (2012). Langman's Medical Embryology. China : Lippincott Williams &


Wilkins.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC.

Susilawati, T. (2011). Spermatologi. Malang : Universitas Brawijaya (UB) Press.

49

Anda mungkin juga menyukai