KONSEP KEBIDANAN
(PEMASARAN SOSIAL JASA KEBIDANAN)
OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING:
ULVI MARIATI, S.Kp, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini yang berjudul “Pemasaran Sosial Jasa Kebidanan”. Makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Konsep Kebidanan.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun
penjelasan dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pemasaran Sosial..............................................................4
2.2 Konsep Pemasaran .............................................................................7
2.3 Proses Pemasaran...............................................................................10
2.4 Tujuan Pemasaran Sosial....................................................................11
2.5 Komponen Pemasaran........................................................................11
2.6 Langkah-Langkah Pemasaran Jasa Kebidanan..................................12
2.7 Karakteristik Pemasaran Jasa Kebidanan...........................................14
2.8 Pemasaran Jasa Dalam Kebidanan.....................................................15
2.9 Peran Pemasaran Dalam Pelayanan Kebidanan.................................18
2.10 Contoh Pemasaran Kesehatan dalam Bidang Kebidanan terdapat di
dalam Jurnal........................................................................................21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................25
3.2 Saran...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemasaran sosial?
2. Apa saja konsep pemasaran?
3. Bagaimana langkah-langkah proses pemasaran?
4. Apa saja tujuan dari pemasaran sosial?
5. Apa saja komponen pemasaran?
6. Bagaimana langkah-langkah pemasaran jasa kebidanan?
7. Apa saja karakteristik pemasaran jasa kebidanan?
8. Bagaimana pemasaran jasa dalam kebidanan?
9. Bagaimana peran pemasaran dalam pelayanan kebidanan?
10. Apa saja contoh pemasaran kesehatan dalam bidang kebidanan?
2
1.4. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa dapat memahami tentang pengertian pemasaran jasa, strategi
dalam pemasaran jasa, kompenen dalam pemasaran jasa dan segala hal yang
berkaitan dengan pemasaran jasa sosial dalam kebidanan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
b. Kotler
Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak
lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara
individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan
apa yang mereka butuhkan atau inginkan melalui tahap menciptakan,
menawarkan dan pertukaran.
c. Trioso Purnawarman
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama
lain.
d. Smith
Secara umum social marketing bukan merupakan sains tetapi lebih
kepada kegiatan professional yang bergantung pada beragam disiplin
ilmu dalam rangka menciptakan program-program intervensi untuk
merubah perilaku manusia.
e. Health Marketing
Dalam program promosi kesehatan yang dikembangkan untuk tingkat
kepuasan terhadap kebutuhan consumer, dibutuhkan kemampuan
organisasi untuk memperluas atau menjangkau pengaruh terhadap
populasi yang membutuhkan program ini dalam target menurunkan
perilaku beresiko.
5
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
Contoh:
a. Kekurangan gizi dan malnutrisi
b. Busung lapar dan marasmus
c. Program Keluarga Berencana/KB
Pemasaran sosial adalah penerapan teknik pemasaran niaga untuk
mencapai suatu tujuan sosial yang bermanfaat (HIV/AIDS Prevention
Project (HAPP), 1999). Tujuan sosial itu bisa meliputi kampanye keluarga
berencana, penurunan pemakaian rokok, pemakaian sabuk pengaman,
pencegahan HIV/AIDS, dan sebagainya.
6
12. Saluran distribusi untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol
karena biasanya menyangkut banyak pihak.
a. Kebutuhan
Kebutuhan manusia (human needs) adalah keadaan dimana manusia
merasa tidak memiliki kepuasaan dasar atau kepuasan yang dimiliki
seseorang tersebut tidak terbatas. Misalnya ketika seseorang tersebut
telah mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, pasti pada saat
tertentu ia juga ingin mendapatkan pelayanan yang sama di tempat lain.
Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau penyedia barang/jasa,
namun sudah ada dalam hati setiap individu.
b. Keinginan
Keinginan (wants) adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengan kebutuhan
tersebut. Keinginan manusia dibebntuk oleh kekuatan atau institusi
sosial. Sehingga kadang kala seseorang yang sebenarnya hanya tidak
terkendali sehingga kebutuhan mereka menjadi banyak.
7
c. Permintaan
Permintaan (demands) adalah keinginan akan sesuatu yang didukung
dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan menjadi
permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa
menjelaskan bahwa penyedia barang dan jasa tidak menciptakan
kebutuhan: kebutuhan sudah ada sebelumnya. Penyedia barang atau jasa
memengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk
yang cocok dan menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh
pelanggan yang dituju.
d. Produk
Merupakan suatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau keinginan masyarakat.
e. Transasksi
Merupakan proses seseorang mendapatkan produk baik dengan
memproduksi sendiri, pemaksaan, meminta maupun pertukaran.
f. Pertukaran
Merupakan tindakan memperoleh barang yang dibutuhkan atau
dikehendaki seseorang dengan menawarkan suatu imbalan. Pertukaran
baru akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat
pertukaran dan masing-masing mendapatkan keuntungan dari pertukaran
tersebut.
g. Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial memiliki kebutuhan
yang sama dan bersedia serta mampu melaksanakan pertukaran untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
8
b. Kreatif, seorang wirausaha sosial yang sukses haruslah kreatif dalam
menentukan tujuan dan dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak
terelakkan muncul saat ia mengejar visinya tersebut. Mereka harus
menggunakan daya kreativitasnya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun,
agar mencapai sukses. Untuk mengevaluasi apakah seseorang memiliki
daya kreativitas esensial tersebut atau tidak.
c. Kemampuan berwirausaha, wirausaha sosial bersifat praktis dan
pragmatis: mereka mengetahui bagaimana mengatasi rintangan, dan
mereka dikendalikan oleh ide dan niat mereka untuk membuat ide
tersebut menjadi kenyataan.
d. Dampak sosial, seorang wirausahawan haruslah beride baru, praktis, dan
cukup berguna, sehingga akan digunakan oleh orang lain begitu ide
tersebut diaplikasikan. Sebagai contoh sebuah klinik kesehatan di
pedesaan, harus berpotensi secara fundamental memengaruhii sistem
pelayanan kesehatan di pedesaan. Oleh karena itu, konsep wirausaha
sosial tidak hanya memerlukan orang yang luar biasa untuk
mengembangkan sebuah ide tetapi juga memiliki kekuatan, ide praktis
yang akan layak berkembang dengan benar.
e. Karakter etis, adalah seseorang yang dapat menjalankan fungsi-fungsi
layanan publik, atau orang yang dapat dipercaya dan menjaga
kehormatannya. Mereka harus kenal perubahan struktural yang besar
dalam masyarakat atau individu yang memiliki penilaian yang tepat akan
sesuatu hal dan berkarakter dapat dipercaya untuk menuntun proses
perubahan dalam arah yang positif.
9
kesehatan, atau bidang-bidang lain yang berhubungan dengan kebutuhan
manusia. Mereka ini tanpa berhenti mengejar visi mereka sehingga menjadi
kenyataan baru dalam masyarakat tempat mereka tinggal dan juga di
wilayah yang lebih luas.
10
melalui pesan-pesan sehingga akan mudah diingat oleh masyarakat luas
ataupun khususnya bagi konsumen.
11
d. Promotion adalah alat utama untuk melakukan komunikasi persuatif
dalam memberi kesadaran konsumen tentang kebutuhannya. Promosi
dapat melibatkan iklan, keluarga, kelompok masyarakat, atau lembaga.
e. Costumer adalah pembeli produk atau penerima jasa dapat berupa
individu, keluarga, kelompok masyarakat, atau lembaga.
Selain 4P. Adrian Payne menambahkan perlunya orang (people), yaitu
elemen esensial yang penting dalam produksi dan penyelenggaraan
pelayanan yang dapat menjadi nilai tambah dan lebih kompetitif, dan proses
yaitu prosedur, mekanisme rutin ketika pelayanan diselenggarakan bagi
pelanggaran.
12
b. Mempromosikan jasa
Jasa yang sudah didesain, dipromosikan dengan menggunakan media.
a) Media promosi sederhana dan praktis
b) Peran word of mouth sebagai sarana promosi
c. Menetapkan tarif pelayanan
Tarif pelayanan atau harga secara sederhana dapat diartikan sebagai
jumlah uang yang ditagihkan terhadap suatu produk atau jasa. Jumlah
uang yang ditagihkan terhadap suatu produk atau jasa. Jumlah tersebut
merupakan nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat karena
memiliki barang atau menikmati, menggunakan jasa pelayanan yang
diberikan. Harga merupakan satu-satunya elemen produk yang
menghasilkan pendapatan. Elemen lain mewakili biaya.
d. Membangun masyarakat kemitraan dan kepercayaan konsumen dan
masyarakat
Mitra pelayanan adalah semua pihak baik isntitusi atau lembaga formal
dan non formal maupun perorangan atau individu yang ada dalam
masyarakat yang memiliki potensi dan kemampuan untuk mendukung
bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada konsumen dan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mitra pelayanan tersebut meliputi:
1) Institusi atau lembaga pelayanan kesehatan: puskesmas, rumah sakit,
klinik dokter dan lain-lain.
2) Muspida: Camat, Lurah, PKK, dan lain-lain.
3) Institusi atau lembaga keuangan: koperasi, bank, perusahaan pemasok,
dan lain-lain.
4) Institusi Keagamaan dan institusi Pendidikan.
e. Membina hubungan dan mendayagunakan potensi pelayanan
Mitra pelayanan bisa sangat berperan penting untuk mendukung
keberhasilan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan mandiri.
Bidan dapat memanfaatkan potensi mitra pelayanan kebidanan yang
diberikan bidan.
13
f. Membangun kepercayaan konsumen dan masyarakat
Titik awal keberhasilan pelayanan kebidanan sangat ditentukan oleh
besarnya kepercayaan yang diberikan konsumen dan masyarakat
terhadap individu bidan sebagai penyedia jasa. Kepercayaan konsumen
terbangun melalui proses pembentukan presepsi konsumen yang
memakan waktu panjang.
g. Manajemen pelayanan yang berfokus pada pelanggan
Inti dari manajemen pelayanan kebidanan adalah mendayagunakan input
yang telah terstandar (Kajian Mandiri Bidan Delima) melalui alur dan
kiat manajemen operasional (yang menunjang asuhan) dan manajemen
asuhan kebidanan. Manajemen yang handal (terstandar) akan
menghasilkan kesejahteraan ibu, bayi dan kepuasan pelanggan serta
kepuasan bidan sebagai pemberi pelayanan.
14
dan tidak menghakimi diri seorang bidan akan membuat klien bersikap
positif terhadap layanan kesehatan yang kita berikan.
15
2) Setiap usaha pada dasarnya menawarkan produk tertentu kepada
masyarakat sebagai target konsumennya. Konsep pemasaran modern
terdiri dari 3 tingkat, yaitu:
a) Mengetahui keinginan calom pembeli.
b) Melakukan kegiatan pemasaran terpadu.
c) Memperoleh laba dan konsumen puas.
a. Produk Pelayanan Kebidanan
Produk utama yang ditawarkan dalam profesi bidan adalah jasa
pelayanan kesehatan khususnya bagi perempuan dan anaknya (bayi yang
baru lahir). Dalam memberi jasa pelayanan diperlukan produk
pendukung berupa barang, obat-obatan, alat kesehatan, perlengkapan
persalinan dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa produk
yang ditawarkan merupakan kombinasi barang dan jasa, dengan jasa
sebagai produk utama dan barang sebagai produk pendukung.
Keberhasilan bdian dalam mengelola usahanya sangat ditentukan
oleh kemampuan “meramu” dan mengelola kedua jenis produk tersebut
secara efektif. Ragam pelayanan bervariasi sejalan dengan perkembangan
kebutuhan perempuan dan anaknya.
b. Pelayanan Kebidanaan
Ruang lingkup pelayanan kebidanan sangat erat hubungannya
dengan wewenang profesi bidan (Kepmenkes RI No. 900/SK/VII/2002),
mencakup:
1) Pelayanan kebidanan
2) Pelayanan keluarga berencana
3) Pelayanan kesehatan masyarakat
c. Desain Jasa Pelayanan BPS
Desain jasa pelayanan yang akan ditawarkan perlu ditentukan
karena beberapa pertimbangan untuk menentukan fokus pada persiapan:
1) Persiapan sumber daya
2) Meletakkan harapan konsumen secara tepat
3) Memudahkan mengembangkan jasa
16
d. Difusi Inovasi dan Pemasaran Sosial
Proses penyebarluasan informasi atau material baru dari satu
sumber kepada para penerima yang ada dalam suatu sistem sosial, dalam
konsep sosiologi-antropologi, disebut dengan difusi inovasi. Difusi
inovasi merupakan model penyebarluasan gagasan atau material
(teknologi) yang diperkenalkan oleh Everet M. Rogers. Rogers
mengetengahkan cara penyebarluasan inovasi (misalnya, gagaran baru,
pendekatan baru, dan strategi baru) melalui saluran tertentu (umumnya
sistem sosial tradisional-modern), dalam persoalan tertentu kepada
jumlah anggota masyarakat atau komunitas dalam suatu sistem sosial.
Asumsi dari suatu inovasi adalah jenis-jenis gagasan tertentu yang
perlu diadopsikan kepada anggota-anggota dari suatu sistem sosial
karena mereka sangat membutuhkan informasi tersebtu dari para pemuka
pendapat dalam sistem sosial. Sedangkan karakteristik sukses inovasi
terjadi kalau para anggota sistem sosial itu menerima inovasi tersebut.
Schinke dan Orlandi (1991) mengemukakan bahwa inovasi itu selalau
menghasilkan suatu perubahan melalui 5 tahap:
a. Mobilisasi
Aktivitas dari pemrakarsa inovasi untuk menggerakkan seluruh unsur
yang berkepentingan dalam proses komunikasi kesehatan. Misalnya,
aktivitas untuk menggerakkan para komunikator kesehatan (penyuluh,
pelatih, guru, mentor, dan lain-lain), merancang informasi, memilih
media, mempersiapkan audiens atau kelompok sasaran agar komunikasi
menjadi efektif dan efisien.
b. Adopsi
Aktivitas dari pemrakarsa inovasi untuk merancang informasi, kemudian
dikirimkan melalui pilihan media tertentu, lalu mengupayakan metode
dan strategi penyampaian dan aktivitas reaksi atau respon dari audiens
terhadap informasi dalam bentuk menjadikan informasi itu sebagai
sumber untuk mengubah keadaan audiens.
17
c. Implementsi
Aktivitas bersama antara inovasi dengan audiens untuk menerapkan
gagasan, informasi, teknologi baru ditengah-tengah audiens.
d. Pemeliharaan
Aktivitas bersama antara inovasi dengan audiens untuk memelihara
kelangsungan penerimaan dan pelaksanaan gagasan, informasi dan
teknologi yang telah diterima (adopsi), serta kesinambungan.
e. Evolusi
Aktivitas bersama antara innovatoor dan audiens untuk
mengimplementasikan dan memelihara seluruh inovasi baru agar inovasi
itu tetap berkesinambungan.
18
informasi telah terpenuhi. Kebanyakan publikasi kesehatan dilaksanakan
melalui difusi-inovasi. Pilihan ini sebenarnya merupakan pilihan model
atau strategi yang dipinjam dari teori belajar sosial (social learning-Albert
Bandura) dan pemasaran sosial (social marketing-Philip Kotler) (Backer
and Rogers, 1992).
Contoh, kita ingin mempromosikan gagasan tentang pencegahan
merokok dan pencegahan minum jamu. Untuk itu kitah harus terlibat dalam
proses komunikasi yang menghubungkan kita dengan audiens yang ada
dalam sistem sosial. Hal ini karena para perokok dan peminum jamu ada
dalam sistem tersebut, atau mereka “bukan” dalam sistem kita. Dari pada
perokok dan peminum jamu itulah kita akan mengetahui nilai apa yang
menjadi rujukan mereka, norma apa yang mereka ikuti, dan siapa yang
mereka ikuti sebagai orang yang berpengaruh. Dari sinilah kita akan
merumuskan informasi kesehatan untuk menyentuh mereka, mengadakan
perubahan atas pikiran dan pandangan mereka, dan mengubah sikap mereka
untuk tidak merokok atau minum jamu. Itulah target kampanye kita, target
agar audiens sasaran tidak minum jamu.
Kadang-kadang kita harus berpikir bahwa kita tidak bisa mempengaruhi
audiens hanya dengan menggunakan satu cara saja karena hasilnya akan
sanngat terbatas. Oleh karena itu, kita harus mengadakan penelitian awal
untuk memilih salah satu dari banyak cara memengaruhi audiens. William
Mc Guire (1991) menyusun beberapa tahap yang harus dilakukan audien
ketika mereka menerima pesan (dan ini perlu diperhatikan ketika kita
menyebarluaskan pesan kepada mereka).
Ada beberapa masalah yang sering ada pada audiens, antara lain:
a) Berhadapan dengan pesan yang menerpa mereka
b) Memperhatikan pesan.
c) Berminat terhadap pesan yang relevan dengan kehidupan mereka
sehari-hari.
d) Memahami pesan.
e) Menerima pesan demi pembentukan perilaku dia.
f) Menerima perubahan.
19
g) Mengingat pesan dan meneruskan pesan itu kepada orang yang setuju
dengan dia.
h) Berpikir lebih sebagai pendamping bagi perubahan audiens.
i) Membuat keputusan sebagai reaksi atas pesan yang audiens terima.
j) Memutuskan perilaku tertentu.
k) Menerima pesan sebagai suatu yang positif mendukung perilaku
audiens yang sudah ada.
2. Pemasaran Sosial dan Advokasi Media
Perkembangan pemasaan kini hampir tidak mungkin tanpa
menggunakan media, karena itu peranan media hampir tidak mungkin
diabaikan begitu saja yang disebut sebagai jasa advokasi media. Advokasi
media meliputi kesepahaman dan kerja sama dengan media untuk
membangkitkan perhatian publik terhadapisu atau perilaku yang akan
diadopsikan. Kita akan meminta bantuan media untuk menggambarkan
segala sesuatu mengenai produk yang mau diadopsikan itu secara rinci,
misalnya, jenis produk itu, apa keuntungan dan kerugian, bagaimana cara
mendapatkan produk itu, dan lain-lain. Pada tahap inilah pemasaran sosial
berfungsi memengaruhi perilaku audiens, dan advokasi media sangat
bermanfaat mengirimkan informasi secara berulang kali sebagai
pendamping bari perubahan audiens.
3. Proses Kerja Pemasaran Sosial
Pemasaran sosial merupakan konsep yang dipinjam dari pemasaran
komersial yang sering digunakan untuk menjual produka atau gagasan demi
memenuhi kebutuhan publik. Kunci sukses pemasaran sosial misalnya
metode kampanye, terletak pada pelajaran tentang apa yang harus
dikerjakan bersama “dengan” populasi sasaran, berarti pula tidak sekedar
pelajaran tentang apa yang harus dikerjakan pada populasi sasaran. Kata
“dengan” menunjukkan bahwa ada kecenderungan populasi sasaran lebih
suka pada perubahan yang dirancang bersama-sama dengan mereka.
20
4. Pemasaran Sosial dan Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi tentang kesehatan secara sadar dengan
tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat
keputusan yang benar (Van dan Ban dan Hawkins, 19999). Kita dapat
memanfaatkan metode dan teknik penyuluhan dalam menyebarluaskan
informasi mengenai kesehatan agar kelompok sasaran dapat memutuskan
sikap mereka pendapat, perasaan, perilaku tindakan tertentu.
Umumnya, para peminat penyuluhan (pakar dan praktisi penyuluhan)
selalu menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan melalui difusi-inovasi dengan
membagi kategori audiens yang manjadi para penyuluhan sebagai berikut:
a) Innovators atau kira-kira 2,5% dari penduduk
b) Orang yang cenderung mendapatkan pelayanan kesehatan yang
terbaru dapat diketahui sebagai “early adapters” yang jumlahnya kira-
kira 13,5% dari pasar. Mereka adalah konsumen baru yang ingin
memiliki inovasi pada tingkat rendah terhadap pelayanan kesehatan
baru dengan nilai yang tinggi.
c) “Early majority” dan “late majority” jumlahnya adalah pasar potensial
kira-kira 64% dari semua, dan banyaknya orang ada dalam kategori
ini.
d) “Aggard” adalah orang yang baru tertarik dengan pelayanan
kesehatanyang baru, jumlahya kira-kira 20%.
21
pelayanan yang berkualitas. Pelanggan yang setia yaitu pasien yang
bersalin dua kali atau lebih di bidan yang sama hanya 40% saja.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja bauran pemasaran
dari segi produk, harga/tarif, lokasi dan promosi terhadap kesetian
pelanggan Bidan Praktik Swasta di wilayah Martapura. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan penentuan sampel adalah
accidental sampling yaitu 80 orang, dan uji hubungan menggunakan uji
spearman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada pengaruh secara
simultan dari produk/jasa, tarif/harga, lokasi/tempat, promosi dengan
nilai r = 0,774. Hanya satu unsur yang paling berpengaruh terhadap
kesetian pelanggan bidan praktik swasta yaitu promosi dengan nilai
r = 0,790. Oleh karena itu, Bidan praktek swasta harus memperhatikan
kinerja dari unsur-unsur bauran pemasaran jasa yang digunakan yaitu
menawarkan produk yang mempunyai manfaat yang tinggi untuk
pelanggan, tarif yang terjangkau dengan pelayanan yang berkualitas,
lokasi yang strategis, melakukan program publikasi/promosi untuk
memperkenalkan diri.
b. Penerapan Marketing Mix Melalui Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Ar Bunda
Prabumulih
Dalam persaingan di dunia kesehatan khususnya dunia
perumahsakitan diperlukan suatu strategi pemasaran yang baik. Suatu
strategi pemasaran membutuhkan marketing mix sebagai alat untuk
memenangkan persaingan dalam pelayanan kesehatan. Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit AR Bunda telah berusaha
menerapkan seluruh unsur marketing mix secara optimal namun tidak
diiringi dengan peningkatan jumlah kunjungan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
marketing mix di poliklinik kebidanan dan kandungan dalam mencapai
target kunjungan pasien. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode penelitian menggunakan observasi dan
wawancara mendalam dengan content analysis. Informan berjumlah
22
sebelas orang ditambah satu orang informan ahli yang didapatkan
dengan menggunakan teknik snowball sampling. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel place, promotion, physical evidence dan
process belum diterapkan dengan baik. Sedangkan variabel price dan
people sudah diterapkan dengan baik.
Penerapan bauran product sudah baik, hanya saja secara
umum menurunnya jumlah kunjungan disebabkan oleh rendahnya
jumlah PUS di Kota Prabumulih. Penerapan bauran place belum baik,
hal ini disebabkan oleh karena masih belum baik dalam hal aspek
saluran distribusi. Susahnya akses menuju rumah sakit yang menjadi
alasan utama. Penerapan bauran price sudah baik, hal ini dinilai dari
aspek keterjangkauan membayar pasien. Penerapan bauran
promotion belum optimal , namun jika dinila i dari efektivitas dan
efisiensi maka upaya promosi yang dilakukan pihak rumah sakit
sudah baik. Karena upaya promosi word of mouth tidak
membutuhkan biaya yang besar. Penerapan bauran physical
evidence belum baik, hal ini disebabkan masih ada aspek dari bukti
fisik yang belum baik. Penerapan bauran people sudah baik, karena
dalam hal ini, rumah saki bunda udah mempunyai kebijakan personil
sendiri dan sudah menyediakan tenaga yang terlatih dan sesuai dengan
bidang kebidanan dan kandungan.
Penerapan bauran process jika dinilai dari prosedur yang ada,
pihak rumah sakit telah melakukan sesuai dengan prosedur. Namun jika
dinilai dari waktu tunggu dan lama pelayanan, waktunya lama bagi
seorang pasien. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan
marketing mix di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit AR
Bunda Prabumulih belum baik. Disarankan bagi pihak humas Rumah
Sakit Bunda untuk lebih mengoptimalkan upaya promosi di rumah sakit.
Dengan cara lebih aktif lagi melakukan pendekatan dengan masyarakat
melalui seminar-seminar yang dijadikan program rutin rumah sakit dan
juga bagi pihak Rumah Sakit Bunda secara keseluruhan untuk lebih
23
memperhatikan kondisi dari Rumah Sakit Bunda dalam hal kebersihan
serta kelengkapan fasilitas penunjang.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan
pemasaran jasa khususnya dalam bidang pemasaran jasa asuhan kebidanan
harus menggunakan strategi yang tepat dan jitu uttuk menarik konsumen atau
pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kita.
Dapat pula disimpulkan bahwa pemasaran jasa pelayanan itu berbeda
dengan pemasaran produk/barang, karena pemasaran jasa itu tidak
berbentuk/berwujud yang dapat berupa ide atau gagasan. Sedangkan
pemasaran barang itu berwujud.
1.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah Konsep
Kebidanan sekaligus dapat memahami materi “Pemasaran Sosial Jasa Asuhan
Kebidanan”.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2015. Konsep Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Media.