Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN

PENGATURAN SUHU TUBUH

POKOK BAHASAN

Konsep dasar pengaturan Suhu Tubuh:

1. Hipotalamus dan perannya dalam pengaturan suhu tubuh.

2. Pengaturan Suhu Tubuh.

3. Produksi panas dan kehilangan panas.

4. Hal-hal yang mempengaruhi Pengaturan Suhu Tubuh.

B. Proses Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pengaturan suhu tubuh :

1. Pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan pada gangguan pengaturan suhu tubuh.

3. Tindakan keperawatan.

4. Evaluasi. 5. Dokumentasi.

A. Konsep Dasar pengaturan Suhu Tubuh 1. Hipotalamus dan perannya dalam


pengaturan suhu tubuh

Hipotalamus dan kelenjar pituitary terikat berdekatan secara anatomi dan secara
fungsional.

Hipotalamus : - Adalah area kecil pada otak dibawah ventrikel -3. - Hipotalamus
memanjang kebawah menuju batang pituitary. - Hipotalamus adalah area sentralis
kecil dari sel-sel syaraf yang dihubungkan sistem syaraf otonom dengan kelenjar
pituitary. - Hipotalamus merupakan pusat yang penting untuk mengintegrasikan
fungsi-fungsi dasar untuk individual.

- Hipotalamus merupakan bagian sistem endokrin, yang berikatan dekat dengan


kelenjar pituitary yang memberi masukan faktor-faktor kimiawi yang mengalir
kebawah salk pituitary ke dalam kelenjar dan mengontrol aktivitas hormonal. -
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan suhu : Respon yang diaktifkan oleh
dingin dikontrol dari hipotalamus posterior. Respon diaktifkan oleh panas
dikontrol dari hipotalamus anterior
2. Sistem pengaturan suhu tubuh : A. Sistem syaraf : Pemanasan dan Pendinginan
di kulit : Menstimulasi ujung syaraf Respon Menggigil untuk kedinginan
Berkeringat untuk kepanasan

Lanjutan.. Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang
mengalir. Mengandung 2 pusat pengaturan suhu : 1. Berespon terhadap
peningkatan suhu vasodilatasi panas menguap 2. Berespon terhadap penurunan
suhu vasokonstriksi.. Hipotalamus menerima stimulus dari talamus dan melewati
sistem syaraf otonom memodifikasi : Aktifitas pulmoner Sekresi keringat Aktifitas
kelenjar/otot.

B. Sistem Endokrin - Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin :


Menstimulasi metabolisme Meningkatkan panas - Kelenjar tiroid : dingin
meningkatkan sekresi tiroksin meningkatkan metabolisme pembentukan panas.
Pemaparan panas menyebabkan : - Peningkatan aliran darah melalui kulit. -
Meningkatkan pembentukan keringat

Pemaparan terhadap dingin menyebabkan : - Menggigil - Vasokonstriksi


pengaliran darah yang lebih dingin ke hipotalamus. - Sedikit darah mengalir ke
kulit, sedikit kehilangan panas, sedikit keringat - Peningkatan sekresi adrenalin dan
tiroksin Pengaturan suhu tubuh dapat dipertimbangkan sbb: 1. Penutupan perifer
(kulit, subcutan, jaringan subcutan, otot) dan anggota gerak. 2. Inti bagian dalam
(bagian dada, abdomen, tengkorak). Suhu penutupan perifer dapat bervariasi, tetapi
suhu pada inti bag. dalam harus tetap dipertahankan konstan.

3. Produksi panas dan kehilangan panas : Panas didapat melalui : a. Pembentukan


panas : panas dihasilkan oleh semua aktivitas metabolisme dari tubuh Jumlah
panas yang dihasilkan oleh otot-otot internal (jantung, hepar, dll) hampir
mendekati konstan. Jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot skletal bervariasi
baik istirahat maupun latihan. Cara lain untuk menghasilkan panas : 1. Aktivitas
otot 2. Shivering (menggigil). 3. Non shivering termogenesis (bayi)

Lanjutan. b. Pengambilan panas dari lingkungan : - Radiasi langsung dari matahari


- Radiasi yang direfleksiksn dari langit - Makan-minum panas, mandi air panas. -
Udara panas/iklim panas - Tanah yang berhubungan dengan tubuh.

Kehilangan panas dengan 3 cara : A. Dari Kulit : - Radiasi : Kehilangan panas


dalam bentukgelombang panas infra merah (gelombang elektromagnetik). Tubuh
manusia menyebarkan gelombang panas kesegala jurusan. Bila seseorang telanjang
maka akan kehilangan 60% dari kehilangan panas total. - Konduksi : Adalah
pemindahan panas secara langsung dari tubuh ke suatu benda yang lebih dingin.
Mis : tubuh pada kursi besi, meja, tempat tidur dll. Termasuk udara dan air. Bila
seseorang telanjang maka akan kehilangan 3% dari kehilangan panas total. -
Konveksi : adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan udara atau cairan.
Pergerakan sesuai aliran udara/air yang menerpa kulit (angin, kipas angin). Bila
seseorang telanjang maka kehilangan 15% dari kehilangan panas total.

- Evaporasi (penguapan) : Penguapan terjadi melalui permukaan kulit, jalan nafas


(hidung, mulut, paru). Pada orang yang mempunyai kelainan pada kelenjar
keringat, maka tahan terhadap suhu dingin dan pasien merasa kepanasan. Bila
seseorang telanjang maka akan kehilangan 22% dari kehilangan panas total B. Dari
dalam udara expirasi : panas terikat dengan butir-butir air pada suhu tubuh. C. Dari
dalam urine dan faeces.

Pengendalian suhu oleh evaporasi air dari kulit ada 2 cara : a. Respirasi insensible :
Lebih kurang 240 cc air berdifusi melalui kulit selama 24 jam. Disebut insensibel
karena kehilangan ini tidak dapat dirasakan dan tidak dapat terlihat. Proses difusi
ini berlangsung terus dan tidak terpengaruh banyak oleh lingkungan. Lebih dari
140 kalori panas hilang dengan cara ini dalam 24 jam. b. Keringat : Mengandung
Na Cl, urea dan asam laktat dalam cairan yang terlarut. Cairan disekresi dari
kelenjar keringat dan menyebar ke seluruh kulit. Keringat disekresi sebagai akibat
dari dilatasi pembuluh kulit dibawah pengaruh syaraf, hipotalamus, cortek cerebral
dan bagian-bagian lain di SSP.

Berkeringat meningkat oleh karena : - Peningkatan suhu tubuh. - Keadaan


emosional - Latihan - Pingsan, mual, muntah, rendahnya kadar gula darah.
Keringat yang dikeluarkan dalam suhu panas tinggi sebanyak : - 1,7 liter : 1000
kilo kalori/hilang dalam 1 jam - 12 liter : 7000 kilo kalori/hilang dalam 24 jam

4. Hal-hal yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh (Kelainan pengaturan suhu


tubuh) Batasan normal suhu tubuh: - Dipertahankan antara 36-37.5 der.c. Ada
kenaikan 0,5 der C. pada saat terjadi ovulasi Demam Adalah peningkatan titik
patokan (set poin) suhu di hipotalamus. Dengan peningkatan titik patokan, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh. Penyebab demam :
adanya bakteri, tumor otak, keadaan lingkungan dengan serangan demam.

Temperatur tubuh di berbagai keadaan (E.F.Dubois, 1948) : Suhu >44 Suhu 42-44
Suhu 40-42 Suhu 38-40 Suhu 36-38 Suhu 30-36 Suhu < 28 Batas atas bertahan
hidup Pengaruh temperatur mengalami gangguan serius. Lesi pada otak Terapi
demam segera Pengaruh temperatur pada demam Demam/kerja fisik Keadaan
sehat Batas normal Ada gangguan temperatur Pengaruh tem. Hilang Batas bertahan
hidup

Patogenesis Demam: Endotoksin, Peradangan Rangsangan pirogenik lain Monosit,


Makropak, sel Kupffer Sitokin Hipotalamus Prostaglandin Peningkatan Titik Suhu
Demam

Demam terjadi 3 tahapan : 1. Suatu serangan menggigil : Menggigil yang hebat


disebut rigor. Pembuluh darah kulit berkonstriksi dan kehilangan panas dikurangi
sampai batas maksimal. 2. Suhu meningkat : pembuluh darah kulit berdilatasi
proses metabolisme dipercepat dan terdapat pembentukan panas yang lebih besar.
3. Suhu menurun, panas yang hilang menjadi lebih besar dari panas yang dibentuk
keringat banyak.

Hipotermia : - Adalah penurunan panas yang berlebihan - Dapat terjadi bila


seorang terpapar pada kondisi extrem - Orang telanjang mengalami defisiensi
sekresi hormon tiroid. Dapat menyebabkan kematian pada bayi, usila. - Hipotermi
merupakan pembentukan yang tidak disengaja pada kegiatan tertentu oleh
pendingin darah/kulit untuk mengurangi proses metabolisme sampai batas
minimum. - Hipotermi buatan ; @ Memberikan sedatif untuk menekan aktifitas
pengaturan suhu hipotalamus dalam operasi. @Mendinginkan dengan es (beku:
fros bite), dapat terjadi kerusakan permanen jaringan.

B. Proses Keperawatan dalam Pengaturan Suhu 1. Pengkajian Data Dasar


(Doengus, 1999) Data tergantung pada : - Tipe, lokasi, durasi, proses infeksi pada
organ terkena Pengkajian pada Peningkatan Suhu : - Aktifitas/Istirahat : Gejala :
malaise - Sirkulasi : Tanda : - tekanan darah normal - denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik), lemah/hilang/takikardia ekstrem (syok) - Suara jantung :
disritmia (disfungsi miocard, efek asidosis/tidak ada keseimbangan elektrolit.

- Eleminasi: gejala diare - Makanan/cairan : Gejala : anoreksia, mual, muntah


Tanda : penurunan BB, penurunan lemak subcutan - Neurosensori : Gejala : sakit
kepala, pusing, pingsan Tanda : gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,
delirium/coma. - Nyeri/kenyamanan : Gejala : kejang abdominal, lokalisasi, rasa
sakit urtikaria/pruritis umum.

- Pernafasan : Gejala : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan.


Tanda :- Suhu meningkat (>37.5 der.c) normal (lansia) sub normal (< 36,5 der. C) -
Menggigil - Luka yang sulit/lama sembuh drainase purulen (nanah) lokasi eritema
- Ruam eritema.

- Seksualitas : Gejala : pruritis perianal. Baru saja aborsi. Tanda : maserasi vulva,
skret vagina. - Penyuluhan : Gejala : - Masalah kes. Kronis/melemah - Menjalani
post operasi - Penggunaan antibiotika Rencana Pemulangan : Bila dengan
perawatan di rumah, perawatan diri dll.

Pemeriksaan Diagnostik : 1. Kultur (luka, sputum, urune, darah) - Mengidentifikasi


organisme penyebab demam/radang. - Untuk menentukan obat yang efektif. 2. Sel
darah putih : - Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya - Leucositosis ( 15.000
30.000) 3. Elektrolit serum : - Ketidakseimbangan elektrolit asidosis, perpindahan
cairan, perubahan fungsi ginjal. 4. Glukose serum : - Sebagai respon dari puasa
perubahan seluler dalam metabolisme. 5. Urinalisis : bakteri penyebab infeksi.
Diagnosa Keperawatan : 1. Resiko tinggi infeksi b/d : - Penurunan sistem tubuh -
Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi - prosedur infasif - Nosokomial.
2. Hipertermi b/d : - Peningkatan metabolisme/penyakit - Dehidrasi - Efek
langsung dari sirkulasi endotosin pada hipotalamus 3. Resiko Tinggi kekurangan
cairan b/d : - Peningkatan pada vasodilatasi - Permeabilitas kapiler/kebocoran
cairan ke dalam lokasi interstisiil.

4. Resiko tinggi Pertukaran Gas b/d : - Perubahan suplai O2 efek endotoksin pada
pusat pernafasan di medula menyebabkan menyebabkan hipo/hiperventilasi -
Perubahan aliran darah (perubahan tahnan vaskuler) - Perubahan membran kapiler
(peningkatan permeabilitas kapiler) - Terganggunya pengiriman O2 di dalam
jaringan (endotoxin menyebabkan kerusakan di dalam sel/kapiler. 5. Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d : -
Kesalahan interpretasi informasi - Keterbatasan kognitif Adanya pertanyaan-
pertanyaan, tidak taat mengikuti instruksi.

Rencana Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi Tujuan/kriteria hasil : -


Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu - Bebas dari sekresi purulen,
bebas dari febris.

INTERVENSI - Berikan isolasi/pantau pengunjung sesui dengan indikasi - Cuci


tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan - Dorong pasien untuk menutup
mulut dan hidung pad waktu batuk/bersin. RASIONAL - Isolasi luka/linen dan
mencuci tangan untuk drainase luka/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk
melindungi pasien dan mengurangi kemungkinan infeksi. - Mengurangi
kontaminasi silang - Mencegah penyebaran infeksi melalui droplet infeksi.

- Batasi penggunaan alat/prosedur infasif jika memungkinkan - Gunakan tehnik


steril pada waktu penggantian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan,
misalnya infus, kateter. - Menggunakan sarung tangan dalam perawatan luka -
Pantau suhu tubuh - Mengurang jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat
masuknya organisme. - Mencegah masuknya bakteri, mengurangi resiko infeksi
nosokomial. - Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi. - Demam 38.5 C-40 C
efek endotoksinpada hipotalamus - Hipotermi tanda penurunan perfusi jaringan

- Amati adanya menggigil dan diaforesis - Kolaborasi pemeriksaan spesimen urine,


darah, sputum, luka dalam pewarnaan gram, kultur - Menggigil seringkali
mendahului memuncaknya suhu adanya infeksi umum - Identifikasi terhadap
portal entry dan organisme penyebab radang, penting dalam pengobatan - Berikan
obat anti infeksi sesuai petunjuk. - Dapat membasmi/memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum/penyakit khusus

2. Hipertermia Tujuan/kriteria hasil: - Suhu dalam batas normal - Bebas dari


kedinginan - Tidak mengalami komplikasi
INTERVENSI - Pantau suhu pasien (derajad dan pola), perhatian menggigil/
diaforesis. RASIONAL - Suhu 38.9C-41.1C menunjukkan proses penyakit
infeksius kut. Pola demam dapat dibantu dalam diagnosis. Demam lanjut lebih 24
jam menunjukkan pneumonia. Demam skarlet (tipoid). Demam remiten(infeksi
paru). Deman intermiten (kembali normal dalam 24 jam), endokarditis, TB.
Menggigil mendahului puncak suhu. Penggunaan antipiretik mengubah pola
demam. Bila demam tetap lebih dari 38,9C.

- Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi - Berikan kompres mandi hangat, hindari
penggunaan alkohol. - Kolaborasi memberikan anti piretik, mis ;aspirin, dll. -Suhu
ruangan dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. - Dapat
membantu mengurangi demam. Penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Alkohol dapat mengeringkan kulit -
Untuk mengurangi demam aksi sentral hipotalamus membatasi pertumbuhan
microorganisme

3. Resiko Tinggi kekurangan cairan Tujuan/kriteria hasil : - Mempertahankan


volume sirkulasi adekwat dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perifer
teraba keluaran urine adekwat. INTERVENSI - Ukur dan catat keluaran urine dan
berat jenis. Catat ketidakseimbangan dan keluaran komulatif dan hubungannya
dengan BB setiap hari. Dorong masukan cairan oral sesuai toleransi RASIONAL -
Penurunan keluaran urine dan berat jenis akan menyebabkan hipovolemia.
Keseimbangan cairan dengan penambahan BB, dapat mengindikasikan edema.

INTERVENSI -Pantau tekanan darah dan denyut jantung, ukur CVP -Palpasi
denyut perifer - Kaji membran mukosa kering turgor kulit yang kurang baik, rasa
haus. RASIONAL -Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi
tekanan darah/cvp -Denyut lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
-Hipovolemia memperkuat tanda-tanda dehidrasi

INTERVENSI -Amati edema perifer -Kolaborasi pemberian cairan IV. -Pantau


nilai laboratorium RASIONAL -Kehilangan cairan dari kompartemen vaskuler ke
dalam ruang interstitial akan menyebabkan edema jaringan. - Beberapa cairan
dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia, meningkatkan permebelitas kapiler -
Mengevaluasi perubahan di dalam hidrasi.

4. Resiko Tinggi pertukaran gas Tujuan/kriteria hasil : - Menunjukkan GDA dan


pernafasan dalam batas normal, bunyi nafas bersih. - Tidak mengalami
dispnea/sianosis INTERVENSI - Pertatahankan jalan nafas. Tempatkan pasien
pada posisi yang nyaman dengan kepala pada tempat tidur tinggi. RASIONAL -
Meningkatkan ekspansi paru, upaya pernafasan.

INTERVENSI -Pantau frekensi dan kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot


aksesori upaya untuk bernafas - Ubah posisi, dorong untuk batuk dan latihan nafas
dalam. RASIONAL -Pernafasan cepat/dangkal karena hipoksemia, stres dan
sirkulasi endotoksin. Hipoventilasi sebagai mekanisme kompensasi yang tidak
efektif dan merupakan indikasi diberikan ventilitator. - Sebagai bersihan pulmonal
yang baik untuk mengurangi ketidakseimbangan ventilasi memobilisasi dan
memudahkan pembuangan sekresi, dalam memaksimalkan pertukaran gas

INTERVENSI -Kolaborasi dalam memberikan O2 tambahan dengan jalur yang


sesuai : Kanul nasal Masker dll. - Tinjau sinar x dada RASIONAL -Diperlukan
untuk mengoreksi hipoksemia dengan menggagalkan asidosis respiratorik. -
Perubahan menunjukkan komplikasi pulmonal. Misal ; edema.

5. Kurang Pengetahuan : Tujuan/kriteria hasil : - Menunjukkan pemahaman proses


penyakit dan prognosis - Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan rasional dari tindakan. - Memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan. - Ikut serta dalam program pengobatan.

INTERVENSI -Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. - Tinjau faktor
resiko individual dan bentuk penularan tempat masukknya infeksi -Berikan
informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi, efek samping dan pentingnya
ketaatan pada program RASIONAL -Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan. -Terapi glukokortikoid disfungsi ginjal/hati,
penyakit neoplastik, jantung rematik, DM dapat mencetuskan septisemia. Berikan
informasi tindakan protektif. - Meningkatkan pemahaman dan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi resiko kambuhnya/ komplikasi.

INTERVENSI -Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisi yang


tepat/seimbang. -Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
-Identifikasi tanda-tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi
medis,mis:peningkatan suhu menetap, takhikardi,anoreksia -Tekankan pentingnya
imunisasi propilaktik/terapi antibiotik sesuai kebutuhan RASIONAL -Perlu
penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum -Membantu mengontrol
lingkungan dengan mengurangi jumlah bakteri patogen yang ada. - Pengenalan
dini dari perkembangan/kambuhnya infeksi akan memungkinkan intervensi dan
mengurangi resiko perkembangan kearah situasi yang membahayakan jiwa
-Penggunaan pencegahan terhadap infeksi

Anda mungkin juga menyukai