Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LEMBGA NEGARA PASCA AMANDEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Dra. Sutarti, SE, MM

Di susun oleh kelompok 10

Giliran Ke-9

1. Alfianita Hanum (201811566)


2. Haidar Wibowo Raharjo (201811567)

3. Faela Shofa (201811571)

4. Dwi Cahyaningrum (201811576)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS / MANAJEMEN

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah di
dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Lembaga Negara Pasca Amandemen”. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Ibu Dra. Sutarti,SE, MM
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik isinya
maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran positif
untuk perbaikan di kemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penyusun. Aamiin

Kudus, 15 Desember 2018

Penyususn

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa


pemerintahan orde baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebanyak empat kali. Perubahan
tersebut berimplikasi terhadap perubahan ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan
Negara Indonesia. salah satu dampak langsung perubahannya adalah perubahan
supremasi MPR menjadi supermasi Konstitusi. Susunan kelembagaan Negara Indonesia
tidak lagi mengenal istilah “lembaga tertinggi Negara” untuk kedudukan MPR sehingga
terjadi kesejajaran kedudukan dengan lembaga sejenis demi menciptakan system check
and balances.

Telah dikenal adanya 3 fungsi kekuasaan klasik yaitu fungsi legislative, eksekutif,
dan yudikatif oleh Baron de Montesquieu (1689-1785). Teori tersebut disebut juga teori
Trias Politica yang menghendaki adanya pemisahan kekuasaan antara satu lembaga
dengan lembaga Negara yang lain. Satu lembaga Negara tidak boleh mencampuri
kekuasaan lembaga Negara yang lain.

Konsepsi Trias Politica tersebut dewasa ini sudah tidak relevan lagi karena tidak
mungkin ketiga lembaga tersebut hanya melaksanakan satu fungsi tanpa boleh
mencampuri fungsi lembaga lain. System check and balances dalam konsep tersebut tidak
ditemukan. Padahal idealnya lembaga-lembaga Negara memiliki kedudukan yang sejajar
satu dan lain dan berhubungan saling mengawasi sesuai dengan prinsip check and
balances.
Seiring perkembangan masyarakat modern yang sedang berkembang dari segi
sosial, ekonomi, politik, dan budaya dengan berbagai pengaruh globalisme menuntut
adanya system kenegaraan yang efisien dan efektif dalam memenuhi pelayanan publik.
Atas faktor tersebut muncullah berbagai lembaga-lembaga Negara sebagai
eksperimentasi kelembagaan yang dapat berupa dewan (council), komite (committee),
komisi (commission), badan (board), atau otorita (authority).
Lahirnya lembaga-lembaga baru tersebut di sebut dengan lembaga penunjang
(auxiliary institution). Lembaga-lembaga ini memiliki fungsi layaknya lembaga Negara
yang utama, ada lembaga yang memiliki fungsi regulasi, fungsi administrative, dan
fungsi penghukuman.
Eksperimentasi terhadap lembaga-lembaga baru juga sedang dilakukan oleh
Negara Indonesia. Dimulai pasca jatuhnya pemerintahan Soeharto (1998) yang dikenal
dengan era reformasi dilakukanlah perubahan konstitusi UUD 1945 selama 4 tahun
(1999-2002). dalam perubahan tersebutlah terjadi pembentukan dan pembaharuan
lembaga Negara. Dari 34 lembaga Negara, terdapat 28 lembaga Negara yang
kewenangannya dijelaskan secara umum maupun secara rinci dalam UUD 1945. ke-28

4
lembaga Negara inilah yang disebut memiliki kewenangan konstitusional yang
disebutkan secara eksplisit dalam UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian lembaga Negara?


2. Bagaimana posisi lembaga Negara sebelum amandemen ?
3. Apa fungsi dan peran lembaga Negara sebelum amandemen ?
4. Bagaimana posisi lembaga Negara setelah amandemen ?
5. Apa fungsi dan peran lembaga Negara setelah amandemen ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah pendidikan pancasila dan kewarganegaraan juga dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa antara lain :

1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian lembaga


Negara.
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan posisi lembaga Negara
sebelum amandemen.
3. Agar mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan fungsi dan peran
lembaga sebelum amandemen.
4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan posisi lembaga Negara
setelah amandemen.
5. Agar mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan fungsi dan peran
lembaga setelah amandemen.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Negara

Lembaga negara adalah lembaga pemerintahan (Civilazated Organisation) yang


dibuat oleh, dari, dan untuk negara. Lembaga negara bertujuan untuk membangun negara
itu sendiri. Secara umum tugas lembaga negara antara lain menjaga stabilitas keamanan,
politik, hukum, HAM, dan budaya, menjadi bahan penghubung antara negara dan
rakyatnya, serta yang paling penting adalah membantu menjalankan roda pemerintahan.
(Wikipedia, akses: 24 Oktober 2009). Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa
kedudukan dan kewenangan lembaga negara sangat berpengaruh pada sistem
pemerintahan dan konstitusi yang berlaku.
Ada dua unsur yang saling berkaitan mengenai organisasi Negara yakni organ
dan fucntie. organ adalah status bentuknya sedangkan functie adalah gerakan wadah itu
sesuai maksud pembentuknya. Dalam naskah Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 organ-organ tersebut tidak disebut secara eksplisit namanya, dan
ada yang disebut secara eksplisit fungsinya. dan ada pula lembaga atau organ yang
disebut baik nema maupun fungsinya serta kewenangan yang mengaturnya pada
peraturan-peraturan yang lebih rendah.
Dalam UUD 1945 telah diatur sedikitnya 34 lembaga Negara sesuai dengan
penjelasan diatas. terdiri dari:
1. MPR yang diatur dalam BAB II UUD 1945 yang berjudul “Lembaga Perwakilan
Rakyat”
2. Presiden yang diatur dalam BAB III UUD 1945
3. Wakil presiden juga diatur dalam BAB III UUD 1945
4. Mentri dan kementrian Negara yang diatur dalam BAB V
5. Mentri luar negri sebagai mentri Triumvirat yang diatur dalam pasal 8 ayat (3) UUD
1945
6. Menteri dalam negeri sebagai menteri triumvirat bersama-sama menteri luar negeri
dan mentri pertahanan di atur dalam pasal 8 ayat (3) UUD 1945.
7. Menteri Pertahanan bersama-sama menteri luar negeri dan menteri dalam negeri
sebagai menteri triumvirat diatur dalam pasal 8 UUD 1945.
8. Dewan Pertimbangan Agung yang diatur dalam BAB IV UUD 1945.
9. Duta seperti yang diatur dalam pasal 13 UUD 1945 ayat (1) dan (2)
10. Konsul seperti yang diatur dalam pasal 13 UUD 1945 ayat (3)
11. Pemerintah Daerah Provinsi seperti yang siatur dalam BAB VI
12. Gubernur Kepala Daerah seperti diatur dalam pasal 18 ayat (4).
13. DPRD Provinsi seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3)
14. Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yang disebut dalam pasal 18 ayat (3)
15. Pemerintah Daerah Kota seperti yang siatur dalam pasal 18 ayat (2), (3), (5), (6), dan
(7) UUD 1945.
16. Bupati kepala daerah kabupaten diatur dalam pasal 18 ayat (4)
17. DPRD kabupaten diatur dalam pasal 18 ayat (3)
18. Walikota Kepala Daerah Kota yang diatur dalam pasal 18 ayat (4)
19. Satuan pemerintah Daerah yang bersifat khusus dalam pasal 18 B

6
20. DPRD kota yang disebut dalam pasal 18 ayat (3)
21. DPR yang diatur dalam BAB VII UUD 1945.
22. DPD yang diatur dalam BAB VIIA UUD 1945.
23. Komisi Penyeenggaraan pemilu diatur dalam pasal 22 E ayat (5).
24. Bank Sentral yang diatur secara eksplisit dalam pasal 23D
25. BPK diatur dalam BAB VIIIA
26. Mahkamah Agung diatur dalam BAB IX pasal 24 dan 24A
27. Mahkamah Konstitusi diatur dalam BAB IX pasal 24 dan 24C
28. Komisi Yudisial diatur dalam BAB IX pasal 24B
29. TNI yang diatur tersendiri dalam BAB XII
30. Angkatan Darat (TNI AD) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
31. Angkatan Laut (TNI AL) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
32. Angkatan Udara (TNI AU) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
33. Kepolisian Negara RI (POLRI) diatur dalam pasal 30 UUD 1945
34. Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan fungsi kehakiman seperti kejaksaan
diatur dalam UU yang diatur dalam pasal 24 ayat (3) UUD 1945.

2.2 Posisi Lembaga Negara Sebelum Amandemen

Susunan lembaga Negara RI sebelum Amandemen UUD 1945

UUD 1945

MPR

DPR PRESIDEN BPK MA DPA


DAN WAKIL
PRESIDEN

Berdasar bagan diatas posisi lembaga Negara RI sebelum amandemen UUD 1945 ada 6,
yaitu :

1. MPR

2. DPR

3. PRESIDEN

4. BPK

7
5. MA

6. DPA

2.3 Fungsi Dan Peran Lembaga Negara Sebelum Amandemen

A. MPR

Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power)
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan
MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat yang berwenang :

1. menetapkan UUD, menetapkan GBHN, mengangkat presiden dan wakil


presiden.

2. Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta
utusan golongan yang diangkat.

3. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut
turut.

4. Memberhentikan sebagai pejabat presiden.

5. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.

6. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.

B. DPR

DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang


merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk
UU. DPR berwewenang :

1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.

2. Memberikan persetujuan atas PERPU.

3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.

4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta


pertanggungjawaban presiden.

C. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

1. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris


MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi
“untergeordnet”.

8
2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).

3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power),


juga memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan
kekuasaan yudikatif (judicative power).

4. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.

5. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat


sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa
jabatannya.

D. BPK

Sebelum amandemen tidak banyak dijelaskan menenai BPK. BPK bertugas


untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil dari
pemeriksaan keuangan tersebut kemudian dilaporkan kepada DPR.

E. MA

Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, kekuasaan kehakiman


dilakukan hanya oleh mahkamah agung. Lembaga mahkamah agung bersifat
mandiri dan tidak boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang kekuasaan
lainnya. Wewenang

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi.

2. Menguji peraturan perundang-undangan.

3. Mengajukan tiga orang hakim konstitusi.

4. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk memberikan grasi


dan rehabilitasi.

F. DPA

DPA memiliki kewajiban untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan


Presiden. DPA juga serta berhak untuk mengajukan usulan kepada pemerintah.
Sama Seperti BPK, UUD 1945 tidak banyak menjelaskan tentang DPA.

9
Posisi Lembaga Negara Setelah Amandemen

Susunan lembaga Negara RI setelah Amandemen UUD 1945

UUD 1945

BPK MPR PRESIDEN MA MK


DAN WAKIL
KY
PRESIDEN
DPR DPD

Berdasarkan bagan diatas posisi lembaga Negara RI setelah amandemen UUD 1945 ada
8, yaitu :

1. BPK

2. MPR

3. DPR

4. DPD

5. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

6. MA

7. MK

8. KY

2.4 Fungsi dan Peran Lembaga Negara Setelah Amandemen

A. BPK

UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain


seperti BPK dengan memberikan kewenangan yang sangat minim.

10
B. MPR

Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 UUD Tahun 1945 adalah:

1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa


jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.

4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya.

5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti


secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan calon
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

C. DPR

DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang


merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk
UU. DPR mempunyai fungsi legislasi anggaran, dan pengawasan. Diantara
tugas dan wewenang DPR adalah :

1. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat


persetujuan bersama.

2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah


pengganti UU.

3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang


berkaitan dengan bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam
pembahasan.

4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan


pertimbangan DPD

5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta


kebijakan pemerintah.

11
6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggungjawaban keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK.

7. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang,


membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

8. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi


rakyat.

Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak
meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak
kepada kehidupan bermasyarakat da bernegara. Dan DPR juga memilik hak angket, yakni
melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang undangan. Dan menyatakan pendapat diluar institusi,
anggota DPR juga memilikimhak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.

D. DPD

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem
ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Setelah UUD 1945 mengalami
amandemen lembaga ini tercantum, yakni dalam Bab VII pasal 22C dan pasal 22D.
Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu
(lihat kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan
dari organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai
berikut :

1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan


dengan otonomidaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, serta penggabungan.

2. daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.

3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang


APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.

4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas


tadi, serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk
ditindaklanjuti. DPD ini bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

E. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

12
Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa
jabatan saja (pasal 7 UUD 1945 hasil amendemen).

Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:

a. Presiden sebagai Kepala Negara

Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang dan


kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,


Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (pasal 10 UUD 1945).

2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian


dengan negara lain dengan persetujuan DPR (pasal 11 UUD
1945).

3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD


1945).

4. Mengangkat duta dan konsul.

5. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.

6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

b. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.

Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan


kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada


DPR.

3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan


undang-undang.

4. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

F. MA

Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang


Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas pertimbangan
untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan

13
dan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai
tugas dan wewenang:

1. mengadili pada tingkat kasasi;

2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang


terhadap undang-undang

3. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

G. MK

Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the


guardian of the constitution). Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah
lembaga negara baru di bidang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah
Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:

1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;

2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang


kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;

3. memutus pembubaran partai politik;

4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai


peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum
sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagaimana yang ditentukan dalam
UUD 1945. Pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya
paham negara hukum dalam UUD
1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak
boleh ada undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Hal itu sesuai dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai


puncak dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pengujian
undang-undang terhadap UUD 1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam
rangka menjaga prinsip konstitusionalitas hukum. Hakim Konstitusi terdiri dari 9
orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan
pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan
dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

H. KY

14
Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri  dan
dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh
kekuasaan lainnnya. Dibentuknya komisi yudisial dalam struktur kehakiman di
Indonesia, dalah agar warga masyarakat diluar lembaga struktur resmi lembaga
parlemen dapat dilibatkan  dalam proses pengangkatan , penilaian kinerja, dan
kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan
menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta prilaku hakim dalam
rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha
esa. Dalam menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan
terhadap :

1. Hakim Agung dan Mahkamah Agung.

2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang


berada dibawah mahkamah agung, seperti peradilan umum,agama,
militer, dan badan peradilan lainnya.

3. Hakim Mahkamah Konstitusi

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

16
DAFTAR PUSTAKA

Prof. dr. h. kaelan, ms,2014,pendidikan pancasila. Yogyakarta: paradigma

Kansil, C.S.T. 2005 . sistem pemerintahan Indonesia . Jakarta : PT Bumi Aksara

https://sandelwood12.wordpress.com/2014/11/13/tugas-dan-wewenang-lembaga-negara-
indonesia-sebelum-dan-sesudah-amandemen-uud-1945/

17

Anda mungkin juga menyukai