Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Tentang Objek Dan Tujuan Ilmu Filsafat

Diajukan untuk Dipresentasikan dalam Mata


Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh :
Adam Mahindra : 3518029

D osen
pembimbing:
Zulfikri, MA

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Karena berkah hidayah-Nya makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini dapat disusun dengan harapan dapat membantu dalam mengikuti mata
perkuliahan Filsafat Ilmu. Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dosen yang telah membimbing dan memberikan arahannya dalam pembuatan makalah kami yang
berjudul Objek dan Tujuan Ilmu Filsafat.

Semoga setelah kita membaca makalah ini, kita dapat memahami dan menambah wawasan
mengenai masalah Objek dan Tujuan Ilmu Filsafat. Dalam pembuatan makalah ini, kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Terlepas dari
kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermamfaat bagi
pembaca.

Bukittinggi, 12 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
a. Objek Filsafat Ilmu
b. Tujuan Filsafat Ilmu

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin
terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa
dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi
penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus
mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal.
Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu
filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan
ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu
sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman
mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun
manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat
yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan
dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja objek filsafat?


2. Apa saja tujuan dari Filsafat?

C. Tujuan

1. Mengetahui objek-objek filsafat


2.Mengetahui tujuan dari filsafat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Objek Filsafat Ilmu


Objek filsafat ilmu adalah suatu bahan yang ditelusuri, diteliti, diselidiki atau dipelajari,
guna untuk memperoleh pengetahuan baru yang diketahui hakikatnya dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material
dan objek formal.

 Objek Material Filsafat Ilmu


Objek materi adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penilitian atau pembentukan
pengetahuan itu, yang di pandang atau diselidiki oleh disiplin ilmu.

Pengertian objek materi filsafat menurut para ahli:


1)  Louis O. Kattsof
Objek material filsafat adalah segala pengetahuan manusia dan segala sesuatu yang ingin
diketahui manusia. (Surajiyo, 2007)

2)   A. Fuad Ihsan


Objek material filsafat yaitu suatu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. (A.
Fuad Ihsan, 2010)

3)   M. Noor Syam


Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil
konkret, phisis maupun nonmateriil abstrak, psikhis.termusuk pula pengertian absrak-logis,
konsepsional, spiritual dan nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak terbatas. (Surajiyo, 2007)

4)   Dr. Oemar Amir Hoesen


Masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia memiliki kecenderungan
hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan yang
mungkin ada. Objek yang tersebut di atas adalah menjadi objek material filsafat. (Surajiyo, 2007)
5)   Drs. H.A. Dardiri
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan.\\

Segala sesuatu yang ada, itu dapat dibagi dua hal, yaitu:
a)  Ada, yang bersifat umum
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ pada umumnya disebut ontologi
b)  Ada, yang bersifat khusus
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu:
-   ‘Ada’ yang mutlak, yang disebut theodicea
-   ‘Ada’ yang tidak mutlak terdiri atas alam (kosmologi) dan manusia (antropologi metafisis).
(Surajiyo, 2007)

Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “Objek
material filsafat adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian, atau pembentukan
pengetahuan, yang di pandang atau di selidiki, oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup segala
sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam
kemungkinan”.

 Objek Formal Filsafat Ilmu


Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi
manusia?. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan
yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

1)   Landasan ontologis pengembangan ilmu


Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaah ilmu pengetahuan
didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuan, yang secara garis
besar dibedakan atas dua aliran besar yang sangat mempengaruhi perkembanga ilmu pengetahuan,
yaitu materialisme dan spiritualisme. Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang
menganggap bahwa tidak ada suatu hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu
pandangan yang metafisik yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi
dan mendasari seluruh alam.
Pengembangan ilmu berdasarkan pada meterialisme cendurung pada ilmu-ilmu kealaman
dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi mengembangan ilmu-ilmu lain. Sedangkan
spriritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai
wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain.

2)   Landasan epistemologis pengembangan ilmu.


Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titki tolak penelaah ilmu pengetahuan
didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah metode ilmial, yang secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu siklus
empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linear untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora.
Cara keraja metode siklus empiris meliputi obsevasi, penerapan metode induksi, melakukan
eksperimentasi, verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga
melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linear meliputi penangkapan indrawi terhadap
realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi
tentang kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.

3)   Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan


Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan merupakan sikap etis yang harus
dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya dengan nilai-nalai yang diyakini
kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas ilmial senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan,
ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan (Rizal
Mustansyir, dkk, 2001).

Persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang dikemukakan Ali


Mudhofir (1996), yaitu sebagai berikut:
1) Bersifat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus,
dengan kata lain sebagaian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar. Misalnya;
filsafat tidak menanyakan “berapa uang yang Anda habiskan dalam satu bulan?”. Akan tetapi
filsafat menanyakan “apa kebahagiaan itu?”.
2) Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-
persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengatahuan ilmiah.
3) Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan
pernilaian, baik nilai moral, estesis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengetahuan ini adalah suatu
kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
4) Bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang
biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
5) Bersifat sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat
merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
6) Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari jawaban tersebut akan
memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung
akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

B. Tujuan Filsafat Ilmu

 Filsafat ilmu merupakan umerefleksi, menguji, mengkritik asusmsi dan metode keilmuan,
sebab kecendrungan yang terjadi di kalangan ilmuan modern adalah merupakan suatu
metode ilmiah tampa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Suatu sikap
yang di perlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan
struktur ilmu pengetahuan. Bukan sebaliknya, metode hanya sarana berfikir bukan
merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
 Mendalami unsur unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bias memahami
sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
 Menjadi pedoman bagi dosen dan mahasiswa dalam memahami studi di perguruan tinggi,
terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
 Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
 Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehinga orang menjadi kritis dan
cermat terhadap kegiatan ilmia. Maksudnya seorang ilmuan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmu nya sendiri.sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsitik
menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
 Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat di pertangguang jawabkan secara logi-rasional, agar
dapat dipahami dan di pergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan penggunan
metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Pembahasan mengenai hal ini di
bicarakan dalam metedelogi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang caea-cara untuk
memperoleh kebenaran.
 Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapatkan gambaran tentang proses ilmu kontempores secara historis.
 Mendorong pada calon ilmuan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
 Memahami dampak kegiatan ilmuah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya
alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik dan computer) dengan masyarakat yaitu
berupa tanggung jawab dan ilmplikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya masalah
euthanasia sLm dunia kedokteran masih sangat dilematis dan problematic, penjebolan
tehadap sekuriti computer, pemalsuan terhadap ha katas kekayaan intelektual ( HAKI)
plagiarism dalam karga ilmiah.

Adapun tujuan Filsafat yang lainnya yaitu:

1. Filsafat berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang bijaksana dan bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Filsafat juga bertujuan untuk membuat manusia memiliki perspektif yang luas dalam
melihat sesuatu. Dengan hal ini maka manusia dapat memiliki pandangan yang luas dan
dapat terhindar dari egosentrisme.
3. Dengan menilai berbagai macam hal di sekitarnya secara objektif, maka melalui filsafat
diharapkan manusia akan lebih terdidik dan mampu memiliki pengetahuan yang luas.
4. Filsafat dapat mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan dan lebih mendalami ilmu
pengetahuan.
5. Dengan mempelajari filsafat maka manusia juga dapat memahami perkembangan,
kemajuan pengetahuan, serta sejarah pertumbuhan dari pengetahuan tersebut.
6. Filsafat membuat manusia agar memiliki kemauan untuk berpendapat sendiri, mandiri
dalam hal rohaniah, berpikir sendiri, serta dapat menunjukkan sifat yang kritis.
7. Dengan mendalami filsafat maka manusia dapat mendalami pokok ilmu sampai ke cabang-
cabangnya. Dengan demikian maka akan lebih mudah dalam memahami hakikat ilmu
beserta sumber dan tujuannya.
8. Filsafat juga sangat berguna bagi dunia pendidikan, karena baik siswa maupun pengajar
punya pedoman yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Terutama untuk
membedakan mana persoalan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan ilmu yang menyelidiki segala hal yang berkaitan dengan
kehidupan manusia, yang dikupas secara bijaksana dan mendalam sampai mendapatkan hakikat
yang sebenarnya. Dalam filsafat terdapat objek filsafat ilmu yaitu suatu bahan dijadikan tinjauan
penelitian oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup segala sesuatu yang ada (baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan) dan yang mungkin ada.

B. Saran
Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap saat kita membentuk suatu pengetahuan yang belum
kita ketahui. Dari itu timbulah probem-probem yang dipertanyakan hakikatnya, bila sudah
diketahui jawabannya akan muncul lagi probem yang lainnya, begitulah seterusnya. Oleh karena
itu, mari kita cari pengetahuan sampai ke akar-akarnya agar mengetahui hakikat yang sebenarnya
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta


Surajito. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
http://objekfilsafatilmu.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai