Anda di halaman 1dari 18

JURNAL

MOTIF PENERIMA AKTIF MEDIA SOSIAL TWITTER

(Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Motif Penerima Aktif Meme Tweet Video
Adam Stardust Terkait Kekerasan Verbal Anak Pada Akun Jejaring Sosial Twitter
@hati2diinternet)

Oleh:

Dhipo Alam Dharmawan


D0214029

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021

1
MOTIF PENERIMA AKTIF MEDIA SOSIAL TWITTER

(Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Motif Penerima Aktif Meme Tweet Video
Adam Stardust Terkait Kekerasan Verbal Anak Pada Akun Jejaring Sosial Twitter
@hati2diinternet)

Dhipo Alam Dharmawan


Sri Herwinsya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Twitter is one of the social media platforms that gives individuals the
opportunity to use various levels of communication with different motives. A
motive is a potential and latent construction formed by experiences, which is
relatively durable even though the possibility of change still exists, and functions
to move and direct behavior towards certain goals (Melanie, 2010). Junaidi
(2018) explains that in cultivation theory, the effects of mass media are more
cumulative and have more impact on the socio-cultural level than the individual.
Sundar and Limperos (2013) explain that the use of social media appears to fulfill
the need for individual information.
The results of this study found that 1) Individual motives act as active
recipients in tweeting Adam Stardust's video related to verbal abuse of children
on the Twitter @hati2diinternet social network account, including: entertainment
needs, social integrative needs and release/escape needs. 2) the factors behind
individuals acting as active recipients in tweeting Adam Stardust's video
regarding child verbal abuse on the Twitter @hati2diinternet social network
account are innate mechanisms, cognitive processes and social interactions.

Keywords: Cultivation Theory, motives, Twitter

2
Pendahuluan
Twitter merupakan jejaring social dan microblog daring yang
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks
hingga 280 karakter, yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet). Pesan berbasis
teks ini memiliki layanan multimedia yang dapat disematkan dalam tweet
penggunanya, seperti gambar, gambar bergerak (gif) dan video untuk menguatkan
pesan dalam tweet tersebut. Twitter pertama kali dirancang untuk berkirim kabar
dengan memanfaatkan SMS (Short Messages Service) yang pada awalnya hanya
mengakomodasi 140 karakter tiap tweetnya. Fitur yang disediakan Twitter antara
lain adalah Linimasa (Timeline) dimana daftar tweet terbaru dari pengguna-
pengguna Twitter yang diikuti pemilik akun, termasuk tweet yang dibuat si
pemilik akun tersebut. Pesan Langsung (Direct Messages) yang merupakan
layananan perpesanan langsung yang private antar dua pengguna saja.
Seiring perkembangan waktu dan kemajuan teknologi komunikasi, Twitter
mengalami beberapa penambahan fitur seperti fitur retweet dimana pengguna
dapat men-tweet ulang tweet pengguna lain tanpa perlu lagi menambahkan “RT”
didepan tweet yang di retweet pada November 2009, penambahan limit karakter
pada tiap tweet menjadi 240 karakter pada tahun 2010, hingga update terakhir
yang memungkinkan pengguna men-tweet sebanyak 280 karakter.
(https://tirto.id/di-balik-uji-coba-kicauan-280-karakter-twitter-cxoc diakses pada 9
November 2018).
Akun @hati2diinternet merupakan salah satu akun twitter yang memiliki
pengikut sebanyak 175.200 akun (10/19) dengan perkembangan terus setiap
harinya. Kalangan akun yang mengikutinya, ialah dari berbagai usia, ataupun
dengan identitas yang anonim. Pola interaksi antar akun dan pengikutnya pun
terjadi secara dua arah. Ini terlihat dengan aktivitas dari akun @hati2diinternet
yang kerap mengkicau ulang (retweet) lelucon hasil dari tweet pengikutnya untuk
disebar luaskan kepada pengikutnya yang lain. Retweet merupakan aktivitas
pengguna akun Twitter dimana pengguna dapat membagikan suatu tweet dari
akun lain secara real time di lini masa mereka sehingga kesempatan tweet tersebut
dapat dilihat secara langsung oleh pengikut akun tersebut makin besar. Lelucon

3
dalam tweet suatu akun tersebut bisa saja hanya berupa teks, dengan penyematan
gambar, ataupun video yang mengandung unsur agresif humor.
Pada 20 Mei 2018 akun @hati2diinternet men-tweet meme video yang
menampilkan Hans (Adam Stardust) dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang
bertepuk tangan sembari berucap “Hebat, diskusi kalian memang berbobot”.
Video berdurasi enam detik itu ditweet oleh akun @hati2diinternet dengan tulisan
sematan “Template: Diskusi Berbobot [Remastered]”. Konteks awalnya dalam
video tersebut, Hans memuji kawannya yaitu Doel yang sedang berdiskusi dengan
temannya mengenai kemajuan teknologi yang berdampak pada peningkatan
jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Video tersebut sengaja dikirim oleh
@hati2diinternet sebagai formula “meme” agar video itu bisa direproduksi
kembali oleh followernya dengan kontekstual yang berbeda-beda. Hasilnya akun
@hati2diinternet dalam tweetnya mendapatkan kicau ulang atau retweet sebanyak
1124 kali dan likes sebanyak 2000 lebih, sehingga persebarannya di lini masa
Twitter begitu cepat. Kebanyakan tweet yang memperoleh retweet terbanyak
merupakan tweet yang disematkan video atau gambar yang mengandung unsur
humor agresif. Ini dapat terlihat dari muatan gambar yang diunggah atau video
yang diedit dan dibagikan oleh akun @hati2diinternet.
Tiap individu pun beragam memiliki cara untuk menyampaikan gagasannya
melalui jejaring sosial Twitter ini, khususnya akun yang menyampaikan gagasan
dengan menggunakan pendekatan humor. Akun @hati2diinternet, yang telah
bergabung di Twitter terhitung sejak Mei 2013, menuliskan gagasan-gagasannya
yang jenaka dalam tweet dengan menggunakan pendekatan humor Aggressive
Humor. Tipe humor yang agresif digunakan untuk memojokkan, memanipulasi,
atau bahkan mengancam orang lain. Tipe humor ini memiliki kecenderungan
destruktif tinggi dan dapat menganggu baik individu ataupun kelompok yang
berperan sebagai penerima pesan.
Urgensi motif sebagai komunikan aktif inilah yang menjadi titik fokus pada
penelitian ini. Masyarakat internet (atau kerap disebut netizen) yang terhampar
paparan media ini memiliki kemampuan untuk “mentolerir” apa yang terjadi atau
disajikan didalam internet yang dikemas sebagai humor, yang sekiranya membuat

4
efek penerimaan secara normatif, walaupun sebenarnya isu yang diambil sebagai
bahan lelucon tersebut merupakan hal yang sensitif untuk dijadikan bahan
tertawaan dan sebagai feedback-nya, netizen memiliki pilihan untuk bereaksi atas
suatu isu yang dilemparkan dalam kicauan akun @hati2diinternet tersebut.
Penerima aktif atau komunikan aktif adalah gabungan dari dua kata yaitu
komunikan atau penerima dan aktif. Komunikan sendiri menurut Effendy (2000)
adalah pihak yang menjadi target sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan oleh
komunikator. Nurudin (2017) menjelaskan bahwa ciri-ciri tahapan masyarakat
memasukkan kategori masyarakat yang memilah dan menerima pesan secara aktif
sebagai masyarakat informasi. Ciri-cirinya antara lain melek visual, aural dan
komputer, dan memiliki keahlian untuk mengkomodifikasi pengetahuan.
Komodifikasi pengetahuan inilah faktor yang membuat penerima aktif dapat
menampung berbagai macam informasi dan memberikan modifikasi pada
interpretasi akhir mengenai suatu topik informasi.
Pada seluruh penjabaran diatas, peneliti ingin meneliti tentang motif
penerima aktif dalam tweet video @hati2diinternet pada setiap akun yang
membalas tweet tersebut yang berkaitan dengan kekerasan verbal pada anak.
Kalangan pengikut yang mereply tweet meme video @hati2diinternet dipilih
sebagai obyek karena, kalangan tersebut benar-benar melakukan kegiatan reaktif
dari penyampaian pesan komunikator dengan merespon secara virtual dalam akun
jejaring sosial twitter. Para objek memberikan tanggapan secara langsung yang
juga dapat dilihat oleh pengguna lainnya yang dapat menimbulkan motif tertentu
terhadap pencitraan si komunikan aktif dalam citraan akun jejaring sosial
twitternya. Nasrullah (2018) menjelaskan fenomena ini dalam Level Pengalaman
(Experiential Stories). Level pengalaman media atau experiential stories mencoba
untuk menawarkan praktik yang lebih dalam lagi dengan cara mengungkapkan
aspek internal maupun eksternal dari khalayak tersebut. Hal ini menjelaskan motif
atau tujuan apa yang diinginkan oleh komunikan aktif didunia offline maupun
online.
Maka dari itu, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat isu ini sebagai
objek penelitian dengan menganalisis motif penerima aktif akun Twitter

5
@hati2diinternet dengan judul Motif Penerima Aktif Media Sosial Twitter: Studi
Deskriptif Kualitatif terhadap Motif Penerima Aktif Meme Tweet Video Adam
Stardust Terkait Kekerasan Verbal Anak pada Akun Jejaring Sosial Twitter
@hati2diinternet.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan maslaah sebagai
berikut:
a. Apa motif individu yang bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet
video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial
twitter @hati2diinternet?
b. Faktor apa yang melatar belakangi individu yang bertindak sebagai penerima
aktif dalam memetweet video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak
pada akun jejaring sosial twitter @hati2diinternet?
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Effendi (2002:9) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa
inggris yaitu communication atau berasal dari bahasa Latin communicatio dan
bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. “Sama” yang
dimaksudkan dalam hal ini ialah penyamaan interpretasi antar komunikator dan
komunikan mengenai makna pesan yang dikomunikasikan.Hovland oleh
Riswandi (2009:2) menyatakan komunikasi adalah proses seorang individu
(komunikator) mengoper stimulus (berupa kata verbal/lisan) untuk mengubah
tingkah laku individu lainnya (komunikan).Lasswell dalam Wiryanto (2004)
dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect. Pertanyaan ini mencakup
5 unsur yang dipelajari dalam Ilmu Komunikasi dan apabila berfokus kepada
masing-masing subjek:Who (siapa), Says What (mengatakan apa), In Which
Channel (melalui saluran apa), To Whom (kepada siapa) dan Effect (efek).
b. Komunikasi Massa

6
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, baik media
cetak atau elektornik (Nurudin 2015). Istilah komunikasi massa berasal dari
bahasa Inggris yaitu “mass communication” yang berarti suatu komunikasi
yang menggunakan media massa. Komunikasi massa merujuk pada
penggunaan media sebagai sarana penghubung atau penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan.Mursito (1999) mengatakan jika dalam
konteks ilmu komunikasi istilah komunikasi massa dapat dimengerti sebagai
komunikasi yang berlangsung melalui atau menggunakan media massa, bukan
komunikasi berhadapan dengan media massa. Sementara itu, menurut Nurudin
(2015), komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta
pesan yang dihasilkan oleh pembaca, pendengar, atau penonton yang akan coba
mereka raih serta efeknya terhadap diri mereka.Effendy (2002) memaparkan
jika komunikasi massa memiliki tiga fungsi utama, yakni untuk menyiarkan
informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), dan menghibur (to
entertain). Khusus untuk fungsi ketiga, yakni untuk menghibur, Onong
menggarisbawahi jika hal tersebut harus dibarengi dengan dua intensi, yakni
untuk membimbing dan mengkritik.
c. Motif Penggunaan Media Sosial
Motivasi menurut Uno (2015) adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Maka dari itu, perbuatan individu dalam aspek nyata
maupun maya dapat ditelusuri motivasinya.Motivasi berasal dari kata motif,
yaitu kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Sejalan dengan itu, Koeswara (1989)
menjelaskan energi/kekuatan merupakan konstruk-konstruk utama dalam
membentuk teori motivasi pada manusia.
Maslow (1992) menjelaskan kekuatan motivasi dasar sebagai kebutuhan
indivdu yang membimbing ke arah persoalan atau bentuk sikap masyarakat,
jumlahnya tak terhitung dan mengubah tingkatan yang luas, bukan saja dari
individu ke individu lainnya, melainkan dari waktu ke watu pada personil yang

7
sama. Bahwasannya individu dapat memiliki kekuatan yang disebut kebutuhan
sesuai dengan kelompok yang individu tersebut diami. Motivasi pemenuhan
hal ini mencakup tiga hal yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan sosiologi dan
kebutuhan psikologi.
1) Kebutuhan fisiologi
Kebutuhan fisiologi merupakan kekuatan motivasi yang bersifat primitif dan
fundamental. Kebutuhan ini sangat naluriah dan identik dengan pola
perilaku hewan yang harus dipenuhi seperti makan, minum, tempat tinggal,
hingga hasrat seksual.
2) Kebutuhan sosiologi
Kebutuhan sosiologi muncul atas dasar dari hubungan kekerabatan antar
manusia satu dengan yang lainnya. Kebutuhan ini contohnya ialah
kebutuhan akan rasa saling memiliki, kebutuhan afeksi, cinta dan kasih
sayang, hingga kebutuhan penerimaan.
3) Kebutuhan psikologi
Kebutuhan dalam kategori ini dipengaruhi oleh hubungan antar manusia lain
tetapi berbeda dengan kebutuhan sosiologi sebab hanya berhubungan
dengan pandangan manusia pribadi (individu). Kebutuhkan ini dapat
dicontohkan seperti kebutuhan akan diakui di lingkungan, memiliki
pendapatan, status sosial di masyarakat dsb.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Sugiono, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pengikut aktif akun Twitter @hati2diinternet.
Sedangkan, Sampel pada penelitian ini adalah penerima aktif dalam forum
memetweet video Adam Stardust di akun jejaring sosial Twitter @hati2diinternet
sebanyak 6 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.

8
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu (Sugiyono, 2012).
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat peneliti secara langsung
melalui observasi maupun wawancara kepada narasumber yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan bahasan penelitian.
Data primer pada penelitian ini didapat melalui observasi dan wawancara pada
beberapa orang terpilih sebagai sampel penelitian. Sedangkan, Data sekunder
yaitu data yang sudah ada, biasanya didapat melalui studi pustaka. Data sekunder
diperoleh dari buku referensi, jurnal nasional, jurnal internasional, tulisan media
cetak atau sumber lainnya yang relevan dengan penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
berupawawancara, observasi, dan studi literatur.
1) Wawancara mendalam (in-depth interview).
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012). Wawancara mendalam (in-depth
interview). pada penelitian ini dilakukan dilaksanakan melalui perangkat
multimedia seperti telpon, video call, atau temu langsung dengan informan
yang merupakan penerima aktif dan pengikut akun jejaring sosial Twitter
@hati2diinternet.
2) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan melalui
pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra
(Arikunto, 2010). Pengambilan data dengan observasi pada penelitian ini
digunakan untuk memperkuat hasil dari wawancara yang dilakukan melalui
pengamatan langsung terhadap subyek penelitian.
3) Studi Literatur
Studi literatur merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh
data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

9
penelitian (Sugiyono, 2012). Studi literature pada penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.
Untuk menguji validitas data pada penelitian kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2012) Triangulasi terbagi
menjadi triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, serta triangulasi
waktu. Triangulasi sumber yakni metode validasi data yang didapat melalui
berbagai sumber. Data yang telah didapat dideskripsikan, dikategorikan,
kemudian diambil kesepakatan (member check) untuk ditarik hipotesis.
Triangulasi teknik yakni metode pengecekan data dengan sumber yang sama
tetapi menggunakan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini memakai triangulasi
sumber karena pada penelitian ini mendapatkan sumber data dari beberapa
narasumber menggunakan metode yang sama.
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisa
kualitatif. Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa teknik analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan baik sebelum penelitian ke lapangan, selama proses
di lapangan, maupun setelah penelitian di lapangan dilaksanakan. Kegiatan
analisis dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke
lapangan serta terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitan. Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2012), terdapat tiga proses analisis data kualitatif yaitu:
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal yang pokok,
dan memfokuskan pada hal-hal penting, serta mencari proses atau temanya.
Reduksi data yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih
data-data penting yang didapat selama penelitian mengenai proses komunikasi
interpersonal instruktur dan anggota Thunder Fitness. Data yang diperoleh
tersebut kemudian diorganisasikan dan dikategorisasi berdasarkan poin-poin
tujuan penelitian.
2) Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar katagori, dan sebagainya. Menyajikan data dalam
penelitian kualitatif biasanya bersifat naratif. Tujuannya untuk memahami apa

10
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut atau dalam kata lain membuat peneliti terstruktur dalam
menganalisis temuan. Data yang disajikan oleh peneliti berupa teks naratif
yang menjelaskan pola dan proses komunikasi interpersonal yang
dikelompokan berdasarkan poin-poin dalam tujuan penelitian.
3) Conclusion Drawing
Proses terakhir dari analisis ini ialah penarikan kesimpulan. Kesimpulan
dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dibuat sejak
awal namun juga tidak. Hal ini dikarenakan masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah
peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang
mampu memperjelas sebuah fenomena. Peneliti menarik kesimpulan dari hasil
penelitian mengenai proses komunikasi interpersonal instruktur dan anggota
Thunder Fitness.
Sajian dan Analisis Data
Yulianti (2005) menjelaskan bahwa media massa khususnya media yang
berbentuk audio visual memiliki pengaruh terhadap manusia saat ini. Menurut
teori kultivasi, media audio visual menjadi alat di mana para penonton media
audio visual belajar tentang masyarakat dilingkungannya. Dengan arti lain,
persepsi apa saja yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan
budaya sangat ditentukan oleh media audiop visual. Junaidi (2018) menjelaskan
bahwa dalam teori kultivasi, efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih
berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini
juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung
menerpa khalayak. Analisis kultivasi teori bahwa media menanamkan atau
menciptakan pandangan terhadap dunia, yang walaupun kemungkinan tidak
akurat, tetapi menjadi realitas hanya karena orang-orang percaya pada realitas
tersebut (Steanley, 2014).

11
Motif adalah suatu kontruksi yang potensial dan laten yang dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun
kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakan serta mengarahkan
perilaku ke tujuan tertentu (Melanie, 2010).Berkaitan dengan penggunaan media
sosial,Sundar dan Limperos (2013) menjelaskan bahwapenggunaan media sosial
muncul sebagai pemenuhan kebutuhan akan informasi individu.
Twitter merupakan salah satu platform media sosial yang memberikan
kesempatan individu untuk menggunakan berbagai level dalam komunikasi serta
berbagai motif yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
motif individu yang bertindak sebagai penerima aktif jejaring sosial twitter
@hati2diinternet, adalah sebagai berikut:
a. Motif individu bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet video
Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial
twitter @hati2diinternet
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 2 informan menyebutkan bahwa
salah satu motif individu bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet
video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial
twitter @hati2diinternet adalah adanya kebutuhan hiburan. Kebutuhan hiburan
merupakan kebutuhan atas pengalaman-pengalaman yang estetis,
menyenangkan, dan emosional (Effendy, 2000). Adanya kebutuhan kebutuhan
akan hiburan, melalui hasil wawancara dengan Informan HJ (23 tahun) dan
Informan AN (20 tahun) yang menyatakan informan HJ mengunggah (posting)
video Adam Stardust sebagai sebuah satir bagi kedua kubu yang sedang
berdebat agar kedua belah terhibur.
Motif kedua yang ditemukan oleh peneliti adalah kebutuhan integratif
sosial. Effendy (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan integratif sosial adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman,
dan dunia yang didasari naluri manusia untuk berafiliasi sebagai makhuk
sosial. Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 3 yaitu RZ (21 tahun),
diketahui bahwa salah satu motif individu bertindak sebagai penerima aktif
dalam memetweet video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada

12
akun jejaring sosial Twitter @hati2diinternet, adalah adanya kebutuhan
integratif sosial dimana dalam postingan tersebut informan RZ merasa bahwa
meskipun informan sadar adanya unsur kekerasan namun Informan RZ merasa
bahwa dirinya hanya bertindak karena mengikuti mengikuti masa yang ada di
twiiter dan menganggap bahwa hal yang demikian terus tersebut adalah sesuatu
yang biasa dan dapat diterima oleh masyarakat Twitter.
Kemudian motif lain yang ditemukan adalah adanya kebutuhan
pelepasan/pelarian. Effendy (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan
pelepasan/pelarian berkaitan dengan menghindarkan tekanan, ketegangan, dan
pelarian.Berdasarkan hasil penelitian diketahui 2 Informan yaitu infoman RD
(27 tahun) dan AC (23 tahun) menyatakan bahwa salah satu motif individu
bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet video Adam Stardust
terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial Twitter
@hati2diinternet, adalah adanya kebutuhan pelepasan/pelarian dimana ketika
Informan RD melihat postingan tersebut ada ide-ide yang yang ingin
disampaikan atau dilampiaskan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara juga
diketahui bahwa terkadang informan RD merasa yakin bahwa editan video
yang dia unggah nantinya pasti akan menjadi sesuatu yang lucu, sehingga
Informan RD berusaha melepaskan apa yang ada dalam pikirannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 2 yaitu AC (23 tahun),
diketahui bahwa adanya kebutuhan kebutuhan pelepasan/pelarian dimana
menurut Informan AC, pada dasarkan akun Twitter @hati2internet
menyediakan template yang dapat diedit sendiri oleh para pengikutnya
(Followers), sehingga karena pada dasarnya Informan AC senang mengedit
dan membuat video, Informan AC membuat ulang (re-make) positngan
tersebut dengan tujuan pelepasan atau pelampiasan kreatifitas informan.
b. Faktor yang melatar belakangi individu yang bertindak sebagai penerima
aktif dalam memetweet video Adam Stardust terkait kekerasan verbal
anak pada akun jejaring sosial twitter @hati2diinternet.
Teori kultivasi menjelaskan bagaimana media massa dipercaya menjadi
agen penyamaan dalam budaya. Karena hadirnya media merupakan

13
pengalaman umum yang besar dari hampir semua orang, media mempunyai
pengaruh dalam memberikan cara-ara yang sama dalam cara memandang dunia
(Junaidi, 2018). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor
yang melatar belakangi individu yang bertindak sebagai penerima aktif dalam
memetweet video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun
jejaring sosial twitter @hati2diinternet adalah mekanisme bawaan, proses
kognitif dan interaksi sosial.
Koeswara (1989) menjelaskan bahwa mekanisme bawaan merupakan
mekanisme yang mendukung tingkah laku tersebut dalam tiap individu.
Berdasarkan pendekataan biologis instingtual yang menekankan bahwa energi
berakumulasi dalam insting-insting organisme, lalu insting-insting inilah yang
mendorong individu untuk bertingkah laku. Mekanisme bawaan ditunjukkan
melalui hasil wawancara dengan Informan HJ (23 tahun) yang menyatakan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh informan HJ mengunggah (posting) video
Adam Stardust didasarkan pada kesukaaan atau kesenangan dari informan
mengunggah video hasil kreasinya.
Faktor lain yang melatar belakangi individu yang bertindak sebagai
penerima aktif dalam meretweet video Adam Stardust terkait kekerasan verbal
anak pada akun jejaring sosial twitter @hati2diinternet adalah proses kognitif.
Proses kognitif ditunjukkan melalui hasil wawancara dengan Informan AC (23
tahun) yang menyatakan bahwa berdasarkan penilaian informan Informan AC
(23 tahun) apa yang ditayangkan dalam acara pertelevisian saat ini merupakan
tayangan yang sangat tidak mendidik dan sangat bahasa bagi orang yang
menonton, oleh sebab itu informan mengunggah video tersebut dengan tujuan
menyindir. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Informan AN (20
tahun), diketahui bahwa salah satu faktor yang melatar belakangi informan
bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet video Adam Stardust
terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial twitter @hati2diinternet
adalah proses kognitif, dimana menurut penilaian informan apa yang diunggap
sesuai dengan kondisi yang sedang dibahas dalam forum twitter tersebut,
sehingga informan menggunggap meme yang dibuat.

14
Kemudian, berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa faktor
lain yang melatar belakangi motif individu sebagai penerima aktif adalah
interaksi sosial. Koeswara (1989) menjelaskan bahwa Interaksi sosial
merupakan salah satu faktor yang membentuk tingkah laku individu untuk
menyeragamkan tingkah lakunya dengan tingkah laku kelompok. Lebih
luasnya, situasi sosial diketahui dapat mempengaruhi individu dalam
bertingkah laku.Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 3 yaitu RZ (21
tahun), diketahui bahwa informan RZ merasa bahwa meskipun informan sadar
adanya unsur kekerasan namun Informan RZ merasa bahwa dirinya hanya
bertindak karena mengikuti mengikuti masa yang ada di twiiter dan
menganggap bahwa hal yang demikian terus tersebut adalah sesuatu yang biasa
dan dapat diterima oleh masyarakat Twitter.
Selain itu, Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan RD (27
tahun), diketahui bahwa salah satu faktor yang melatar belakangi individu
bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet video Adam Stardust
terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial Twitter
@hati2diinternet, adalah interaksi sosial dimana awal mula Informan RD
mengunggah video tersebut berasal dari agency di internet yang mengirimkan
master atau templatememe, kemudian informan RD ikut serta dalam membuat
kreasi template yang dibagikan tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Motif individu bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet video
Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial twitter
@hati2diinternet, diantaranya yaitu: Kebutuhan hiburan, kebutuhan integratif
sosial dan kebutuhan pelepasan/pelarian.
b. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang melatar
belakangi individu yang bertindak sebagai penerima aktif dalam memetweet
video Adam Stardust terkait kekerasan verbal anak pada akun jejaring sosial

15
twitter @hati2diinternet adalah mekanisme bawaan, proses kognitif dan
interaksi sosial.

Daftar Pustaka
Literatur:
Abrar, Ana Nadhya. Budiyono. Poentarie, Emmy. Zaini, Nur. Nupikso, Daru. Iasari
Widiyastuti, Rianto, Puji. 2014. Demokrasi Bermedia Online. Yogyakarta : Tiara
Wacana Lokus.

Ardianto, dan Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, cetakan Kedua.


Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :


PT.Rineka Cipta.

Baldwin, John R; Stephen D.P; Mary A.M. 2004. Communication Theories for
Everyday Life. United States of America: Pearson Education, Inc.

Budiyono. 2014. Demokrasi Bermedia Online. Yogyakarta : Tiara Wacana Lokus

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara Observasi dan Focus Groups. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Koeswara. 1989. Motivasi. Bandung: Penerbit Angkasa.

Kusuma, Yuliandi. 2009. Pintar Twitter. Jakarta : Grasindo

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Maslow, Abraham. 1992. Motivasi & Perilaku. Semarang: Dahara Prize.

Miller, Katherine. 2002. Communication Theories, Perspectives, Proceses and Contexts.


The McGraw-Hill Companies. Inc.

16
Mursito, BM. 1999. Penulisan Jurnalstik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita.
Surakarta: Spikom.

Nasrullah, R. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Prenadamedia
Group.

Nasrullah, R. 2017. Etnografi Virtual. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Nurudin. 2017. Perkembangan Teknologi Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Nurudin. 2015. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Press.

Nurudin. 2018. Media Sosial Agama Baru Masyarakat Milenial. Jakarta: Gramedia

Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Riswandi, 2009. Ilmu komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu.

Robbins, Stephen dan Coulter, Mary. 2002. Manajemen. Jakarta: Gramedia.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmataik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma


Pustaka.

Ruggiero, Thomas. 2000. Uses and Gratifications Theory in the 21st Century : Mass
Communication and Society, Vol 1 ; 3-37

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Penerbit Alfabeta

Uno, Hamzah B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

West, Richard dan Lynn Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Humonika

Jurnal:

Hartanti. (2008). Apakah selera humor menurunkan stres? Sebuah meta-analisis.


Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 24 (1) 38-55.

17
Junaidi. 2018. Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi. SIMBOLIKA, Vol.
4.
Marwan, Iwan. 2013. Rasa Humor Dalam Perspketif Agama. Kediri : Jurnal Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (Stain), Al Turas, Vol. XIX No. 1.

Nasrullah, R. 2018. Riset Khalayak Digital: Perspektif Khalayak Media dan Realitas
Virtual di Media Sosial : Jurnal Sosioteknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Vol. 17, No. 2.

Rowland, Richard. 2018. Shitposting; The Anti-Humour of the Internet : Independent


Study of Enlglish Department of The University of Wolverhampton.

Wilson, John. 2003. The Concept of Education Revisited : Journal of Philosophy of


Education, Vol. 7 Issue 1.

Referensi Lain:
https://setipe.com/advice/hubungan-sehat/Ketahui%204-tipe-humor-untuk-pegangan-
hidup?lang=en diakses pada 7 November 2018 Pukul 15.00 WIB

https://tirto.id/di-balik-uji-coba-kicauan-280-karakter-twitter-cxoc diakses pada 9


November 2018 Pukul 14.00 WIB

https://www.jurnalweb.com/jumlah-pengguna-twitter-sekarang/ diakses pada 12


November 2018 Pukul 14.30 WIB

https://www.youtube.com/watch?v=2ouiQRcGVhk diakses pada 14 November 2018


Pukul 10.00 WIB

https://help.twitter.com/id
diakses pada 10 agustus 2019 pukul 07.46 WIB

https://www.vice.com/id_id/article/d35ana/ngobrol-bareng-richard-dawkins-sang-
pencetus-konsep-meme diakses pada 10 Agutus 2019

https://thidiweb.com/meme-adalah-gambar-tulisan-lucu/ diakses pada 10 Agustus 2019

https://mediaindonesia.com/humaniora/389057/kemenkominfo-89-penduduk-indonesia-
gunakan-smartphone diakses pada 10 April 2021

18

Anda mungkin juga menyukai