Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PROSES LITERASI INFORMASI PADA MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS: AKUN TWITTER

@SujuFor_ELFindo KOMUNITAS PENGGEMAR SUPER JUNIOR DI INDONESIA)

Lucky Mayrestu Ningtias*), Amin Taufiq Kurniawan

Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Proses Literasi Informasi pada Media Sosial (Studi Kasus: Akun Twitter
@SujuFor_ELFindo Komunitas Virtual Peggemar Super Junior di Indonesia)”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
proses Literasi Informasi pada akun media sosial @SujuFor_ELFindo berdasarkan identifikasi tujuh langkah Literasi
Informasi dengan menggunakan 4 model literasi informasi yaitu Big 6, Empowering 8, NSW Information Process, dan
The Seven Pillars of Information Literacy dan 1 standar literasi informasi yaitu Information Literacy Compentency
Standard for Higher Education. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Informan dipilih menurut tujuan penelitian yaitu dengan teknik purposive sampling sebanyak lima orang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa proses Literasi Informasi tidak hanya terjadi di perpustakaan saja, namun juga ada di
media sosial seperti pada akun Twitter @SujuFor_ELFindo sebuah komunitas virtual penggemar Super Junior di
Indonesia. Akun SJFE yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi ELF (penggemar Super Junior) telah
melakukan serangkaian langkah dan kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi yang sudah didapatkan dari berbagai sumber secara efektif dan digunakan sesuai dengan etika. Serangkaian
langkah tersebut telah dirangkum dan disesuaikan dengan 4 (empat) model literasi informasi yaitu The Big 6,
Empowering 8, NSW Information Proccess dan The Seven Pillars of Information Literacy serta 1 (satu) standar literasi
informasi ACRL Information Literacy Competency for Higher Education yang saling melengkapi satu sama lain untuk
memunculkan langkah literasi informasi pada media sosial.

Kata kunci: literasi informasi, media sosial, twitter, @SujuFor_ELFindo

ABSTRACT

This study is entitled "Information Literacy Process Analysis in Social Media (Case Study: @SujuFor_ELFindo Super
Junior Fans Virtual Communities Twitter Account in Indonesia)". The purpose of this study was to find out the
Information Literacy process in @SujuFor_ELFindo social media account based on seven steps of Information Literacy
identification using 4 models of Information Literacy which are the Big 6, Empowering 8, NSW Information Process,
and The Seven Pillars of Information Literacy and one information literacy standard Competency Standard for Higher
Education. This study used qualitative research with case study research approach. Informants selected according to the
purpose of the research using purposive sampling numbered to five people. The results showed that the process of
Information Literacy didn’t just happening in the library, but also in social media like a @SujuFor_ELFindo Super
Junior fans virtual communities Twitter account in Indonesia. SJFE account who created for fulfil ELF’s (Super Junior
fans) information needs have conducted a series of steps and the ability to seek, evaluate, use, dan communicate
informastion that has been obtained from various sources effectively and used in accordance with the ethics. The series
of measures have been summarized and matched with four models of Information Literacy which are the Big 6,
Empowering 8, NSW Information Process, and The Seven Pillars of Information Literacy and one information literacy
standard Competency Standard for Higher Education which are complement each other to bring the information
literacy measures on social media.

Keyword: information literacy, social media, twitter, SujuFor_ELFindo

*) Penulis Korespondensi
E-mail: luckymayrestu@ymail.com
1. Pendahuluan dengan hallyu yang tercipta melalui internet
(Lukmanda, 2011). Seperti diketahui
Kelimpahruahan informasi menuntut sebelumnya bahwa banyak tercipta komunitas
keterampilan mengelola, mencermati, dan virtual penggemar dari media sosial Twitter,
menyaring secara efisien. Berbeda dengan maka komunitas penggemar hallyu juga
informasi dari perpustakaan, ketersediaan menggunakan media sosial seperti Twitter untuk
informasi dunia maya melampaui batas ruang saling berkomunikasi, saling tukar ide, saling
dan waktu. Menurut Purwo dalam Diao Ai lien, tukar informasi, gagasan, foto, maupun
et.al (2014: 14) Informasi yang bersumberkan perasaan, walaupun secara fisik mereka tidak
perpustakaan cenderung diterima sebagai hadir. Twitter adalah situs micro blogging yang
informasi yang andal karena sumbernya dioperasikan oleh Twitter, Inc. Twitter disebut
dianggap dapat dipercaya. Akan tetapi, dari micro blogging karena situs ini memungkinkan
dunia maya, segala macam informasi membaur: penggunanya mengirim dan membaca pesan
dari yang masih mentah, dalam proses diolah, seperti blog pada umumnya. Pesan tersebut
sampai yang sudah matang. Oleh karena itu, dinamakan tweets, yaitu teks tulisan sebanyak
keotentikan, kesahihan (validity), dan 140 karakter yang ditampilkan pada halaman
keandalannya patut dipertanyakan. Perlu profil pengguna. Twitter juga
seperangkat kemampuan mengelola dan Super Junior adalah salah satu idol group
memanfaatkan informasi secara efektif, yakni Korea yang memiliki banyak penggemar di
kemampuan literasi informasi. Indonesia. Para penggemar ini pasti ingin
Media sosial adalah sarana komunikasi memperoleh informasi apapun yang berkaitan
melalui internet yang saat ini sangat marak dengan idolanya. Mulai dari kegiatannya, lagu,
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Istilah foto dan video terbaru idolanya. Hanya melalui
media sosial menunjuk pada jaringan luas internet penggemar dari Indonesia bisa
internet dan layanan mobile yang mengijinkan memperoleh informasi idol group, Super Junior.
pengguna berpartisipasi dalam pertukaran Maka komunitas virtual penggemar di Twitter
online, menambah konten atau isi yang ditulis menjadi salah satu media yang bisa membantu
pengguna, atau bergabung dengan komunitas dan menjadi tempat untuk saling berkomunikasi
online (Dewing, 2010: 1). Perkembangan media dan bertukar informasi bagi para penggemar
sosial sebagai media komunikasi sudah menjalar Super Junior di Indonesia.
ke seluruh dunia. Banyak kemudahan yang Salah satu akun Twitter milik komunitas
ditawarkan oleh media komunikasi baru ini, virtual penggemar Super Junior di Indonesia
pengguna jejaring sosial yang dikenal dengan adalah @SujuFor_ELFindo. Akun Twitter yang
user dapat menyebarkan maupun mencari pesan dibuat sejak tahun 2010 ini sudah memiliki
atau informasi dengan cepat, memberitakan pengikut atau followers sebanyak 123.999 (12
kegiatan yang dilakukan sehari-hari kepada Agustus 2015). Setiap hari, pengelola atau
orang lain dapat dilakukan dengan mudah, sering disebut admin akun Twitter ini akan
berkumpul dengan teman atau kolega tanpa memposting tweets berupa informasi kegiatan
harus melakukan tatap muka, sampai mencari sehari-hari Super Junior, foto, video, bahkan
teman atau kolega baru melalui situs jejaring translate postingan member Super Junior di
sosial tersebut. Kemudahan-kemudahan yang media sosial.
ditawarkan oleh jejaring sosial inilah yang Literasi informasi memang selalu
mengakibatkan perkembangan penggunanya dikaitkan dengan pengguna perpustakaan,
meningkat dengan pesat. pustakawan dan civitas akademika. Akan tetapi
Saat ini banyak sekali komunitas yang informasi tidak hanya didapat di perpustakaan.
terbentuk hanya karena berawal dari percakapan Saat ini segala informasi juga dapat ditemukan
di media sosial, khususnya di media sosial di dunia maya termasuk media sosial. Berbeda
Twitter. Komunitas ini sering disebut komunitas dengan informasi dari perpustakaan yang sudah
virtual, yang terbentuk dengan perkembangan andal dari sumber yang dipercaya, informasi di
teknologi internet. Dimana orang dengan mudah media sosial masih perlu dicari keontetikan,
berkomunikasi saling tukar ide, gagasan, foto, kesahihan dan keandalannya. Oleh karena itu,
maupun perasaan, tetapi secara fisik mereka perlu seperangkat kemampuan mengelola dan
tidak hadir. Sehingga media sosial seperti memanfaatkan informasi tersebut secara efektif,
Twitter menjadi sarana berkomunikasi untuk yaitu kemampuan Literasi Informasi.
para komunitas virtual. Sebuah penelitian Witek dan Grettano
Popularitas hallyu tidak hanya ditunjukan (2012: 242-257), membuktikan hal baru bahwa
di dunia nyata seperti di televisi dan Literasi Informasi juga terdapat di dalam media
memorabilia (foto, buku, poster, dan majalah) sosial yaitu Facebook. Sehingga penelitian
namun juga terjadi di dunia maya atau internet. tersebut memotivasi peneliti untuk menganalisa
Banyak forum dan komunitas penggemar artis, proses literasi informasi dalam sosial media
idol group, film dan hal lainnya yang berkaitan
yang mengambil studi kasus sebuah akun a. Menetukan sumber
Twitter @SujuFor_ELFindo. b. Memilih sumber terbaik
3. Lokasi dan akses
2. Landasan Teori a. Mengalokasi sumber secara intelektual
2.1. Literasi Informasi dan fisik
Tahun 1974, Paul Zurkowski b. Menemukan informasi di dalam sumber-
memperkenalkan konsep "Literasi Informasi" sumber tersebut
dalam proposal yang diajukan kepada National 4. Pemanfaatan informasi
Commision on Libraries and Information a. Membaca, mendengar, meraba, dan
Science (NCLIS). Menurut Zurkowski, sebagainya
b. Mengekstrasi informasi yang relevan
“Orang-orang terlatih dalam penerapan 5. Sintesis
sumber daya informasi untuk pekerjaan a. Mengorganisasikan informasi dari
mereka bisa disebut literasi informasi. berbagai sumber
Mereka telah belajar teknik dan b. Mempresentasikan informasi tersebut
keterampilan untuk memanfaatkan 6. Evaluasi
sejumlah alat informasi juga berbagai a. Mengevaluasi hasil (efektivitas)
sumber utama/ primer untuk b. Mengevaluasi proses (efisiensi)
memecahkan masalah informasi (Eisenberg dan Berkowitz dalam Wolf et.al,
mereka.” (Eisenberg et.al, 2004: 3). 2003: 3)

Penelitian yang dilakukan oleh American 2.2.2. Empowering 8


Library Associations Presidental Commite on Empowering 8 menggunakan pendekatan
Information Literacy tahun 1989 menyatakan pemecahan masalah untuk resource-based
bahwa “To be information literate, a person learning (Wijetunge, 2005: 31). Berikut
must be able to recognize when information is langkah-langkah literasi informasi menurut
needed and have the ability to locate, evaluate, model Empowering 8 yang peneliti gunakan
and use effectively the needed information.” untuk menemukan proses literasi informasi pada
(Wooliscroft, 1997: 8). Untuk menjadi melek media sosial:
informasi, seseorang tersebut harus mampu 1. Identifikasi, langkah:
mengenali kapan informasi dibutuhkan dan a. menentukan topik/subyek
memiliki kemampuan untuk menemukan, b. menentukan dan mengenal audience
mengevaluasi, dan menggunakan secara efektif c. menentukan format yang cocok untuk
informasi yang dibutuhkan. hasil akhir
Berdasarkan definisi tentang literasi d. mengidentifikasi kata kunci
informasi tersebut, maka dapat disimpulkan e. merencanakan strategi penelusuran
bahwa literasi informasi adalah serangkaian f. mengidentifikasi jenis-jenis sumber lain
kemampuan yang dibutuhkan seseorang dalam dimana informasi dapat ditemukan.
memecahkan suatu masalah sehingga dapat 2. Eksplorasi, langkah:
mengambil suatu keputusan secara tepat. a. menempatkan hasil temuan secara tepat
Individu tersebut dapat mengetahui kapan guna pada topik yang dipilih.
informasi itu dibutuhkan dan memiliki b. menemukan informasi yang tepat guna
kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dengan topik yang dipilih
menggunakan dan mengkomunikasikan 3. Seleksi, langkah:
informasi yang sudah didapatkan dari berbagai a. Memilih informasi yang relevan
sumber secara efektif, yang dapat digunakan b. Menetukan sumber-sumber mana saja
untuk mendukung pembelajaran seumur hidup yang mudah, biasa dan sulit.
dan digunakan sesuai dengan etika. c. Mencatat informasi yang relevan dengan
membuat catatan-catatan visual
2.2. Model dan Standar Literasi Informasi organizer seperti table-grafik atau
2.2.1. The Big 6 outline.
The Big 6 adalah sebuah model proses 4. Organisasi, langkah:
bagaimana semua orang memecahkan masalah a. Menyortir informasi.
informasi. Berikut ini 6 tahapan model The Big b. Membedakan antara fakta, pendapat,
6 dengan 2 (dua) langkah di setiap tahapannya: fiksi.
1. Perumusan masalah c. Memeriksa “bias” yang berasal dari
a. Merumuskan masalah sumber.
b. Mengidentifikasi informasi yang d. Menggunakan alat bantu visual untuk
dibutuhkan membandingkan atau mengkontraskan
2. Strategi pencarian informasi informasi.
5. Penciptaan, langkah: 3. sumber-sumber apa saja yang
a. Menuliskan informasi dengan dibutuhkan. Di dalam ensiklopedi
menggunakan kata-kata sendiri. terdapat istilah berkaitan yang dapat
b. Merevisi atau mengedit sendiri atau memperluas pengetahuan.
dengan teman. 3. Selecting/ memilih informasi
c. Membuat daftar pustaka. Begitu banyak informasi yang tersedia dan
6. Presentasi, langkah: untuk mendapatkan yang benar-benar
a. Mempresentasikan informasi kepada relevan dengan topik harus dengan teliti.
pendengar yang tepat Oleh karena itu perlu menentukan mana
b. Menyajikan (display) informasi informasi yang dipakai dan mana informasi
disesuaikan dengan audience yang harus disingkirkan. Selain itu juga
7. Penilaian, langkah: harus tahu apakah informasi tersebut dapat
a. Menerima masukan dari orang lain. dipercaya. Terkadang harus jeli bila
b. Menilai sendiri “salah satu penampilan mengambil informasi yang bersumber dari
kita” dibandingkan dengan “penilaian internet dibanding buku karena sumber
guru”. internet jarang mencantumkan nama penulis
c. Memperhatikan hal-hal apa saja yang artikel sehingga harus dapat membedakan
dapat dilakukan dengan lebih baik lagi mana fakta dengan opini.
diwaktu mendatang. 4. Organizing/ mengolah informasi
8. Penerapan, langkah: Langkah selanjutnya adalah mengorganisasi
a. Memperhatikan masukan dan penilaian informasi yang telah dipilih sebelumnya.
yang telah diberikan. Penting untuk mengetahui bagaimana
b. Menggunakan masukan dan penilaian menggabungkan informasi dari berbagai
untuk tugas selanjutnya. sumber untuk menjadi satu bagian yang
c. Mengusahakan untuk menggunakan dapat menjawab pertanyaan. Apakah
pengetahuan baru yang diperoleh untuk informasi yang didapat sudah cukup atau
pelbagai situasi (lessons learned). kita masih membutuhkan lebih banyak
(Wiyanti, 2007: 3-4) informasi. Untuk memastikan apakah proses
dilakukan dengan benar, kita dapat melihat
2.2.3. NSW Information Proccess kembali pertanyaan yang muncul pada tahap
NSW Information Process memiliki 6 awal.
tahapan sesuai dengan “Information Skils in the 5. Presenting/ manyajikan informasi
School” dari State of New South Wales melalui Setelah selesai dikumpulkan dan diolah
The NSW Deparment of Education and Training maka informasi siap untuk disajikan/
pada tahun 2007 dikomunikasikan kepada orang lain.
(http://www.curriculumsupport.education.nsw.g Kemudian harus yang dilakukan adalah
ov.au/schoollibraries/index.htm) yang telah bagaimana mempresentasikannya. Format
diterjemahkan oleh peneliti berikut ini: yang akan digunakan harus disesuaikan
1. Defining/ menentukan topik dengan kemampuan kita, jangan sampai
Menggunakan strategi seperti mencari istilah memilih format yang dinilai canggih tetapi
sulit dalam kamus, brainstorming topik atau kita tidak dapat mengoperasikannya. Gaya
mindmapping untuk menentukan: dalam penyampaian informasi juga perlu
a. Tujuan penelitian ini disesuaikan dengan audiensi. Agar
b. Informasi yang harus dicari presentasi berjalan lancar kita dapat
c. Kata kunci yang harus digunakan menuliskan catatan kecil.
2. Locating/ mengakses informasi 6. Assessing/ mengevaluasi
Strategi dalam langkah mengakses informasi Setelah semua proses dilalui tiba saat untuk
ini kita dapat melakukan hal seperti mengevaluasi apa yang telah kita lakukan.
menentukan sumber informasi yang dapat Apakah tujuan dan pertanyaan yang muncul
memberikan informasi yang tepat, membuat pertama kali sudah terjawab atau belum
daftar kata kunci yang akan digunakan dapat terlihat di sini. Evaluasi merupakan
dalam pencarian, apabila tidak memiliki tahap di mana kita dapat memperbaiki
informasi apapun mengenai topik yang kesalahan yang telah dilakukan saat
sedang dikerjakan dapat menggunakan mengerjakan tugas ini dan berusaha untuk
ensiklopedi, untuk menjawab pertanyaan lebih baik.
sebagai berikut:
1. apa saja yang dibutuhkan untuk tugas ini, 2.2.4. The Seven Pillars of Information Literacy
2. bagaimana cara mendapatkan informasi Society of College, National and
tersebut, University Libraries (SCONUL) di Inggris
mengembangkan model literasi informasi yang
disebut The Seven Pillars of Information a. menetapkan dan menggunakan
Literacy. SCONUL mengidentifikasikan 7 gagasannya mengenai informasi yang
(tujuh) keterampilan pokok, yang meliputi: dibutuhkan.
1. Kemampuan untuk mengenali informasi b. mengidentifikasi berbagai jenis sumber-
yang dibutuhkan. sumber informasi yang potensial.
2. Kemampuan untuk membedakan cara c. mempertimbangkan nilai dan manfaat
mengatasi kesenjangan informasi. dari informasi yang diperoleh
a. Pengetahuan tentang sumber-sumber 2. Komponen yang kedua yaitu mengakses
informasi yang tepat, baik tercetak informasi yang dibutuhkan secara efektif
maupun tidak tercetak. dan efisien dengan indikator kinerjanya
b. Memilih sumber-sumber dengan tepat berikut ini:
untuk menangangani tugas yang sedang a. memilih metode atau sistem temu
dikerjakan. kembali informasi yang dibutuhkan.
c. Kemampuan untuk memahami isu-isu b. menemukan kembali informasi secara
yang memengaruhi kemampuan online atau manual dengan menggunakan
mengakses sumber-sumber. berbagai metode.
3. Kemampuan membangun strategi untuk c. menyeleksi, menyimpan, dan mengelola
menemukan informasi. informasi dan sumber informasi
a. Memahami informasi yang dibutuhkan 3. Komponen ke-empat yaitu sebagai individu
hingga sesuai dengan sumbernya. atau anggota kelompok, menggunakan
b. Memahami prinsip-prinsip pembuatan informasi secara efektif untuk meyelesaikan
dan pengembangan pangkalan data. tujuan tertentu dengan salah satu indikator
4. Kemampuan menemukan dan mengakses kinerjanya yaitu menyampaikan hasil atau
informasi. kinerja secara efektif kepada orang lain
a. Menggunakan teknologi komunikasi dan 4. Komponen ke-lima yaitu memahami aspek
informasi ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan
5. Kemampuan untuk membandingkan dan dengan penggunaan dan akses informasi
mengevaluasi informasi yang dihasilkan dari secara etis dan legal dengan indikator
sumber-sumber yang berbeda. kinerjanya berikut ini:
a. Mengetahui isu bias dan kewenangan.. a. memahami berbagai etika, hukum, dan
b. Mengetahui proses pemilihan yang tepat aspek sosial-ekonomi yang melingkupi
akan informasi yang dibutuhkan. informasi dan teknologi informasi.
6. Kemampuan mengorganisir, menggunakan b. mengikuti hukum, peraturan, kebijakan
dan mengomunikasikan informasi kepada institusi dan etika yang berhubungan
orang lain degan cara yang tepat dan sesuai dengan akses dan penggunaan sumber
situasi. informasi.
a. Menggunakan informasi untuk c. menyatakan penggunaan sumber
memecahkan masalah yang dihadapi. informasi dalam menyampaikan hasil
b. Mengkomunikasikan secara efektif atau kinerja (ALA, 2000: 8-14).
dengan menggunakan media yang sesuai.
c. Memahami isu-isu hak cipta dan 2.3. Proses Literasi pada Media Sosial
plagiarisme. Literasi informasi pada media sosial
7. Kemampuan menggabungkan dan berbeda dengan literasi informasi pada
membangun informasi yang ada, sebagai perpustakaan. Informasi yang tampil di media
masukan untuk menciptakan pengetahuan sosial masih membaur: dari yang masih mentah,
baru. (SCONUL, 2011: 5-12) dalam proses diolah, sampai yang sudah
matang. Selain itu, informasi yang ada di dalam
2.2.5. ACRL Information Literacy Compentency media sosial belum tentu ditemukan di
Standard for Higher Education perpustakaan. Sehingga untuk memperoleh
Tujuan utama standar ACRL Information informasi dari media sosial yang dapat
Literacy Competency for Higher Education digunakan dan dapat memenuhi kebutuhan
untuk mengukur kemampuan literasi informasi informasi, seseorang perlu mengetahui kapan
seseorang. Namun peneliti hanya akan informasi itu dibutuhkan dan memiliki
menggunakan 4 (empat) komponen dari model kemampuan untuk mencari, mengevaluasi,
ini untuk menemukan adanya proses literasi menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi dalam media sosial. informasi yang sudah didapatkan dari berbagai
1. Komponen yang pertama adalah sumber secara efektif, yang dapat digunakan
menentukan kebutuhan informasi, dengan sesuai dengan etika yaitu literasi informasi.
indikator kinerja sebagai berikut: Maka untuk menemukan proses literasi
informasi di dalam media sosial peneliti
menggunakan 4 model dan 1 standar literasi NSW Information Proccess
informasi yang setiap komponen dan Selecting/ memilih informasi
langkahnya saling melengkapi satu sama lain, The Seven Pillars of
karena tidak semua komponen dan langkah pada Information Literacy
satu model muncul pada literasi informasi Kemampuan untuk
media sosial. Kemudian peneliti membandingkan dan
menggabungkan 4 model dan 1 standar literasi mengevaluasi informasi yang
informasi untuk menemukan proses literasi dihasilkan dari sumber-sumber
informasi pada media sosial dengan langkah- yang berbeda
langkah berikut ini: ACRL Information Literacy
Competency for Higher
Tabel 1: Proses Literasi Informasi pada Media Sosial Education
1. Mengidentifikasi berbagai
Model dan Standar Literasi Langkah Literasi jenis sumber-sumber
Informasi Informasi informasi yang potensial
The Big 6 1. Perumusan 2. Menyeleksi, menyimpan,
Perumusan masalah masalah, dan mengelola informasi
Empowering 8 identifikasi dan sumber informasi.
Identifikasi topik dan The Big 6 4. Organisasi,
NSW Information Proccess menentukan Sintesis penyusunan dan
Defining/ menetukan topik kebutuhan Empowering 8 penciptaan
The Seven Pillars of informasi. Organisasi informasi.
Information Literacy Penciptaan
Kemampuan untuk mengenali NSW Information Proccess
informasi yang dibutuhkan. Organizing/ mengolah
ACRL Information Literacy informasi
Competency for Higher The Seven Pillars of
Education Information Literacy
Menentukan kebutuhan 1. Kemampuan
informasi mengorganisir,
The Big 6 2. Eksplorasi dan menggunakan dan
Strategi pencarian informasi mengakses mengomunikasikan
Lokasi dan akses sumber dan informasi kepada orang
Empowering 8 informasi. lain degan cara yang tepat
1. Identifikasi dan sesuai situasi
2. Eksplorasi 2. Kemampuan
NSW Information Proccess menggabungkan dan
Locating/ mengakses informasi membangun informasi
The Seven Pillars of yang ada, sebagai masukan
Information Literacy untuk menciptakan
1. Kemampuan untuk pengetahuan baru
membedakan cara ACRL Information Literacy
mengatasi kesenjangan Competency for Higher
informasi. Education
2. Kemampuan membangun Memahami aspek ekonomi,
strategi untuk menemukan hukum, dan sosial yang
informasi. berkaitan dengan penggunaan
3. Kemampuan menemukan dan akses informasi secara etis
dan mengakses informasi. dan legal
ACRL Information Literacy The Big 6 5. Presentasi atau
Competency for Higher Sintesis: mempresentasikan penyajian serta
Education informasi tersebut penyebaran
Mengakses informasi yang Empowering 8 informasi yang
dibutuhkan secara efektif dan Presentasi dihasilkan.
efisien. NSW Information Proccess
The Big 6 3. Seleksi dan Presenting/ menyajikan
Pemanfaatan informasi evaluasi informasi
Empowering 8 informasi dan The Seven Pillars of
Seleksi sumber Information Literacy
informasi. Kemampuan mengorganisir,
menggunakan dan dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal
mengomunikasikan informasi dengan sebutan pengikut atau yang disebut
kepada orang lain dengan cara followers (Ahmad, 2010: 150).
yang tepat dan sesuai situasi Twitter menggunakan sistem mengikuti-
ACRL Information Literacy tidak mengikuti (follow-unfollow), dimana kita
Competency for Higher dapat melihat status terbaru dari orang yang kita
Education ikuti (follow). Selain itu Twitter memiliki
Sebagai individu atau anggota beberapa istilah yang sangat populer yaitu
kelompok, menggunakan following dan follower. Following adalah
informasi secara efektif untuk member lain yang mengikuti atau ditambahkan
meyelesaikan tujuan tertentu: ke dalam daftar teman kita. Sedangkan follower
menyampaikan hasil atau adalah daftar member lain yang mengikuti atau
kinerja secara efektif kepada menambahkan kita ke dalam daftar temannya.
orang lain. Sehingga meskipun tanpa persetujuan orang
The Big 6 6. Evaluasi dan yang mengikuti akun Twitter orang lain akan
Evaluasi penilaian hasil dapat mendapat berita di timeline. Blake et.al
Empowering 8 presentasi. (2010: 1258) menyatakan bahwa Twitter banyak
Penilaian digunakan oleh masyarakat biasa hingga
NSW Information Proccess profesional dan digunakan mulai untuk pesan
Assessing/ mengevaluasi pribadi biasa, pemasaran perusahaan hingga
Empowering 8 7. Penerapan jurnalistik masyarakat dan pemberitaan terbaru
Penerapan masukan, termasuk juga mencari pekerjaan, membaca
penilaian, dan berita, menemukan teman baru, mengatur
pengalaman pertemuan dan memperoleh vote atau suara.
yang diperoleh.
Sumber: Peneliti, 2016 2.5. Budaya Populer Korea
“Hallyu” atau "Korean Wave" adalah
2.4. Media Sosial Twitter istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya
Aktivitas komunikasi atau beriteraksi pop Korea secara global di berbagai negara di
sosial merupakan layanan internet yang sering dunia, termasuk di Indonesia, atau secara
digunakan masyarakat, yaitu berbentuk aplikasi singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea
jejaring sosial yang bahkan sering disebut media (Shim dalam Nastiti, 2010: 3). Fenomena ini
sosial. Dengan menggunakan media sosial, diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap
masyarakat dapat saling bertukar foto dan video, produk Korea Selatan, seperti misalnya
membagi berita terbaru atau cerita pribadi, masakan, barang elektronik, musik dan film. Di
menampilkan hasil pemikiran mereka pada Indonesia saat ini, fenomena gelombang Korea
sebuah blog, bahkan hingga ikut dalam diskusi- melanda generasi muda Indonesia yang
diskusi online. umumnya menyenangi drama dan musik Korea.
“The term “social media” refers to the Musik dari Korea ini dikenal dengan nama K-
wide range of Internet-based and mobile Pop. Mereka mengusung genre musik dance
services that allow users to participate in online pop, yaitu musik pop barat dikombinasikan
exchanges, contribute user-created content, or dengan kemampuan menari dan wajah yang
join online communitties” (Dewing, 2010: 1). menawan. Lirik lagu pun di-mix antara bahasa
Istilah media sosial menunjuk pada jaringan Korea dan bahasa Inggris di part tertentu. Hal
luas internet dan layanan mobile yang ini membuat grup-grup musik K-Pop benar-
mengijinkan pengguna berpartisipasi dalam benar digemari di pasaran Indonesia. Grup
pertukaran online, menambah konten atau isi musik Korea yang digandrungi anak-anak muda
yang ditulis pengguna, atau bergabung dengan Indonesia antara lain Super Junior, SNSD, dan
komunitas online. Shinee.
Twitter adalah sebuah situs web yang
dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., 3. Metode Penelitian
yang menawarkan jejaring sosial berupa Metode yang digunakan dalam suatu
microblog sehingga memungkinkan penelitian harus sesuai dengan objek yang
penggunanya untuk mengirim dan membaca diteliti. Objek penelitian yang menyangkut
pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan manusia dengan segala hasil budayanya, lebih
adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang tepat menggunakan metode kualitatif. Penelitian
ditampilkan pada halaman profil pengguna. studi kasus adalah strategi yang lebih cocok bila
Kicauan bisa dilihat secara luar, namun pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan
pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke dengan “how“ dan “why“, bila peneliti hanya
daftar teman-teman mereka saja. Pengguna sedikit memiliki peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan sekantornya. Tweet Ayu hanya berupa retweet
bilamana fokus penelitian terletak pada dari akun yang diikutinya. Mayoritas postingan
fenomena masa kini di dalam konteks yang sering dia retweet adalah akun
kehidupan nyata. @doyouknow. Sedangkan kaitannya dengan
Peneliti menggunakan jenis penelitian akun SJFE, Ayu lebih sering menyukai
kualitatif karena obyek yang diteliti adalah postingan SJFE yang berupa video. Alasannya,
manusia dan hasil kebudayaannya, yaitu literasi dia ingin mengunduh video tersebut nanti ketika
pada media sosial. Sedangkan pendekatannya ada waktu luang disela pekerjaannya.
menggunakan penelitian studi kasus karena, Informan yang ketiga adalah Ninda yang
penelitian ini menggunakan kasus pada sebuah berasal dari Pemalang yang juga menjadi
komunitas online dalam media sosial Twitter followers akun Twitter @SujuFor_ELFindo.
dengan akun @SujuFor_ELFindo. Ninda mengikuti akun SJFE sejak sekitar tahun
Subjek pada penelitian ini adalah 1 (satu) 2012. Awalnya Ninda menyukai fanpage
orang admin akun Twitter @SujuFor_ELFindo Facebook milik SJFE, kemudian Ninda
dan 4 (tiga) orang yang mengikuti akun Twitter mengikuti akun Twitter SJFE. Kaitannya
@SujuFor_ELFindo dan mampu berkomunikasi dengan akun @SujuFor_ELFindo, Ninda
dengan baik serta memberikan informasi yang mengaku pernah beberapa kali me-retweet
relevan. Sedangkan objek penelitian dalam postingan akun SJFE walaupun retweet-nya
penelitian ini adalah proses literasi informasi sudah tidak muncul lagi di profil Ninda.
dalam media sosial khususnya akun Twitter Informan yang ke empat adalah Ike yang
@SujuFor_ELFindo. berasal dari Semarang juga merupakan salah
Informan peneliti pilih dengan maksud dan satu followers akun @SujuFor_ELFindo.
tujuan yang berkaitan dengan penelitian. Informan Ike sudah menjadi followers akun
Informan pertama yaitu salah satu admin dari SJFE sejak awal tahun 2012. Awalnya dia
akun SJFE yang berhasil peneliti wawancara menemukan postingan SJFE yang di-retweet
melalui fitur direct message. Untuk mendukung oleh temannya dan muncul di timeline. Tweet
pernyataan informan pertama, maka peneliti akun Twitter Ike lebih sering me-retweet
memilih 4 orang followers akun SJFE. postingan dari akun yang diikutinya. Dan akun
yang diikutinya lebih banyak dari fansite-fansite
4. Hasil dan Pembahasan Super Junior, K-Pop dan drama Korea.
Pada bab ini akan dijelaskan hasil Kaitannya dengan akun SJFE, Ike mengaku
penelitian mengenai proses Literasi Informasi pernah me-retweet dan menyukai tweet SJFE
pada media sosial dengan studi kasus pada akun walaupun jarang sehingga sudah tidak muncul
Twitter @SujuFor_ELFindo sebuah komunitas lagi di profilnya. Ike lebih suka membaca tweet
virtual penggemar Super Junior di Indonesia. akun SJFE.
Hasil penelitian tersebut diperoleh melalui Informan yang terakhir adalah Nana salah
screenshoot akun Twitter @SujuFor_ELFindo, satu followers akun Twitter @SujuFor_ELFindo
wawancara dengan informan dan menganalisa yang juga berasal dari Semarang. Dilihat dari
jawaban-jawaban dari para informan. akunnya, tweet milik Nana lebih sering me-
retweet postingan dari fansite SHINee karena
4.1. Tweet Informan Nana memang seorang penggemar SHINee
Informan yang pertama adalah salah satu (Shawol) yang menyukai salah satu anggota
admin dari 8 (delapan) admin akun Twitter Super Junior yaitu Leeteuk. Nana mengikuti
@SujuFor_ELFindo, Febi membuat akun akun SJFE sejak tahun lalu. Awalnya dia
Twitter miliknya sejak September tahun 2009. melihat postingan SJFE yang di-retweet oleh
Tweet dari akun Twitter Febi sangat beragam. salah satu temannya yang kebetulan lewat di
Mulai dari mencurahkan perasaannya, menyukai timeline-nya.
video K-Pop dari Youtube yang kemudian
dibagikan ke Twitter, me-retweet postingan 4.2. Tweet Akun Twitter @SujuFor_ELFindo
akun Twitter yang dia ikuti. Kaitannya dengan Tweet adalah pesan singkat atau postingan
akun Twitter @SujuFor_ELFindo yaitu, Febi atau status dari pengguna Twitter yang dibatasi
lebih sering me-retweet postingan SJFE yang maksimal 140 karakter. Tweet termasuk juga
berupa pengumuman untuk fan project yang update tentang kegiatan pengguna, membagikan
akan dilaksanakan. informasi yang berguna, meneruskan status
Informan yang kedua bernama Ayu pengguna lain, melakukan percakapan dengan
merupakan salah satu followers akun Twitter pengguna lain, dan sebagainya (Purohit et.al,
@SujuFor_ELFindo yang berasal dari 2013: 3-4). Tweet pada akun
Semarang. Informan Ayu ini, sudah mengikuti @SujuFor_ELFindo saat ini sudah mencapai
akun SJFE sejak 2012. Awalnya dia mengikuti 167.000 postingan (7 Maret 2016). Di setiap
akun SJFE yaitu dia diberitahu oleh tweet-nya, SJFE menggunakan tanda hashtag
(#) ditambah kode untuk membedakan setiap Selain dari website, admin akun SJFE juga
jenis tweet-nya. Selain tanda hastagh dan kode, mendapat sumber informasi dari media
tweet SJFE mencantumkan tanggal, berita dan sosial.Media sosial tidak hanya untuk
sumber postingan tersebut. berkomunikasi, namun kini media sosial bisa
menjadi sumber informasi yang sangat cepat
4.3. Analisis Literasi Informasi pada Media dan up-to-date. Mulai dari mengikuti akun
Sosial media sosial milik setiap anggota Suju (Twitter,
4.3.1. Perumusan masalah, identifikasi topik dan Instagram, dan microblog Sina Weibo) dan akun
menentukan kebutuhan fansite atau fanbase Suju yang berasal dari
Media sosial yang saat ini banyak Korea Selatan atau negara lain seperti Jepang,
digunakan oleh masyarakat seperti Facebook China dan Thailand serta Youtube.
dan Twitter juga menjadi sumber informasi bagi Penelusuran lewat internet dengan
ELF Indonesia. Banyak bermunculan komunitas menjelajah website dan media sosial, memiliki
virtual atau online dalam kedua media sosial strategi saat mengeksplor sumber informasi
tersebut. Tidak terkecuali komunitas virtual menunjukkan bahwa dalam akun SJFE muncul
penggemar Super Junior di Indonesia. Salah langkah literasi informasi media sosial yang
satunya adalah akun Twitter kedua yaitu eksplorasi dan mengakses sumber
@SujuFor_ELFindo. Permasalahan dimulai dan informasi.
ketika fanpage SJFE di Facebook sudah tidak
diminati oleh pengikutnya, kemudian admin 4.3.3. Seleksi dan evaluasi informasi dan sumber
memutuskan membuat akun Twitter informasi
@SujuFor_ELFindo pada Juli tahun 2010 untuk Mengeksplor dan mengakses sumber
memenuhi kebutuhan followers-nya yang saat informasi melalui internet membuat kita
ini sudah mencapai 250.000 akun. Admin akun memperoleh banyak sekali sumber dan
ini adalah sekumpulan ELF yang memiliki informasi. Namun sumber dan informasi yang
tujuan untuk membuat SJ dikenal dan tambah didapat tidak semuanya relevan dengan
terkenal. Sebagai penggemar SJ, admin SJFE kebutuhan informasi yang sebelumnya sudah
juga mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh dirumuskan walaupun sudah sesuai topik yang
followers-nya. ELF pasti ingin mengetahui ditentukan. Dalam langkah literasi informasi
kegiatan apa saja yang sedang dilakukan oleh berikutnya, kita perlu menyeleksi sumber dan
anggota Super Junior, berita terbaru, foto-foto informasi didapat agar relevan dan akurat
terbaru, video kegiatan dan penampilan Suju, sehingga bisa digunakan untuk memperoleh
bahkan tentang keluarga dan kehidupan informasi sesuai kebutuhan. Begitu juga dengan
pribadinya. Hal tersebut sesuai dengan akun Twitter SJFE juga melakukan seleksi
pernyataan informan yang menjadi followers sumber informasinya.
akun SJFE. Dalam memilih sumber informasi yang
Merumuskan masalah dengan membuat didapat, admin akun SJFE memiliki
format yang sesuai dengan perkembangan pertimbangan untuk mengikuti atau
teknologi yaitu akun Twitter, mengetahui menggunakan sumber informasi tersebut.
kebutuhan informasi followers SJFE, memiliki Pertama, untuk mengetahui akun media sosial
tujuan dan nilai manfaat dengan dibuatnya akun milik anggota Suju itu asli atau tidak dengan
SJFE menjadi langkah pertama pada proses melihat tanda verifikasi pada akun tersebut. Hal
literasi informasi media sosial yaitu perumusan tersebut juga dilakukan pada official Twitter
masalah, identifikasi topik dan menentukan management Suju, stasiun TV dan acara musik
kebutuhan. Korea. Kedua, untuk official website dapat
dilihat dari alamat websitenya (bukan blogspot
4.3.2. Eksplorasi dan mengakses sumber dan atau wordpress). Sedangkan untuk fanbase atau
informasi fansite, admin melihat seringnya tweet,
Setelah mengetahui informasi apa saja informasi dalam tweet dan jumlah followers-
yang dibutuhkan, maka admin SJFE pasti nya.
mengeksplor dan mengakses berbagai macam Selain itu, seleksi terhadap sumber
sumber dan informasi. Seperti diketahui bahwa informasi bisa dilihat pada akun SJFE pada
Super Junior berasal dari Korea Selatan yang bulan Agustus 2015 lalu, SJFE mengikuti 230
berita dan informasinya hanya dapat diakses akun pada bulan Agustus 2015 sedangkan pada
melalui internet. Maka admin akun SJFE bulan Februari 2016 SJFE hanya mengikuti 210
mencari sumber informasi melalui internet. akun. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
Mulai dari portal berita tentang K-Pop baik dari berikut ini.
Indonesia maupun luar negeri, official website
management Suju, serta official website acara
musik, variety show dan stasiun TV Korea.
sub bab sebelumnya, tanggal postingan tersebut,
serta sumber darimana informasi tersebut
diambil. Pada media sosial Twitter, penulisan
tweet memang dibatasi hanya 140 karakter.
Informasi yang penulisannya lebih dari 140
karakter atau memang tweet-nya panjang, maka
akan dibagi menjadi beberapa postingan atau
informasi tersebut dibuat menjadi foto.

Gambar 1. Akun Twitter SJFE Agustus, 2015.


Sumber:
(https://twitter.com/SujuFir_ELFindo/following,
2016)

Pada gambar 1 diambil pada tanggal 26 Agustus


2016 akun @SujuFor_ELFindo mengikuti 223
akun. Kemudian pada tanggal 18 Februari 2016
sudah berkurang menjadi 210 akun seperti
gambar berikut ini. Gambar 3. Contoh Tweet akun SJFE.
Sumber: (https://twitter.com/SujuFor_ELFindo,
2016)

Dapat dilihat pada gambar 10 tweet


tersebut, admin mencantumkan kode tweet yang
mereka gunakan yaitu [#FANTAKEN] yang
artinya foto tersebut diambil oleh fans bukan
fansite. Kemudian menggunakan tanggal foto
itu diambil yaitu 160201 (01 Februari 2016).
Gambar 2. Akun Twitter SJFE Februari 2016 Setelah itu menggunakan #Ryeowook karena di
Sumber: (https://twitter.com/SujuFor_ELFindo, dalam foto tersebut hanya ada member Super
2016) Junior, Ryeowook. Pada akhir tweet terdapat
tulisan (connie_rw) merupakan nama akun yang
Menurut informan pertama yaitu admin memposting dari foto tersebut pertama kali.
akun SJFE mengatakan bahwa hal tersebut Penggunaan bahasa Inggris pada tweet
dilakukan karena akun yang di-unfollow harian akun SJFE terlihat pada gambar 12 dan
tersebut sudah tidak memunculkan informasi 13. Setiap admin memang diharuskan menulis
yang berkaitan dengan Super Junior atau kembali informasi yang telah didapatkan
memang akun tersebut sudah tutup, maka admin menggunakan bahasa Inggris. Hal tersebut
akan me-unfollow akun tersebut. Berdasarkan dilakukan karena tidak menutup kemungkinan
penjelasan diatas akun SJFE sudah melakukan akun Twitter SJFE dilihat oleh ELF dinegara
langkah literasi informasi pada media sosial lain. Sehingga agar mudah dimengerti, tidak
yang ketiga yaitu seleksi dan evaluasi informasi hanya ELF di Indonesia tetapi juga seluruh
dan sumber informasi. dunia, maka admin menggunakan bahasa
Inggris. Namun tidak semua tweet
menggunakan bahasa Inggris. Ada juga tweet
4.3.4. Organisasi, penyusunan dan penciptaan
yang menggunakan bahasa Indonesia yaitu
informasi
Sumber dan informasi yang telah diseleksi ketika akan diadakan fanevent. Penjelasan di
masih harus ditulis kembali untuk menciptakan atas sudah memunculkan 4 model dan satu
informasi baru yang lebih mudah dipahami. Hal standar literasi informasi yang digunakan dalam
ini dilakukan karena informasi berasal dari penelitian dan sesuai dengan langkah literasi
postingan akun media sosial anggota Super informasi pada media sosial yang ke-empat
Junior atau fansite dari fans Korea maka masih yaitu organisasi, penyusunan dan penciptaan
menggunakan bahasa dan tulisan Korea. Untuk informasi.
itu informasi tersebut perlu ditulis kembali agar
mudah dipahami oleh followers yang ada di 4.3.5. Presentasi atau penyajian serta penyebaran
Indonesia. informasi yang dihasilkan
Setiap postingan tweet akun SJFE selalu Informasi yang sudah ditulis kembali
diawali dengan tanda hashtag (#) kemudian tersebut akan dibagikan ke followers-nya.
kode tweet seperti yang sudah diuraikan pada Presentasi informasi dalam akun SJFE memang
singkat karena memang tweet dalam Twitter
hanya dibatasi 140 karakter. Namun admin bisa perkembangan media sosial yang setiap waktu
memposting foto, video, dan bisa bisa berubah versinya. Hal ini bisa dilihat dari
menghubungkannya ke Youtube atau media perubahan tweet mulai dari bulan Agustus 2015
berita yang berkaitan dengan Super Junior. hingga Maret 2016.
Selain membagikan dan menyebarkan Perbedaan tweet saat sebelum evaluasi
informasinya melalui Twitter, akun SJFE juga dengan setelah dilakukan evaluasi dapat dilihat
memiliki fanpage Facebook yaitu Super Junior pada gambar berikut ini.
For ELFindo, akun Instagram
SUJUFOR_ELFINDO dan blog
sujuforelfindo.blogspot.com.
Melalui penjelasan dan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa akun SJFE telah
melakukan langkah literasi informasi pada
media sosial yang ke-lima yaitu presentasi atau
penyajian serta penyebaran informasi yang
dihasilkan serta memunculkan 4 model dan satu
standar literasi informasi yang digunakan dalam
penelitian ini.
Gambar 4. Contoh Tweet sebelum
Evaluasi. Sumber:
4.3.6. Evaluasi dan penilaian hasil presentasi
(https://twitter.com/SujuFor_ELFindo, 2015)
Akun SJFE sudah ada sejak tahun 2010
dan sampai sekarang masih memberikan
informasi kepada para penggemar Super Junior
di Indonesia.Sebagai fansite yang sudah berdiri
lebih dari 5 tahun pasti ada kritik dan saran dari
para followers-nya berkaitan dengan informasi
yang ditampilkan. Sebagai fansite yang sudah
sangat banyak followers-nya ini, juga selalu
melakukan evaluasi antar admin setiap
tahunnya. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi
hasil kerja keras admin menyajikan informasi
setiap harinya agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Menurut informan yang merupakan admin
akun SJFE, kritik dan saran dari para followers
Gambar 5. Contoh Tweet setelah Evaluasi
selalu mereka terima melalui mention maupun
Sumber:
pesan pribadi melalui layanan Message Direct
(https://twitter.com/SujuFor_ELFindo, 2016)
ke akun SJFE atau akun pribadi para admin
SJFE. Walaupun banyak juga followers yang
Gambar 4 dan 5 memiliki persamaan yaitu
bertanya tentang Super Junior. Kritik dan saran
sama-sama tweet yang berasal dari media sosial
dari followers menjadi hal yang sangat penting
milik orang lain yang memposting fotonya
saat admin melakukan evaluasi pada akun SJFE.
dengan anggota Super Junior. Namun penulisan
Karena para followers yang bisa mengetahui
kedua tweet tersebut berbeda. Pada gambar 12,
kekurangan dari akun SJFE.
tweet pada tanggal 7 Agustus 2015 ini
Penjelasan tersebut telah memunculkan 3
menggunakan format tanggal foto tersebut
model literasi informasi serta menunjukkan
diposting kemudian nama akun yang pertama
bahwa akun SJFE telah melakukan langkah
kali memposting foto tersebut dan keterangan
literasi informasi pada media sosial yang ke-enam
nama anggota Suju yang berada dalam foto
yaitu evaluasi dan penilaian hasil presentasi.
tersebut tanpa hashtag (#). Pada gambar 13,
sudah menggunakan hashtag (#) dan kode tweet
4.3.7. Penerapan masukan, penilaian, dan
yaitu SNS. Kemudian sama dengan tweet
pengalaman yang diperoleh
sebelumnya menggunakan tanggal dan sumber
Setelah mengevaluasi dari kritik dan saran
foto tersebut dan keterangan nama anggota Suju
followers maupun admin, maka perbaikan
dengan menggunakan tanda hashtag (#).
dilakukan untuk memberikan informasi yang
Maka dapat disimpulkan bahwa akun SJFE
lebih baik dari tampilan maupun isinya.
juga melakukan langkah literasi informasi pada
Menurut informan yang seorang admin,
media sosial yang terakhir yaitu penerapan
tampilan tweet yang sekarang merupakan hasil
masukan, penilaian, dan pengalaman yang
diskusi para admin setelah evaluasi yang
diperoleh dan memunculkan salah satu model
dilakukan sebelumnya. Selain untuk perbaikan,
literasi informasi yaitu Empowering 8.
tampilan tweet yang sekarang juga mengikuti
Hasil pembahasan sebelumnya sudah bagi media sosial dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa Literasi Informasi tidak perpustakaan. Namun, dibalik perbedaan
hanya terjadi di perpustakaan saja. Proses tersebut literasi informasi memang harus
Literasi Informasi juga terjadi pada media sosial dimiliki semua orang untuk memenuhi
yang ditunjukkan dengan tujuh langkah Literasi kebutuhan informasinya.
Informasi pada media sosial yaitu perumusan
masalah, identifikasi topik dan menentukan 5.2. Saran
kebutuhan informasi; eksplorasi dan mengakses Adapun saran peneliti untuk akun Twitter
sumber dan informasi; seleksi dan evaluasi @SujuFor_ELFindo dan keilmuan perpustakaan
informasi dan sumber informasi; organisasi, yaitu sebagai berikut:
penyusunan dan penciptaan informasi; 1. Untuk akun Twitter @SujuFor_ELFindo,
presentasi atau penyajian serta penyebaran informasi yang disampaikan sudah up-to-
informasi yang dihasilkan; evaluasi dan date dan menarik untuk diikuti, namun
penilaian hasil presentasi; serta penerapan peneliti masih menemukan tweet yang masih
masukan, penilaian dan pengalaman yang berupa Hangul (huruf Korea) yang biasanya
diperoleh yang sudah sesuai dengan 4 model dari postingan anggota Super Junior. Agar
dan satu standar yang digunakan dalam lebih dipahami oleh followers, sebaiknya
penelitian ini. tweet tersebut diterjemahkan langsung ke
Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia.
5. Kesimpulan 2. Untuk pihak yang ingin meneliti topik yang
Dalam bab terakhir ini, akan dikemukakan serupa atau melanjutkan topik penelitian ini,
kesimpulan dari hasil analisis data. Kesimpulan dapat menggali aspek yang berbeda tentang
ini disusun berdasarkan jawaban dari pertanyaan Literasi Informasi pada media sosial dan
pada rumusan masalah. Setelah kesimpulan, menyempurnakan penelitian sebelumnya.
peneliti juga memberikan saran untuk akun
@SujuFor_ELFindo dan untuk keilmuan Daftar Pustaka
perpustakaan pada umumnya.
Ahmad, Ali Nobil. 2010. “Is Twitter a Useful Tool
5.1. Simpulan for Journalists?”. Intellect Ltd: Journal of Media
Adapun kesimpulan yang diambil dari Practice Vol. 11 (2) p. 145-155. Akses:
penelitian ini adalah proses Literasi Informasi http://s3.amazonaws.com/academia.edu.document
tidak hanya terjadi di perpustakaan saja, namun s/38764790/Is_Twitter_a_Useful_Tool_for_Journ
juga ada di media sosial seperti pada akun alists.pdf
Twitter @SujuFor_ELFindo sebuah komunitas
virtual penggemar Super Junior di Indonesia. American Library Association (ALA). 2000.
Akun SJFE yang dibuat untuk memenuhi Information Literacy Competency Standards for
kebutuhan ELF (penggemar Super Junior) telah Higher Education. Chicago: Association of
melakukan serangkaian langkah dan College and Research Libraries. Akses:
kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, http://www.acrl.org/ala/mgrps/divs/acrl/standards.
menggunakan dan mengkomunikasikan pdf
informasi yang sudah didapatkan dari berbagai
sumber secara efektif dan digunakan sesuai Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian.
dengan etika. Serangkaian langkah tersebut Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
telah dirangkum dan disesuaikan dengan 4
Blake, Brian P., et.al. 2010. “Twitter Quo Vadis: Is
(empat) model literasi informasi yaitu The Big
twitter Bitter or Are Tweets Sweets?”. USA:
6, Empowering 8, NSW Information Proccess
Department of Information Science University of
dan The Seven Pillars of Information Literacy
Arkansas at Little Rock. Akses:
serta 1 (satu) standar literasi informasi ACRL
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.document
Information Literacy Competency for Higher
s/31313951/Twitter_Quo_Vadis.pdf
Education yang saling melengkapi satu sama
lain untuk memunculkan langkah literasi Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. 1982. Qualitative
informasi pada media sosial. Research for Education: An Introduction to
Proses literasi informasi pada media sosial Theory and Methods. Booston: Allyn and Bacon,
berbeda dengan literasi informasi pada Inc.
perpustakaan yang sudah pasti keandalannya.
Namun literasi informasi pada media sosial juga Dewing, Michael. 2010. Social Media: an
dibutuhkan karena tidak semua informasi yang Introduction. Canada: Library Parliament.
dibutuhkan semua orang ada di perpustakaan.
Kecepatan penyebaran informasi dan
komunikasi juga menjadi keunggulan tersendiri
Diao Ai lien, et.al. 2014. Literasi Informasi: 7 Education. SCONUL Working Group of
Langkah Knowledge Management. Jakarta: Information Literacy. Akses:
Universitas Atma Jaya. http://www.sconul.ac.uk/sites/default/files/docum
ents/coremodel.pdf
Eisenberg, Michael B., et.al. 2004. Information
Literacy: Essential Skills for the information age Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
(second edition). London: Libraries Unlimite. Bandung: Alfabeta.

Emzir. 2012. Analisis Data: Metodologi Penelitian Usman, Husaini dan Akbar Purnomo Setiady. 2008.
Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hikmat, Mahi H. 2011. Metode Penelitian: dalam
Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Wiyanti, M.I. Eko. 2007. Pengenalan Empowering 8:
Yogyakarta: Graha Ilmu. Sebuah Model Literasi Informasi. Disampaikan
pada Seminar dan Pelatihan Kemelekan Informasi
Hine, Christine. (2011). “Internet Research and (Information Literacy): Keberlangsungan dari
UnobtrusiveMethods”. Social Research Update. Sekolah ke Perguruan Tinggi pada tanggal 10-12
United Kingdom : University of Surrey. Desember 2007. Diselenggarakan di Tangerang
Akses:http://sru.soc.surrey.ac.uk/SRU61.pdf atas Kerjasama APISI dan Perpustakaan UPH.

Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Wijetunge, P dan Uditha Alahakoon. 2005.
Interdisipliner: bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Empowering 8: the Information Literacy Model
Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta: Developed in SriLanka to Underpin Changing
Paradigma. Education Paradigms of Sri Lanka. Akses:
http://www.cmb.ac.lk/academic/institute/nilis/rep
Lukmanda, Reza. 2011. Hallyu di Indonesia. Akses: orts/informationliteracy.pdf
http://www.academia.edu/4172021/Hallyu_di_Ind
onesia Witek, Donna dan Teresa Grettano. 2012.
Information Literacy on Facebook: an analysis.
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. USA: Emerald Group Publishing Limited p. 242-
Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang 257. Akses:
Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/0
Indonesia UI-Press. 0907321211228309
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Wolf, Sara et.al. 2003. “The Big Six Information
Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Skills As a Metacognitive Scaffold: A Case
Study”. American Association of School
_______________. 2006. Metodologi Penelitian Librarians: Journal of School Library Media
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Research Vol. 6. Akses:
http://www.ala.org/aasl/sites/ala.org.aasl/files/con
Nastiti, Aulia Dwi. 2010. “Korean Wave” di
tent/aaslpubsandjournals/slr/vol6/SLMR_BigSixI
Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan
nfoSkills_V6.pdf
Fanatisme pada Remaja (Studi Kasus terhadap
Situs Asian Fans Club di Indonesia dalam Wooliscroft, Michael. 1997. “From Library User
Perspektif Komunikasi Antarbudaya). Jakarta: Education to Information Literacy: Some Issues
Universitas Indonesia. Arising in this Evolutionary Proccess”. Paper
prepared for COMLA Workshop, Botswana.
Pendit, Putu Laxman2003. Penelitian Ilmu
Akses:
Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar
http://www.library.otago.ac.nz/pdf/tandlpapers_M
Diskusi Epistimologi dan Metodologi. Jakarta:
JW.pdf
JIP-FSUI
Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus: Desain dan
SCONUL. 2011. The SCONUL Seven Pillars of
Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Information Literacy: Core Model for Higher

Anda mungkin juga menyukai