Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT

Makna Ontology, Metafisika Ontologi, Landasan Ontologi, Cabang-Cabang Ontologi

Diajukan untuk Dipresentasikan dalam


Mata Kuliah Filsafat ilmu

Oleh :

Adam Mahindra
(3518029)
Dosen pembimbing:
Zulfikri, MA

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2020 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan nikmat iman dan Islam serta nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam buat junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah berjuang mempertaruh-kan segala-galanya untuk syiarnya agama Allah SWT di muka
bumi ini. Beliaulah yang memberikan penerangan dan pencerahan bagi umatnya hingga akhirnya
dapat menikmati hidup di bawah payung al-Quran dan sunnahnya.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Filsafat Ilmu atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah
ini. Semua itu menjadi bekal yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat menghasilkan
sebuah makalah yang sarat dengan nilai-nilai ilmiah.
Penulis juga menyadari bahwa kandungan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan adanya masukan yang membangun, baik dari
dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa untuk lebih sempurnanya isi makalah
ini.

Bukittinggi, 2 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................1

C. Tujuan Penulisan.........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna Ontologi...........................................................................2

B. Metafisika Ontologi.....................................................................3

C. Landasan Ontologi.......................................................................4

D. Cabang-cabang Ontologi.............................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................8

B. Saran............................................................................................8

DAFTAR KEPUSTAKAAN.............................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah berpikir secara radikal, sistematis, dan universal tentang segala sesuatu.
Jadi yang menjadi objek pemikiran filsafat ialah segala sesuatu yang ada. Semua yang ada
menjadi bahan pemikirian filsafat. Namun karena filsafat merupakan usaha berpikir manusia
secara sistematis, maka disini perlu mensistematisasikan segala sesuatu yang ada itu. Kita perlu
mengklasifikasikan segala sesuatu yang ada.

Filsafat juga dapat diartikan sebagai pemikiran / penelaahan tentang sesuatu secara
mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan. Untuk melakukan pimikaran / penelahaan
tersebut secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan atau bisa dikatakan penelahaan
tersebut dilakukan secara ontologi.Ontologi merupakan hakikat apa saja yang akan dikaji dalam
filsafat pendidikan. Apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Adapun hakikat yang akan
dikaji yaitu mengenai metafisika, asumsi, peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batas-batas
penejelajahan ilmu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa makna dari ontology?

2. Bagaimana metafisika ontology?

3. Seperti apa landasan dari ontology?

4. Apa-apa saja cabang dari ontology?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui makna dari ontologi

2. Untuk mengetahui metafisika ontologi

3. Untuk memahami landasan landasan dari ontologi

4. Untuk mengetahui apa saja cabang dari ontologi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAKNA ONTOLOGI

Ontologi berasal dari kata "Onthos" yang berarti berada dan "Logos" berarti ilmu. Jadi
bisa disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu yang ada
sehingga sesuatu tersebut bisa dipercaya masyarakat. Namun pada dasarnya term ontologi
pertama kali diperkenalkan oleh RudolfGoclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori
tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff
membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika
umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.

Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang
berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek
fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap
sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal
pemakaianyaakhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Bidang
pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga
mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai).
Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah
kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu,
bukan keadaan yang meberubah. Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga
disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah
hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala
sifatnya.196Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.
B. METAFISIKA ONTOLOGI

Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. Kajian mengenai metafisika
umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan sifat-sifat yang
meliputi realitas yang dikaji. Pemaknaan mengenai metafisika bervariasi dan setiap masa dan
filsuf tentu memiliki pandangan yang berbeda. Secara umum topik analisis metafisika meliputi
pembahasan mengenai eksistensi, keberadaan aktual dan karakteristik yang menyertai, ruang dan
waktu, relasi antarkeberadaan seperti pembahasan mengenai kausalitas, posibilitas, dan
pembahasan metafisis lainnya.

Sejak lama, istilah “metafisika” dipergunakan di Yunani untuk menunjukan karya-karya


tertentu Aristoteles. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani metata physika yang berarti “ha-hal
yang terdapat sesudah fisika”. Aristoteles mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai
yang ada sebagai yang-ada, yang dilawankan. Misalnya, dengan yang-ada sebagai yang
digerakan atau yang-ada sebagai yang dijumlahkan. Dewasa ini metafisika dipergunakan baik
untuk menunjukan filsafat pada umumnya maupun acapkali untuk menunjukan cabang filsafat
yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Namun secara singkat banyak yang
menyebutkan metafisika sebagai studi tentang realitas dan tentang apa yang nyata. Secara umum
metafisika adalah suatu pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau
tentang segala sesuatu yang “ada” (being). Yang dimaksud dengan “ADA” ialah semua yang
ada, baik yang ada secara mutlak, ada tidak mutlak, maupun ada dalam kemungkinan.”

Terkadang metafisika ini sering disamakan dengan “ontologi” (hakikatilmu). Namun


demikian, Anton Baker membedakan antara Metafisika dan ontologi. Menurut istilah
“metafisika” tidak menunjukan bidang ekstensif atau objek material tertentu dalam penelitian,
tetapi mengenai suatu inti yang termuat dalam setiap kenyataan, ataupun suatu unsur formal. Inti
itu hanya tersentuh pada taraf penelitian paling fundamental, dan dengan metode tersendiri.
Maka nama metafisika menunjukan sebuah pemikiran, dan merupakan refleksi filosofis
mengenai kenyataan yang secara mutlak paling mendalam dan paling Ultimate. Sedangkan
ontologi yang menjadi objek material bagi filsafat pertama itu terdiri dari segala hal yang ada.

3
Secara umum metafisika dibagi menjadi dua bagian yaitu :

 Metafisika umum (yang disebut ontologi)

 Metafisika khusus (yang disebut kosmologi)

Metafisika umum atau disebut juga dengan ontologi yang membahas tentang wujud
(ada). Wujud ada ini terbagi lagi menjadi dua yaitu wujud dan wujud relatif. Wujud mutlak ini
hanya ada satu yaitu Tuhan, sedangkan wujud relatif ini yaitu manusia dan alam diluar manusia
atau juga disebut dengan kosmos. Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu
sekaligus. Perkataan ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “yang ada” dan, sekali
lagi, logos. Maka objek material dari filsafat umum itu terdiri dari segala-gala yang ada.

Sedangkan metafisika khusus (spesifik) ini terdiri dari kosmologi, teologi metafisik, dan
filsafat antropologi. Yang dimaksud dengan kosmologi adalah penyelidikan atau penelitian
tentang dunia atau alam. Beberapa hal yang dibahas di dalam kosmologi antara lain adalah ruang
dan waktu, perubahan, kemungkinan- kemungkinan, dan keabadian. .Metafisika khusus
(Kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang struktur alam semesta yang membicarakan
tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi berasal dari kata “kosmos” = dunia atau
ketertiban, lawan dari “chaos” atau kacau balau atau tidak tertib, dan “logos” = ilmu atau
percakapan. Kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paing fundamental dari
seluruh realitas.

C. LANDASAN ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan
suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan
materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu
dapat disebut sebagai pengetahuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada dalam
jangkauan pengalaman manuskia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia. Berlainan dengan agama atau bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, ilmu
membatasi diri hanya kepada kejadian-kejadian yang empiris, selalu berorientasi terhadap dunia
empiris.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan dimulai dari kepastian, sehingga
berbeda dengan agama yang dimulai kepastian. Ilmu memulai dari keragu-raguan akan objek
yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek pengenalan ilmu mencakup kejadian-
kejadian atau seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman manusia. Jadi ontologi
ilmu adalah ciri-ciri yang essensial dari objek ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku
juga bagi cabang-cabang ilmu yang lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk
mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah anggapan
yang merupakan dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan. Asumsi
dasar ini menurut Endang Saifudin ada dua macam sumbernya:

Pertama, mengambil dari poslutat, yaitu kebenaran-kebenaran apriori, yaitu dalil yang
dianggap benar walaupun kebenarannya tidak dapat dibuktikan, kebenaran yang sudah diterima
sebelumnya secara mutlak. Kedua, mengambil dari teori sarjana atau ahli yang lain terdahulu,
yang kebenarannya disangsikan lagi oleh masyarakat, terutama oleh si penyelidik itu sendiri.
Megenai asumsi dasar dalam keilmuan, Harsojo menybutkan tentang macamnya dalam karangan
“apakah ilmu itu dan ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia” meliputi:

1. Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada.

Apakah benar dunia ada? Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan ilmiah, melainkan
pertanyaan filsafat. Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari itu adalah ilmu pengetahuan
empiris, maka landasanya adalah dunia empiris itu sendiri, yang eksistensinya tidak
diragukan lagi. “Dunia itu ada” diterima oleh ilmu dengan begitu saja, dengan apriori
atau dengan kepercayaan. Setelah ilmu menerima kebenaran eksistensi dunia empiris itu,
barulah ilmu mengajukan pertanyaan- pertanyaan lebih lanjut, seperti misalnya:
Bagaimanakah dunia empiris alam dan social itu tersusun.

2. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui pancaindera.


Mungkin ada jalan-jalan lain untuk mendapatkan pengetahuan mengenai dunia
empiris itu, akan tetapi bagi ilmu satu-satunya ialah jalan untuk mengetahui fakta ilmiah
adalah melalui pancaindera. Adanya penyempurnaan terhadap pancaindera manusia
dengan membuat alat-alat ekstension yang lebih halus … tidak mengurangi kenyataan
bahwa pengetahuan tentang dunia empiris itu diperoleh melalui pancaindera. Ilmu
bersandar kepada kemampuan pancaindera manusia beserta alat-alat ekstentionnya.

3. Fenoma-fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu sama lain secara
kausal.
Berdasarkan atas postulat bahwa fenomena-fenomena di dunia itu saling
berhubungan secara kausal, maka ilmu nencoba untuk mencari dan menemukan sistem,
struktur, organisasi, pola-pola dan kaidah-kaidah di belakang fenomena-
fenomena itu, dengn jalan menggunakan metode ilmiahnya.

D. CABANG-CABANG ONTOLOGI

Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi,


Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain. Cabang-cabang
inilah yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yaitu :
1. Aliran Monoisme

Monoisme berasal dari kata Monos yang artinya tunggal. Dari kata tunggal
tersebut jadi harus lah satu hakikat saja yang dijadikan sebagai sumber asal baik yang
berupa materi ataupun rohani. Di dalam aliran monoisme ini terbagi menjadi dua yaitu
materialisme dan idealisme, materialisme adalah aliran yang hanya mempercayai sesuatu
yang tampak saja yang berupa materi tanpa mempercayai hal-hal yang spiritual atau
rohani sedangkan idealisme merupakan kebalikan dari pengertian materialisme. Aliran
idealisme sering disebut juga aliran spiritualisme karena mereka mempunyai kepercayaan
kenyataan spiritual.
2. Aliran Dualisme

Dualisme berasal dari bahasa latin yaitu duo yang artinya dua. Konsep yang
dipakai dalam aliran dualisme ini yaitu menjelaskan tentang hubungan antara jiwa dan
raga yang memadukan antara materialisme dan idealisme.
3. Aliran Pluralisme
Kata pluralisme ini berarti jamak atau banyak jadi aliran ini adalah aliran yang tidak
mengukur satu atau dua substansi saja tetapi banyak substansi karena di dalam aliran ini
manusia tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun atas api tanah
udara yang menjadi unsur dari segala wujud.
4. Aliran Realisme

Aliran realisme adalah aliran yang menekankan pada pengetahuan dan nilai.
Didalam aliran ini banyak mempersoalkan objek pengetahuan aliran ini juga menekankan
tentang sesuatu yang di katakan memang real atau benar adanya.
5. Aliran Agnotisme

Agnotisme berasal dari bahasa Yunani yaitu gnotisme yang berarti tahu sedangan
a berati tidak. Jadi agnotisme merupakan aliran yang bagaimana mereka memahami
ketuhanan. Mereka menganggap Tuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat dinalar oleh
akal.
6. Aliran Eksistensialisme

Aliran eksistensialisme adalah filsafat yang khusus yang di dalamnya menjelaskan


tentang eksistensi dan pengalaman manusia. Manusia adalah pencipta bagi esensi dirinya
sendiri. Eksistensi juga dapat diartikan sebagai suatu penolakan terhadap pemikiran
abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ontologi dapat disimpulkan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan
yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa
dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, duaisme, pluralisme, nihilismedan
agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya
menentukan pendapat serta keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang
“ada” itu. Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa
ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika
menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan,
metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan
salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal
yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati,
termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini.

B. SARAN
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen.
Penulis hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari penulis sendiri. Dan jika
ada kebenaran itu datangnya dari Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Sumantri, Filsafat Ilmu, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2001


Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Jurnal Tarbawi| Volume 4|No 1| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X
Anton Baker, Ontologi atau Metafisika Umum, Yogyakarta : Kanisius, 1992

Anda mungkin juga menyukai