DATA EPIDEMIOLOGI
Nama : Ny. S
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Autoanamnesa
Pasien juga merasa ada kaca/beling yang keluar dari mulutnya, pasien
Heteroanamnesa
semua berisi (rambut, bedak, dan pasir). Anak pasien mengatakan ibu
keluarga.
a.Psikiatrik
b. Medik
Kejang (-)
Keterangan :
Pasien :
Perempuan :
Laki-laki :
Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan saudaranya. Pasien anak ke
yang pendiam.
Riwayat Pendidikan
SD selama 6 tahun (umur 6-12 tahun) pasien selalu naik kelas dan
SMA selama 3 tahun ( umur 15-18 tahun) pasien selalu naik kelas dan
Riwayat Pekerjaan
saat ini.
anak. Pasien merupakan istri yang sayang pada suami dan anak-
Pasien seorang beragama Islam yang rajin sholat mengaji dan ikut
G. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Semua saudaranya telah
menikah. Saat ini pasien tinggal dengan anak laki-lakinya. Tidak ada
a. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak tenang
Vital sign:
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 20 x/mnt
SpO2 : 98%
Leher
Thorakrs
Kadar LK:13,4-18,0
10,1 gr%
Hemoglobin/HGB PR: 11,4-16,4
Granulosit 71,6 % 35-70
Limfosit 24,0 % 20-50
Mid 4,4 % 2-10
Jumlah Trombosit 190.000 Ribu/mm3 150.000-450.000
Jumlah Leukosit 5800 Mmk 4000-11.000
DDR
Malaria - Negatif
Pemeriksaan serologi
HbsAg - Negatif
yang tinggal bersama dengan pasien. Pasien sering gelisah, jalan tanpa tujuan,
tampak baik. Penampilan pasien rapi, tidak ada gangguan berbicara. Suasana
auditorik dan visual. Sensorium dan kognisi pasien baik. Terdapat waham
curiga dan waham kebesaran. Pengendalian impuls, daya nilai sosial dan uji
daya nilai baik. Daya nilai realitas baik. Tilikan pasien derajat 1,
Diagnosis multiaxial :
Axis I :
klinis utama sering marah-marah dan suka memukul anak Nya sendiri .
pasien ini bukan Gangguan mental dan Perilaku Akibat Napza (F.1)
- Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang
- Pada pasien ditemukan adanya riwayat waham curiga yaitu pasien merasa
Axis II :
Ciri kepribadian Paranoid ( dd gangguan kepribadian schizoid / gangguan
mental.
Axis III :
ditemukan riwayat penyakit lain. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.
Axis IV :
pergi oleh suami Nya. Pasien merasa kecewa terhadap suami Nya
Axis V :
Pada saat ini pasien dilakukan rawat di Ruang Kronis Wanita Rumah Sakit
Jiwa Daerah Abepura. Terapi yang diberikan kepada pasien ini adalah :
1) Farmakoterapi :
Injeksi :
Injeksi Haloperidol 5 mg 1 ampul (IM/12 jam)
Terapi Oral :
Risperidone 2 mg 2x1
gejala positif)
Trihexyphenidyl 2 mg 1x1
2) Psikoterapi
Pada pasien;
tidak diminum.
dihadapinya
benar
Pada keluarga;
Menyampaikan informasi kepada keluarga agar mengerti keadaan
VII. PROGNOSIS
- Onset jelas
BAB III
PEMBAHASAN
pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Skizofrenia adalah gangguan psikotik
yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan
Namun demikian tidak ada satu pola perilaku yang unik pada skizofrenia,
demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang selalu muncul pada penderita
pikiran asosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu, namun tidak selalu
semua tampil pada saat bersamaan. Dalam beberapa kasus, skizofrenia menyerang
manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi
pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal
jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Dalam beberapa kasus,
penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan gejala selalu nampak
jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang lanjut, di atas 40 tahun,
kehidupan penderita skizofrenia yang diobati akan semakin baik, dosis obat yang
jarang.
merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi),
persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional
bahwa dirinya seorang yang penting (delusi grandeur) atau isi pikiran yang
menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain
sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada
Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe
skizofrenia lainnya. Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham
kognitif dan afek yang relatif masih terjaga, sedangkan katatonik relatif tidak
menonjol. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya satu
gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih, bila gejala-
1) “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya. “Thought
insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal), dan “Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar
kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of influence” = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of passivity” =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari
luar, (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota
perception”= pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas
sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu
5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
8) Simtom-simtom “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri( self
Sebagai tambahan :
jarang menonjol.
Berdasarkan status psikiatri, gejala dan tanda yang ditemukan pada kasus ini,
memiliki beberapa kemiripan gejala psikotik, namun gejala dan tanda khas
yang ditemukan pada pasien memenuhi kriteri diagnosis F20.0 yaitu adanya
waham dan halusinasi yang lebih menonjol dan gangguan afektif ringan,
PPDGJ III Skizofrenia Paranoid dapat didiagnosis banding dengan F22.0 dan
atau dengan F22.8, sehingga dapat disimpulkan diagnosis banding pada kasus
suatu system waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan
full blown (F32.-) mungkin terjadi secara intermitten dengan syarat bahwa
afektif itu.
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada
3.3 Penatalaksanaan
sebagaimana terbukti bahwa waktu yang panjang antara onset gejala dan
a) Penatalaksanaan Non-Farmakologis
b) Penatalaksanaan Farmakologis
kronis) dan efek samping obat. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala
psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera
kerjanya, yaitu:
generasi I (APG-I)
karena kinerja obat APG-I, maka obat ini lebih efektif untuk gejala
normal
(APG-II)
antipsikotik golongan atipikal golongan obat ini sedikit
Obat APG-II disebut juga obat anti-psikosis baru atau atipikal. Standar
adalah APG-II. Obat APG-II memiliki efek samping neurologis yang lebih
Obat Antikolinergik
- Trihexyphenidyl
anti kolinergik dan efek sentralnya mirip atropin namun lebih lemah,
bekerja dengan cara mengurangi aktifitas kolinergik di kaudatus dan
Obat Anti-Ansietas
atau mengantuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: 2010.
2. Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FK UI, Jakarta: 2011.
3. Obat Anti-psikosis. Editor : Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 3. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya (PT. Nuh Jaya). 2007.
4. Terapi Biologis - Antagonis Reseptor Dopamin : Antipsikotik Tipikal. Editor :
Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan & Sadock - Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2014:498-502.
5. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
DSM-V, Cetakan Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
Jakarta.
6. Maslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
Cetakan Keempat. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
Jakarta.
7. Sinaga, R. Benhard., 2007. Skizofrenia & Diagnosa Banding. Fakultas
Kedokteran Indonesia. Jakarta: 1-120.
8. Maramis, F. Willy., Maramis, A. Albert. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Edisi 2. Penerbit Airlangga University (AUP). Surabaya: 270-280.