Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

HIV stadium III dengan Oral Candidiasis,


Anemia dan TB Relaps
Oleh
Lies Triasi Situmorang
(0130840141)

Pembimbing
dr. Petrus Irianto, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

• HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus golongan rotavirus


yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen


Kesehatan tahun 1987 yaitu pada seorang warga negara Belanda di Bali.

Di Indonesia sendiri, jumlah ODHA terus meningkat. Data terakhir pada tahun
2008 menunjukkan bahwa jumlah ODHA di Indonesia. telah mencapai 22.664
orang. Menurut UNAIDS, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan
epidemic tercepat di Asia. (Depkes RI, 2008).
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : YT
• Umur : 31 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Kristen Protestan
• Suku : Papua
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Komp. Dok 2 Smakes
• Masuk rumah sakit :16 Januari 2020
• Keluar rumah sakit : 27 Januari 2020
Anamnesis

• Keluhan utama: Lemas dan demam

Pasien datang ke RSUD dok 2 rujukan dari puskesmas Japut dengan Hb 4,7, pasien mengeluh
lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya pasien mengeluhkan BAB 6x/hari
kurang lebih 1 minggu yang lalu ampas (+), lendir (-), darah (-), bau amis (-), dan pasien berobat
dipuskesmas tapi tidak berhenti, akhir – akhir ini pasien juga mengalami nafsu makan berkurang,
pasien juga 1 minggu ini demam tapi dikasih paracetamol demam hilang, lalu demam lagi, mual
(-) muntah (-). Pasien juga mengeluh batuk berdahak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Dikeluarga tidak ada yang mengalami batuk lama dan pengobatan sakit paru-paru. Selama ini
pasien adalah pasien VCT rsud dok 2 dengan B20 tapi putus obat selama 1 tahun. Pasien juga
selama 3 bulan ini mengalami penurunan berat badan kurang lebih 10kg.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mengatakan tahun 2019 pernah berobat HIV tapi putus obat..

Riwayat diabetes melitus : disangkal


Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Darah Tinggi : disangkal
Riwayat penyakit TBC : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien saat ini
• Riwayat diabetes melitus : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
• Riwayat Darah Tinggi : disangkal
• Riwayat penyakit TBC : disangkal
• Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Alergi
• Riwayat alergi makanan : disangkal
• Riwayat alergi minuman : disangkal
• Riwayat alergi obat : disangkal
• Riwayat Pribadi dan Sosial
• Riwayat merokok disangkal
• Minum-minuman beralkohol disangkal
• Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang disangkal
• Riwayat pemakaian tatto disangkal
• Riwayat transfusi diakui
• Riwayat berhubungan sex bebas disangkal
• Riwayat penyakit infeksi menular seksual disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Tekanan Darah : 90/60 mmHg
• Nadi : 92 x/menit
• Respirasi rate : 22 x/menit
• Suhu badan : 38,1 0C
• Saturasi Oksigen : 98% (Nafas Spontan)
Status Generalis
• Kepala : Normocephal, jejas (-), oedema (-)

• Mata : Sekret (-/-), Conjungtiva anemis (+/+),


sklera ikterik (-/-).
• Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), Deformitas (-), sekret (-),
perdarahan (-),
• Telinga: Sekret (-), darah (-)

• Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)


Thorax
Paru-paru
• Inspeksi : Simetris, ikut gerak nafas, retraksi dinding dada (-), jejas (-)
• Palpasi : vocal fremitus Dekstra = Sinistra
• Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri
• Auskultasi : Suara nafas dasar : bronkovesikuler, Suara tambahan : wheezing (-/-),
ronkhi(+/+)
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 1 cm ke medial linea mid clavicularis
sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
• Perkusi :
• Batas atas : ICS II linea parasternalis kiri
• Pinggang : ICS III linea parasternalis kiri
• Batas kiri : ICS V 2 cm ke lateral linea midclavicularis kiri
• Batas kanan : ICS V linea parasternalis kanan
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Tampak datar
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-) , massa (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
• Perkusi : Timpani.
Ekstremitas
• Superior : Akral hangat, sianosis (-/-), oedem (-/-),
CRT < 2”
• Inferior : Akral hangat (+), sianosis (-/-), oedem (-/-),
CRT < 2”
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 16 januari 2020
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 22 Januari 2020
Foto Thorax 18 Januari 2020
RESUME

Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan pasien mengeluh lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, awalnya pasien mengeluhkan BAB 6x/hari kurang lebih 1 minggu yang lalu ampas (+), lendir
(-), darah (-), bau amis (-), dan pasien berobat dipuskesmas tapi tidak berhenti, akhir – akhir ini
pasien juga mengalami nafsu makan berkurang, pasien juga 1 minggu ini demam tapi dikasih
paracetamol demam hilang, lalu demam lagi, mual (-) muntah (-). Pasien juga mengeluh batuk
berdahak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Dan pasien adalah pasien VCT HIV putus obat 1 tahun

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Kesadaran Compos Mentis, , Vital Sign:
Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 92 x/menit, Respirasi rate: 20x/menit; suhu 38,1ºC. Konjungtiva anemis
(+), lidah kotor (+), adanya suara tambahan yaitu Ronkhi di kedua lapang paru.
Hasil laboratorium. penurunan hb, penurunan eritrosit,& hematokrit, dan penurunan limfosit
Diagnosa
• B20 stadium III dengan Anemia, candidiasis oral, TB Paru Relaps, dan
Anemia
Penatalaksanaan
• IVFD Nacl 0,9% 16 tpm makro
• Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
• Paracetamol 1x500mg (KP)
• Contrimoxazole 1x 960mg po
• Pro transfusi PRC 1 kolf
Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia ad malam
• Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
• Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

17/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual/muntah (-) P/ - Inf.Nacl 0,9% 16tpm makro
(H1) O/ - Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
TD: 110/80 N: 88
- Paracetamol 1x500mg (KP)
SB: 37.0 C RR: 20,
- Cotrimoxazole 1x 960mg (PO)
KU: sakit sedang ,KES: CM
K/L: CA ( +/+), SI (-/-), PKGB (-/-) - Pro transfusi PRC 1 bag
Tho: SNV (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)  
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Oral candidiasis
Susp.TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

18/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual/muntah (-) Inf.Nacl 0,9% 16tpm makro
O/
Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
(H2)
Paracetamol 1x500mg (KP)
TD: 110/60 N: 77
Contrimoxazole 1x 960mg po
SB: 37.3C RR: 19 Pro transfusi PRC 1 bag 
KU: sakit sedang ,KES: CM
K/L: CA (+/+), SI (-/-), >PKGB (-)
Tho: SNV (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Oral candidiasis

Susp. TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

19/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual/muntah (-) P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
O/ Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
(H3)
TD: 100/60 N: 84 Paracetamol 1x500mg (KP)
SB: 36.8 C RR: 20 Cotrimoxazole 1x 960mg (PO)
KU: sakit sedang ,KES: CM Pro transfusi PRC 1 bag
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SNV (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Susp. TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

20/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), demam (+), P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
keringat malam (+), mual/muntah (-) Drip Paracetamol 3x500 mg (IV)
(H5)
O/ Cotrimoxazole 3x2 tab (PO)
TD: 110/70 N: 117 Ceftazidin 3x1 gr (IV)
SB: 39.8C RR: 24 Omeprazole 3x1 (IV)
KU: sakit sedang ,KES: CM Fluconazole 1x150 mg
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-) Furosemid 1 amp
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Menunggu hasil RO Thorax
BJ I/IImurni reguler, galop(-) Pro transfusi PRC 1 bag
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Oral candidiasis
Susp.TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

21/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual/muntah (-) P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
O/ Drip Paracetamol 3x500 mg (IV)
(H6)
TD: 100/70 N: 97 Cotrimoxazole 3x2 tab (PO)
SB: 38.3C RR: 24 Ceftazidin 3x1 gr (IV)
KU: sakit sedang ,KES: CM Fluconazole 1x150 mg
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-) Pro transfusi PRC 1 bag
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Menunggu hasil Gen Expert 
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Oral candidiasis
Susp.TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

22/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual (+), muntah P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
1x (+), BAB cair 3x/hari, demam (+) Drip Paracetamol 3x500 mg (IV)
(H7)
O/ Cotrimoxazole 3x2 tab (PO)
TD: 100/60 N: 96 Ceftazidin 3x1 gr (IV)
SB: 39.0 C RR: 24 Omeprazole 3x1 (IV)
KU: sakit sedang ,KES: CM Fluconazole 1x150 mg
K/L: CA (+/+), SI (-/-), >PKGB (-/-) Pro transfusi PRC 1 bag/hari
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) OAT kategori I 1x3 tab
BJ I/IImurni reguler, galop(-) Cek DL
 
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
Anemia
Oral candidiasis
Susp.TB
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

23/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual (+), muntah P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
(-), BAB cair ampas 2x/hari, demam (+) Paracetamol 3x500 mg (PO)
(H8)
O/ Cotrimoxazole 3x2 tab (PO)
TD: 100/60 N: 112 Ceftazidin 3x1 gr (IV)
SB: 37.3C RR: 24 Fluconazole 1x150 mg
KU: sakit sedang ,KES: CM Pro transfusi PRC 1 bag/hari
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-) OAT kategori I 1x3 tab
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
TB Paru
Pneumonia
OEC
Anemia
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

24/01/2020 S/lemas (+), batuk (+), pusing (+), mual (+), muntah P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
(-), BAB cair (-), demam (+) Paracetamol 3x500 mg (PO)
(H9)
O/ Cotrimoxazole 1x960 tab (PO)
TD: 110/80 N: 102 Fluconazole 1x150 mg
SB: 38.5C RR: 24 OAT kategori II
KU: sakit sedang ,KES: CM Pro transfusi PRC 1 bag/hari
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
TB Paru
Pneumonia
OEC
Anemia
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

25/01/2020 S/lemas (+), mual (+), muntah (-), BAB cair (-), pusing P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
 

(-), demam (-), batuk (-) Paracetamol 3x500 mg (PO)


(H10)
O/ Cotrimoxazole 1x960 tab (PO)
TD: 100/70 N: 115 Ambroxol 3x30 mg (PO)
SB: 36.7 C RR: 24 OAT Kategori II
KU: sakit sedang ,KES: CM Pro transfusi PRC 1 bag/hari
K/L: CA (+/+), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
TB Paru Relaps
Pneumonia
OEC
Anemia
Hari/ Follow Up Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)

27/01/2020 S/lemas (+), perut kembung, mual/muntah (-), demam (-) P/ Inf.Nacl 0,9% 20 tpm makro
Paracetamol 3x500 mg (PO)
(H11) O/
Cotrimoxazole 1x960 tab (PO)
TD: 110/70 N: 91 Ambroxol 3x30 mg (PO)
SB: 37.3C RR: 24 OAT Kategori II
KU: sakit sedang ,KES: CM
K/L: CA (+/+), SI (-/-), >PKGB (-/-)
Tho: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (+)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20 st III
TB Paru Relaps
Pnemonia

Anemia
BAB III
PEMBAHASAN
B20 stadium III
• Berdasarkan anamnesis pasien didapatkan Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan
pasien mengeluh lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya pasien
mengeluhkan BAB 6x/hari kurang lebih 1 minggu yang lalu ampas (+), lendir (-),
darah (-), bau amis (-), dan pasien berobat dipuskesmas tapi tidak berhenti, akhir –
akhir ini pasien juga mengalami nafsu makan berkurang, pasien juga 1 minggu ini
demam tapi dikasih paracetamol demam hilang, lalu demam lagi, mual (-) muntah (-).
Pasien juga mengeluh batuk berdahak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Dan pasien
adalah pasien VCT HIV putus obat 1 tahun
• Anamnesis yang lengkap termasuk risiko pajanan HIV , pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan konseling perlu dilakukan pada setiap
odha saat kunjungan pertama kali ke sarana kesehatan. Hal ini
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis, diperolehnya data dasar
mengenai pemeriksaan fisik dan laboratorium, memastikan pasien
memahami tentang infeksi HIV

• Dari Anamnesis, perlu digali factor resiko HIV AIDS, Berikut ini mencantumkan, daftar
tilik riwayat penyakit pasien dengan tersangaka ODHA
Faktor risiko infeksi HIV
•Penjaja seks laki-laki atau perempuan
•Pengguna napza suntik (dahulu atau sekarang)
•Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki (LSL) dan
transgender (waria)
•Pernah berhubungan seks tanpa pelindung dengan penjaja seks komersial
•Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)
•Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipient produk darah
•Suntikan, tato, tindik, dengan menggunakan alat non steril.
Daftar tilik riwayat pasien
• Seorang dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan
strategi pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala
mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala-gejala ini bukan disebabkan
oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV, atau ditemukan
sarcoma Kaposi atau pneumonia yang mengancam jiwa yang berulang
Gejala Mayor : Gejala Minor :
1. Berat badan turun lebih dari 10 % dalam 1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
1 bulan 2. Dermatitis generalisata yang gatal
2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari
3. Herpes Zooster berulang
1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1
4. Kandidiosis Orofaring
bukan 5. Herpes Simpleks kronis progresif
4. Penurunan kesadaran dan gangguan 6. Limfadenopati generalisata
neurologi 7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
5. Demensia / ensefalopati HIV wanita
Pemeriksaan
Fisik
 
Pemeriksaan khusus untuk HIV
Stadium Klinis HIV
Stadium klinis 4b
• Malnutrisi, wasting   dan stunting berat yang tidak dapat   dijelaskan dan tidak berespons terhadap terapi standara
• Pneumonia pneumosistis
• Infeksi bakterial berat yang berulang  (misalnya empiema, piomiositis, infeksi   tulang dan sendi, meningitis, kecuali pneumonia)
• Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau   kutaneus > 1 bulan atau viseralis di lokasi manapun)
• TB ekstrapulmonar
• Sarkoma Kaposi
• Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atau   paru)
• Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa   neonatus)
• Ensefalopati HIV
• Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau   infeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur > 1bulan
• Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis
• Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis,   coccidiomycosis)
• Kriptosporidiosis kronik   (dengan diarea)
• Isosporiasis kronik
• Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
• Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang   simtomatik
• Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebral
•    Progressive multifocal   leukoencephalopathy
Tatalaksana
Terapi pada ODHA dewasa
• Terapi ARV dianjurkan pada pasien dengan TB paru atau infeksi bakterial berat dan
CD4 < 350/mm3. Juga pada ibu hamil stadium klinis manapun dengan CD4 < 350 /
mm3. Keputusan untuk memulai terapi ARV pada ODHA dewasa danremaja
didasarkan pada pemeriksaan klinis dan imunologis. Namun Pada keadaan tertentu
maka penilaian klinis saja dapat memandu keputusan memulai terapi ARV. Mengukur
kadar virus dalam darah (viral load) tidak dianjurkan sebagai pemandu keputusan
memulai terapi.
Manajemen
• Kombinasi tiga obat antiretroviral merupakan regimen
pengobatan ARV yang dianjurkan oleh WHO, yang dikenal
sebagai Highly Active AntiRetroviral Therapy atau HAART.
Kombinasi ini dinyatakan bermanfaat dalam terapi infeksi HIV.
Semula, terapi HIV menggunakan monoterapi dengan AZT dan
duo (AZT dan 3TC) namun hanya memberikan manfaat
sementara yang akan segera diikuti oleh resistensi.
• WHO merekomendasikan penggunaan obat ARV lini pertama berupa kombinasi 2
NRTI dan 1 NNRTI. Obat ARV lini pertama di Indonesia yang termasuk NRTI adalah
AZT, lamivudin (3TC) dan stavudin (d4T). Sedangkan yang termasuk NNRTI adalah
nevirapin (NVP) dan efavirenz (EFZ).
ANEMIA PADA HIV

• Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
•     Etiologi anemia :
  Penurunan kecepatan eritropoiesis
  Kehilangan eritrosit berlebihan
  Defisiensi kandungan hemoglobin dalam eritrosit
Berbagai penyebab anemia dapat dikelompokkan kedalam enam kategori:
1. Anemia gizi : defisiensi dalam diet suatu factor yang diperlukan untuk eritropoiesis.
2. Anemia pernisiosa : ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12 dalam jumlah adekuat.
3. Anemia aplastik : kegagalan sumsum tulang untuk mengahasilkan sel darah merah dalam jumlah yang
adekuat, walaupun selama bahan yang diperlukan untuk eritropoiesis tersedia.
4. Anemia ginjal disebabkan oleh penyakit ginjal : karena eritropoietin dari ginjal adalah stimulus utama
untuk mendorong eritropoiesis, sekresi eritropoietin yang tidak adekuat akibat penyakit ginjal
menyebabkan gangguan produksi sel darah merahà anemia.
5. Anemia hemoragik : hilangnya darah dalam jumlah bermakna.
6. Anemia hemolitik :  pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalam jumlah besar.
Hubungan Anemia dengan HIV
• Kebanyakan pasien yang menderita penyakit kronik mengalami anemia. Anemia ini ditandai
dengan kadar besi serum yang rendah, kadar transferin yang rendah atau normal, dan kadar
feritin yang normal atau tinggi. Disamping itu, kadar hemoglobin berkisar antara 7-12 g/dL. 
Anemia jenis ini paling sering ditemukan pada pasien lupus eritematosus.  Kini, anemia pada
penyakit kronik disebut pula anemia inflamasi (AI) akibat ditemukan gejala yang sama tanpa
disertai penyakit kronik pada orang yang lebih tua.

Secara garis besar, AI dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:


1.Infeksi: AIDS/ HIV, tuberkulosis, malaria, osteomielitis, abses kronik, dan sepsis,
2.Inflamasi: arthritis rheumatoid, kelainan reumatologi, inflammatory bowel disease, sindrom respons inflamasi sistemik,
3.Keganasan: karsinoma, myeloma multipel, limfoma,
• Adapun patogenesis dari AI adalah:

1.Destruksi eritrosit yang disebabkan oleh aktivasi faktor pejamu seperti makrofag yang
memfagosit yang eritrosit secara prematur. Hal ini ditandai dengan ditemukannya
eritrosit muda dalam jumlah besar. Keterlibatan faktor ekstrinsik seperti toksin bakteri
dan pengobatan belum diketahui.
 
2.Penurunan produksi eritropoetin disebabkan oleh efek inhibisi sitokin inflamasi
seperti  TNF alfa dan interleukin 1. Inhibisi ini diperantarai oleh GATA 1 pada
promoter eritropoetin.  Disamping itu, berdasarkan penelitian, terjadinya resistensi
dibuktikan melalui pasien dengan kadar eritropoetin yang tinggi,  memiliki
hemoglobin yang  rendah.
TB PARU DENGAN HIV / AIDS

• Tuberkulosis (TB) parumerupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru.
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau
klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
TB PARU DENGAN HIV / AIDS

Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi dengan kemungkinan
koinfeksi TB-HIV, maka konseling dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk seluruh
TB pasien sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin

Hanya pasien TB paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
•Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
•Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
•MDR TB / TB kronikPemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis TB paru
adalah pemeriksaan BTA dahak, foto toraks dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4.
Pengobatan OAT pada TB-HIV:
• Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB tanpa HIV/AIDS.
• Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis
serta jangka waktu yang tepat
• Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya karena akan menyebabkan efek toksik
berat pada kulit- Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali pakai yang
steril.
• Desensitisasi obat (INH, rifampisin) tidak boleh dilakukan karena mengakibatkan toksik yang serius
pada hati
• Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi respons terhadap pengobatan, selain dipikirkan
terdapat resistensi terhadap obat juga harus dipikirkan terdapatnya malabsorpsi obat. Pada pasien
HIV/AIDS terdapat korelasi antara imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan, karenanya
dosis standar OAT yang diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam serum
• Saat pemberian obat pada koinfeksi TB-HIV harus memperhatikan jumlah limfosit CD4 dan sesuai
dengan rekomendasi yang ada (seperti terlihat pada tabel 8)
Pengobatan OAT pada TB-HIV:
• Pada Pasien ini Pasien TB relaps jadi pasien termasuk tatalaksana TB Kategori II
(2HRZES/HRZE/5(HR)3E3)
• Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan penderita
dengan pengobatan lalai (drop out).
BAB V
PENUTUP
• HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus golongan rotavirus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
• Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
• Tuberkulosis (TB) parumerupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru
• Tatalaksana pada pasien HIV dengan komplikasi berbeda dengan pasien HIV tanpa
komplikasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai