Anda di halaman 1dari 3

RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

SYARIA’H DAN AKHLAK

A. SYARI’AH
Komponen Islam yang kedua adalah syari‘ah yang berisi peraturan dan perundang-
undangan yang mengatur aktivitas yang, seharusnya dikerjakan manusia. Syari‘at adalah
sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam.
Syari‘at atau sistem nilai Islam ditetapkan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini Allah
disebut Sya>ri atau pencipta hukum. Allah berfirman:
ِ ‫ضي بينهم وإِ َّن الظَّالِ ِمني هَل م ع َذ‬ ِ ِ ِ ِ
)٢١( ‫يم‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ َ ْ ‫أ َْم هَلُ ْم ُشَر َكاءُ َشَرعُوا هَلُ ْم م َن الدِّي ِن َما مَلْ يَأْذَ ْن بِه اللَّهُ َولَ ْوال َكل َمةُ الْ َف‬
َ ْ ُ َ َْ َ ‫ص ِل لَ ُق‬
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari‘atkan untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan
(dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu akan memperoleh azab yang Amat pedih.(Qs. Al-Syura: 21)

Sistem nilai Islam secara umum meliputi dua bidang:


a. Syari‘at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah. Dalam konteks
ini syari‘at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah,
seperti kewajiban salat, puasa, zakat, dan haji ke Baitullah. Hubungan manusia dengan
Allah ini disebut ibadah mahdah atau ibadah khusus, karena sifatnya yang khas dan sudah
ditentukan secara puti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Rasulullah.
b. Syari‘at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal, yakni hubungan sesama
manusia dan makhluk lainnya yang disebut muamalah. Muamalah meliputi ketentuan
perundang-undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan
dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya.
Adanya subsistem muamalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan
dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan antara persoalan dunia dan akhirat. Bagi
Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hamba-Nya bukan sekedar menjalankan
peribadatan yang bersifat formal belaka, melainkan disuRuhnya agar semua aktivitas
hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan konsep
dasar Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Firman Allah:
ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واإلنْس إِال لِيعب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.(Qs. Al-Dza>riyat: 56).
Hubungan horizontal ini disebut pula dengan istilah ibadah gayr mahdah atau ibadah
umum, karena sifatnya yang umurn di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci
macam dan jenis perilakunya tetapi hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya s aj a .

B. AKHLAK
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang tata
perilaku atau sopan santun. Atau dengan kata lain akhlaq dapat disebut sebagai aspek ajaran
Islam yang mengatur perilaku manusia. Dalam pembahasan akhlaq diatur mana perilaku
yang tergolong baik dan perilaku buruk.
Akhhlak maupun syari‘ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, yang berbeda
di antara keduanya adalah obyek materi. Syari‘ah melihat perbuatan manusia dari segi
hukum, yaitu wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan akhlaq melihat perbuatan
manusia dari segi nilai atau etika, yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Akhlaq merupakan bagian yang sangat penting dalam ajaran Islam, karena perilaku
manusia merupakan obyek utama ajaran Islam. Bahkan maksud diturunkannya agama
adalah untuk membimbing sikap dan perilaku manusia agar sesuai dengan fitrahnya. Agama
menyuruh manusia agar meninggalkan kebiasaan buruk, dan menggantikannya dengan sikap
dan perilaku yang baik. Agama menuntun manusia agar memelihara dan mengembangkan
kecenderungan mental yang bersih dan jiwa yang suci. Karena itulah Rasul bersabda:
"Tiadalah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlaq dan perilaku manusia."
Alhasil, akhlaq merupakan sistem etika Islam. Sebagai sistem, akhlaq memiliki
spektrum yang luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lainnya, serta
terhadap Tuhannya.
C. KETERKAITAN ANTARA AQIDAH, SYARI‘AH, DAN AKHLAQ
Aqidah, syari‘ah dan akhlaq pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syari‘ah sebagai sistem
nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlaq sebagai sistem
etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Oleh karena itu ketiga
komponen tersebut seyogyanya terintegrasi dalam diri seorang muslim. Integrasi ketigai
komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah,
sementara batang, dahan dan daunnya adalah, syari‘ah, sedangkan buahnya adalah akhlaq.
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang
mendorongnya untuk melaksanakan syari‘ah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga
tergambar akhlaq yang terpuji pada dirinya.
Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi
tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir.
Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syari‘ah,
maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan
syari‘ah tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus disebut munafik.
Aqidah, syari‘ah, dan akhlaq dalam Al-Qur’an disebut Iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syari‘ah dan
akhlaq.
Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan
yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut
Allah. Sedangkan perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai
wujud pelaksanaan syari‘ah disebut amal saleh. Karena itu di dalam Al-Qur’an kata amal
saleh selalu diawali dengan kata Iman, antara lain dalam Allah berfirman:
‫ين ِم ْن َقْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَ َّن هَلُ ْم ِد َين ُه ُم‬ ِ َّ َ‫ض َكم ا اس تخل‬
َ ‫ف الذ‬َ ْ َ ْ َ ِ ‫األر‬ ْ ‫َّه ْم يِف‬
ِ ِ ‫وع َد اللَّه الَّ ِذين آمنُ وا ِمْن ُكم وع ِملُ وا َّ حِل‬
ُ ‫الص ا َات لَيَ ْس تَ ْخل َفن‬ ََ ْ َ َ ُ ََ
ِ ‫ك هم الْ َف‬
‫اس ُقو َن‬ ِ َ ِ‫الَّ ِذي ارتَضى هَل م ولَيب ِّدلَنَّهم ِمن بع ِد خوفِ ِهم أَمنًا يعب ُدونَيِن ال ي ْش ِر ُكو َن يِب َشيئًا ومن َك َفر بع َد ذَل‬
ُ ُ َ ‫ك فَأُولَئ‬ َْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ َُ َ ْ ُ َ ْ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang berIman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaImana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Qs. Al-Nu>r: 55)

Anda mungkin juga menyukai