Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2339-0042 (p)

Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (EBM): MENGGAGAS DESA


WISATA DI KAWASAN GEOPARK CILETUH-SUKABUMI

Santoso Tri Raharjo1, Nurliana Cipta Apsari2, Meilanny Budiarti Santoso 3,


Budhi Wibhawa 4, Sahadi Humaedi 5
1
The CSR, Social Entrepreneurship, and Community Development Research Centre – UNPAD
The Family and Child Welfare Research Centre – UNPAD
santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id
2
The CSR, Social Entrepreneurship, and Community Development Research Centre – UNPAD
nuliana.apsari@unpad.ac.id
3
The CSR, Social Entrepreneurship, and Community Development Research Centre – UNPAD
meilannybudiarti13@gmail.com
4
The CSR, Social Entrepreneurship, and Community Development Research Centre – UNPAD
budhi.wibhawa@unpad.ac.id
5
The CSR, Social Entrepreneurship, and Community Development Research Centre – UNPAD
sahadi.humaedi@unpad.ac.id)

Abstrak
Pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat (EBM) atau community-based tourism (CBT) dapat
menjamin kesinambungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Kuncinya adalah kesadaran dan partisipasi
masyarakat lokal terhadap pentingnya konservasi dan pemeliharan kawasan Geopark Ciletuh. Kesadaran
masyarakat lokal merupakan ruh dari partisipasi, oleh karenanya perlu ditumbuhkan dan dikembangkan secara
secara sistematis dan terencana. Kemauan, kesempatan dan kemampuan sebagai prasyarat untuk
berpartisipasi harus tumbuh dan berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Sebab, masyarakat lokal-lah
yang seharusnya memperoleh manfaat pertama dan utama dari pengembangan Geopark Ciletuh untuk masuk
dalam Global Geopark Network (GGN) UNESCO. Ironisnya, justru masyarakat luar yang seringkali mengetahui
terlebih dahulu atas kekayaan dari keragaman bumi, keragaman biologi, dan keragaman budaya di kawasan
Ciletuh Sukabumi Selatan. Upaya membangun dan mengembangkan kepariwisataan secara mandiri dan
berkesinambungan, dengan tetap mengutamakan konservasi, maka partisipasi masyarakat lokal mutlak
diperlukan. Partisipasi masyarakat secara ideal dapat dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi. Model EBM-CBT merupakan model pengembangan kepariwisataan yang berlandaskan pada
partisipasi masyarakat yang kuat. Pengembangan dan pengelolaan desa-desa wisata di kawasan
pengembangan Geopark Ciletuh, dapat merupakan ujud dari ekowisata berbasi masyatakat (EBM).
Kata kunci: Geopark Ciletuh, EBM, partisipasi, masyarakat lokal

Abstract
Community-based ecotourism (CBE) management ensure the sustainability and well-being of local
communities. The key is the awareness and participation of local communities on the importance of
conservation and maintenance of Geopark Ciletuh area. Awareness of local communities is the spirit of
participation, therefore needs to be developed and developed systematically and planned. Communities’s will,
opportunity and ability as a prerequisite for participation should grow and develop independently and
sustainably. Therefore, it is the local community that should have benefited first and foremost from the
development of Geopark Ciletuh to enter the UNESCO Global Geopark Network (GGN). Ironically, it is the
outsiders who often know first of the richness of the Earth's diversity, biodiversity, and cultural diversity in the
Ciletuh area of South Sukabumi. Efforts to build and develop tourism independently and sustainably, while
prioritizing conservation, local community participation is absolutely necessary. Ideal community participation
can start from planning, implementation, monitoring and evaluation. The WBM-CBT model is a model of

158
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

tourism development based on strong community participation. The development and management of tourist
villages in Geopark Ciletuh development area, can be a form of community-based ecotourism (EBM).

K eyw ords: Geopark Ciletuh, CBE, participation, local community

1. Pendahuluan at all (Bovy, 1982). Moreover, even those


that are fully implemented are not always
Pembangunan dan pengembangan wisata
sustainable. Thus, to increase the
alam (ekowisata) memiliki dua tujuan utama, yaitu
feasibility and longevity of projects, all
peningkatan pendapatan masyarakat setempat
plans should be linked with the overall
serta pemeliharaan lingkungan alam sekitar. Tidak
socioeconomic development of the
mudah memadukan dua hal tersebut dalam satu
community. (Okazaki, 2008)
kegiatan. Faktor kuncinya adalah peran serta atau
partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut.
Pengelolaan ekowisata berbasis
Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah
masyarakat (EBM) atau community-based tourism
masyarakat lokal. Partisipasi masyarakat lokal
(CBT) diharapkan dapat menjamin kesinambungan
menjadi sangat menentukan terhadap
dan kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh karena
kesinambungan program pengembangan wisata
itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat
alam. Sebagaimana dikemukakan oleh Okazaki
sebagai landasan berpartisipasi merupakan aspek
(2008), bahwa partisipasi masyarakat dalam
penting terhadap konservasi dan pemeliharan
proses perencanaan kepariwisataan perlu
kawasan wisata berbasis alam, seperti halnya
didukung sebagai salah upaya penerapan wisata
Geopark Ciletuh Sukabumi. Kesadaran masyarakat
berkesinambungan. Selanjutnya Okazaki juga
lokal yang merupakan ruh dari partisipasi, perlu
mengemukakan bahwa pembangunan
terus ditumbuhkan dan dikembangkan secara
kepariwisataan berbasis masyarakat masih
massif, sistematis dan terencana. Kemauan,
merupakan pilihan terbaik, setidaknya dengan
kesempatan dan kemampuan sebagai prasyarat
alasan-alasan berikut, yaitu:
untuk berpartisipasi harus tumbuh dan
First, local issues have a direct influence on
berkembang secara mandiri dan berkelanjutan.
the tourist experience: a backlash by the
Apabila prasyarat tersebut belum muncul, maka
locals results in hostile behaviour towards
upaya pertama dari inisiator adalah menumbuhkan
tourists (Pearce, 1994). Thus, tourist
kesadaran tersebut. Upaya-upaya tersebut dapat
environments should be created in
saja dilakukan pararel dengan kegiatan
harmony with the social climate, where
pengembangan dan pembangunan kepariwisataan
residents will benefit from tourism and not
berbasis maayarakat. Sebab, masyarakat lokal lah
become the victims (Wahab & Pigram,
yang seharusnya memperoleh manfaat pertama
1997).
dan utama dari pengembangan Geopark Ciletuh
Second, the image of tourism is based on
untuk masuk dalam Global Geopark Network
the assets of the local community,
(GGN) UNESCO. Ironisnya, masyarakat luar lah
including not only the local people but also
yang seringkali mengetahui terlebih dahulu atas
the natural environment, infrastructure,
kekayaan dari keragaman bumi, keragaman
facilities and special events or festivals;
biologi, dan keragaman budaya di kawasan Ciletuh
therefore, the cooperation of the host
Sukabumi Selatan. Upaya membangun dan
community is essential to access and
mengembangkan kepariwisataan secara mandiri
develop these assets appropriately
dan berkesinambungan, dengan tetap
(Murphy, 1985).
mengutamakan konservasi, maka partisipasi
Third, public involvement functions as a
masyarakat lokal mutlak diperlukan. Partisipasi
driving force to protect the community’s
masyarakat secara ideal dapat dimulai dari
natural environment and culture as
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
tourism products, while simultaneously
evaluasi. Model EBM-CBT merupakan model
encouraging greater tourism-related
pengembangan kepariwisataan yang berlandaskan
income (Felstead, 2000).
pada partisipasi masyarakat yang kuat.
Fourth, because the tourism industry is
Pengembangan dan pengelolaan desa-desa wisata
sensitive to both internal and external
di kawasan pengembangan Geopark Ciletuh, dapat
forces, many tourism development plans
are often only partially implemented or not

159
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

merupakan ujud dari ekowisata berbasis (2) Area Budidaya yang meliputi Tambak,
masyarakat (EBM). Perkebunan, Pertanian, Pemukiman dan Hutan
Tulisan ini berupaya menggagas Produksi; (3) Area Khusus yaitu Kawasan Latihan
pengembangan desa wisata di kawasan Geopark KOSTRAD; dan (4) Area Pengembangan yang
Ciletuh Sukabumi Selatan, dengan berlandaskan meliputi kawasan wisata, pantai/laut, curug/air
pada partisipasi dan potensi (sumber-sumber) lokal terjun, agrowisata dan wisata budaya. Berbagai
yang ada. Pengembangan desa wisata dengan macam pembagian area tersebut menjadi
berbasiskan potensi lokal, baik potensi sosial- kekayaan, keunggulan dan bahkan prasyarat
ekonomi-budaya-alam merupakan hal perlu sebuah area dapat dinyatakan sebagai sebuah
dikembangkan untuk kemajuan masyarakat lokal. kawasan geopark.
Pembangunan dan pengembangan desa wisata, Gambaran utuh dari kawasan Geopark
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, Nasional Ciletuh adalah seperti tampak pada peta
pemeliharaan, dan monitoring serta evaluasi harus di bawah ini:
melibatkan masyarakat lokal secara penuh dalam
rangka menjaga kemandirian dan kontinuitas desa Gambar 1
wisata di masa mendatang.

METODE
Penelitian dilakukan menggunakan
metode deskriptif dan pendekatan kualitatif, data
diperoleh dari sumber data primer dan sumber
data sekunder (Black, 1999). Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah teknik observasi,
wawancara, studi literatur dan studi dokumen.
Adapun validitas data dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi data, yaitu dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber data lainnya. Informan dalam Sumber: Pusat Penelitan Geopark &
penelitian ini terdiri dari masyarakt lokal, pengurus Kebencanaan Geologi, Universitas
PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi) Padjadjaran
sebagai kelembagaan lokal yang memiliki
perhatian dan fokus pada kegiatan pengelolaan Seiring dengan upaya mendorong
geopark Ciletuh, dan juga informan dari unsur pertumbuhan dan pengembangan Geopark
pemerintahan setempat. Nasional Ciletuh, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
berkomitmen dan memperjuangkan perluasan
PEMBAHASAN kawasan Geopark Nasional Ciletuh yang semula
Kawasan Geopark Nasional Ciletuh yang hanya mencakup dua kecamatan yang terdiri dari
diresmikan pada tanggal 22 Desember 2015 terdiri lima belas desa, pada tanggal 21 Juni 2016
dari dua kecamatan yaitu kecamatan Ciemas dan diresmikan perluasan cakupan wilayahnya menjadi
kecamatan Ciracap yang meliputi lima belas desa. delapan kecamatan yang terdiri dari tujuh puluh
Pada masing-masing kecamatan tersebut terdiri empat desa dan sekaligus diresmikan perubahan
dari sembilan desa di Kecamatan Ciemas, meliputi namanya oleh pemerintah provinsi menjadi
Desa Tamanjaya, Ciwaru, Girimukti, Mekarsakti, Geopark Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu dengan
Ciemas, Mandrajaya, Cibenda, Sidamulyo, serta luas 126.100 Ha atau setara dengan 1.261 Km2.
Desa Mekarjaya) dan enam desa di Kecamatan Upaya perluasan wilayah kawasan Geopark
Ciracap yang meliputi Desa Gunungbatu, Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu ini ditujukan agar
Cikangkung, Mekarsari, Ujungggenteng, kawasan Geopark Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu
Pangumbahan, dan Purwasedar. Cakupan area dapat masuk ke dalam jaringan geopark dunia atau
kedua kecamatan tersebut seluas 45.820 Ha. UNESCO Global Geopark (UGG) yang akan
Dengan menduduki area seluas 45.820 Ha, diputuskan oleh UNESCO pada tanggal 22
kawasan Geopark Nasional Ciletuh terbagi menjadi Desember 2017. (Rosana, MF., 2017).
beberapa area, yaitu (1) Area Konservasi yang Batas-batas wilayah kawasan Geopark
meliputi Suaka Margasatwa Cikepuh, Cagar Alam Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu yang terdiri dari
Cibanteng, Penyu Pangumbahan dan Situs Budaya; delapan kecamatan dan secara geoarea terbagi

160
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

menjadi tiga geoarea, yaitu: (1) Cisolok Geoarea dukung akan menimbulkan dampak yang besar
yang dalam pengembangannya mengusung tema tidak hanya pada lingkungan alam, tetapi juga
ancient magmatic sone shifting, fore arc evolution; pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang
(2) Jampang Geoarea yang dalam pada akhirnya akan mengurangi daya tarik desa
pengembangannya mengusung tema Jampang tersebut. Sebuah destinasi dapat dikatakan sudah
plateau landscape; dan (3) Ciletuh Geoarea yang mulai melakukan pengembangan wisata manakala
dalam pengembangannya mengusung tema sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Untuk
subduction zone uplifted rocks. Tentunya berbagai dapat meningkatkan potensi pariwisatanya, maka
geoarea tersebut menawarkan daya tarik dan yang perlu dilakukan adalah merencanakan
keunggulannya masing-masing bagi para pengembangan wisata agar dapat lebih baik dari
wisatawan untuk datang berkunjung. Di tengah sebelumnya. Tiga prinsip utama dalam
berbagai macam keindahan dan beragam potensi sustainability development (McIntyre, 1993: 10):
alam yang ditawarkan oleh kawasan geopark 1) Ecological Sustainability, yakni
ataupun berbagai macam destinasi wisata lainnya memastikan bahwa pengembangan yang
yang terletak di remote area, maka keberadaan dilakukan sesuai dengan proses ekologi,
infrastruktur dan amenity core lainnya menjadi hal biologi, dan keragaman sumber daya
penting yang harus dipersiapkan dan disediakan. ekologi yang ada.
Perluasan wilayah kawasan Geopark 2) Social and Cultural Sustainability, yaitu
Nasional Ciletuh menjadi Geopark Nasional Ciletuh- memastikan bahwa pengembangan yang
Pelabuhanratu tersebut tampak pada gambar 2 di dilakukan memberi dampak positif bagi
bawah ini: kehidupan masyarakat sekitar dan sesuai
Gambar 2 dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang
berlaku pada masyarakat tersebut.
3) Economic Sustainability, yaitu memastikan
bahwa pengembangan yang dilakukan
efisien secara ekonomi dan bahwa sumber
daya yang digunakan dapat bertahan bagi
kebutuhan di masa mendatang.

Pengembangan kawasan Geopark sejalan


dengan ekowisata yang secara aktif menyumbang
kegiatan konservasi alam dan budaya, melibatkan
masyarakat lokal dalam perencanaan,
pengembangan dan pengelolaan wisata serta
memberikan sumbangan positif terhadap
Sumber: Pusat Penelitan Geopark & kesejahteraan masyarakat, serta dilakukan dalam
Kebencanaan Geologi, Universitas bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam
Padjadjaran bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000; Heher, 2003).
Dengan kata lain ekowisata adalah bentuk, industri
Berdasarkan gambar 2 di atas tampak pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan
untuk dapat sampai ke kawasan Geopark Nasional dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya
Ciletuh-Pelabuhanratu dari pusat kota, misalkan lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan
saja dari Jakarta ataupun Bandung, pengunjung pendapatan serta membantu kegiatan konservasi
harus menempuh jarak ± 200 km. Perjalanan alam itu sendiri (Panos, dikutip oleh Ward, 1997).
sejauh itu apabila tidak ditunjang oleh Dengan demikian, upaya peningkatkan kapasitas
ketersediaan infrastruktur pendukung, maka akan dan pendapatan masyarakat menjadi sebuah
dirasa sangat menghambat perjalanan, terlebih keharusan, karena bagaimanapun kegiatan
ketika pemerintah provinsi Jawa Barat telah pariwisata tidak terlepas dari interaksi masyarakat
mempromosikan kawasan Geopark Nasional sekitar dengan para wisatawan. Dewi, Fandeli,
Ciletuh-Pelabuhanratu sebagai destinasi wisata Baiquni (2013) melihat bahwa pembangunan
unggulan di Jawa Barat. pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan
Raharjana (2012) mengemukakan prinsip- dapat dilakukan melalui pengembangan desa-desa
prinsip pariwisata yang berkelanjutan (sustainable wisata. Sebab melalui pengembangan desa wisata
tourism) harus mendasari pengembangan desa diharapkan pemerataan dapat tercapai yang sesuai
wisata. Pengembangan yang melampaui daya dengan konsep pembangunan pariwisata yang

161
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

berkesinambungan. Kehadiran dan pengelolaan tahapan kegiatan, diharapkan dapat pengetahuan,


desa wisata menjadikan produk wisata lebih kesadaran, dan kemandirian masyarakat lokal.
menunjukkan identitas budaya pedesaan. Lebih jauh lagi, impact kesejahteraan masyarakat
Berdasarkan kajian yang dilakukan, lokal dapat terwujud secara berkesinambungan
terdapat beberapa poin penting yang masih (sustainable).
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan Partisipasi masyarakat lokal pada
berbagai pihak terkait dalam upaya pembangunan pembangunan dan pengembangan desa wisata
kawasan geopark agar dapat sejalan dengan upaya merupakan hal esensial untuk membangun
pembangunan daerah di sekitarnya, yaitu sebagai kemandirian dan menjaga kesinambungan
berikut: kegiatan desa wisata. Oleh karena itu, masyarakat
1) Meningkatkan kapasitas infrastruktur guna lokal sebaiknya tidak dipandang sebagai obyek dari
memudahkan para wisatawan untuk pembangunan wisata. Sebagaimana dikemukakan
menuju objek wisata serta oleh Raharjana (2012) bahwa masyarakat sudah
mengembangkan potensi-potensi objek semestinya berperan aktif sebagai subjek dari
wisata yang dibutuhkan oleh para kegiatan pembangunan, demikian pula untuk
wisatwan. pembangunan desa wisata. Masyarakat perlu
2) Pemerintah pusat perlu segera dilibatkan dari sejak awal, dalam proses
memperhatikan objek wisata unggulan ini, perencanaan pembangunan kepariwisataan.
karena fasilitas kegiatan wisata dan Upaya-upaya tersebut tentu saja tidak dilakukan
lingkungan yang ada di kawasan wisata ini oleh masyarakat lokal sendiri. Keterlibatan para
sangat minim, sehingga masih kurang pemangku kepentingan dalam pembangunan
nyaman dan amannya untuk dikunjungi wisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
3) Pemerintah perlu melakukan kerjasama upaya tersebut. Meskipun demikian, masyarakat
dengan pihak swasta dan masyarakat, lokal tetap merupakan pemangku kepentingan
terutama untuk pendanaan dan (stakeholders) utama dan terpenting dalam
pengelolaan lingkungan objek wisata. kegiatan pengembangan ekowisata berbasis
4) Mempromosikan secara kontinue dengan masyarakat (EBM) tersebut. Para stakeholder
even-even tahunan dan juga melakukan lainnya adalah pemerintah, swasta, media, dan
promosi melalui media cetak dan akademisi; yang dikenal dengan konsep
elektronik pentahelix.
5) Meningkatkan kemampuan sumber daya Raharjana (2012) lebih jauh
manusia di lokasi objek wisata agar dapat mengemukakan bahwa, ada dua hal penting yang
menciptakan karya-karya kreatif, sebagai perlu diperhatikan berkaitan sehubungan dengan
daya tarik bagi para wisatawan untuk pariwisata dan lingkungan. Pertama, lingkungan
berkunjung dan mau membelanjakan uang dapat terganggu oleh aktivitas wisata, baik
mereka atas hasil karya masyarakat lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya
setempat. Tourism dan lingkungan terus berdialektika secara
6) Dalam upaya mengantisipasi terjadinya kepentingan, yaitu dalam wujud pertentangan atau
bencana yang tidak dapat diperkirakan, konflik antara pemeliharaan alam dan kepentingan
dapat disiasati dengan upaya memberikan material. Kedua, lingkungan dan pariwisata saling
penyuluhan dan pelatihan terhadap bersinergi dan saling mendukung satu sama lain,
masyarakat lokal ketika terjadi bencana yang mana pemeliharaan alam tetap terjaga,
dan juga meningkatkan kualitas fasilitas kemudian diikuti dengan peningkatan kemajuan
yang berbasiskan mitigasi bencana, agar masyarakatnya. Tentunya, kedua asumsi tersebut
wisatawan tetap merasa aman. hanya dapat diimplementasikan apabila para
Peran serta masyarakat lokal dalam pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari
pembangunan dan pengembangan wisata Geopark bahwa kualitas lingkunganlah yang menjadi dasar
Ciletuh Sukabumi Selatan menjadi bagian penting. nilai jual untuk wisatawan. Berkaitan dengan
Partisipasi hakiki masyarakat lokal dengan kualitas lingkungan Geopark Ciletuh, maka
melibatkan masyarakat dalam keseluruhan pemeliharaan lingkungan alam menjadi prioritas.
tahapan pengembangan, mulai dari proses Sebab kerusakan lingkungan Geopark, faktor-
perencanaan, pengambilan keputusan, dan faktor lainnya akan rusak dengan sendirinya dan
pengawasan program pengembangan desa wisata akan membawa dampak yang lebih buruk lagi di
(Dewi, Fandeli, Baiquni, 2013; Raharjo, ST., 2015). masa datang. Kesadaran masyarakat sekitar
Keikutsertaan aktif masyarakat lokal dalam setiap kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi perlu

162
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

ditumbuhkan dan dipelihara, sekaligus khusus yang berkait dengan bahaya alam
meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya dengan penekanan khusus pada tsunami.
dalam mengelola lingkungan kawasan wisata 5) Mengembangkan modul-modul pelatihan
tersebut. Pengembangan desa wisata di kawasan untuk geoguides lokal (pemandu wisata),
Geopark Ciletuhn menjadi salah satu alternatif meningkatkan profesionalitas para
dalam upaya pemeliharaan lingkungan sekaligus pengelola homestay, anggota asosiasi
peningkatan kondisi sosial ekonomi lokal untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakatnya. mereka tentang pengembangan
geotourism dan keterampilan mereka yang
Desa Wisata mengintegrasikan warisan geologi, alam
dan budaya, termasuk warisan budaya,
Penetapan Geopark Ciletuh –
dalam program, presentasi dan kegiatan
Palabuhanratu menjadi bagian dari jaringan
mereka.
geopark dunia atau Unesco Global Geopark (UGG),
6) Geodiversitas telah memainkan peran
melalui sidang Executive Board UNESCO ke 204,
penting dalam pengembangan identitas
Komisi Programme and External Relations, pada
lokal. Penelitian khusus harus dilakukan
Selasa 17 April 2018 di Paris-Perancis, menjadikan
untuk mengidentifikasi lebih banyak
satu-satunya kawasan yang berada di Jawa Barat
keterkaitan antara warisan geologi lokal,
yang diakui dunia saat ini. Sehingga Indonesia
warisan alam, dan warisan budaya dan
memiliki empat Taman Bumi (Geopark) yang diakui
untuk mengintegrasikan hasil dalam
dunia yaitu: Batur UNESCO Global Geopark,
pendidikan, promosi, interpretasi dan
Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Ciletuh -
infrastruktur wisata.
Palabuhanratu UNESCO Global Geopark, dan
7) Penyelidikan lebih mendalam harus
Rinjani-Lombok UNESCO Global Geopark.
dilakukan, khususnya pada wilayah-
Namun demikian terdapat sejumlah
wilayah yang belum terbuka. Inventaris
rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam
dari penyelidikan tersebut khususnya
memperbaikian dan meningkatkan sinergitas
diarahkan pada dongeng, legenda, mitos,
pengelolaan kawasan Geopark tersebut. Inti dari
lagu lokal, tari, dan musik lokal.
beberapa rekomendasi tersebut, yaitu:
8) Dalam pengembangan panel-panel
1) Pemerintah melalui Kementerian
informasi, petunjuk arah, selebaran dan
Pariwisata, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
bahan pendidikan lainnya interpretasinya
dan Kabupaten Sukabumi,
harus difokuskan pada informasi ilmiah
mengembangkan Rencana Induk untuk
yang mudah dimengerti untuk masyarakat
pemohon UGGp Ciletuh-Palabuhanratu,
umum.
untuk 2017-2025. Rencana induk ini perlu
9) Strategi kemitraan yang dikembangkan
didukung oleh sumber daya administratif
dengan mitra harus jelas, termasuk
dan anggaran yang memadai dan oleh
metodologi tentang kriteria yang
semua mitra agar dapat dilaksanakan.
diperlukan untuk menjadi mitra dan
2) Perjanjian kemitraan dengan berbagai
perjanjian formal dengan Geopark. Kriteria
pemangku kepentingan dan institusi lokal
tersebut berlaku tetapi tidak hanya
perlu dilanjutkan dan diperkuat, serta
terbatas pada penyedia akomodasi dan
secara khusus perlu disesuaiakan dan
katering, penyedia transportasi, penyedia
diintegrasikan dengan Rencana Induk
kegiatan dan produsen produk lokal
Pengembangan Geopark Ciletuh
semata.
Pelabuhanratu.
10) Kembangkan semua bidang dengan
3) Mengembangkan dan meningkatkan
menggunakan kriteria kualitas yang sama
infrastruktur pada pusat-pusat kunjungan
agar memiliki keseimbangan yang baik
baru, serta mengembangkan dan
antara daerah pesisir dan daerah
memperbaiki ruang-ruang pameran kecil
pedalaman, serta terintegrasi dengan
rumahan di desa-desa yang dikelola oleh
semua komunitas.
penduduk setempat.
11) Kembangkan kerja sama dan pertukaran
4) Memperluas program pendidikan tentang
internasional untuk mempromosikan nilai-
UNESCO Global Geopark Ciletuh-
nilai geologi, alam dan manusia setempat
Pelabuhanratu di sekolah-sekolah, dengan
dan untuk meningkatkan peran geopark
penyesuaian tingkat pemahaman siswa
agar mudah dipahami. Juga pendidikan

163
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

dalam pengembangan sosial ekonomi unsur tersebut menjadi produk-produk wisata


masyarakat lokal. secara terpadu, sebagai bagian yang tidak
12) Perkuat jaringan dengan UNESCO Global terpisahkan dengan Kawasan Geopark Ciletuh.
Geoparks lainnya di tingkat regional, Keberadaan para tokoh masyarakat sebagai
nasional dan global, dan aktif berkontribusi pemimpin lokal dalam pengembangan desa
pada konferensi dan pertemuan menjadi sesuatu yang penting untuk
internasional tentang UNESCO Global dipertimbangkan. Pemimpin lokal adalah
Geoparks. (Sumber: Hasil sidang Executive seseorang yang mampu melihat potensi di
Board UNESCO ke 204, Komisi Programme daerahnya dalam upaya mengembangkan daerah
and External Relations, pada Selasa 17 serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
April 2018 di Paris-Perancis). lokal. Keberadaan pemimpin lokal penting untuk
menggerakkan masyarakat dalam pengelolaan dan
Mencermati beberapa rekomendasi dari pengembangan desa wisata. Desa wisata menjadi
hasil sidang Executive Board UNESCO ke 204, salah satu upaya peningkatan ekonomi lokal
Komisi Programme and External Relations untuk sekaligus pemberdayaan masyarakat. Berhasil atau
UNESCO Geopark Global (UGG)- Ciletuh tidaknya pembangunan desa wisata sangat
Pelabuhanratu (CP), nampak bahwa penekatan dipengaruhi oleh peran pemimpin lokal di daerah
atas keterlibatan masyarakat lokal dalam tersebut (Adisty & Aminah, 2017).
pengelolaan UGG – CP adalah sangat penting. Selanjutnya Raharjana (2012)
Demikian pula sinergitas para stakeholder yaitu: mengemukakan, bahwa bentuk partisipasi
pemerintah, swasta, institusi pendidikan, masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dapat
masyarakat lokasl dan media secara terpadu perlu berupa penyediaan fasilitas akomodasi yaitu
terus dikembangkan dan ditingkatkan. Masyarakat rumah-rumah penduduk (home stay), penyediaan
okal sebagai pemangku (stakeholder) utama dan kebutuhan konsumsi wisatawan, pemandu wisata,
paling penting dalam pemeliharan kawasan UGG- penyediaan transportasi lokal, pertunjukan
CP perlu mengembangkan dan membangun desa kesenian, dan lain-lain. Penyediaan jasa-jasa
dan wilayahnya seiring dengan pengakuan dunia wisata oleh masyarakat lokal dapat meningkatkan
atas wilayah mereka. Pengembangan wisata pendapatan ekonomi, sehingga diharapkan dapat
berbasis potensi masyarakat nampaknya mendorong peningkatan kesejahteraan
merupakan salah satu alternatif yang dapat masyarakat. Oleh karenanya, pengembangan desa
diupayakan, dengan ujudnya yaitu desa wisata wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan
(tourist willage). pariwisata yang terkait langsung dengan jasa
Desa wisata merupakan salah satu bentuk pelayanan yang membutuhkan kerjasama dengan
penerapan pembangunan pariwisata berbasis berbagai komponen penyelenggara pariwisata
masyarakat dan berkelanjutan. Melalui yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Upaya
pengembangan desa wisata diharapkan terjadi membangun pariwisata dengan cara mendorong
pemerataan yang sesuai dengan konsep peran masyarakat menjadi hal vital. (Raharjana,
pembangunan pariwisata yang berkesinambungan. 2012:230)
Di samping itu, keberadaan desa wisata Masyarakat lokal berperan penting dalam
menjadikan produk wisata lebih bernilai budaya pengembangan desa wisata karena sumber daya
pedesaan sehingga pengembangan desa wisata dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat
bernilai budaya tanpa merusaknya (Dewi, Fandeli, pada komunitas tersebut merupakan unsur
& M. Baiquni; 2013: 131). Pengembangan desa penggerak utama kegiatan desa wisata. Di lain
wisata semestinya menerapkan pendekatan pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup
community-based tourism. Masyarakat berperan berdampingan dengan suatu objek wisata menjadi
penting dalam menunjang pembangunan bagian dari sistem ekologi yang saling kait
pariwisata. Sedangkan keterlibatan pemerintah mengait. Keberhasilan pengembangan desa wisata
dan swasta sebatas memfasilitasi masyarakat tergantung pada tingkat penerimaan dan
sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata dukungan masyarakat lokal (Wearing, 2001).
(Raharjana, 2012). Masyarakat setempat perlu Masyarakat lokal berperan sebagai tuan rumah dan
didorong agar mampu mengkaji potensi menjadi pelaku penting dalam pengembangan
lingkungannya, kehidupan sosial budaya dan desa wisata dalam keseluruhan tahapan mulai
ekonomi serta adat istiadat yang menjadi ciri khas tahap perencanaan, pengawasan, dan
wilayahnya. Selanjutkan masyarakat setempat implementasi. Ilustrasi yang dikemukakan Wearing
dibangun kapasitas kemampuan mengelola unsur- (2001) tersebut menegaskan bahwa masyarakat

164
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

lokal berkedudukan sama penting dengan developers run the projects without any
pemerintah dan swasta sebagai salah satu listening to local people’s opinions.
pemangku kepentingan dalam pengembangan M anipulation Tourism development
pariwisata. (Dewi, Fandeli, & M. Baiquni. 2013: projects are generally developed by some
132) powerful individuals, or government,
Adiyoso (2009) menegaskan bahwa without any discussion with the people or
partisipasi masyarakat merupakan komponen community leaders. The benefits go to
terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian some elite persons; the lower classes may
dan proses pemberdayaan. Pengabaian partisipasi not get any benefits. This level applies to
masyarakat lokal dalam pengembangan desa most conventional community tourism
wisata menjadi awal dari kegagalan tujuan areas
pengembangan desa wisata (Nasikun, 1997). Source: Leksakundilok (2006 in Khairul
Jenis-jenis partisipasi dalam pembangunan wisata Hisyam Kamarudin 2013: 33)
dikemukakan oleh Leksakundilok (2006 in Aref and
Redzuan, 2008:937), yaitu: Level tertinggi dari partisipasi tersebut terjadi
Self-m obilization Local people may manakala masyarakat mampu secara mandiri
directly contact explorer tourists and memobilisasi diri, sehingga memungkinkan
develop tourism service by themselves. anggota-anggota masyarakatnya melakukan
Some programs may be supported by aktifitas kepariwisataan tanpa bantuan pihak lain,
NGOs that are not involved in the decision- baik pemerintah ataupun lembaga swasta. Namun
making of the local community. demikian dalam kasus tertentu, khususnya ketika
Em pow erm ent Empowerment is the masyarakat sangat memerlukan pemangku
highest rung of community participation, in kepentingan lain, yaitu ketika dirasa tidak mampu
which local people have control over all mengelola resiko yang ditimbulkan dari usaha-
development without any external force or usaha wisata. Sehingga dalam level tertentu
influence. The benefits are fully distributed pengelolaan dan usaha-usaha wisata perlu
in the community. melibatkan kemitraan dengan pihak lain.
P artnership Conciliation between Okazaki (2008:512) menyimpulkan, bahwa
developers and local people is developed terdapat empat kekuatan dari sebuah pendekatan
in the participatory process. Local partisipasi masyarakat, yaitu:
organizations elect the leaders to convey 1) Local issues – have a direct influence on
their opinion and negotiate with external the tourist experience: a backlash by the
developers. There are some degrees of local’s results in hostile behaviour towards
local influence in the development process. tourists (Pearce, 1994). Thus, tourists
The benefits may be distributed to the environments should be created in
community in the form of collective harmony with the social climate, where
benefits and jobs and income to the residents will benefit from tourism and not
people. become the victims (Wahab and Pigram,
I nteraction People have greater 1997).
involvement in this level. The rights of local 2) Local assets – the image of tourism is
people are recognized and accepted in based on the assets of the local
practice at local level. Tourism is organized community, including not only the local
by community organization, however, people but also the natural environment,
receives limited support from government infrastructure, facilities and special events
agencies. or festivals; therefore, the cooperation of
Consultation People are consulted in the host community is essential to access
several ways, e.g. involved in community’s and develop these assets appropriately
meeting or even public hearing. (Murphy, 1995).
Developers may accept some contribution 3) Local driving force – public involvement
from the locals that benefit their projects, functions as a driving force to protect the
e.g. surveying, local transportation and community’s natural environment and
goods. culture as tourism products, while
I nform ing People are told about tourism Proceedings of International Conference
development program, which have been on Tourism Development, February 2013
decided already, in the community. The

165
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

35 simultaneously encouraging greater Geopark secara harfiah dapat diartikan


tourism-related income (Felstead, 2000). sebagai ‘Taman Bumi’ yang terkait dengan aspek
4) Tourism vulnerability – because the wisata dan konservasi. Geopark merupakan daerah
tourism industry is sensitive both to lindung berdasarkan makna khusus geologi,
internal and external forces, many tourism kelangkaan dan keindahan. Fenomena itu mewakili
development plans are often only partially sejarah, kejadian, dan proses bumi. Seperti halnya
implemented or not at all (Bovy, 1982). Taman Nasional, Geopark- pun berada di bawah
Moreover, even those that are fully pengelolaan pemerintah di mana situs itu berada.
implemented are not always sustainable. Konsep geopark saat ini mengintegrasikan
Thus, to increase the feasibility and pengelolaan warisan geologi (geological heritages)
longevity of projects, all plans should be dengan warisan budaya (cultural heritages) dari
linked with the overall socioeconomic suatu wilayah untuk tiga tujuan utama, yakni
development of the community. konservasi, edukasi dan sustainable development.
Sumber: Okazaki (2008 in Khairul Hisyam (sumber: Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI).
Kamarudin 2013: 33) Seiring dengan makna dari geopark
tersebut, maka kawasan geopark memiliki daya
UNWTO Tourism Highlights (2014), tariknya tersendiri, maka tak dapat dielakkan
UNWTO World Tourism Barometer, (Januari 2015) apabila kemudian kawasan geopark menarik bagi
dan WTTC (Januari 2015) memaparkan data para wisatawan untuk datang berkunjung dan
strategic rationale pariwisata di dunia, bahwa pada menikmati berbagai macam keindahan yang
tahun 2014 PDB Negara-negara di dunia sebanyak ditawarkannya. Kehadiran Geopark Nasional
9,5% dihasilkan dari sektor pariwisata yaitu baik Ciletuh yang diresmikan sejak tahun 2015 semakin
sebagai dampak langsung, dampak tidak langsung memperkaya dan melengkapi destinasi wisata di
dan juga dampak ikutan. Pada tahun 2014 terdapat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Sukabumi.
1.138 juta wisatawan manca Negara dan 5 sampai Seperti halnya berbagai destinasi wisata
dengan 6 miliar wisatawan domestik yang telah alam lainnya yang ada di Indonesia, yang terletak
menikmati sektor pariwisata. Data tersebut pada kawasan yang jauh dari pusat kota (remote
menempatkan pariwisata sebagai sektor unggulan area), sehingga untuk dapat menjangkau kawasan
di tingkat dunia. geopark pengunjung harus menempuh perjalanan
Indonesia sebagai Negara kepulauan cukup jauh. Mengingat keberadaan kawasan
(archipelago) memiliki kondisi geografis dan geopark pada remote area, maka pembangunan
bentang alam yang indah dan mempesona. berbagai macam fasilitas pendukung seperti
Hamparan luas lautan mengelilingi ribuan pulau infrastruktur dan amenity core merupakan sebuah
yang ditinggali oleh beraneka suku bangsa dengan keharusan yang mutlak untuk dilakukan, baik itu
beragam adat istiadat dan budaya yang diusung oleh pemerintah setempat maupun atas dukungan
oleh masyarakat setempat. Berbagai anugerah berbagai pihak lainnya yang memiliki fokus
Tuhan tersebut menjadikan kawasan Indonesia perhatian terhadap pengembangan kawasan
sangat menarik untuk dijadikan sebagai destinasi geopark, terlebih dengan potensi alam dan
wisata, tidak hanya bagi wisatawan domestik, kebudayaan yang menjadi daya tarik kawasan
melainkan juga bagi wisatawan manca Negara. geopark, sehingga secara signifikan akan menjadi
Selain berbagai macam keindahan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Riset
destinasi wisata tersebut, kondisi geografis wilayah yang dilakukan oleh Halim, et.al. 2011, mengenai
Nusantara seperti bentang alam, batuan, fosil, Geopark Langkawi memperlihatkan bahwa,
sesar (patahan), dan lipatan pun menjadi anugerah pengembangan taman bumi (geopark) dapat
bagi negeri ini. Dengan bantuan pengetahuan meningkatkan kapasitas sosial dan ekonomi
mengenai bebatuan, unsur-unsur geologi di bumi masyarakat lokal. Bahkan lebih jauh Farsani,
Indonesia ini dapat menuturkan sejarahnya yang Coelho and Costa (2012), melihat bahwa
kita kenal dengan sebutan geopark. Keberadaan pengembangan Geopark bukan saja dapat
geopark tidak hanya menyajikan kekayaan unsur meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,
alam yang termonumenkan secara geologi, tetapi tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk
juga kehidupan yang ada di dalamnya, yang memperbaik dan melindungi budaya serta identitas
meliputi keberadaan manusia, hewan dan juga masyarakat lokal.
tumbuhan. Dengan kata lain, kawasan geopark Tentunya, dengan banyaknya wisatawan
memiliki keanekaragaman geologi, keragaman yang berkunjung ke kawasan geopark akan
biologi serta memiliki keragaman budaya. membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat

166
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

sekitar geopark dengan menyediakan berbagai 6) Penyediaan pusat-pusat informasi pada


macam kebutuhan bagi para wisatawan selama titik-titik kunjungan di kawasan Ciletuh,
mereka berkunjung ke kawasan geopark. Peluang yang mudah dipahami oleh umum; dan
inilah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seterusnya
dengan menawarkan berbagai jasa atau barang-
barang yang dibutuhkan. Bertambahnya Berikutnya adalah aktifitas atau kegiatan
permintaan kebutuhan wisatawan baik itu berupa pendukung lainnya, dimana masyarakat lokal
penginapan, kebutuhan guide/pemandu wisata, dapat berperan serta penuh adalah
serta berbagai kebutuhan barang dan jasa lainnya, 1) Masyarakat dapat membuka usaha-usaha
apabila dimanfaatkan oleh masyarakat setempat baru berbasis potensi lokal, seperti:
sebagai peluang untuk melakukan kegiatan usaha, makanan ringan, asesoris, koperasi usaha
maka bisa berdampak pada peningkatan desa wisata
pendapatan atau penghasilan bagi masyarakat di 2) Pengelolaan pondokan atau homestay
kawasan geopark. Secara ekonomi, maka yang dikelola secara profesional
pengembangan desa wisata pada desa-desa di 3) Tersedianya jasa pemandu wisata (tour
kawasan Geopark Ciletuh dapat menciptakan guide) yang professional; dan seterusnya
lapangan pekerjaan baru, peningkatan penjualan
produk-produk lokal, dan perbaikan infrastruktur PENUTUP
dan akesesibiltas perdesaan. Secara sosial,
Pengembangan kawasasan Geopark harus
pengembangan desa wisata dapat meningkatan
dilihat dan dipahami sebagai satu kesatuan yang
wawasan dan pengetahuan masyarakat lokal
utuh. Indikator kesejahteraan masyarakat lokal di
sebagai akibat interaksi dengan masyarakat luar
kawasan Geopark Ciletuh tidak hanya diukur
(wisatawan), meningkatkan mobilitas penduduk
berdasarkan pendapatan atau penghasilan
dengan adanya perbaikan infrastruktur, dan
(ekonomi) semata, tetapi juga harus dilihat pada
meningkatkan keterampilan masyarakat lokal atas
kemandirian dalam mempertahankan dan
tuntutan jenis usaha wisata. Secara budaya,
memelihara lingkungannya. Keragaman geologi,
pengembangan desa wisata mendorong
keragaman biologi, dan keragaman budaya dalam
pertukaran budaya antara pendatang (wisatawan
kesatuan Georpark Ciletuh; merupakan potensi
domestik ataupun mancanegara) dan masyarakat
(anugrah) yang harus dipelihara dan dilindungi
lokal, sehingga diharapkan terjadi pemahaman dan
oleh para pemangku kepentingan (stakeholder).
saling hormat terhadap masing-masing kelompok.
Masyarakat lokal, sebagai pemangku kepentingan
Berdasarkan kondisi tersebut, maka
terpenting (Raharjo, ST., dkk, 2017), sudah
masyarakat setempat perlu mempersiapkan diri
semestinya memperoleh manfaat pertama dan
dan mengoptimalkan sumber daya manusia untuk
utama dari pengembangan Geopark Ciletuh.
dapat ikut serta mengambil bagian dalam kegiatan
Peningkatan peran serta (partisipasi) masyarakat
pengembangan kawasan Geopark agar beriringan
merupakan salah satu untuk upaya untuk
dengan pembangunan daerah setempat dan juga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
dengan upaya peningkatan kesejahteraan
Penetapan kawasan Geopark Ciletuh-
masyarakat sekitarnya. Beberapa hal yang perlu
Pelabuhanratu menjadi bagian dari UNESCO
diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah
Geopark Global menuntut dan mendorong
setempat dalam pengelolaan wisata, yang terbagi
pemerintah (Pemerintah Pusat melalui Kementrian
menjadi dua. Pertama berkait dengan ketersediaan
Pariwisata, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
sarana dan prasarana pendukung, yaitu:
Pemerintah Kabupaten Sukabumi) untuk bahu
1) Penyediaan lahan parkir yang memadai
membahu dan terus bersinergi secara terpadu
dan terkelola dengan baik.
guna memenuhi rekomendasi perbaikan,
2) Penyediaan sarana-prasarana pengelolaan
peningkatan dan pengembangan sebagaimana
sampah
disarankan oleh Sidang Eksekutif UNESCO. Dengan
3) Penyediaan dan pengelolaan air bersih,
menggandeng berbagai pihak dari unsur
termasuk juga drainase untuk air kotor
Pendidikan Tinggi, yaitu Universitas Padjadjaran,
4) Penyediaan rambu-rambu petunjuk wisata
unsur dunia usaha yaitu PT. Biofarma, unsur BUMN
yang jelas, serta rambu larangan merusak
yaitu PTPN VIII, unsur perusahaan daerah yaitu
dan membuang sampah bukan pada
Perumahan Daerah (PD) Jawi, unsur perbankan
tempatnya
yaitu Bank BJB, dan unsur forum penggerak
5) Penyediaan sarana ibadah bagi
pariwisata diharapkan dapat lebih membercepat
pengunjung
dan memperlancar proses pembangunan di

167
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

kawasan geopark Ciletuh-Pelabuhanratu. McInteyre George, 1993, Sustainable Tourism


Kemitraan lima pihak (pentahelix) dalam Development, Guide for Local Planners.
pengembangan kawasan Geopark Ciletuh World Tourism Organization.
Sukabumi Selatan harus dipahami dan dibangun
Pearce, D. 1995. Tourism a Community Approach.
dengan penuh kesadaran dan sikap saling
2nd: Harlow Longman.
menghormati sesama mitra.
Kemandirian (independence), Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI.
kesungguhan (commitment) dan kesabaran
Santoso, MB, Raharjo, ST., & Apsari, NC., 2017.
(patience) serta tidak rakus (greedy) dalam
Membangun Kawasan Geopark Ciletuh-
mempertahan dan melindungi kawasan wisata
Sukabumi: Meningkatkan Kesejahteraan
alam merupakan sikap yang harus dikembangkan
Masyarakat Lokal. Unpublish.
dalam upaya menjaga kesinambungan
(sustainability) kawasan UGG - Ciletuh Pelabuhan Raharjo, ST., 2015. Pekerjaan Sosial Generalis:
Ratu (UGG –CP). Terjaganya kelestarian kawasan Suatu Pengantar Bekerja Bersama
UGG-CP (Geodiversity, Biodiversity dan Cultural) Masyarakat dan Komunitas. Unpad Press:
dapat meningkatkan kesejahteraan sosial Bandung
masyarakat setempat, dan masyarakat sekitarnya.
Raharjo, ST., Darwis, RS., Nuriyah, EN., Wahyudi,
AR. 2017. Identifikasi Stakeholder
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Geopark Ciletuh Sukabumi
Buku: Jawa Barat. Pusat Studi Kewirausahaan
Sosial, CSR dan Pengembangan
A Hardiyono, I Syafri, MF Rosana, EY Yuningsih, SS
Masyarakat FISIP – Unpad. Unpublished
Andriany. 2015, Potensi Geowisata Di
Kawasan Teluk Ciletuh, Sukabumi, Jawa Rosana, Mega Fatimah, 2008, Geologi Kawasan
Barat. Bulletin of Scientific Contribution 13 Ciletuh Sukabumi, Bulletin Scientific
(2) Contribution 6 (2), 111-119
Black, James.1999, Metoda dan Masalah Penelitian Rosana, Mega Fatimah, 2017, Geopark Ciletuh-
Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung Pelabuhan Ratu Menuju UNESCO Global
Geopark Bagaimana Unpad Berkontribusi
Clarke J & Godfrey K. 2000, The Tourism
(bahan presentasi), Pusat Penelitan
Development Handbook: A Practical
Geopark & Kebencanaan Geologi,
Approach To Planning and Marketing.
Universitas Padjadjaran
Continuum, London.
Rosana M.F., U Mardiana, I Syafri, N Sulaksana, I
Dewi, Fandeli, Baiquni. 2013. Pengembangan Desa
Haryanto. 2006. Geologi Kawasan Ciletuh,
Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat
Sukabumi: Karakteristik, Keunikan Dan
Lokaldi Desa Wisata Jatiluwih Tabanan,
Implikasinya
Bali. Kawistara, Vol. 3, No. 2, Agustus
2013: 129-139 Tourtellot, J. B. (2000). Geotourism for your
community. National Geographic drafts,
Halim, et.al. 2011. The Geopark as a Potential Tool
Washington, DC.
Alleviating Community Marginality: A case
study of Langkawi Geopark, Malaysia. Wearing, S.L. and Donald, Mc. 2001. “The
Shima: The International Journal of Development of Community Based
Research into Island Cultures Volume 5 Tourism: Re-Thinking the Relationsgip
Number 1 2011 (94 – 113) between Tour Operators and Development
Agents as intermediaries in rural and
Hidayat, Marceilla, 2011, Strategi Perencanaan dan
isolated area Communities.” Journal of
Pengembangan Objek Wisata, Tourism
Sustainable Tourism.
and Hospitality Essentials (THE) Jorunal,
Vol.1, No.1, hlm.33-44 Wibhawa, B., Raharjo, ST., Santoso, MB. 2010.
Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Widya
Inskeep Edward, 1998, Guide for local Authorities
Padjadjaran: Bandung
on Developing Sustainable Tourism. World
Tourism Organization, New York. Yunus Kusumahbrata, 2017. Konservasi Geologi
dan Geowisata: Alternatif Pengembangan
Potensi Sumber Daya Geologi secara

168
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 2 HALAMAN: 158 - 169 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i2.19591

Berkesinambungan. Museum Geologi


Bandung, Jl. Diponegoro 57Bandung
Yuliawati, AK & Hadian, S. Geodiversity as an
Attraction for Geotourism Development At
Merangin Jambi Geopark Indonesia
Website:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20160620035114-269-
139349/pemerintah-jawa-barat-akan-
perluas-kawasan-geopark-ciletuh/ diunduh
pada 13 Oktober 2017 pukul 15.23 WIB.
http://jabarprov.go.id/index.php/news/18696/201
6/08/17/Pemprov-Jabar-Gelar-Ciletuh-
Palabuhanratu-Geopark-Festival-2016
diunduh pada 13 Oktober 2017 pukul
16.05 WIB.
Etsuko Okazaki, 2008. A Community-Based
Tourism Model: Its Conception and Use.
Journal of Sustainable Tourism 0966-
9582/08/05 511-19 _ 2008 Taylor &
Francis Kobe University, Japan
Destha Titi Raharjana, 2012. Membangun
Pariwisata Bersama Masyarakat: Kajian
Partisipasi Lokal dalam Membangun Desa
Wisata di Dieng Plateu. Jurnal Kawistara,
Vol. 2, No. 3, Desember 2012: 225-237
Dewi, Fandeli, & M. Baiquni. 2013. Pengembangan
Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal di Desa Wisata Jatiluwih
Tabanan, Bali. Kawistara, Vol. 3, No. 2,
Agustus 2013: 129-139
Nasikun. 1997. “Model Pariwisata Pedesaan:
Pemodelan Pariwisata Pedesaan untuk
Pembangunan Pedesaan yang
Berkelanjutan”. dalam Prosiding Pelatihan
dan Lokakarya Perencanaan Pariwisata
Berkelanjutan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
(www. wikipedia.org,2010).
Adisty, K. & Amanah, S. 2017. Analisis Peran
Pemimpin Lokal dalam Peningkatan
Kapasitas Pegiat Wisata di Kampung
Budaya Sindangbarang (Skripsi).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456
789/84454.

169

Anda mungkin juga menyukai