Diterbitkan oleh
LKiS
Yogyakarta
Bekerjasama dengan
PUSTAKA PELAJAR
1 2
PEMAHAMAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG
PANCASILA DAN PENERAPANNYA
DALAM ERA PASCA TUNGGAL
Pengantar Douglas E. Ramage, Ph. D.
• Page 1
NAHDLATUL ULAMA DAN NEGARA: • Page 2
Fleksibelitas, Legitimasi dan Pembaharuan
Andree Feillard
3 4
tersebar merata di kawasan periferal srcara ekonomi-politik dan se-
Publisher notice cara kultural berbudaya agraris.
Dengan mempertimbangkan posisi yang demikian, dalam me-
mainkan jati dirinya selaku organisasi sosial keagamaan peran yang
dimainkan NU dengan mengambil langkah mengambangkan pan-
dangan dan perangkat kultural yang dilengkapi upaya membangun
sistem kemasyarakatan yang sesuai dengan wawasan budaya. De-
ngan titik masuk ini, NU tampaknya lebih mementingkan dirinya
bagaimana berkiprah dengan cara mengembangkan lembaga-lem-
PENGANTAR EDITOR baga yang dapat mengubah struktur masyarakat secara gradual da-
lam jangka panjang. Karenanya indikator untuk mengukur pergu-
mulannya tidak bisa dilihat dari diakomodasi atau tidaknya dalam
I sistem kekuatan. Gerakan budaya, yang bertahap seperti yang dila-
kukan NU ini, memang memerlukan waktu yang cukup panjang
NAHDLATUL ULAMA (NU), oleh para pemerhati sosial po- tetapi hasilnya bisa dikalkulasi dalam rentang waktu yang panjang
litik dipandang sebagai organisasi sosial keagamaan yang cukup me- Rel kiprah kultural ini, naga-naganya akan tetap menjadi frame yang
miliki elan vital untuk bertahan dan relatif bisa memainkan posisi- secara konsisten akan dilakukan. Hal mana sangat nyata dengan
nya sebagai organisasi Islam atau gerakan Islam, baik pada tampuk kian intensifnya elit NU dalam melakukan proses penyadaran pada
kepemimpinan rezim Orde Lama maupun Orde Baru. Pada kurun masyarakat.
yang disebut pertama, NU menempati bagian yang cukup diberi Titik awal dari langkah kerja kultural seperti yang tampak seka-
kesempatan untuk terlibat secara proaktif dalam kancah kehidupan rang ini, diawali dengan momentum kembali ke Khittah 26. Khittah
sosial politik di tingkat elit. Dan pda rezim rang terbaru, meskipun 26 merupakan manifestasi dari perenungan panjang atas kiprah
turut menanam andil dalam membidani lahirnya Orde Baru, tapi yang dilakukan sebelumnya yang setelah ditimbang-timbang ternya-
tidak sebagaimana kelompok strategis lainnya, NU tidak mendapat- ta tugas utama yanng mestinya dilakukan sebagaimana yang diimagi-
kan bagian yang menjajikan -kalau tidak mau disebut sebagai ke- nasikan oleh pendirinya banyak yang terlewatkan akibat dari kental-
lompok yang harus dijinakkan secara sosial politik dan tentu juga se- nya menggumuli politik praktis. Dan ternyata, tidak mampu efektif
cecara ekonomis. untuk menjadi kendaraan guna mengantarkan segenap visi dan
Meskipun begitu, NU tetap bisa memainkan peran dirinya sela- persepsi yang melatarbelakangi serta menyemangati lahirnya NU.
ku bagian gerakan Islam yang jika dilihat dari yang sejak kiprah Artikulasi politik (political movement) yang sebelumnya menjadi
awalnya -dimulai pada tahun 1926 hingga kini- dan karena kon- satu-
disi subyektif dari situasi politik tertentu, NU seringkali menam- satunya artikulasi paling syah, dengan target dan orientasi keku-
pakkan kadar radikalisme yang tinggi. Pada kadar tertentu pula, se- saan yang disimbolkan dengan menguasai parlemen atau jajaran
bagaimana sering dilekatkan oleh para pengamat, acapkali disobut esekutif. Arus yang sebelum tahun 1984 itu merupakan main-
sebagai oportunis dalam ekspresi politiknya. stream utama, tiba-tiba secara drastis dan radikal mengalami proses
Lepas dari realitas subyektif dan obyektif yang demikian, yang metamorfosis sebagai akibat kesadaran sejarah yang merebak di ka-
nyata dalam konfigurasi kelompok strategis negeri ini, NU meru- langan elit NU. Kalangan elit NU, menyadari betul pergumulan po-
pakan organisasi yang cukup memainkan peran penting, terutama litik praktis yang dilakukan NU ternyata tidak bisa mengantar kepa-
dilihat dari potensi yang tersembunyi di balik basis massanya yang da cita-cita yang melandasi lahirnya organisasi ini. Konsentrasinya
5 6
yang semata-mata tertuju pada bagaimana berproses dalam meka- demokratis. Untuk merengkuh desain besar itu, secara internal NU
nisme kekuasaan, secara nyata telah mengabaikan kerja budaya melakukan transformasi sosial ekonomi dan politik pada lapisan
yang semestinya dilakukan. bawah agar terciptanya wawasan yang memadai dan fondasi yang
Kembali ke Khittah 26 NU, dengan sendirinya merupakan cukup untuk memainkan peran sebagai watchdog bangsa. Langkah
langkah awal yang mengantarkan NU pada dataran baru keperan- ini dilakukan, tampaknya merupakan ikhtiar untuk membangun
an dan keterdepanannya sebagai organisasi sosial keagamaan. Ba kondisi di mana masyarakat lapisan bawah yang selama ini nyaris
gaimana membangun kesadaran masyarakat selaku warga negara menjadi objek kebijakan dari atas menjadi meningkat tingkat kuali-
untuk secara aktif terlibat dalam proses-proses politik melalui meka- tqs partisipasinya dalam proses-proses politik yang berlangsung. Sua-
nisme yang ada, berihktiar menjadikan NU sebagai organisasi sosial ra vokal, kritis dan tajam yang dilakukan oleh Ketua Tanfidziyahnya
keaagamaan yang terlibat memikirkan masalah keadilan sosial, eko- seperti yang tampak selama ini, merupakan langkah terobosan yang
nomi dan politik. Peran yang demikian, jelas pada dasarnya meru- bisa dimaknai sebagai upaya membuka wawasan politis secara luas
pakan aktualisasi dari kancah politik praktis. Hanya saja, peran po- untuk umatnya. Tidak mengherankan, kalau pemikiran-pemikiran
litik yang digeluti sekarang adalah pergumulan politik yang berskala yang selalu digulirkannya adalah sekitar masalah demokratisasi,
mondial, dan tidak tersekat oleh bingkai-bingkai sektarianisme. Pa- pembangunan yang partisipasif, supaya menekankan aspek keadil-
ra pengamat melihat, kiprah NU itu merupakan satu horison barus an dan dihormatinya HAM dalam kancah pergumulan politik dan
yang menjanjikan dan memiliki ruang gerak yang cukup lebar, se- ekonomi. Tidak itu saja, wacana ideologi yang selama ini merupa-
bab persoalan yang digarap dan menjadi perhatian itu bukan se- kan kawan "terlarang" dan hampir semua orang menutup pelu-
mata-mata merupakan persoalan internal warga NU. Lebih dari itu, ang membicarakannya, NU lewat Abdurrahman Wahid, berani
juga merupakan persoalan bangsa secara luas. menggelindingkannya perlunya "merebut" wacana yang selama ini
Di sini pula, NU tampak sebagai organisasi keagamaan yang ha-
menjadi begitu penuh perhatian terhadap masalah-masalah sosial nya boleh ditafisirkan oleh pemerintah. Dari sudut ini, NU tam-
yang terjadi. Ketika organisasi sejenis, karena kedekatannya dengan paknya ingin merebut "rezim pemaknaan yang selama ini hanya
pusat kekuasaan atau rezim cenderung menjadi mayoritas yang di- dimiliki oleh pemegang kebijakan. Proyeksi lebih jauh dari langkah
am sewaktu berhadapan dengan persoalan-persoalan yang berdi- ini, tidak lain adalah guna meretas siklus involusi dari atmosfir da-
mensi sosial politik tertentu yang datang sebagai akibat dari ke lam wacana kebangsaan yang dalam kadar tentu terkesan sudah
bijakan politik yang diterapkan. Kurun waktu kurang lebih satu da- mandeg dan tidak ada lagi peluang untuk munculnya penafsiran
sawarsa terakhir ini membuktikan NU merupakan organisasi yang alternatif yang lebih relevan dengan kondisi zaman.
tidak terlalu memikirkan kepentingan diriya selaku kelompok Sudah pasti, dalam situasi dan kondisi politik sekarang ini, apa
yang diekspresikan secara partikularistik, tetapi lebih concern pada yang dilakukan NU merupakan suatu yang kurang populer dan bisa
masalah-macalah universal yang melintasi sekat aliran, suku dan aga- dituduh menyalahi wacana. Terlebih lagi pada arah kebijakan poli-
ma. Demikian teguhnya memegang khittah ini, maka NU pun ti- tik yang telah dirancang mengarah kepada korporatisme di segala
dak mau menggunakan sentimen keagamaan hanya untuk meraih sektor kehidupan masyrarakat, langkah NU, dengan sendirinya seca-
posisi politis tertentu yang peluangnya secara vertikal sekarang ini ra nyata bersilangan langsung dengan arus besar yang menjadi wa-
sangat terbuka. cana utama negara. Manfaat yang bisa menjadi pelajaran dari apa
Fakta membuktikan, NU tidak melirik peluang yang secara su- yang dilakukan NU adalah, bahwa merebut wacana ideologi adalah
byektif dikuak peluangnya oleh suprastruktur, semata-mata demi bukan merupakan suatu yang tabu. Masyarakat, sebagai bagian dari
untuk menjaga perannya sebagai organisasi keagamaan yang me- negara, adalah memiliki hak juga untuk melakukan perebutan wa-
mihak pada terciptanya kondisi sosial politik yang berkeadilan dan cana ideologi.
7 8
Konteks ini penting dan menjadi bermakna setelah sekian lama dikan contoh paling aktual. Betapa NU merupakan organisasi yang
masyarakat -akibat trauma politik masa lalu- tidak memiliki kebera- relatif bisa dimobilisasi dalam waktu singkat. Tentu saja jika lapisan
nian untuk membicarakan masalah ideologi secara terbuka dan se- ini diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam berbagai
hat. lininya akan bisa menjadi satu kekuatan masyarakat yang mengisi
corpus masyarakat sipil yang selama ini pelan dan pasti kehilangan
II elannya akibatnya kuatnya jaringan korporatisme yang ditebarkan
oleh penguasa di berbagai lini.
PELUANG yang mengantarkan kiprah NU seperti pada yang Potensi yang dimiliki NU menjadi penting adanya untuk diha
sekarang ini tidak lain adalah rumusan politik yang telah dikonsep rapkan terutama setelah melihat kondisi politik sekarang ini yang
tualisasi dalam Khittah 26 NU Dengan jelas disebutkan, bahwa oleh pengamat disebut sebagai sudah dalam kondisi atomis. Suatu
kawasan dan dataran kiprah Nu dalam berpolitik adalah pada ting saat bisa meledak karena tidak adanya keterbukaan dan selalu di-
kat bangsa, atau negara. Suatu peran politik yang sangat luas pelu- tekankannya kebijakan dari atas.
angnya di segala lini, ruang publik (public sphere), terbuka secara luas Menjadi bisa dipahami di sini, apa yang dilakukan Gus Dur de-
dan artinya, untuk berkiprah lebih jauh dalam meningkatkan kua- ngan mencoba melakukan beberapa terobosan ini tidak lain guna
litas bangsa adalah bagian utama yang menjadi lahan sekarang ini. menepis kondisi politik yang atomis itu. Dan jika terjadi sesuatu
Pada NU, diantara kelompok strategis lainnya di negara ini, me- yang tidak diinginkan, sebagaimana yang dikemukakan Gus Dur-
rupakan satu kelompok yang relatif memiliki basis yang kuat. diban- NU siap menjadi pengawal dan penegak kembali konstitusi.
dingkan misalnya dengan kelompok lain yang, oleh kebijakan Bagi NU, yang tampaknya setelah kembali ke Khittah 26 itu
'buldozer' dealiranisasi dan dekonfessionalisasi berhasil memisah- relatif diterima oleh berbagai kelompok strategis. Tidak ada kecuri-
kan hubungan di tingkat basis. Pada NU kebijakan dealiranisasi itu, gaan di kalangan kelompok lain yang mempertanyakan komitmen
tidak begitu jauh memisahkan warganya boleh jadi karena ikatan kebangsaan NU. Secara tegas telah menyebutkan bahwa negeri ini
keagamaan yang didukung oleh kuatnya patronase masyarakat tra- adalah bentuk final, artinya NU tidak ada keinginan untuk menja-
disional yang secara emosional menjadi tall perekat kekuatan tra- dikan bentuk lain, Berdasarkan agama misalnya atau aliran lainnya
disional ini merupakan konfigurasi budaya yang sampai kini bisa Kalau harus ditunjuk jari NU tampil seperti sekarang ini salah
menjadi pengikat yang sangat handal bagi warga NU satunya berkat Gus Dur yang secara ketat dan gigih mengawal lang-
boleh jadi juga karena organisasi fungsional kekaryaan tidak bi- kah garis Khittah NU. Seperti diketahui bersama, Gus DUr memang
sa masuk dalam wilayah umat NU sehingga meskipun konsep de- orang yang selalu gelisah untuk menyikapi realitas yang dalam ka
konfessionalisasi dan dealiraninasi diterapkan umat NU tetap me- dar tentu mencerminkan involusi dalam kehidupan berbangsa.
miliki ikatan yang kokoh dengan NU. Tentu saja, hal ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas Gus Dur;-
Itu sebabnya,jika dibuat kalkulasi sekarang ini, organisasi ma- sendiri yang memiliki visi yang jelas atas bangsa ini.
syarakat sipil yang masih solid dan memiliki jalinan yang solid se- Tidak mengherankan bila kita mencermati secara seksama pikiran-
bagai ormas, NU bisa menduduki peringkat pertama dalam kehidupan pikirannya yang jauh melampuai batas wawasan umatnya sendiri,
bernegara. dantidak
artinya NU untuk munculnya masyarakat sipil yang in- terlalu berlebihan jika Gus Dur orang yang sangat penting me-
dependen, saat ini NU memiliki "sisa-sisa" yang hisa direkonstruksi ngantarkan NU seperti sekarang ini.
lagi. Terlebih lagi,jika melihat bahwa NU sebagai masyarakat sipil
merupakan suatu yang historis adanya. Sisa-sisa itu tampaknya ko
koh dan demikian potensial, kasus Rapat Akbar misalnya bisa dija- III
9 10
Yogyakarta, November 1994
ANTOLOGI tentang NU ini, meskipun ditulis dengan tema Ellyasa KH Dharwis
yang berbeda-beda, dimaksudkan untuk melihat benang merah ke-
peranan yang dimainkan NU dalam situasi dan kondisi politik yang
berkembang sekarang ini. NU organisasi yang semula acapkali dile-
katkan dengan predikat oportunis dan akomodatif dalam ekspresi
poltiknya, ternyata sudah tidak memiliki akurasi lagi
Karena organisasi terbesar ini, kini menjelma sebagai kelompok
strategis bangsa yang relatif menjaga jarak dengan pusat kekuasaan
dan dalam kadar tertentu mengambil sikap agak oposan. Sejauh
yang tampak selama ini, oposisi yang dilakukan NU masuk kuali-
fikasi oposisi loyal. Satu sikap politik yang kritis terhadap pusat ke-
kuasaan semata-mata hanya untuk kepentingan peningkatan kua-
litas bangsa itu sendiri. Ekspresi politik seperti ini, tentu saja
merupakan cerminan dari kebesaran dan keteguhan hati dalam
guna mengantarkan kondisi yang lebih baik dari yang sekarang
rela berada di posisi pinggiran tetapi sebagai rasa suka citanya pada
negeri selalu memberi masukan-masukan untuk meretas kepe-
ngapan.
Apa yang dilakukan NU, dengan dimotori Gus Dur, secara nya-
ta merupakan geliat baru dalam kehidupan ormas. Bagaimana or-
mas berkiprah secara teguh memulas nuansa kehidupan bangsa
yang selama ini nyaris tidak memiliki peluang untuk mengem-
bangkan diri secara mandiri di luar wacana yang dikembangkan NAHDLATUL ULAMA DAN NEGARA:
negara. Sebagai bagian dari masyarakat sipil, NU nampaknya me- Fleksibelitas, Legitimasi dan Pembaharuan *)
mulai melakukan upaya lebih intensif bagaimana masyarakat sipil Andree Feillard
ini harus berkiprah dalam kehidupan berbangsa. Banyak yang tidak
se-
tuju memang dengan langkah NU sekarang ini, tetapi yang harus ISLAM tradisional Indonesia, yang terorganisir ke dalam NU
dicatat, bahwa apa yang dilakukan NU ini adalah manifestasi dari sejak tahun l926, merupakan fenomena yang unik di dunia Islam.
aspirasi lapisan bawah yang vokal dan penuh gairah untuk kehi- NU sendiri sesungguhnya merupakan suatu perhimpunan "ulama
dupan bangsa. Langkah NU, merupakan manifestasi dari suara fiqh" (para ulama yang berpengetahuan luas dalam yurisprudensi
umat, Islam khususnya dalam kehidupan berbangsa dalam menyi- Islam) dan ulama tarekat (sufi). Organisasi ini pernah aktif berpo
kapi kehidupan bangsa sekarang ini. NU memang bukan aspirasi litik dan merepresentasikan 18% pemilih Indonesia. Di Pakistan
yang diam dan jika harus melirik bagi dinamisnya masyarakat sipil, misalnya yang merupakan negeri Islam terdekat dengan dominasi
NU merupakan salah satu yang bisa diharap untuk tegak Islam serupa tidak terdapat formasi yang mirip NU itu. Ia
lebih mirip dengan kelompok tradisional Baralvis dari segi doktrin
namun lebih dekat dengan kelompok reformis Deobandis dari segi
11 12
struktur organisasinya karena itu NU berada di antara dua gerak- bela "kelompok inti (inner core) mereka sendiri" (Anderson 1977:
an ini. 24). Secara tidak langsung Anderson mengatakan bahwa suatu ge-
NU bukan semata-mata Organisasi para ulama, begitu pula sete- rakan Islam besar relatif berhasil bertahan di bawah rezim Orde Ba-
lah ia menjadi partai politik pada tahun 1952 Ia merupakan suatu ru Soeharto yang dianggap sekuler oleh sebagian besar sarjana. Mit-
perkumpulan dengan kebiasaan memilih yang sama. Sebagaimana suo Nakamura kemudian menegaskan bahwa NU lebih tertarik pa-
dicatat Geertz partai-partai politik (santri Jawa) lebih merupakan da isu-isu keagamaan ketimbang isu-isu politik dan menunjukkan
organisasi sosial, ukhuwah dan keagamaan dengan ikatan-ikatan meningkatnya keluasannya terhadap politik (Nakamura 1961).
kekeluargaan ekonomi dan ideologi yang bergabung untuk Keputusan NU tahun 1984 untuk meninggalkan partai Islam,
menekankan PPP, dan menerima ideologi Pancasila sebagai asas tunggal dalam
komunitas rakyat ke dalam dukungan jaringan tunggalni- Anggaran Dasarnya, telah menambah perspektif baru bagi pemikir-
lai-nilai sosial yang tidak hanya bcrkaitan dengan penggunaan yang an politik gerakan tersebut. Dalam tulisan ini, saya berusaha menga-
tepat terhadap kekuasaan politik namun juga kondisi perilaku da- nalisis bagaimana NU menerima ideologi nasional sebagai "asas
lam wilayah kehidupan yang berbeda banyak (Geertz 1960: 163).1 tunggal" dan apa dampak tindakan tersebut saya akan mulai de
NU merupakan jaringan solidaritas pedesaan yang besar terdiri dari ngan melukiskan hubungan NU dengan negara pada momen-mo-
petani para pedagang kecil, para profesional dan para pejabat ke men kunci sejarahnya: tradisi sunni tentang legitimasi negara telah
agamaan setelah tahun 1952, ia merangkul para politisi yang me- diperkuat oleh persamaan-persamaan, termasuk persamaan etnis
miliki latar belakang yang lebih beragam. Di kemudian hari urbanisasi dengan para nasionalis sekuler. Bagian kedua akan disediakan un-
telah menghasilkan penyerapan penduduk kota yang berlatar- tuk menilai dampak reorientasi 1984. Telah dinyatakan bahwa saat
belakang pedesaan. Selanjutnya NU tidak hanya terdiri dari orang- ini menjadi tahun-tahun klimaks dari upaya sekularisasi dan depo-
orang kolot atau ketinggalan zaman, namun para pemimpinnya litisasi Islam yang digambarkan lebih dulu oleh banyak sarjana
yang muda dan terdidik menunjukkan kecenderungan-kecenderungan (MacVey 1982: 86; Jenkins 1984: 12; Wertheim 1986: 49; Railton
yang modern. Sebagian mereka adalah anak-anak kiai(2 yang ter- 1989: 34). Pengamatan lapangan saya pada tahun 1991 dan 1992
didik, sedangkan yang lainnya merupakan orang-orang luar yang menunjukkan kontradiksi bahwa NU telah memperoleh legitimasi
merasa baru dan sebagian hasilnya ia kembali memperoleh kepercayaan
mempunyai missi untuk memodernisasi partai "yang ketinggalan za- umat. Kehidupan keagamaan nampak lebih meningkat ketimbang
man itu" (Geertz 1960: 163. 371) yang pernah ia lakukan pada tahun 1970-an. Kecenderungan ini
Sejauh ini tidak ada studi yang mendalam terhadap pemikiran didukung oleh pengamatan-pengamatan mutakhir tentang Islami-
politik NU.3 Para ahli Indonesia, seperti Anderson dan Ward telah sasi di Indonesia (Elefner 1985, 1987; Abdullah 1987; Pranowo
menunjukkan kurangnya studi tentang NU (Anderson 1977: Ward 1991).
1974:90). Dalam sebuah monograf tentang pemilu 1971, ward me-
rupakan orang pertma yang melakukan analisis terhadap motif-
motif keagamaan di balik perilaku politik NU yang digambarkan se- NU dan Negara: 1926-1984
cara umum sebagai "oportunistik" atau "akomodatif' (Ward 1374:
93). Pada tahun 1977, Ben Anderson mencatat bahwa NU pada ha Sangat memperhatikan masalah-masalah keagamaan, pembela-
kikatnya merupakan suatu organisasi keagamaan yang tidak memi- an yang gigih terhadap prinsip-prinsip Islam dan syari ah, mening-
liki gagasan apapun tentang "integrasi regional, nasionalisasi indus- katkan kedekatan dengan kaum nasionalis dan kesediaan untuk
tri dan kebijaksanaan luar negeri, namun paling berkepentingan berkompromi demi kesatuan nasional serta penilaian yang realistik
terhadap isu-isu keagamaan murni dan sangat berhasil dalam mem- terhadap kekuatan Islam, menandai pemikiran politik NU sepan-
13 14
jang periode sebelum tahun 1965. Mohammad Hatta, orang Sumatra. Suara yang diperoleh, 10 ber
banding 1 mendukung Soekarno (Anam 1985: 112). Pilihan ini le
I. Periode sebelum 1965 bih mengherankan, karena jika melihat ke masa pengambilan ke-
putusan tcrsebut, saatnya tidak lama setelah Soekarno menunjuk-
Tujuan pertama yang dinyatakan NU pada tahun 1926 adalah kan kekagumannya pada model negara sekuler yang diperkenalkan
untuk menciptakan hubungan antara ulama yang berpegang pada Ataturk dan setelah ia menunjukkan simpati yang tegas pada refor-
empat mazhab sunni dan meneliti buku-buku teks agama untuk misme Islam. Presiden Indonesia akan datang mendukung pemisa-
mengetahui apakah buku-buku tersebut mengandung pikiran-pikir- han agama dan negara, demokrasi gaya Barat di mana umat. Islam
an para reformis atau tidak. Tujuan-tujuan lainnya adalah untuk akan membela kepentingan-kepentingan mereka melalui parle-
melakukan amal, pendidikan, memajukan pertanian dan perda- men (Noer 1980: 301-304). Sementara reaksi keras para reformis
gangan.4 Nasionalisme tidak dinyatakan secara eksplisit sekali pun terhadap masalah ini telah digambarkan secara luas, namun sejauh
hal tersebut sudah sangat populer di kalangan beberapa kiai.5 Ken- ini reaksi NU lepas dari perhatian para sarjana. Pengamatan terha-
datipun sekarang anti-kolonialisme dikutip sebagai salah satu alasan dap pers NU pada bulan-bulan ini menunjukkan kekecewaan dan
bagi pembentukan NU,6 sejarah menunjukkan bahwa keterlibatan kesadaran yang mendalam pada ide-ide sekuler pemimpin masa de-
NU hanya untuk mempertahankan hegemoninya di bidang ke- pan itu. Pada tanggal 1 Juli 1940. Berita Nahdlatul Oelama menulis:
agamaan. Sebagai contoh, ia mengeluh tentang ordonansi guru (di- Tidakkah lebih baik Soekarno berbicara secara terbuka dan me-
keluarkan pada tahun 1905, diubah pada tahun 1923 dan 1925) nunjukkan wataknya yang sesungguhnya, karena sejauh yang kita
yang memperkenalkan kriteria-kriteria yang ketat pada sekolah-se- ketahui umat Islam benar-benar mengakui dia sampai hari ini seba-
kolah sehingga merugikan sistem pendidikan NU yang relatif ku- gai pemimpin mereka yang paling menonjol.7 Namun, keputusan
rang terorgarusir; NU juga protes ketika persoalan-persoalan waris Juni untuk memilih pemimpin "sekuler" nampaknya tidak lagi
an ditarik dari yurisdiksi Peradilan Islam diJawa, Madura dan Kali- mempertimbangkan hal ini. Pada bulan Agustus Berita Nahdlatul-
mantan Selatan pada tahun 1937. Sejalan dengan keterlibatan-ke- Oelama menulis dengan nada yang bersahabat: Soekarno se-
terlibatan ini, pada tahun 1936, NU menyatakan Hindia Belanda orang pemimpin muslim dikenal karena kecerdasannya, karena ba
merupakan dar al-Islam, yang memberikan legitimasi yang luar biasa katnya sebagai orator, penulis dan organisator... ingin mencari du-
kepada pemerintah kolonial. NU membenarkan keputusannya de- kugan para nasionalis".8 Secara tidak langsung BNO menyatakan
ngan kenyataan bahwa umat Islam ditangani oleh para pejabat ke- bahwa Soekarno hanya berusaha mencari dukungan para nasiona-
agamaan yang merupakan orang-orang Muslim dan melaksanakan lis sekuler, bukan menjadi bagian dari mereka. Hubungan-hubung-
syari'ah serta akhirnya bahwa negeri tersebut sebelumnya telah ber- an komunal boleh jadi telah menentukan dalam memutuskan du-
ada berada di bawah perlindungan raja Muslim (Haidar 1992: 156). kungan namun mungkin juga hubungan personal: Soekarno ada-
Karena era Belanda mendekati tujuan, nampaknya pemikiran lah anak didik Tjokroaminoto, seorang nasionalis yang dekat de-
politik NU lebih terpusat pada individu-individu ketimbang pada ngan para pendiri NU seperti Kiai Wahab Hasbullah. Nanti, saya
sistem politik. Dalam menentukan pilihan presiden Indonesia ke bermaksud mengomentari lagi tentang hubungan yang kompleks
lak, kita bisa melihat bahwa pertimbangan-pertimbangan keagama- ini.
an bukanlah satu-satunya kriteria. Sehingga pada bulan Juni 1940 Kendatipun terjadi peningkatan kepercayaan diri setelah ia di-
dalam suatu pertemuan rahasia di Muktamarnya yang ke-15, sebelas berikan peran nasional selama pendudukan Jepang, keterlibatan
orang ulama terkemuka menyetujui organisasi tersebut memilih pe- NU dalam perdebatan kemerdekaan pada tahun 1945 telah ditan-
mimpin- nasionalis, Soekarno sebagai presiden negara Indonesia dai dengan kesiapan untuk berkompromi dengan nilai-nilai nasio-
yang akan datang. Satu-satunya calon lain yang terpikirkan adalah nalis sekuler. Saya telah menemukan beberapa bukti sumbangan
15 16
NU terhadap perdebatan awal tentang konstitusi dan ideologi na- Kesiapan berkompromi ini nampak sebagian didasarkan pada
sional. Namun suatu laporan mutakhir dari Kiai Masjkur (1988), pemahaman yang relatif liberal terhadap Piagam Jakarta, Wahid
yang ikut serta dalam panitia persiapan menyingkap keterangan Hasyim dikabarkan telah menjelaskan sikapnya dengan argumen
menarik tentang peranan yang mungkin dari Islam tradisional. Me- berikut: Pertama, kondisi saat itu sangat membutuhkan persatuan
nurut Masjkur, tidak lama sebelum merumuskan Pancasila pada untuk menghadapi Belanda yang berusaha kembali ke daerah ja-
tanggal 1Juni 1945, Soekarno minta pendapat beberapa pemimpin jahan mereka, kedua dia telah menerima dengan pemahaman,
Islam tentang prinsip-prinsip yang akan dimasukkan dalam ideologi bahwa kewajiban mengikuti syari'at Islam bagi umat Islam akan
nasional.9 Kiai Masjkur menceritakan bagaimana dia mengatakan mendapatkan tempatnya dalam penerapan yang jujur terhadap pa-
kepada Soekarno: "Saya menyetujui prinsip kemanusiaan, tetapi ha- sal 20 UUD 1945 yang menjamin kebebasan setiap warga negara
rus adil, jangan sampai membela anak sendiri sementara menindak untuk memeluk agama dan mengamalkan menurut agamanya ma-
terhadap yang lainnya. Karena Nabi pernah bersabda: "Jika Fatimah sing-masing (Zuhri 1987: 302). Dengan puas pada pasal yang me-
mencuri saya akan memotong tangannya." Siti Fatimah adalah pu- nunjukkan "kebebasan" (sedangkan Piagam Jakarta mengatakan
tri Nabi".10 Saya tidak menemukan bukti otentik pertukaran pikir- "kewajiban"), nampak bahwa wahid hasyim memiliki penafsiran
an itu, tapi jika kesaksian yang terlambat ini harus dipercayai, kita bi- yang fleksibel terhadap Piagam Jakarta yang kabur batasannya, dan
sa mengatakan sudah ada partisipasi langsung Islam Indonesia -ter- bukan yang lebih kaku yang ditakuti beberapa kalangan akan di-
masuk NU- dalam mengelaborasikan ideologi negara Islam mono- paksakan Islam.
teistik sekalipun tidak eksplisit. Saya tidak menemukan bukti ada yang menentang posisi Wahid
Hal ini bukan untuk mengatakan bahwa NU tidak berjuang de- Hasyim itu, NU mengakui republik monoteistik itu beberapa waktu
mi syari'ah. Ia berbuat untuk "Piagam Jakarta" (disepakati pada kemudian pada tanggal 22 Oktober 1941, ia mendesak pemerintah
tanggal 22 Juni), yang menunjuk kewajiban bagi semua umat Islam republik untuk mengambil langkah-langkah kongkrit untuk meng-
untuk melaksanakan syari'ah. Sementara kekuatan-kekuatan seku- hadapi pasukan Inggris dan menyerukan perang suci (jihad fi sabi-
ler menentang konsep tersebut, para pemimpin NU mendukung lillah).l2 Pada akhir tahun 1940-an, NU berusaha menghindari
Piagam tersebut dengan gigih dan juga mengusulkan bahwa presi- orang-orangnya terlibat dalam pemberontakan Darul Islam Kartosu-
den dan wakil presiden harus Islam. Wahid mengajukan argumen wirjo sekalipun ia ikut menolak Perjanjian Linggarjati dan Renville
bahwa paksaan tidak boleh digunakan terhadap, rakyat agar melak- yang dianggap "terlalu lunak" terhadap kekuatan kolonial (Zuhri
sanakan syari'ah dan prinsip musyawarah harus memperhatikan itu 1987: 354). Pada akhir tahun 1953, para ulama menetapkan bahwa
(Boland 1971: 28). Wahid Hasyim menunjukkan fleksibilitas na- Soekarno dan Pemerintahannya diberi nama "Waliyyul Amri al-dlaru-
mun ketika suatu hari setelah kemerdekaan diproklamasikan pada ri bi'l-Syaukah", yang memberi legitimasi pada presiden dan menteri
tanggal 17 Agustus, dia menerima untuk menggugurkan "Piagam agama merujuk pada peradilan agama menurut aturan-aturan fiqh
Jakarta" dari konstitusi. Wilayah berpenduduk Kristen telah me- (Haidar; 1992: 364-377; Zuhri 1987: 426). Keputusan tersebut dike-
nyampaikan pesan kepada Mohammad Hatta bahwa mereka tidak cam oleh kelompok-kelompok Islam karena merintangi cita-cita se-
akan bergabung dengan sebuah republik yang menunjukkan iden- buah negara berdasarkan Islam yang mereka harap akan tercapai
titas Islam seperti itu, empat pimpinan Islam termasuk Wahid Ha- dalam Majelis Konstituante: (Lev 1971: 50; Geertz 1960:212).
syim dari NU menyetujui kompromi tersebut. Malahan Wahid Kedekatan NU dengan para nasionalis telah dipercepat oleh
Hasyim mengusulkan kepada para pimpinan Islam untuk meng- konflik dengan para reformis/modernis muslim pada tahun
ubah asas ketuhanan dengan ditambah kata-kata yang maha esa (sa- 1952." Keretakan muncul begitu Kiai Wahab Hasbullah -seorang
tu dan hanya satu-satunya), suatu rumusan yang berimplikasi tauhid: yang sangat dinamis terpilih sebagai Rais Aam pada tahun 1950, se-
(monoteisme) bagi umat Islam (Noer 1990: 255). telah wafatnya Kiai Hasyim Asy'ari, yang memimpin NU dengan ke-
17 18
percayaan diri yang tinggi. Dalam pidato pelantikannya, Kiai dina- yang mayoritas non-muslim "sejauh hal itu tidak merusak kepen-
mis dari Jombang tersebut berbicara tentang kekuatan NU sebagai tingan umum".16 Dengan Pancasila, NU menyatakan ia khawatir
salah satu "kanon" dan menyentuh pada persoalan politik secara gerakan-gerakan kebatinan akan menggunakan dasar pertamanya
langsung, suatu jalan yang sama sekali tidak lazim berlangsung da- (Ketuhanan Yang Maha Esa) untuk bertahan hidup.17 Pada tahun
lam organisasi sosial-keagamaan (Zuhri 1987: 478)). Dua tahun ke- 1957, sebuah biografi semi-resmi almarhum Wahid Hasyim diterbit-
mudian, tahun 1952, NU mengambil langkah tegas meninggalkan kan. Biografi yang mendiamkan kompromi tanggal 18 Agustus dan
Masyumi, berpisah dengan para modernis yang dirasa terlalu men- secara berulang-ulang menyebutkan "Piagam Jakarta", suatu legiti-
dominasi (Noer 1967: 101; Abubakar 1957: 478). Sudah dinyatakan masi yang jelas terhadap eksistensi Piagam Jakarta (Abubakar 1957:
bahwa Soekarno telah mendorong NU ke dalam konflik ini namun 187-191).
kita harus melihat bahwa perpisahan ini dilihat sebagai suatu tan- Menurut Lev, NU lebih gigih membela Islam ketimbang Ma-
tangan. Dengan demikian, Kiai Wahab merespons pernyataan Isa syumi di Majelis Konstituante (Lev 1966: 263). Tentu saja usulan
Anshari dan kelompok reformis yang ironis tentang kurangnya ka- NU mendukung negara Islam yang menjawab usul ABRI untuk
der politik NU:"Jika saya mau membeli mobil baru, penjualnya ti- kembali ke UUD 1945, yaitu kembali ke negara non-Islam dan me-
dak akan bertannya kepada saya apakah saya memiliki surat izin me- nguatnya kekuasaan presiden. Perdebatan-perdebatan sangat se-
ngemudi, bukankah begitu? Saya akan membuat iklan untuk men- ngit, Kiai Wahab Hasbullah bahkan berbicara tentang jahiliyyah da-
cari sopir dan saya yakin akan banyak sopir yang antri menungu di lam hubunganya dengan negara Pancasila (Honnef 1980: 133). Ti-
depan pintu saya" (Zuhri 1987: 399). Ringkas kata NU harus sebaik dak ada usul yang memperoleh suara mayoritas dua pertiga suara.18
para modernis yang lebih kosmopolit dan seringkali berpendidikan Pada tahun 1959, ABRI dan Soekarno mengeluarkan dekrit kem-
Barat. Untuk mengatasi kelemahannya para ulama bekerjasama de- bali ke UUD 1945.19 NU menerima kompromi mendukung UUD
ngan para ekonom, ahli hukum, dan pengusaha yang tidak memi- non-Islam dengan konsesi UUD itu diilhami oleh Piagam Jakarta
liki hubungan dengan NU (Anam 1985: 197). Keputusan tahun (Zuhri 1987: 452).
1952 ini mengandung dua konsekuensi besar: Pertama, wewenang Persoalan pertama yang muncul adalah mengapa NU begitu
politik NU diperkuat, suatu campuran politisi agamis dan politisi se- hati-hari terhadap Pancasila setelah menerimanya selama 14 tahun
kuler yang kadang-kadang lebih menaruh perhatian pada patrona- sebagai ideologi nasional, Nampak bahwa di sumping kecende-
se ketimbang persoalan-persoalan agama. Kedua, NU menjadi lebih rungan wajar NU akan negara Islam, secara perlahan-lahan Panca-
dekat dengan Soekarno dan kelompok nasionalis.14 Dengan du- sila telah dihubung·hubungkan dengan perlindungan terhadap ke-
kungan ini ia juga mengamankan bagi dirinya sendiri suatu posisi batinan Jawa (dicela sebagai syirik dan dilihat sebagai perisai bagi
yang menyenangkan dalam kancah politik dan mempertahankan komunisme yang telah menunjukkan kekuatannya pada pemilu ta-
departemen agama di tangannya.15 hun 1955: hanya 2% di bawah suara NU. Alasan mengapa NU ke-
Percampuran yang aneh fundamentalisme Islam dan nasional- mudian begitu cepat menyerah pada Dekrit 1959, menurut Daniel
isme nampak pada pemilu tahun 1955. Pada tahun 1954, Kiai Wa- Lev, itu merupakan jalan keluar yang paling tepat dari kebuntuan
hab ingin negara Indonesia didasarkan pada syari'ah dan demokra- (Lev 1966: 275). Greg Fealy menunjuk pada penerapan hukum
si yang sesuai dengan ajaran Islam (Fealey 1992: 6). Dalam program fiqh, bahwa menghindari kerusakan (mafsadah) harus lebih didahu-
resminya, NU menghendaki suatu "Negara nasional berdasarkan Is- lukan ketimbang mencari kemaslahatan (maslahah) (Fealy 1992:
lam" di mana kepala negara dan para menteri harus Islam kecuali 6). Tentu saja NU telah berjuang demi cita-cita negara Islam hingga
untuk para administrator bisa non-Muslim. Pendidikan agama akan akhir tapi ia tahu ke mana ia bisa pergi dengan adanya tekanan-
menjadi kewajiban namun agama non-Islam akan dihormati. Oto- tekanan ABRI dan ketidakmungkinan mencapai suara mayoritas.
nomi pada tingkat tertentu bisa diberikan kepada wilayah-wilayah Perasaan was-was Kiai Bisri Syansuri terhadap demokrasi terpimpin
19 20
tidak menghalangi Kiai Wahab dari keyakinannya bahwa "umat be-
lum siap" untuk berkonfrontasi dengan pemerintah (Masyhuri Posisi sulit ini menimbulkan keragu-raguan. Tanggal 1 Oktober,
1933 53, 172). Dalam kata-katanya, NU harus menumpang kereta NU mengutuk kudeta tersebut dan mengajak semua simpatisannya
sebelum terlalu terlambat" untuk mengontrol pemerintah menu- untuk membantu ABRI menegakkan ketertiban.22 Subchan ZE,
rut formula klasik Al-Quran: "amar ma'ruf nahi munkar" atau mendo- Wakil Ketua IV Tanfidziayah diberi wewenang untuk bertindak atas
rong untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan mungkar nama NU pada situasi di mana para ulama kesulitan memahami-
(Zuhri 1987: 484). Ketika Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia nya.23 Pada tanggal 2 Oktober, Subchan membentuk front aksi un-
yang menolak demokrasi terpimpin Soekarno, dilarang pada tahun tuk menghancurkan G-30-S (Kesatuan Aksi Mengganyang Gerakan
1960, hanya NU yang bisa bergembira karena ia belum mengikuti Kotra Revolusi 30 September). Kebulatan tekadnya membuat diri-
jalan pertai-partai tersebut: bukan hanya sekedar bertahan tetapi ka- nya berada dalam situasi pertentangan yang tajam dengan kelom-
rena hegemoninya di bidang agama menjadi meningkat. pok konservatif pimpinan Idham Chalid (Ketua Umum Tanfidzi-
yah,24 yang dekat dengan Soekarno) dengan demikian tidak lama
NU di bawah Orde Baru setelah pertemuan khusus antara para ulama puncak dengan para
pembantu pribadi Soeharto, Sujono dan Ali Murtopo, yang pernya-
Secara ideologis, di masa Orde Baru NU lebih tidak leluasa ke- taannya dikeluarkan pada tanggal 4 Oktober menghendaki pela-
timbang di masa Orde Lama. Reaksi NU terhadap rezim baru ter- rangan PKI, organ-organ dan medianya, dan mengajak semua umat
sebut menampilkan tikungan dengan banyak tanjakan: dari harap- Islam untuk membantu ABRI menegakkan ketertiban.25 Pimpinan
an kekecewaan, dari kolaborasi ke oposisi dan setelah malapetaka NU bersemangat mempertahankan hubungan baik dengan kedua
kronis, kembali lagi ke setengah aliansi dan penerimaan final ter- belah pihak, sebagaimana bisa dilihat dari arahan-arahan yang di-
hadap negara monoteistik. berikan di medianya pada tanggal 14 Oktober: "Untuk memperta-
Ketika G 30 S PKI pecah pada tahun 1965, NU berada pada po- hankan hubungan baik dengan PNI dan Soekarno serta tidak me-
sisi yang paling sulit, terbelah antara berpihak pada Soekarno atau nyerang AU pada khususnya dan ABRI pada umumnya".26 Kehati-
ABRI. Kerjasamanya yang erat dengan Soekarno ditandai dengan hatian kelompok konservatif dengan ikatan-ikatan khusus dengan
tindakan presiden telah mengundang Menteri Agama Saifuddin Soekarno lebih jauh bisa dilihat pada tindakan Idham Chalid meng-
Zuhri untuk mengawinkannya dengan Haryati (isteri ketiganya) - hindar menuntut pelarangan PKI pada ulang tahun NU 31 Januari
poligami menjadi bahan pertentangan di kalangan elit Indonesia- 1966. Dalam pidatonya, ia menyatakan NU terikat pada Soekarno
sebaliknya Saifuddin meminta Soekarno untuk menghentikan ka- "mati dan hidup karena Allah" (DM 31, 1, 1966). Bahkan setelah
sus korupsi Wahib Wahab, putra Kiai Wahab Hasbullah (Zuhri kekuasaan darurat dialihkan kepada Soeharto bulan Maret 1966,
1987: 531). Di sisi lain, kedekatan dengan militer bisa dilihat dalam Rois Aam, Kiai Wahab Hasbullah menyatakan bahwa NU akan me-
keterlibatan fisiknya dalam membantu ARRI menghancurkan PKI, nampilkannya sebagai calon dalam semua pemilihan yang akan da-
terutama di Jawa Timur.20 Sekitar 30.000 hingga 35.000 atau 100. tang (Antara, 7, 6. 1966). Idham Chalid mengunjungi Soekarno se-
000 orang komunis mati dalam beberapa bulan diJawa Timur (Hu- telah bulan Maret 1966 ketika dia secara praktis dikenai tahanan
ghes 1967: 158). Secara terpisah ABRI bertanggungjawab, tapi tidak rumah: dia berkata dia merasa kasihan akan kesepian presiden. 27
diragukan Ansor, kelompok pemuda NU, juga memainkan peran- Ada beberapa alasan, eratnya hubungan NU dengan Soekarno
an aktif dalam tindakan anti PKI. Presiden Sukarno sendiri mema- ini, yang telah kita sebutkan pada tahun 1940. Soekarno di kalang-
rahi Ansor karena kanibalismenya itu.21 an NU diakui sebagai "pemimpin nasional": tulisan-tulisannya diba-
ca di kalangan santri selama masa penjajahan. Kemudian pada ta-
d. Keragu-raguan NU hun 1952, dia mendukung kelompok tradisional ketika mereka
21 22
membentuk partai politik sendiri dan harus mengatasi kelemahan kutub tersebut.
relatif mereka dibanding dengan para modernis yang berpendidik-
an barat Juga ada ikatan klien misalnya antara Soekarno dengan 2. Kiai adalah gelar ulama diJawa.
Rois Aam-nya, Kiai Wahab, tetapi juga ada ikatan kesamaan yang
nyata dan selera umum karena kebudayaan Jawa. Akhirnya mereka 3. Sekarang ini Greg Fealy (Monash University) sedang
tidak jauh terpisah secara ideologis. Pada tahun 1960-an, "Demo- mempersiapkan disertasi Ph.D ten-
krasi Terpimpin" tidak haram bagi sebagian orang NU: Idham Cha- tang NU selama periode 1962-1968. Martin Van Bruinessen
lid bahkan membela demokrasi terpimpin dengan mengatakan menulis sebuah buku tentang
bahwa demokrasi bukan tujuan pada dirinya, ia bisa memiliki batas- NU periode mutakhir. (Edisi berbahasa Indonesia berjudul NU
batas demi kesejahteraan rakyat.28 Di mata mereka, kelemahan Tradisi, relasi-relasi kuasa,
Soekarno adalah dukungannya pada PKI, tapi mereka tetap yakin Penemuan wacana baru, diterbitkan LKiS yogyakarta, November
dia akan menjatuhkan mereka. Pengikutsertaan merupakan prinsip 1994). Beberapa orang in-
yang menjadi pedoman sikap terhadap seseorang yang tidak per- donesia telah menulis tentang NU (Irsyam 1984, Anam 1985,
nah menyakitkan NU.29 Marijan 1992).
________________________________________________________ 5. Salah seorang pendiri NU, Kiai Wahab Hasbullah, sudah aktif di
______________ beberapa perhimpunan
________________________________________________________ nasionalis seperti Sarekat Islam Juga membentuk sebuah
______________ perhimpunan sekolahsekolah
agama, NNahdlatul Wathan, di mana lagu-lagu anti kolonial
*)Diterjemahkan oleh Amirudin Anany dari "Traditionalist Islam and din)anyikan oleh para muridnya
the State in Indonsia. Flexibility, Legitimacy and Renewal", kertas (Anam 1985: 25).
kerja yang disampaikan dalam konferensi Islam dan Konstruksi
Sosial 6. Pelajaran ke-NU-an, buku-teks mengenai NU )ang diterbitkan
atas Identitas: Perspektif tandingan mengenai Muslim Asia tahun 1968, menyatakan
Tenggara, antikolonialisme sebagai tujuan ketiga pembentukan NU pada
4-6 AgustUS 1995, di Universitas Hawai. tahun 1926, )ang pertama
penyatuan umat dan kedua pemurnian Islam terhadap
1. Perbedaan yang dinyatakan Greetz adalah abangan lebih terkait penyimpangan )ang disebabkan
dengan ritual-ritual oleh gerakan tajdid (reformisme): h. 2324).
pra-Islam seperti animisme, Hindu dan Budha. Sedangkan santri
adalah mereka yang 7. Berita Nahdlnhcl Oelama, No.17, tahun 9, 1Juli 1940, h. 11/141
menganggap diri mereka "Muslim sejati" (Geertz 1960: 130) sampai 16/244.
pebedaan di dalam NU sen-
diri tidak bisa dinafikan. Bisa jadi banyak anggotanya yang lebih 8. BNO 15 Agustus 1940, No. 20 h. 1/176.
dekat dengan salah satu
23 24
9. Pada tanggal 1Juni 1945, hari kelahiran Pancasila, Soekarno 13. Pada tahun 1937 NU menyatu dengan para modernis dalam MIAI
mengajukan asas-asas sebagai (Majlis Islam A'la
berikut: 1. Nasionalisme 2. Internasionalisme atau penghormatan Indonesia) untuk melindungi kepentingan-kepentingan umum.
terhadap hak-hak asasi
manusia 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. 14. Jumlah kursi kabinet yang diberikan kepada NU makin meningkat
Ketuhanan Yang Maha Esa di samping Depar-
(Bonnef 1980: 73). temen Agama, juga diberikan kursi Departemen Agraria dan kursi
Wakil Perdana Men-
10. Kiai Masjkur terus mengatakan bahwa Kiai Kahar Muzakkir, teri (Noer 1987: 285). Kemudian dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo
seorang pemimpin Islam (1956-1957) suatu
non-NU, memunculkan soal etika yang sesuai dengan Islam dan koalisi yang unik dan partai-partai besar kecuali Komunis, NU
zakat yang dinyatakan memperoleh 5 kursi ka-
sebagai gagasan Islam tentang solidaritas sosial (Wawancara binet.
dengan Kiai Masjkur, 1 Okto-
ber 1988 yang dibuat oleh arsip nasional). 15. Departemen tersebut yang dibentuk pada Januari 1946 kendatipun
menimbulkan ke
11. Menarik untuk diperhatikan bahwa kehadiran Wahid Hasyim ragu-raguan kelompok sekuler, berperan memperkuat otonomi
dalam pertemuan dengan lembaga-lembaga keaga-
Mohammad Hatta tanggal 18 Agustus diragukan oleh beberapa maan (Lev 1972: 45). Ia merupakan pilar kekuatan NU dan sumber
Muslim modernis (Lihat patronase yang pa-
Endaang Saifuddin Ansari 1981 dan Noer 1987: 41 mengutip ling berharga.
Prawoto Mangkusasmito
1970. Pertumbuhan Historis Rumus Dasar Negara dan Sebuah 16. Pokok-pokok Uraian dalam Pidato-pidato Kampanye Pemilihan
Proyeksi Jakarta, Hudaya, Umum untuk Konstituante, 20 Ok-
1970 h. 38-39). Hal ini menunjukan betapa penting kehadiran orang tober 1955, dalam Sekitar Konstituante dnn Konstitusi, diterbitkan
itu yang sebelumnya oleh Kementrian Pene-
dengan gigih telah membela "Piagam Jakarta". Sehingga rangan 1955: 117.
keikhlasannya untuk berkompro-
mi diragukan: Jika memang ikhlas, itu bisa dianggap sikap historis 17. Duta Masjarakat 28, 7, 1955, dinyatakan dalam Sekitar
tentang kemauan Konstituante dan Konstituantei, Ke-
baik terhadap orang-orang Kristen. Noer pada tahun 1990 menterian Penerangan 1955: 117.
menegaskan kehadirannya.
Begitu pula Wongsonegoro (Sekretaris pribadi Hatta) dan saya. 18. Usulan NU memperoleh 201 suara "ya" dengan 265 suara
Wawancara-wawancara menentang sementara suara
Wahid Hasyim yang terpisah-pisah. kembali ke UUD 1945, 269 suara melawan 203 suara "tidak".
12. Aula, No. 7, tahun II. 19. Angkatan Darat menyatakan Keadaan Darurat Perang pada bulan
Maret 1957 meng-
25 26
iringi pemberontakan-pemberontakan bersenjata di daerah-daerah 25. DM, 7, 10. 1965; Anam 1985: 243-244; beberapa wawancara
dan telah memper- dengan para pemimpin NU,
lihatkan keinginanya untuk terlibat lebih besar lagi dalam urusan- 1991.
urusan politik melalui
"kelompok fungsional" yang diwakili dalam parlemen. 26. Surat dari PB NU, Pedoman Politik Pemberitaan Harian2 NU. 14
Oktober 1965, dikirim
20. Hughes 1967: 154; Crib 1990: 82. Selama periode "Demokrasi ke Duta Masjarakat, Mimbar Revolusi, Obor Revolusi, Duta Rakjat
Terpimpin" reformasi ta- dan Sinar Masjarakat Me-
nah (Landreform) diputuskan di parlemen pada tahun 1960, akan dan (Arsip Nasional).
merampas pemilikan
para santri-tuan ranah yang besar terhadap tanah mereka. Ketika 27. Wawancara dengan Jenderal Nasution, 1991.
para petani yang tidak
memiliki tanah berusaha menerapkannya dan mengambil alih tanah 28. Pidato yang berjudul "Islam dan Demokrasi Terpimpin"
tersebut, anak-anak disampaikan dan kemudian di-
muda NU melindungi kepentingan para tuan tanah, sehingga terbitkan PTI NU Fakultas Hukum Islam di mana Idham adalah
menimbulkan bentrokan. profesornya. Tahun ter-
bitnya tidak dicantumkan.
21. Wawancara dengan mantan pengurus Ansor yang terkemuka, 29. Wawancara dengan Chalid Mawardi, 1991. Begitulah caranya dia
1991. menjelaskan cara "ge-
nerasi tua" manbenarkan perlindungannya yang lama terhadap
22. Anam (1985: 248) mengatakan pesan tersebut disiarkan pada jam Soekarno.
14.30 Duta Masya-
kat (7, 10. 1965) juga melaporkan reaksi 1 Oktober itu. Sayang,
surat kabar-surat kabar
dilarang terbit pada hari-hari pertama kudeta tersebut, kecuali pers-
pers resmi. Dalam Kendati ada ikatan-ikatan yang jelas dengan Soekarno ini, bebe-
arsip nasional saya manemukan pernyataan Ansor dan Muslimat rapa pemimpin NU memainkan peranan utama dalam menegak-
yang menolak bahwa bebe- kan format politik baru selama paruh kedua tahun 1960-an. Pe-
rapa orang pimpinan mereka merupakan bagian dari Dewan mimpin NU Ahmad Syaichu lah juru bicara parlemen yang mem-
Revolusi. beri peran utama kepada Golkar )ang ditulangpunggungi oleh AB-
RI -juga disebut kelompok fungsional- yang secara de facto menjadi
23. Wawancara dengan Syah Manaf, 1991, yang hadir pada partai politik terbesar setelah tahun 1971. Parlemen ini pula, mulai
pertemuan itu. Mei 1966, yang mengundang MPRS yang memperkenalkan per-
ubahan rezim. Tindakan menentukan pertama dari NU adalah re-
24. Orang radikal dan konservatif juga terdapat dalam generasi tua solusi Nuddin Lubis, Ketua Fraksi NU di Parlemen. Resolusi itu me-
dan generasi muda. ngusulkan kepada MPRS untuk menyelenggarakan sidang Istimewa
guna mencabut kekuasaan kepresidenan dari Soekarno dan memi-
lih pejabat presiden. Ia juga menuntut adanya penyelidikan judisial
27 28
terhadap peranan Soekarno dalam peristiwa G 30 S PKI pada tahun memperoleh 231 kursi, NU 58 kursi di DPR) yang menempatkan
1965. Dalam konteks kebijaksanaan yang membimbing kepemim- tujuan pada hubungan yang memiliki hak-hak istimewa: kekerasan
pinan NU selama saat-saat genting ini, kita harus melihat bahwa kampanye meninggalkan luka yang menandai prilaku politik NU
resolusi itu merupakan semacam kudeta di dalam NU: pimpinan pada dekade mendatang. Begitu pemilu usai, NU kehilangan de-
yang belum menandatangangi resolusi tersebut ketika diumumkan partemen agama ketika modernis muslim Mukti Ali dicalonkan
ke pers, sesungguhnya difaith-accompli.30 untuk mengisi pos tersebut Pada tahun 1973, integrasi yang kuat
Lagi-lagi, individu-individu nampak lebih berarti ketimbang sis- NU ke dalam PPP, sebagai partai politik Islam tunggal, lebih jauh
tem politik karena dari awal tahun 1967, NU sudah tahu rincian mendorong NU memasuki posisi yang defensif.
draft undang-undang pemilu pertama yang terbukti tidak mengun- Gerakan tradisional dengan posisi barunya yang sulit diatur, ter-
tungkan bagi partai-partai politik. Sementara perdebatan tentang cabik-cabik antara frustrasi-frustrasi selama pemilu tahun 1971 dan
undang-undang pemilu menghebat awal tahun 1967, ulama besar kesadarannya tak mampu menghasilkan antagonisme dengan pe-
Jawa Timur, Kiai Machrus Ali masih menggambarkan Soeharto se- merintah. Posisi terakhir ini nampak ketika ia berusaha memecat
bagai "matahari terbit setelah malam" (DM, 9, 3, 1987). Duta Ma- Subchan pada tahun 1972, menerima untuk memainkan bagian
syarakat hanya menyatakan keprihatinannya pada usulan perun- yang lebih luas dalam politik.31 Pemecatan seringkali terjadi karena
dangan itu. Ia mempertanyakan apakah "benar bahwa pemerintah tekanan-tekanan dari pemerintah (Ward 1974: 112). Namun peng-
tidak mau mengalah dari posisinya atau apakah ini kabar angin atau amatan yang lebih dekat pada peristiwa penting ini juga menun-
semata-mata fitnah". (DM, 15, 3, 1967). Keyakinan dan harapan jukkan adanya ketidaksepakatan yang mendalam di kalangan ula-
muncul lagi tapi perlahan-lahan menjadi goyah. ma sendiri. Sementara para pembela Subchan memperlihatkan di-
rinya sebagai figur kosmopolit dan terdidik langka yang mampu
6. Meningkatnya Ketegangan meneruskan tujuan-tujuan politik NU. Kritik yang ditunjukkannya
menyebabkan hilangnya pengaruh ulama, meningkatnya tekanan
Awal tahun 1966, Ahmad Syaichu mengatakan bahwa ARRI pemerintah terhadap kelompok tradisional dan isolasi mereka dari
bagaikan saudara yang lahir dari satu ibu". Namun kerja sama "arus utama" (Kompas, 25 Februari 1972). NU ingin bersama-sama
ABRI-NU mungkin mencapai puncaknya pada bulan Februari 1967 "jalan tengah" Islam, dalam kata-kata pernyataan resminya.35 Tentu
sebagai proses pemisahan yang mulai meningkat akibat ketidak- saja, jika kita melihat pada peranan politik NU kemudian, kita bisa
puasan terhadap susunan pemilihan dan kelembagaan. Subchan mengetahui, seperti pendapat Anderson, bahwa kepedulian utama
menjadi pengeritik yang paling vokal terhadap sistem politik yang NU adalah pada persoalan-persoalan keagamaan (Anderson 1977:
diusulkan itu dan selama bertahun-tahun memperoleh dukungan 24). Kita juga melihat bahwa persoalan-persoalan ini diperhatikan
yang kian meningkat dalam gerakan tradisional yang begitu flek- para ulama -yang nampak cwiga terhadap para politisi NU- dan
sibel. NU protes terhadap usaha untuk memberikan Golkar dan bahwa mereka sangat efisien dalam pembelaan agama mereka. Ka-
ABRI 50% kursi di MPR dan DPR (Reeve 1985: 275). Ia juga ber- sus undang-undang perkawinan 1974 lah yang menjadi titik rekat
usaha, tanpa banyak berhasil, untuk memperoleh kontrol yang le- utama pertama dalam hubungannya dengan pemerintah. Isu ter-
bih baik terhadap prosedur pemilu. Pokok utama ketidakpuasan sebut begitu sensitif. Pembahasan-pembahasan akhirnya berlanjut
adalah penundaan pemilu yang dijadwalkan akan diselenggarakan antara ABRI dan NU di luar DPR. Pemerintah menginginkan an-
pada tahun 1968. Pada tahun 1967 dan 1968, cita-cita Piagam Jakar- tara lain pencatatan sipil dan pembatasan-pembatasan terhadap po-
ta muncul lagi. Hal ini menghasilkan hubungan yang tidak enak. ligami. Rois Aam baru, Kiai Bisri Syansuri, terkenal dengan pegang-
Tapi itulah saat kebangkitan Golkar sebagai organisasi politik yang annya yang teguh terhadap aturan-aturan fiqh yang menekankan
didukung ABRI dan kemenangannya pada pemilu 1971 (Golkar bahwa perkawinan itu sah menurut agama. Sampai Desember 1973,
29 30
ketika draft tersebut masuk ke komisi kerja DPR, persetujuan bahwa 8).
tidak ada yang tidak Islami yang akan diintroduksi dalam rancangan
tersebut telah dicapai antara ABRI dan NU (dengan demikian c. Khittah 1926 atau Reorientasi Politik
PPP). Hal ini sangat mengejutkan PDI yang belum dimintai pen-
dapat.33 Perkawinan dinyatakan sah menurut agama dan dicatat Sementara NU agak berhasil mempertahankan persoalan-per-
oleh para pejabat keagamaan.34 Bagi para ulama, hal itu memang soalan yang berkait dengan agama, ia membayar kesuksesan itu de-
tidak mutlak namun masih ada ketidakpuasan besar terhadap un- ngan kemunduran di bidang politik. Selama pemilu 1977, sekali-
dang-undang tersebut.35 pun PPP memenangkan 2% suara lebih banyak dari yang diperoleh
Empat tahun kemudian, tahun 1970, NU sekali lagi terpaksa partai Islam secara bersama-sama pada tahun 1971, NU kehilangan
membela kepentingan agamanya pada sidang MPR. Dua masalah 2 kursi dihandingkan kelompok lain dalam partai tersebut. Satu
menjengkelkan bagi NU muncul: rencana untuk memberikan pen- tahun kemudian, kemunculan John Naro di kursi kepemimpinan
didikan kawarganegaraan (penataran ideologi Pancasila yang dise- PPP menggantikan Mintaredja yang lebih luwes, lima bulan setelah
but P4) kepada semua orang Indonesia dan pengakuan resmi ter- sidang Umum MPR 1978, mempercepat keluarnya NU dari kancah
hadap kelompok aliran kepercayaan yang direncanakan akan me- politik beberapa bulan kemudian. Pada tahun 1983/1984, NU ke
miliki direktoratnya sendiri di departemen agama. Kelompok-ke- luar dari PPP (tidak dari politik) atau dalam rumusan yang resmi,
lompok tersebut berkembang subur di bawah Orde Baru setelah kembali ke khittah 1926. Sesungguhnya reorientasi politik ini me-
MPR pada tahun 1978 memberikan pengakuan resmi kepada me- rupakan akibat dari bertemunya dua kekuatan: usaha Naro untuk
reka (Stange 1986: 92).36 NU waktu itu dengan keras menentang mendominasi PPP, juga malapetaka lama atau kegelisahan di ka-
rencana pemerintah tersebut. Kiai Bisri bertemu Soeharto dan min- langan para ulama dengan peran politik yang membuat organisasi
ta kelompok aliran kepercayaan tidak diberi pengakuan resmi ka- semakin sulit untuk dikontrol.
rena mereka kafir dan musyrik.37 Namun presiden tidak mau me- Aliran khittah secara perlahan-lahan telah mendapat kematang-
ngalah sehingga membuat NU walkout dari voting. Penting untuk an sepanjang periode kecemasan pada kehidupan politik Indonesia
dicatat bahwa para ulama belum kalah total dalam perjuangan itu. yang bergolak. Jika kita melacak kembali malapetaka ini, kita me-
Sesungguhnya, sekalipun penataran P4 tetap diadakan, namun ada ngetahui bahwa NU selalu berada dalam situasi tegang dengan pe-
konsesi bahwa kelompok aliran kepercayaan tidak ditempatkan di merintah yang memunculkan pembicaraan kembali ke khittah. Pa-
bawah naungan departemen agama tetapi di bawah departemen da bulan Desember 1959, Kiai Achyat Chalimi dari Mojokerto telah
pendidikan dan kebudayaan. Alamsyah ditunjuk sebagai menteri mengusulkan hal ini dengan dalih klientalisme telah mengubah
agama untuk mengatasi, dengan kata-kata menteri itu, "situasi kri- cita-cita sosial partai (Marijan 1992: 136). Dapat kita tambah di sini
sis" dan diberi tugas untuk mengerahkan umat Islam di belakang bahwa pada tahun 1959 merupakan periode ketegangan ketika
ideologi nasional.38 Apakah pernyataan ini berlebihan atau tidak, Soekarno mengumumkan akan melarang partai-putai politik ter-
kenyataan bahwa NU terbukti memiliki potensi tinggi mengacau- tentu dari kancah politik. Lalu, pada tahun 1966 pada pertemuan
kan sistem politik di mana konsensus dinilai tinggi. Kebijaksanaan dewan partai, Kiai Bisri menyatakan harapan, "Pertemuan itu akan
Alamsyah kemudian berusaha mencerminkan kepedulian terhadap diilhami oleh khittah 1926" (DM, 21, 8, 1968). Sekali lagi pada ta-
Islam ia menegakkan kontrol terhadap dana-dana asing, missi-missi hun 1966 merupakan tehun peningkatan konfrontasi dengan Orde
Kristen dan perpindahan agama. Kendatipun gerakan aliran keper- Baru menyangkut politik yang nampaknya menjadi gangguan bagi
cayaan bertahan, Stange menunjukkan bahwa, paham-paham spiri- partai-partai politik. Pada tahun itu pula kita mencatat peralihan ke
tual monoteistik yang pada hakikatnya berasal dari Islam, telah me- arah radikalisme tertentu dalam harian NU, Duta Masyarakat. Pada
rasuk jauh ke dalam kesadaran rakyat (Stange 1986: 110; 1990: 7- tahun 1971, di Muktamar NU ke-25, Cabang Sumatera Selatan me-
31 32
ngajukan usul kembali ke pendidikan, dakwah dan aktivitas-aktivi- kembali ke khittah. Ada beberapa alasan bagi peningkatan kete-
tas sosial. (Berita Buana, 21, 10, 1971). Idham Chalid telah menyata- gangan ini. Pertama, mari kita catat bahwa sakit dan kemudian
kan ide kembali ke khittah dan muktamar memutuskan untuk meninggalnya Kiai Bisri pada bulan April 1980 telah mengubah ke-
mempertimbangkan pembentukan organisasi non-politik yang ter- seimbangan kekuatan-kekuatan yang rapuh. Sebagai Rois Aam, se-
pisah untuk mereka (nampaknya pelayanan umum) yang harus ter- bagai Kiai pesantren, dan pada saat yang sama sebagai anggota
lepas dari partai (Marijan 1992: 135). Kita harus menyatakan bahwa MPR dan Majelis pertimbangan PPP, dia telah menjadi jembatan
hal ini muncul setelah kekerasan pemilu dan pembatasan-pem- antara dua dunia, dunia pesantren yang terus-menerus, melalui dia,
batasan politik yang ditimpakan pada pegawai negeri melukai orga- berusaha mendominasi dunia politisi. Keteganganjuga meningkat
nisasi NU. Pada tahun 1974, tidak lama setelah perdebatan sengit setelah kegagalan NU untuk mengekang perkembangan kelompok
tentang undang-undang perkawinan, Kiai Bisri mengatakan kepada aliran kepercayaan pada tahun 1978 dan penguasaan PPP oleh
para pengikutnya akan keinginannya agar NU dipecah menjadi dua John Naro pada tahun 1979. Mereka segera mengekspresikan diri
bagian, yang satunya bersifat politis dan yang satunya lagi bersifat mereka dalam RUU Pemilu 1980: NU minta partai-partai berpartisi-
sosial, untuk mengatasi terabaikannya kegiatan-kegiatan sosial.39 pasi dalam administrasi pemilu, namun Soeharto hanya menerima
Pada Muktamar 1975 inilah NU memutuskan untuk "menekankan mereka sebagai peninjau (Radi 1984: 164; Adnan 1962: 71). NU ra-
organisasi sosialnya". (Pelita, 19, 5, 1975). dikal memutuskan tidak hadir selama pemungutan suara. Tindak-
Pada bulan Juni 1979, di Muktamarnya yang ke-26 di Semarang, an ini menempatkan NU pada jalan konfrontasi dengan pemerin-
NU secara serius menentang kepemimpinan Idham Chalid yang tah menyangkut isu-isu non-agama: Haji Abdul Basith Adnan, pe-
akomodatif yang sedikit sekali berbuat untuk melindungi kelompok nulis yang punya hubungan dengan NU dan menerbitkan sebuah
tradisional dari tekanan-tekanan politik (Nakamura 1981: 1993). Pa- brosur tentang konflik itu, menulis sebuah apologi panjang bagi ge-
ra ulama membuat langkah pertama arah penemuan kembali rakan tersebut, membenarkan pendirian NU dengan menyatakan
kepemimpinan gerakan tersebut: memutuskan bahwa semua ke- "hak-hak partai" dan "hak-hak pemerintah" (Adnan 1Y82: 70).
putusan Tanfidziyah, Badan Eksekutif yang diketuai Idham Chalid, Radikalisme mencapai puncaknya pada bulan September 1981
harus disahkan oleh Syuriyab, dewan tertinggi para ulama.40 Na- ketika -pada Munas di Kaliurang- para ulama memutuskan tidak
mun Idham terpilih kembali, didukung oleh pemilihnya, oleh pe- memberi dukungan terhadap pemilihan kembali Soeharto sebagai
merintah dan mereka yang tidak bersimpati dengan rival utamanya, Presiden pada tahun 1983, juga tidak ikut memberi penghargaan
Kiai Ahmad Syaichu yang kasar. Bagaimanapun, meningkatnya ke- padanya sebagai "Bapak Pembangunan". Pada waktu yang sama,
cemasan terhadap politik dinyatakan lebih jelas dari pada sebe- aliran khittah memperoleh dasarnya dengan terpilihnya Kiai Ali
lumnya. Arus khittah nampak memperoleh dasar pijak: program li- Maksum sebagai Rois Aam baru.41 Eliminasi para politisi radikal NU
ma tahun memutuskan mengikuti ajakan kembali ke "Khittah 1926" dari daftar pemilu 1982 dengan restu pemerintah dan eliminasi da-
(Marijan 1992: 136). Harus dicatat lagi di sini bahwa hal ini muncul ri kepengurusan PPP merupakan picu terakhir bagi kemenangan
setelah ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan MPR 1978 aliran khittah. Para ulama memecat Idham Chalid sebagai Ketua
yang beriringan dengan ketegangan-ketegangan yang tajam de- Tanfidziyah.42 Kerenggangan yang mendalam di NU antara kelom-
ngan pemerintah. Dengan demikian, di samping suatu ekspresi ke- pok Idham (kelompok Cipete) dan kelompok khittah (kelompok
tidakpuasan terhadap aktivitas-aktivitas NU, nampak ada dalam te- Situbondo). Munas Situbondo akhirnya memutuskan keluar dari
ma khittah- kecemasan yang luas terhadap konfrontasi yang terus- PPP pada tahun 1983 dan dipertegas pada Muktamar 1984: NU
menerus dengan penguasa. Awal tahun 1980-an ditandai dengan membebaskan para simpatisannya dari ikatan tradisional mereka
ketegangan yang muncul dengan pemerintah, yang berpuncak pada partai Islam dan kemudian mengeluarkan peraturan yang me-
pada saat keluar secara efektif dari PPP pada tahun 1983/1984, atau larang para eksekutif NU memegang jabatan eksekutif di PPP, suatu
33 34
peraturan yang tidak dipatuhi ikuti terlalu ketat. Abdurrahman Wa- dekati para ulama dan berusaha mendamaikan mereka dengan
hid, pendukung khittah yang cerdas dan berani sekaligus cucu ideologi Nasional.46 Bulan Maret 1980 Soeharto lagi-lagi mengemu-
pendiri NU, adalah pilihan yang pas sebagai Ketua Tanfidziyah. kakan rencana asas tunggalnya yang disahkan secara resmi pada
Mungkin nampak kotradiktif bahwa aliran khittah yang me- bulan Agustus 1983. Penentangan terhadap rencana pemerintah sa-
miliki dampak final berdamai dengan kekuasaan politik -maju pada ngat kuat di kalangan keagamaan secara keseluruhan. Juga di ka-
tahun 1981 secara tepat ketika radikalisme NU mencapai puncak- langan banyak kiai NU. Gerakan tersebut pertama-tama terlihat ka-
nya dengan tidak memberi dukungan pada Soeharto di Kaliurang. rena gerakan sekularisasi yang berakibat Islam kehilangan tempat-
Tapi kita harus melihat bahwa ada dua perspektif tentang khittah. nya dalam birokrasi.47 Namun, rencara pengasastunggalan ideolo-
NU radikal melihatnya sebagai semacam eksodus. sudah sejak tahun gi itu datang hampir sebagai blessing in disguise di saat kelompok
1977, NU telah menggunakan ancaman keluar dari politik untuk khittah dan kelompok Idham sedang bersaing memperoleh penga-
menegosiasikan kursi MP-nya dengan MI (Maksoem 1982: 245). Di kuan pemerintah. Peristiwa ini merupakan batu loncatan untuk
satu sisi, beberapa ulama melihat khittah sebagai kembali kepada mendapatkan legitimasi yang diperlukan. Bagi para ulama besar
moderasi, ke fungsi umat sebagai "orang-orang yang di tengah" yang memiliki kepedulian pada masa depan NU, persoalannya ada-
jauh dari oposisi. Sehingga pada tahun 1982, Kiai Ali Maksurn me- lah bagaimana formula yang tepat untuk menyenangkan pemerin-
ngeluh pada Alamsyah mengapa hubungan antara pemerintah dan tah tanpa meninggalkan hak Islam untuk mengorganisasikan tu-
NU begitu buruk pada tingkat nasional padahal NU tidak pernah juan-tujuan keagamaan.48 Pemerintah yang terpecah menjadi dua
memberontak dan selalu mendukung pembangunan di pedesaan. kubu yang sama-sama akomodatif, memiliki satu pilihan yang
(Sinar Harapan, 25, 5, 1982). Pada tahun 1983, 400 surat diterima mungkin, memberi lampu hijau kepada para ulama untuk menye-
oleh para intelektual muda NU. Banyak yang menanyakan me lenggarakan Munas (49 di Situbondo bulan Desember 1983, Munas
ngapa hubungan dengan pemerintah dibiarkan begitu membu- yang akan mendukung rencana asas tunggal. Lebih jauh ia memin-
ruk.43 Jelas, reorientasi keluar dari PPP akan melayani tujuan men- ta para ulama untuk berdamai dengan kelompok Idham yang tidak
ciptakan lingkungan yang damai bagi aktivitas-aktivitas sosial-keaga- bisa diabaikan para pengikutnya.50
maan.44 Asas tunggal menjadi lebih dari sekedar suatu perdamaian de-
Kendatipun seringkali ada penekanan pada kerenggangan di ngan pemerintah. Ia juga berarti kembali mendukung negara nor-
dalam NU, kita bisa melihat bahwa persoalan utama yang mem- Islam. Pertama, suatu formula dielaborasikan dan dibenarkan oleh
persatukan kelompok Idham dan kelompok khittah: tradisi legiti- aturan-aturan fiqh oleh Kiai Achmad Siddiq, seorang ulama senior
masi wewenang sunni menekankan dirinya sebagai tujuan umum dari Jember yang terpilih sebagai Rois Aam pada tahun 1981.51 Po-
setelah radikalisasi dianggap berlebihan dan kontraprodukif. Prag- kok pikiran utamanya adalah Pancasila merupakan ideologi bukan
matisme ini memiliki kesempatan terbaik untuk membuktikan diri- agama dan bahwa Pancasila dan Islam adalah suatu yang berbeda,
nya sendiri ketika, pada tahun 1983 Soeharto secara resmi meminta yang satu berasal dari wahyu, sementara yang lain berasal dari pe-
semua organisasi masa sosial keagamaan mendasarkan dirinya pada mikiran manusia dan dengan demikian tidak bisa diperbanding-
satu-satunya asas, Pancasila. Konsep keseragaman ideologi bisa di- kan.52 Dalam Anggaran Dasar NU yang baru, Pancasila disebut se-
tinjau kembali ke tahun 1960-an (Cayrac-Blanchard: 434) dan di bagai asas sedangkan Islam disebut sebagai aqidah tanpa ada pe-
masa Orde Baru, ke seminar Angkatan Darat yang diselenggarakan rincian tentang bagaimana kaitan antara keduanya, dibiarkan da-
pada tahun 1966.45 Upaya-upaya untuk memaksakan asas tunggal lam bayang-bayang ketidakjelasan. Kedua, Kiai Siddiq berusaha le-
terhadap partai-partai telah gagal pada tahun 1975, sebagian karena bih jauh membawa NU bersama-sama dengan negara Indonesia
penentangan NU (Reutw,lG Februari 1975). Setelah konflik 1978 di Munas menyatakan bahwa nilai-nilai yang menjadi dasar Republik
MPR, menteri agama yang baru Alamsyah Ratu Prawiranegara men- Indonesia sudah final dengan UUD 1945 yang ditetapkan pada
35 36
tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu semua harus memahami 32. Penjelasan tentang Keputusan P.B. Syuriah NU tentang
dasar republik menurut isi UUD tersebut.53 Kendatipun ia luput Pembebasan JTH Sdr. H.M.
dari perhatian pers, kalimat ini pada hakikatnya pengulangan saja Subchan Z.E. dari Kepengurusan PBNU (dalam Arsip Asnawi
ketika NU bersedia meninggalkan Piagam Jakarta pada tanggal 18 Latif, jakarta).
Agustus 1945. Satu tahun kemudian, pada Muktamar NU ke 27, Kiai
Achmad Siddiq menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang 33. Persetujuan, tersebut ditandatangani pada tanggal 29 November
mayoritas umat Islamnya karena sejauh ini ia memiliki beberapa 1975 (catatan
organisasi Islam yang besar dan mengorganisir Konferensi Interna- dari sidang tertutup nomor 5 komisi kerja, 10 Desember 1973,
sional Islam di wilayahnya.54 Setiap tempat yang didiami umat Islam DPR)
dan dilindungi dari serangan kafir harbi (non-Muslim yang memu-
suhi umat Islam) bisa, dianggap sebagai dar al-Islam Dengan demi- 34. Persoalan ini terpecahkan sebagian terima kasih karena Kiai Bisi,
kian pada tahun 1936, di bawah pendudukan Belanda, NU telah beliau sendiri
menganggap Jawa sebagai dar al-Islam. Ummat Islam harus mentaati beristri satu. Nampak juga para pemimpin wanita NU yang
pemerintah yang sah sejauh ia tidak memimpin ke arah kekufuran meyakinkan para Kiai
dan kemaksiatan. Karya klasik al-Ahkam al-Sulthaniyah karya bahwa poligami hanya mungkin setelah persetujuan isteri pertama
Mawar- (wawancara dengan
di, yang dipelajari oleh santri senior di pesantren NU dinyatakan Asmah Syahruni dari Muslimat, MP, 1991. Ada lima orang
mendukung pernyataan ini.55 Kiai Siddiq mengembalikan Islam Muslimat militan di Parlemen).
tradisional Indonesia ke fungsinya sebagai orang yang berada di te-
ngah, orang-orang moderat (Shiddiq 1985:14). 35. Wawancara dengan Kiai Ali Yafie, 1990. Dia mengatakan 70%
dari tuntutan NU dipe-
nuhi.
________________________________________________________ 36. Aliran Kepercayaan merupakan satu istilah yang digunakan untuk
_________________________ semua kelompok ani-
________________________________________________________ mis. Sebagian besar terdiri dari kelompok Jawa.
_________________________
37. Wawancara dengan seorang NU terkemuka, MP, 9, 9, 1991.
30. Wawancara dengan Nuddin Lubis, 1991. Ketika Kiai Moch.
DacNan protes dia mena 38. Wawancara dengan Alamsyah Ratuprawiranegara, 1992.
warkan beliau untuk menerbitkan penolakan resmi yang menurut
DacNan bahkan Ic 39. Wawancara dengan Ny. Wahid Hasyim, 1992.
bih riskan.
40. PBNU Program Dasar Pengembangan Lima Tahun NU, 1979, h.
31. Subchan meninggal setahun kemudian dalam sebuah kecelakaan 1826.
lalu lintas di Mekkah.
41. Baik Abdurrahman Wahid maupun Fahmi Saifuddin, putera-
putera pemimpin NU ter-
37 38
kemuka dan pendukung khittah, pernah menjadi santri Kiai Ali 50. Idham Chalid yang lahir di Kalimantan Selatan, seringkali
Maksum di Krapyak, memperoleh dukungan dari
Yogyakarta. cabang-cabang di luar Jawa. Karena satu cabang terwakili dalam
Muktamar tanpa melihat
42. Dipimpin Kiai As'ad dari Situbondo yang dinamis, para ulama jumlah pengikut yang diwakili, maka luar Jawa memperoleh
mendesak Idham Chalid perwakilan yang berlebihan
untuk mundur secara resmi pada 6 Mei, tidak lama setelah pemilu di NU. Cabang-cabang Jawa Timur yang memiliki berjut-juta
yang memberikan anggota, sama dengan ca-
hanya 45 kursi kepada NU dibandingkan dengan 49 kursi yang bang-cabang di Aceh yang anggotanya hanya ribuan saja.
dijanjikan PPP.
51. Kiai Achmad Siddiq tidak bertindak tanpa dukungan Kiai-kiai
43. Wawancara dengan Fahmi Saifuddin, 1991. senior yang menjadi tokoh
kunci seperti Kiai As'ad, Kiai Machrus Ali, Kiai Masjkur dan Kiai
44. Alasan lain reorientasi adalah meluasnya jurang antara para aktivis Ali Maksum. (Wa-
generasi tua dan gene- wancara dengan Kiai Siddiq, 1998).
rasi muda, berkurangnya kekuasaan para ulama dan disparitas
antara para aktivis NU 52. Wawancara dengan Kiai Siddiq, Juli 1988 di Jember.
yang memiliki asal-usul dan pendidikan yang semakin beragam,
(Siddiq, 1980: 15). 53. Keputusan Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama
No. II/Maunu/1404/1983
45. Partai-partai politik harus berdasarkan Pancasila tanpa perincian Tentang Pemulihan Khittah NU 1926, diterbitkan dalam NU
apakah ia harus menjadi kembali ke khittah 1926, Ri-
ideologinya yang khas (Dokumen Final Angkatan Darat II di salah Bandung, 1985: 217.
Bandung, Hasil Saninar
AD II, 25-31 Agustus 1966, h. 29). 54. Suntingan Pokok Pikiran KH Ahmad Siddiq dalam Komisi I
tentang Masalah fiqih, 11 De-
46. Wawancara dengan Alamsyah Ratuprawiranegara 1992. sember 1981.
47. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 26, 11, 1989. 55. Kitab terkenal karya Al-Mawardi merupakan rujukan lazim, di
kalangan Muslim Sunni un-
48. Ibid. tuk melegitimasi wewenang pemerintah.
64. Statistik dari Departemen Agama, 1991. Perhitungan untuk d. Persoalan Ideologi
sekolah dasar dan SMTP dari
1989, sedangkan untuk SMTA dan Universitas dari tahun 1991. Pemerintah juga menemui dasar yang lebih mudah untuk men-
desakkan dua program yang menjadi pusat perhatiannya: Keluarga
65. Wawancara dengan Zamakhsyari Dhofier, Direktur Pembinaan Berencana dan Ideologi Pancasila. Persoalan ideologi ini nampak
Lembaga-lembaga Islam nya secara khusus telah membuat kemajuan yang berarti. Selama
Departcmen Agama, 1991. IAIN 10,5 persen (3 juta dari 28,5 juta kunjungan saya ke Bangil, Jawa Timur, mayoritas pesantren yang
pada 1988) anak se- saya kunjungi telah memperoleh Penataran P4. Beberapa di an-
kolah dasar masuk madrasah ibtidaiyah. Dari tiga juta ini hanya 6 taranya baru saja. Dua pesantren masih menolak P4. Kiai Haji Siraji
persen ayng masuk ke dari Pesantren Nurud Dlolam menyambut kunjungan para pejabat
madratsah negeri, sedangakan lainnya masuk madrasah swasta. ke pesantrennya namun tidak bersedia menerima P4: "Bila sese-
(Statistik dari Departemen orang mengetahui agama, dia bisa melaksanakan P4. Segalanya su-
Agama, 1991). dah ada di dalam agama," dalihnya. Di pesantren Al Fatah, Malang
responsnya sama: "Segalanya sudah ada di dalam Islam, dan para
53 54
bapak pendiri negara kita benar-benar berpartisipasi dalam peru- bih bebas di seluruh negeri: izin untuk bergerak di dalam kabupa-
musan Pancasila". Kedua pesantren tersebut tidak mengalami kete- ten tidak diperlukan. Namun teks pidato masih diperlukan ke-
gangan hubungan atau penolakan dari pemerintah karena sikap tika seorang mubaligh mau berceramah di propinsi yang lain. Dulu,
ini. Terutama sekali, posisi NU dengan ideologi sangat positif. Pada seorang aktivis Yogyakarta pergi ke Jakarta berkali-kali agar mem-
tahun 1991, Perhimpunan Pesantren -(RMI) memutuskan untuk peroleh izin untuk mengundang seorang mubaligh dari sana -suatu
memperkenalkan pendidikan kewarganegaraan (wawasan kebang- urusan yang mahal. Bahkan selama kampanye pemilu 1987, menu-
saan) di dalam kurikulum pesantren. Tidak muncul penolakkan di rut seorang aktivis muslimat, pengajian bisa diadakan, suatu perbe-
dalam majelis ketika usulan itu dibuat.69 Di sisi yang lain, pemerin daan yang luar biasa dari masa-masa sebelumnya.
tah semakin dekat dengan hati umat Islam: sekaranglah pengelabo Sebagaimana dikatakan seorang Kiai setengah baya dari Lam-
rasian "Penataran P4 menurut Islam".70 Di luar pesantren, para akti- pung: "Kami belum begitu dekat dengan pemerintah, semua ini
vis NU lebih bersemangat untuk ikut serta dalam penataran P4. Se- baru bagi kami, namun kami merasa ada kelonggaran sejauh me-
jauh ini, para pemuda telah mengikuti penataran P4 namun mere- nyangkut soal dakwah. Izin lebih mudah diperoleh. Seringkali kami
ka sekarang juga memiliki akses ke posisi instruktur puncak (mang- tidak lagi memerlukan izin. Umat berbahagia dengan Khittah. Seka-
gala)-Ansor semakin banyak mengirim anggotanya untuk meng- rang rakyat tenang, mereka tidak lagi dicurigai, tidak lagi merasa
ikuti penataran P4 sistem 145 jam. Setiap tahun, delapan orang ang- takut" Menurut seorang utusan dari Tasikmalaya, sekarang aktivitas
gota Ansor AIISOT dikirim mengikuti Penataran P4 ini, sedangkan dakwah di daerahnya menjadi lima kali lebih banyak daripada bia-
sebe- sanya. Di Bengkulu, sejauh seorang merupakan bagian dari kelom-
lumnya, pemerintah membatasi hanya untuk dua orang. Saifullah pok dakwah yang dikepalai oleh militer (Korem), seseorang bisa
Maksum, sekretaris jendral Ansor mengatakan bahwa para aktivis berkeliling ke seluruh propinsi, bebas untuk berdakwah. Di Yogya-
yang mengikuti penataran ini telah menjadi pimpinan nasional karta, satu kelompok dakwah muda -Kodama- mengatakan pe-
yang sesungguhnya karena mereka telah memilki wawasan yang nguasa setempat dewasa ini mempercayakan adiministrasi musholla
luas".Dengan posisi kader ini, NU semakin dekat dengan inti sim dan pusat rehabilitasi orang buta dan orang cacat kepada mereka.
bol Orde Baru. KH Fuad Hasyim dari pesantren Buntet Cirebon mengatakan, khit-
tah sangat menguntungkan dilihat dari sudut pandang dakwah ken-
Pengaruh terhadap Dakwah datipun beberapa pembatasan tetap ada terutama bagi orang-orang
yang keras kepala yang tidak menyetujui "semangat Khittah" yang
Perubahan perubahan yang bermakna terjadi di bidang dak- moderat. Bagi muslimat, mereka memberitahukan kepada peme-
wah bidang yang peka sekali terhadap campur tangan pemerintah rintah di muka bahwa hanya 50 orang lebih yang hadir dalam per-
karena ceramah-ceramah secara definitif dibuat sampai ke publik temuan mereka.
secara luas. Para mubaligh NU sudah lama mengeluh terhadap Dakwah yang relatif bebas ini telah menjadi faktor kunci ke-
pembatasan-pembatasan kebebasan berceramah. Sekitar 10% mu- puasan. Para kiai dan para muballigh juga puas bahwa NU telah
baligh secara teratur menemui kesulitan dengan penguasa Seka- memperoleh legitimasi baru dari kedekatan dengan pemerintah
rang, kelonggaran juga sudah terjadi di lapangan ini. Pada tahun Legitimasi ini dibuktikan dengan kehadiran para pejabat pada aca-
1987, NU menyatakan bahwa pengajian-pengajian umum yang du- ra-acara atau pengajian NU, dengan dipinjamkannya gedung-ge-
lu memerlukan izin hanya memerlukan pemberitahuan ke KUA, dung pemerintah untuk pengajian, atau dengan lebih memberikan
atau tidak memerlukan izin sama sekali, tergantung pada daerah- NU (ketimbang Muhammadiyah) hak-hak istimewa untuk menye-
nya.71 Dulu, pengajian yang diberikan tanpa izin bisa membawa ke- lenggarakan acara-acara resmi keagamaan. Pada tahun 1992, se-
pada penangkapan. Lebih jauh lagi ada sirkulasi mubaligh yang le- buah semaan besar yang diselenggarakan di keraton Sultan Yogya-
55 56
karta Pada tahun 1991, semaan yang lain diadakan di Makodam da- nal sampai ke Malaysia dan Brunei mengatakan: "Sejak Situbondo,
lam peresmian perluasan mesjid di komplek tersebut bahkan dok- kami tidak lagi menyatakan identiols NU kami di dalam ceramah.
trin NU telah memperoleh legitimasi baru: seorang akademisi NU Identitas NU suatu keharusan untuk tujuan pemilu secara terpisah.
menunjukkan kenyataan bahwa pejabat puncak tertentu yang di- Sekarang- saya tahu bahwa mereka yang datang dan mendengar ce-
kenal dekat dengan Muhammadiah akhir-akhir ini terdengar ber- ramah saya di masjid bukan hanya dari NU. Jika saya berkata saya
bicara dengan nada simpatik terhadap mazhab Syafi'i. Seorang de- NU, saya tahu yang lain akan pergi." Akibatnya, KH Syukron mema-
legasi Ansor menyatakan bahwa seorang intelektual modernis mus parkan pada saya pada bulan agustus- 1991, dia merasa lebih mu-
lim terkemuka akhir-akhir ini terlihat bersembahyang dengan cara dah, dengan penekanan terhadap ukhuwah Islamiyah dan sering-
NU di depan umum. kali diundang pada pengajian Muhammadiyah.72 Nampak bahwa
Karena legitimasi baru ini, audiens NU telah dipertimbangkan para muballigh yang paling populer sekarang ini memiliki asal-usul
secara luas. Sekarang, pegawai negeri benar-benar berani datang ke dan pendidikan NU namun tetap tidak diketahui umum. Banyak
pengajian. Sebagaimana dijelaskan Buchori Masruri: "Sebelum orang tahu bahwa Zainuddin MZ, mubaligh bintang Islam yang
Muktamar Situbondo, pegawai negeri senang mendengar ceramah- memberikan ceramah empat kali sehari dan memiliki sebuah organi-
ceramah kita, namun mereka tidak berani melakukan itu. Hanya sasi besar yang siap menerimanya di 16 propinsi, memiliki asal-usul
para pendukung PPP yang mendengarkan ceramah kita. Sekarang NU: dia adalah murid KH Idham Chalid. Untuk pertemuan Tare-
bahkan Golkar dan para pejabat tinggi pun ikut mendengar. Acara- kat Tijaniah yang besar pada bulan Agustus 1991, para mubaligh di-
acara keagamaan telah bisa direkomendasikan dalam masyarakat pilih karena popularitasnya: asal-usul mereka adalah dari NU na-
Indonesia. Saiful Mujab, pemimpin lokal bereputasi nasional yang mun tidak dikenal begitu (Zainuddin-MZ dan mubalighah Tug
tinggal di Yogyakarta, menjelaskan bahwa "orang-orang merasa ber- Alawiyah). Para mubaligh itu belum banyak mencapai massa non-
kewajiban untuk bergabung dengan pengajian NU/Golkar karena NU namun kecenderungan bisa dilihat di kalangan para pimpinan
lurah yang mengundang mereka: Semua yang mengatakan mereka generasi muda yang tidak memperlihatkan identitas NU demi alas-
Islam merasa berkewajiban untuk datang. Ada 50% orang yang da- an-alasan praktis. Jika strategi yang demikian itu sedikit mengun-
tang, tidak hanya orang-orang NU, tapi juga orang-orang abangan, tungkan secara langsung kepada NU, hal ini benar-benar berperan
yaitu mereka yang tidak shalat tapi mau belajar agama." Kategori untuk islamisasi di negeri ini.
penduduk yang lain harus ditambahkan pada dua kelompok ini, Kegiatan dakwah NU sendiri kurang terorganisir dan tidak ter-
yaitu kelompok apolitis yang khawatir dicap p.pp jika hadir dalam pusat Pimpinan NU lebih memperdulikan bantuan ekonomi dan
pengajian. Perluasan audiens yang baru ini bagaimanapun sebagian pembangunan masyarakat untuk memperbaiki standar hidup mas-
tergantung pada simpati para pejabat lokal terhadap gerakan tradi- sa Abdurrahman Wahid sendiri menyatakan bahwa ia ingin lebih
sional tersebut. menekankan pada kualitas umat ketimbang kuantitas. Ada keluhan
Audiens juga sudah meluas sebagai konsekuensi dari kenyataan yang bersifat sporadis bahwa para mubaligh NU kurang terorganisir
bahwa wacana NU tidak lagi politis. Untuk menarik publik yang Ie dibandingkan saingannya dari Muhammadiyah.7" Sejak tahun
bih luas lagi, para mubaligh seringkali berhenti mengekspos iden- 1987, Ketua LDNU, KH Syukron Makmun telah mengintensifkan
titas NU mereka, suatu strategi yang berfungsi dengan baik di wila- usahanya- Lembaga Dakwah melaporkan pada tahun 1987 bahwa
yah urban di mana citra NU tidak seprestisius di daerah pedesaan hanya satu propinsi yang menanggapi himbauannya untuk mem-
Zuhdi Muchdor dari Kodama mengatakan: "Bila kami tidak meng- bentuk pengurus. Antusiasme yang paling besar terhadap dakwah
identihkasi diri kami sebagai NU, kami merasa lebih bebas dalam datang dari luarJawa.74 Namun, sejak tahun 1989, penataran 15 ha-
tugas kami dan kami merasa lebih diterima. Bahkan Ketua Lemba- ri untuk 75-100 orang diselenggarakan setiap tiga bulan untuk me-
ga Dakwah NTi, KH Syukron Makmun, seorang orator yang terke- ningkatkan pengetahuan umum dan agama para mubaligh. Pada
57 58
tahun 1990, NU mengirimkan 25 mubaligh ke daerah daerah trans Kendatipun kedekatannya dengan pemerintah berarti khutbah-
migrasi, bagian dari upaya pemerintah untuk mengirimkan 1000 khutbah sebagian besar menjadi bermuatan moral, para orator NU
mubaligh ke daerah-daerah terpencil di masa yang akan datang. Ba- mampu mempertahankan kritik terhadap korupsi, ketidakadilan
gi NU, hal ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan satu secara umum, lotere nasional, kehidupan mewah, di samping kebe-
atau dua mubaligh yang dikirimkan pada tahun 1960-an dan 1970- basan seksual, alkoholisme dan narkotik "yang dimpor dari Barat".
an oleh lembaga dakwah NU, Missi Islam. Seorang delegasi dariJawa Tengah menyatakannya dengan cara ini,
Perempuan sangat menonjol dalam aktivitas-aktivitas dakwah. berbicara tentang permusuhan yang dulu dengan ABRI" segala se-
Muslimat dan Fatayat mengatakan mereka merasa lebih diperhati- suatu telah berubah. Sekarang, kami memiliki negeri yang sama, pe-
kan secara serius oleh pemerintah yang meminta:keikutsertaan me- merintah yang sama Semua ini milik kita secara umum. Sebelum-
reka untuk menyampaikan pesan dalam persoalan-persoalan pen- nya, kita mempunyai kesan pemerintah di sana, dan kami di sini.
didikan dan keluarga berencana, lingkungan bersih dan kerja sama Non-koperasi dengan Belanda, sama halnya dengan Orde Baru".
ekonomi. Pengajian semakin sering, kadang-kadang diadakan di ru- Kesimpulan
mah anggota, di kantor atau di pesantren terdekat. Fatayatjuga me- Pada tahun 1987, pemyataan resmi yang berasal dari Musya-
miliki banyak mubalighah aktif. Masing-masing cabang memiliki warah Nasional Cilacap mengatakan NU ingin menjadi lebih dari
sekitar 10 mubalighah. Tanjung Priok, salah satu cabang yang pa- sekedar "orang yang berdiri di pinggir jalan yang diminta untuk
ling aktif, memiliki 15 mubalighah pada tahun 1991. Fatayat menye- mendorong mobil dan harus berbahagia dengan ucapan terima-
lenggarakan kursus dakwah setiap minggu. Kelompok- kelompok kasih" (Nahdlatul Ulama 1987: 221). Dengan kata lain, NU harus
mahasiswa sepati Kodama juga sangat aktif. Sekarang kelompok itu memperoleh kembali kehormatan dan prestise yang dirasa-rasa
memiliki 180 mubaligh, 90% di antaranya mahasiswa yang meliputi pantas ia terima. Menengok sepintas pada sejarah menunjukkan
48 wilayah. Mereka mengatakan mereka mencatat pengaruh kerja bahwa NU ingin sekali melindungi Islam dan mempertahankan
mereka dengan berlipatgandanya masjid di daerah mereka dan hegemoni atas wilayah keagamaan, namun tidak menunjukkan per-
menghilangnya anjing-anjing (yang dilarang mazhab Syafi i). Lebih- hatian pada bidang politik, bahkan tidak pernah memikirkan diri-
lebih, para warga sederhana, kadang-kadang simpatisan NU, sudah nya sebagai altematif yang pantas bagi elit nasional ataupun militer.
mulai aktif di dalam majelis taklim, suatu kelompok dakwah spon- Ia mempertahankan Soekarno sebagai Presiden pada tahun 1940,
tan yang diselenggarakan di pemukiman. 200 orang sudah cukup 1945 dan 1959 namun dengan alasan yang berbeda: di sini nam-
untuk membentuk satu majelis ta'lim. Mereka berlipatganda di ma- paknya tradisi politik sunni telah dipaksakan bersamaan dengan
na-mana di Indonesia. Di Yogyakarta, kata Saiful Mujab, "dulu ha- kasih sesungguhnya terhadap Soekarno -yang berdasarkan rasa te-
nya ada 2 atau tiga kelompok seperti itu sepuluh tahun yang lalu, rima kasih dan ketertarikan yang sesungguhnya terhadap pemim-
namun sekarang ada beratus-ratus." Majelis ta'lim kadang-kadang pin nasionalis Jawa tersebut Lalu pada tahun 1967 NU memilih
berkembang di luar struktur NU, namun tetap bersentuhan de- Soeharto, kendati perbedaan-perbedaan mendasar telah terlihat
ngan pesantren di mana mereka boleh meminta nasehat akhir dari Haruskah kita sepakat dengan Anderson yang mengatakan bah-
seorang ulama tentang persoalan-persoalan agama yang kontrover- wa NU miskin ide mengenai "integrasi regional, nasionalisasi indus-
sial. Namun seorang aktivis muda Ansor mencemaskan majelis ta' tri dan kebijaksanaan luar negeri?" Di NU ada orang seperti Sultan
lim yang kian mengambil inisiatif dakwah, mungkin akhirya me- yang memiliki ide-ide akurat tentang administrasi negara.
nyaingi NU itu sendiri. Ada rintangan untuk berperan lebih menonjol lagi sebagaimana
Bangaimanapun pengurus NU berpendapat sama bahwa organi- diinginkan para ulama pada tingkat yang paling minimal dalam
sasi mereka memperoleh manfaat dari reorientasi 1984. Legitimasi rangka mempertahankan prestise yang mereka butuhkan untuk
yang ia peroleh telah meningkatkan cengkeramannya pada massa. berfungsi sebagai pimpinan masyarakat Dari pengamatan-peng
59 60
amatan di atas, tampak bahwa NU baada di arah yang benar untuk gal oleh kebanyakan organisasi Islam pada tahun 19&i sehingga
memperoleh tujuan ini: kembali ke fungsi pelayanan umum, se- harus dikompensasikan dengan sikap yang lebih bersahabat, keme-
hingga lebih mudah mengorganisir pertemuan-pertemuan, lebih nangan besar Golkar pada tahun 1987 dengan efek yang sama, se-
mudah memperoleh subsidi sekolahsekolah dan lebih berhasil da- makin tajamnya kerenggangan antara Soeharto dengan sebagian
lam dakwah. ABRI pada tahun 1986 ketika ABRI menyesalkan pilihan Soeharto
NU tidak sendirian merasakan longgarnya pembatasan-pembatasan terhadap Sudharmono sebagai wakil presiden. Makin meningl(at
dari pemerintah. Ada peningkatan kerja sama antara penguasa begitu, dan berbeda dengan partai demokrasi yang harus menaruh
dan kelompok reformis radikal, DDII, suatu gerakan dak- perhatian lehih pada kelompok-kelompok keagamaan dalam men-
wah yang dipimpin tokoh terkemuka, Muhammad Natsir.75 Pejabat cari suara pada tahun 1950-an, Soeharto harus mendengar dengan
tinggi Mahkamah Agung, Bustanul Arifin diundang untuk berce- lebih berhati-hati pada suara Islam jika ia ingin, tidak perlu untuk
ramah di depan 100 da'i dari DDII pada tahun 1991. Menteri Aga- mendemokrasikan rezim, tapi paling tidak, melakukan tanpa du-
ma, Munawir Sjadzali, mengakui dalam suatu wawancara pada ta- kungan militer yang secara tradisional kuat.
hun 1991 bahwa DDII sudah lebih dekat dengan pemerintah. Pro Kemudian bisakah Orde Baru Soeharto menjadi dikualifikasi-
yek pendidikan kesehatan UNICEF bekerja sama dengan DDII atas kan sebagai sekuler atau anti Islam! Beberapa peneliti telah mem-
rekomendasi Menteri Agama.76 Pada tahun 1990, seorang redaktur peringatkan di sini bahwa hal ini adalah suatu keharusan (Ecklund
junior majalah informasi DDII diundang untuk diskusi keakraban 1979: 261; Labrousse dan Soemargono 1985: 222). Robert Hefner
dengan resort militer Yogyakarta.77 sudah memaparkan dengan jelas serangan-serangan yang dibuat
Majalah DDII Serial Media Dakwah juga sudah lebih bebas me- oleh Islam di wilayah yang betul-betul Jawa di Jawa Timur dan mem-
laporkan, dalam masalah-masalah yang benilai polemis, serangan- peringatan pemerintah yang meragukan ini sebagai anti Islam
serangan yang dibuat oleh missi-missi Kristen Indonesia. Selain (Hefner 1987a: 547; Hefner 1987b: 67). Murray Thomas menun-
DDII, Muhammadiyah juga sudah mengalami kondisi yang lebih jukkan bahwa pendidikan Islam meningkat baik dalam bentuk se-
baik untuk aktivitas-aktivitasnya: Pada tahun 1985, Nusa Tenggara kolah maupun sebagai subjek kurikulum (Thomas 1988: 914).
Barat ia hanya memiliki 3 cabang dan pada tahun 1991 sudah men- Bambang Pranowo menunjukkan melalui studinya terhadap sebu-
jadi 17 cabang.78 ah desa Jawa yang dulu mendukung partai-partai non-Islam seka-
Pada umumnya Islam sudah memperoleh manfaat dari cengke- rang berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas-aktivitas keagamaan,
raman pemerintah yang relatif lentur pada pertengahan kedua ta- yang membuat pendekatan dikotomi Santri-Abangan "tidak relevan
hun 1980-an dan awal tahun 1990an. Lolosnya RUUPA pada ta- lagi" untuk memahami keagamaan muslim Jawa (Pranowo 1991:
hun 1989, yang- mengembalikan jurisdiksi peradilan Islam diJawa, 88). Dale Eickelman berbicara tentang "fusi program pembangun-
Madura dan Kalimatan Selatan atas warisan dan wakaf merupakan an negara yang berhasil dengan beragam pemahaman keagamaan
langkah penting menerima hukum Islam. Terdapat contoh- contoh lokal" (Eickelman 1987: 15), nampak bahwa contoh NU memperte-
lebih lanjut mengenai kecenderungan baru ini: izin yang diberikan gas keberhasilan yang relatif ini.
kepada para gadis untuk memakaijilbab di sekolahsekolah umum,
pergi hajinya Soeharto ke Mekah pada tahun 1991, hukuman perr ________________________________________________________
jara lima tahun kepada pemimpin redaksi tabloid Monitor yang ______________
mengizinkan terbitnya polling yang menernpatkan Nabi hanya ________________________________________________________
pada urutan ke-ll "orang-orang paling populer di Indonesia. Ada ______________
beberapa faktor yang mungkin menyebabkan hal ini: meningkat-
nya Islamisasi sebagian kepulauan tersebut, penerimaan asas tung-
61 62
68. Kiai Choiron Husein meninggal tidak lama setelah dia
mempertimbangkan dengan se-
rius memperkenalkan ujian negara untuk semua, namun Mengenai Islam tradisional Indonesia, problemanya yang paling
menantunya tidak berani me- akut adalah sejauh mana sebenarnya kedekatannya dengan peme-
ngambil inisiafi kemudian. rintah. Pada umumnya para pemimpin keagamaan bisa memper-
tahankan suatu tingkat otonomi tertentu hanya sejauh mereka bisa
69. Munas RMI, Gresik 1991. Catatan-catatan pribadi memenuhi tuntutan fungsi ganda: merepresentasikan kepentingan-
kepentingan mendasar mereka dengan penguasa dan menyam-
70. Wawancara dengan Prayitno, Direktur BP7 Pusat, 1992. Menurut paikan pesan pemerintah kepada masyarakatnya. Menurut Bour-
Statistik BP7, sampai dieu kemudian penting sekali bahwa ketergantungan terhadap se-
1981, 64 dari 180 juta penduduk Indonesia telah mengikuti seorang atau sisi lain tidak boleh ditampakkan (Bourdieu 1911:
Penataran P4. 310). Pers Islam Indonesia akhir-akhir ini berbicara tentang krisis
72. Wawancara dengan KH Syukron Makmun, Agustus 1991. kepercayaan terhadap organsisasi-organsisasi Islam karena organi-
sasi tersebut selalu dekat dengan pemerintah dan memiliki watak
73. Di Lampung,Januari 1992, seorang delegasi dari Yogyakarta terlalu berdamai."(Pelita, 22, 4, 1991). Sebenarnya beberapa Kiai
mengeluh bahwa patra mu- mengeluh bahwa hubungan yang terlalu dekat dengan Golkar se-
baligh NU yang berangkat ke daerah transmigrasi tidak dibekali cara khusus mengandung efek negatif terhadap jumlah santri yang
buku-buku petunjuk,ju- datang ke pesantren mereka. Namun kiai-kiai yang lain menemu-
ga tidak ada pengarahan. kan bahwa hubungan tersebut menguntungkan. Misalnya, pesan-
tren Kiai As'ad di Situbondo secara dramatis telah meningkat jum-
74. Kegiatan Pemimpin Pusat Lembega Dakwah NU, Nahdlatul lah santrinya sejak tahun 1984.
Ulama, 1987: 161. Tidak ada kaitan dalam NU tentang bagaimana cara terbaik
mengelola hubungan baru ini. Abdurrahman Wahid memilih
75. M. Natsir adalah salah seorang anggota kelompok anti pemerintah, menghindar dukungan secara eksplisit untuk memilih Soeharto
"Petisi 50". Dia men- kembali pada tahun 1992, sedangkan KH Syukron Makmun me-
jadi Perdana Menteri pada tahun 1950 dan Ketua Partai modernis, milih mendukung pencalonan diri Soeharto untuk periode ke
Masyumi. Dia me- enam. Pembentukan ICMI, ikatan intelektual muslim mutakhir
ninggal pada bulan Februari 1993. yang disponsori oleh pemerintah, menambah kerenggangan ter-
sebut. Kiai Ali Yafie, pejabat wakil Rois aam, setelah wafat Kiai
76. Wawancara dengan perwakilan UNICEF di Jakarta,1991 Siddiq,
memilih menjadi pimpinan ICMI, sebaliknya Abdurrahamn Wahid
77. Wawancara dengan M. Natsir. Dia menyatakan ini sebagai isyarat memutuskan untuk menjadi Ketua Forum Demokrasi. Abdurrah-
tanda bahwa hubungan man Wahid menolak ICMI karena ia akan menjadi pintu pembuka
dengan pemerintah dewasa ini telah membaik ke arah sektarianisme. Sedangkan para pendukung ICMI melihat
ini sebagai pintu pembuka ke partisipasi umat Islam dalam peme-
78. Wawancara dengan Ramli Thaha, sekretaris PP Muhammadiyah rintahan atau paling tidak untuk meningkatkan dukungan peme-
sejak tahun 1970 (27, 6, rintah terhadap aktivitas-aktivitas sosial-keagamaan. Sikap Abdurrah-
1991). man Wahid mungkin mengecewakan para sponsor ICMI di peme-
63 64
rintahan dan memang ada tekanan agar dia meninggalkan posi- dalam Religion and Social Ethos in Indonesia.-Monas University
sinya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah. Apapun yang terjadi, bila 1977
keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh khittah terus eksis, Clayton, Victorya: 21-32.
reorientasi tersebut tak mungkin ditinggalkan oleh pemimpin NU
yang berkeinginan menghadapi pembatasan yang sama seperti Ab- ANSHARI, H. Endang Saifuddin
durrahman dalam mengelola keseimbangan yang sulit dengan pe- 1981 Piagam Jakarta 22Juni 1945 dan sejarah konsensus nasional
merintah. Akhirnya, mari kita mencatat ironi perkembangan-per- antara nasionalis Islami dan nasionalis sekuler tentang dasar negara
kembangan terakhir ketika pemimpin suatu organisasi Islam yang repub-
secara berulang-ulang diminta untuk mempertunjukkan sikap na- lik indonesia.- Bandung, Perpustakaan Salman ITB: Lembaga Studi
sionalistik yang menjadi penentang paling vokal terhadap funda- Islam.
mentalisme Islam, suatu isyarat panjang namun evolusi yang terus
menerus. BOLAND, B.J
1971 The Struggle of Islam in Modern Indonesia.- Verhandlingen
Mn bet Koningklijk Instituut Vorr Tall-, Land- en Volkenkunde,
The Hague Martinus Nijhoff, 1971: 283.
Daftar Pustaka
-------------- BONNEF, Marcel
1980 Pancasida Trente anees de debats politiques en Indonesie.
ABDULLAH, Taufiq Edtions
1987 "Padangan Hidup Ulama Indonesia: Ikhtisar Laporan de la Maison des Sciences de l'Homme, Faris: 427.
Umum sebuah Penelitian", Masyarakat Indonesia, tahun ke XIV, No.
3: 181-221. BOURDIEU,Piene
1971 "Genese et Structure du champ religieux", dalam Revue
ABOEBAKAR, H Francaise de Sociologie, XVII 1971, 295-334.
1957 Sejarah Hidup KH A Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar,
disusun oleh H. Aboebakar, dicerbitkan oleh Panitya Buku Peringat- CAYRAGBLANCHARD, Francoise
an Alm. K.H.A. Wahid Hasyim,Jakarta, 1957: 975. 1991 Indonesia, l'armee at le Pouvoir: de la Revolution an developpe-
ment.-Paris, L'Harmattan: 214.
ADNAN, Haji Abul Basit
1982 Kemelut di NU Antara Kiai dan Politisi- CV Mayasari, Solo, CRIBB, Robert
1982: 108. 1990 The Indonesian Killings. Studies from Java and Bali. 1965-
l966.- Disunting oleh Robert Cribb, Monash makalah tentang SEA,
ANAM, Choirul No. 21 Pusat Studi Asia Tenggara, Universitas Monash, Clayton, Vic-
1985 Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama.jatayu Sa- toria, Australia 1990: 279.
la, 317.
ECKLUND, Judith L.
ANDERSON, Benedict O'G 1979 "Tradition or Non-Tradition: adat, Islam and local control
1977 Religion and Politics in Indonesia since Independence",- on Lombok", dalam What is Modern Indrmesian Culture.- ed. Gloria
65 66
Davis, Universitas Ohio, Southeast Asia Series, No. 52, 1979: 249 East Java", dalam William Roff (ed.), Isrldm and the political
265. Economy of
meaning, Croom Helm, London and Sydney: 5358.
EICKELMAN, Dale, F.
1987 "Changing Interpretation of Islamic Movement", daiam Isl- HUGHES,John
am and the Political Economy of Meaning.- William Roff ed., 1967 The End of Sukarno: A coup that misfired, apurge that run
London, wild-
1983: 1329. Angus and Robertson U.K. Ltd. 1967: 304.
67 68
MARIJAN, Kacung
1992 Quo Vadis NU setelah Kembali ke Khittah I926.-Jakarta, RADI, Umaidi
penerbit Erlangga: 349. 1984 Strategi PPP semasa 1973-1992: Suatu Studi tentang kekuatan
politik Islam Tingkat Nasional-Penerbit Integrita Press Jakarta: 211.
MCVEY, Ruth
1984 "Faith as the outsider: Islam in Indonesian Politics", dalam RAILLON, Francois
Islam in the Political Process, ed. James P. Piscatory; Royal Institute 1989 "Le Systeme Politique Indonesien: quel devenir?" dalam
of Herodote, 1989: 15-39.
International Affairs, Prer. Cabridge etc., University Press: 199 255.
REEVE, David
NADHLATUL ULAMA 1985 Golkar of Indonesia: an alternative to the party system. Oxford
1987 Bahan. Konperensi Besar-NU.-tanggal 17-18 November 1987, University Press, Singapura: 405.
Diterbitkan oleh Panitia Penyelenggara Munas dan Konbes NU,Ja-
lan, Kramat Raya 164,Jakarta, 1987: 256. ROFF, WR.
1985 "Islam obscured? Some Reflections on Studies of Islam
NAKAMURA, Mitsuo and SocietY in Southeast Asia", Archipel 29, 1985: 7-34.
1981 "The radical Tradisionalism of Nadhlatul Ulama in Indone-
sia: a personal account of its 26th national congress, June 1979, Se- SIDDIQ, Achmad KH.
marang", dalam journal of Sowthedst Rsian Studies, Vol. 19, No.2 1985 Islam, Pancasila dan Ukhwuwah Islamiyah-diterbitkan oleh
Sep Lajnah Ta'lif wan Nasyr PBNU, dan Penerbit Sumber Barokah,
tember 1981. 187-204. 1985, Jakarta:28.
4. Abdurrahman Wahid, "Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama: Tanggal 1 Maret, 1992 di stadion utuma Senayan Jakarta, terjadi
Reorientasi Wa- sebuah peristiwa penting dalam politik kontemporer Indonesia. Di
wasan Politik" dalam Muhammadiyah dan NU, editor Yunahar hari Minggu pagi itu, sekitar 150.000 anggota Nahdlatul Ulama me-
Ilyas, dkk., (Yogya- rayakan ulang tahun organisasi mereka yang ke-68. Berbeda de-
karta: LPPI UMY, 1993), h. 91. ngan tahun-tahun sebelumnya, upacara kali ini sengaja dirancang
105 106
untuk menyampaikan pesan yang sifatnya khusus: menegaskan an. Dari wawancara saya dengan Abdurrahman Wahid, para pendu-
kembali kesetiaan NU kepada Pancasila sebagai ideologi negara kung dan pengritiknya, semuanya mengesankan betapa Gus Dur te-
dan falsafah hidup bangsa Indonesia. lah secara sadar memilih strategi yang menjadikan Pancasila seba-
Mengapa pernyataan kesetiaan semacam itu dipandang pen- gai wahana dan bahasa politik untuk menyampaikan gagasan-gagas-
ting untuk dikemukakan oleh NU justru di saat Pancasila tidak lagi annya. Lebih dari itu, Abdurrahman Wahid bahkan secara terbuka
dipersoalkan keberadaannya, paling tidak secara terbuka, di dalam berbicara tentang "ancaman terhadap Pancasila", yang di dalam
wacana politik kontemporer Indonesia sejak akhir tahun 1980-an? uraian tulisan ini akan ditempatkan scbagai sisi lain dari wacana po-
Mengapa pula kita menilai Rapat Akbar NU sebagai peristiwa poli- litik yang saat ini sedang hangat di Indonesia.
tik yang patut dikaji dalam tulisan ini? Jawabannya sederhana. Ra- Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, Pancasila adalah se-
pat Akbar itu pada dasarnya mengilustrasikan sebuah debat politik buah kesepakatan politik memberi peluang bagi bangsa Indo-
yang masih terus berlangsung sekitar makna, penggunaan dan pe- nesia untuk mcngembangkan kehidupan nasional yang sehat di da-
nafsiran Pancasila sebagai ideologi negara. Ia juga sekaligus meng- lam sebuah negara kesatuan. Namun, ia masih melihat adanya se-
gambarkan bagaimana Abdurrahman Wahid, melalui NU, telah de- jumlah ancaman terhadap konsepsi Pancasila sebagai yang diha-
ngan lincah mengoper penggunaan bahasa kekuasaan yang selama rapkannya. Keprihatinan Abdurrahman Wahid ini tentu saja lebih
ini cenderung menjadi hak monopoli pemerintah setiap kali Panca- mewakili sebuah citranya sebagai seorang nasionalis dari pada se-
sila dibicarakan. Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, Pancasila orang pemikir Islam, walaupun tidak bisa disangkal bahwa Abdur-
sangat penting dipakai sebagai landasan untuk memberi legitimasi rahman Wahid pada hakekatnya mewakili generasi baru pemikir Is-
bagi kegiatan politik organisasinya, serta sebagai titik tolak untuk lam revolusioner Indonesia. Seperti dikatakan Greg Barton, pikiran-
menyatakan krprihatinan atas masalah-masalah dasar yang berkena- pikiran Abdurrahman Wahid, sebagaimana halnya Djohan Effendi,
an dengan persatuan dan tujuan nasional.4 Memang bisa terkesan Nurcholish Madjid, dan almarhum Ahmad Wahib, sudah cukup
agak luar biasa kalau seorang tokob Islam sekaliber Abdurrahman utuh dan lengkap untuk dianggap sebagai sebuah mazhab sebagai-
Wahid harus berbicara tentang Pancasila dalam dimensi yang me- mana adanya. Barton, dengan mengutip Fazlur Rahman, menye-
lampui batas-batas ritual seperti yang selama ini dilakukan banyak butnya sebagai "neo-modernis", dan menilai bahwa mazhab ini telah
pejabat pemerintah.5 Jadi. ketika para pejabat itu lebih sering berbi- berperan sangat penting dalam merebut sebuah posisi yang baru
cara tentang Pancasila sekadar sebagai mantra untuk melengkapi dalam pemikiran Islam di Tndonesia. Salah satu konskuensi dari ha-
pidato-pidato resmi, dan sebagai alat untuk menekankan berbagai dirnya kaum neo-modernis ini adalah menguatnya komitmen terha-
bentuk kewajiban yang harus dipikul oleh warga negara, Abdurrah- dap nilai-nilai kemajemukan dan nilai-nilai inti demokrasi. Sebenar-
man Wahid menampilkan Pancasila sebagai jawaban atas ma- nya, penghayatan atas nilai-nilai kemajemukan ini tidak asing di da-
salah-masalah inti dalam kehidupan politik dan kemasyarakatan. Di lam Islam. Itu sebabnya menurut Barton, maka Abdurrahman Wa-
sini, Abdurahman Wahid membangun citra dirinya sebagai pendu- hid, sebagaimana kaum neo-modernis yang lainnya, mampu menja-
kung kuat dari idealisme negara Pancasila. Bagi 'Abdurrahman Wa- di the vanguard of democratic reform.6
hid, toleransi beragama yang secara implisit terkandung di dalam Posisi Abdurrahman Wahid yang menempatkan Pancasila seba-
Pancasila merupakan pra-syarat yang sangat penting dalam pemba- gai prasyarat demokratisasi dan pembangunan semangat keislaman
ngunan sebuah masyarakat demokratis di negeri ini. yang sehat nampaknya harus dilihat dari perspektif neo-modernis-
Uraian yang disajikan dalam tulisan ini akan membahas lebih me ini. Suatu pandangan yang secara gamblang berbeda dengan,
lanjut pokok-pokok pikiran Abdurrahman Wahid tentang penafsir- misalnya, dikotomi Islam versus Pancasila di masa konstituante. Inte-
an dan pengamalan Pancasila, latar belakang dan tujuannya, baik grasi antara kemajemukan, demokrasi, Islam dan nasionalisme ini-
bagi kepentingan NU maupun bangsa Indonesia secara keseluruh- lah yang secara intelektual dan politis melatarbelakangi upaya peru-
107 108
bahan keikutsertaan Islam di dalam wacana politik dan ideologi pentingan kelembagaan NU sendiri dan kepentingan umat secara
Pancasila selama sepuluh tahun terakhir. keselwuhan, yangjustru perlu diberi kesempatan untuk memberi
Dalam sebuah pidatonya di depan warga NU pada tahun 1992, kontribusi yang lebih besar bagi pembangunan nasional. Lembaga
Abdurrahman Wahid mengingatkan mereka bahwa penerimaan politik formal yang direstui oleh pemerintah, dalam penilaian Ab-
NU atas Pancasila bertolak dari beberapa alasan yang sangat masuk durrahman Wahid, hanya ditata untuk kepentingan mendukung
akal. Tetapi yang penting, katanya, adalah yang sifatnya historis. Pa- program pembangunan Orde Baru, dan dipakai untuk membatasi
da tahun 1945 Soekarno meminta, dan menerima, nasihat para pe- tingkah laku politik yang secara mandiri bergerak di luar pengenda-
mimpin NU tentang bagaimana seharusnya Pancasila disusun seba- lian pemerintah. Jadi, untuk menghindari pengendalian dan mani-
gai dasar negara. Lagi pula, menurut Abdurrahman Wahid, tidak pulasi yang demikian itulah, maka NU kemudian memutuskan un-
ada pertentangan antara Islam dan nasionalisme. Islam bisa ber- tuk secara organisatoris meninggalkan dunia politik. Abdurrahman
kembang sehat dan baik di dalam kerangka kenegaraan nasional: Wahid menjelaskan hubungan antara keputusan NU yang kontro-
versial itu dengan konsep NU sendiri tentang Pancasila sebagai ber-
... faham kebangsaan yang dianut NU sesuai dengan ikut:
Pancasila dan
UUD 45. NU menjadi pelopor dalam masalah-masalah Jadi untuk menolak penafsiran pemerintah tentang Pancasila
ideologis. Pada- yang
hal seluruh dunia Islam, hal ini masih menjadi persoalan antara serba mencakup dan mendominasi berdasarkan konsep negara
Islam integra-
dan nasionalisme. Para penulis Saudi Arabia menganggap listik, perlu dikembangkan penafsiran lain tentang Pancasila.
nasionalisme Tetapi ini
itu sebagai sekulerisme. Mereka belum mengetahui adanya hanya mungkin dilakukan di luar kerangka politik yang serba
nasionalisme diatur itu."8
seperti di Indonesia yang tidak sekuler. Melainkan
menghormati pe- NU merasa dirinya dibatasi oleh struktur politik Demokrasi Pan-
ranan agama."7 casila yang diciptakan oleh Orde Baru, karena struktur itu memba-
ngun persepsi seolah-olah hanya pemerintah yang berhak menen-
Untuk memahami latar belakang dari penggunaan Pancasila se- tukan dan menafsirkan perilaku politik macam apa yang sesuai atau
bagai kerangka politik Abdurrahman Wahid, kita perlu tahu bahwa tidak sesuai dengan Pancasila. Dalam pada itu, penarikan diri NU
keputusan NU untuk menarik diri dari keterlibatan politiknya seca- dari PPP dan penegasannya bahwa Pancasila dan Republik Indone-
ra organisatoris, terutama sebagai bagian dari PPP, bukan saja be- sia yang berdasarkan UUD 1945 merupakan bentuk akhir dari ne-
rangkat dari keinginan yang tulus untuk memusatkan perhatian pa- gara Indonesia yang dicita-citakan, telah membawa dua hasil utama
da tujuan-tujuan keagamaan, sosial dan pendidikan, tetapi juga me- yang malahan menguntungkan pemerintah. Pertama, NU un-
miliki alasan-alasan politik yang sifatnya eksplisit, yang tidak terpi- tuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas merupakan du-
sahkan dari Pancasila. Kata Abdurrahman Wahid, kalau NU terus kungan yang sangat menemukan keberhasilan pemerintahan Soe-
membiarkan dirinya terperangkap di dalam struktur politik formal harto dalam menyakinkan organisasi-organisasi yang lainnya untuk
yang secara ketat dikendalikan oleh pemerintah, ia harus terus digi- mengambil sikap yang sama. Kedua, penarikan diri NU dari PPP
ring untuk melakukan penyesuaian dengan keinginan penguasa. menyebabkan mengalirnya banyak warga NU untuk mendukung
Ini jelas akan menyulitkan upaya penyelamatan atas berbagai ke- Golkar dalam Pemilihan Umum 1987.
109 110
Kendatipun demikian, Abdurrahman Wahid tetap berpenda- atas pembentukan ICMI yang secara terbuka didukung, kalau bu-
pat bahwa penarikan diri NU dari politik justru dimaksudkan agar kan diprakarsai, oleh pemerintah.11 Oleh karena itu, ia tergerak un-
NU dapat ikut serta secara lebih berdayaguna dalam proses politik.9 tuk menunjukkan bahwa umat Islam, khususnya warga NU, masih
NU melihat bahwa melanjutkan keikutsertaan di dalam struktur po- berdiri di belakang dan mendukung gagasannya tentang Islam yang
litik Orde Baru yang serba dibatasi hanya akan mengebiri organi- sifatnya lebih demokratis dan inklusif. Dalam pandangan Abdurrah-
sasi ini lebih lanjut. Kebebasan gerak "politik" NU yang berlang- man Wahid, ICMI pada hakikatnya mengabsahkan eksklusivisme Is-
sung "di luar" struktur politik formal Orde Baru ternyata memang lam dan dapat merendahkan toleransi kaum Muslimin terhadap
lebih berdayaguna, seperti yang nampak dalam keikutsertaannya masyarakat non-Muslim di Indonesia. Jadi, melalui Rapat Akbar itu,
"di dalam" kehidupan politik selama sepuluh tahun terakhir ini. Abdurrahman Wahid ingin menunjukkan bahwa NU mendukung
Suatu kesimpulan yang mungkin agak rumit untuk dicerna begitu proses demokratisasi sejak awal dan tidak akan begitu saja membiar-
saja. Tetapi demikian adanya, sehingga ketika, misalnya, NU men- kan dirinya dikooptasi, sebagaimana halnya sekelompok cendekia-
canangkan keinginan untuk melakukan Rapat Akbar tahun 1992 wan Muslim yang menyandarkan harapannya pada ICMI. Ketiga,
untuk kepentingan politiknya sendiri dengan cara mengoper tema Abdurrahman Wahid juga melihat semakin meningkatmya penga-
Pancasila sebagai titik tolaknya, ia sekaligus bisa menghindari ditu- ruh sektarianisme dan fundamentalisme di Indonesia, sehingga ia
duh sebagai anti Pancasila. menganggap perlu menekankan adanya Islam yang lebih toleran
terhadap kemajemukan, dan tentu saja bersifat non-sektarian, mela-
lui Rapat Akbar itu. Dalam hubungan ini, Abdurrahman Wahid me-
Makna Rapat Akbar 1 Maret 1992 nilai bahwa rumus politik Orde Baru, yang sejak dulu ingin memi-
sahkan agama dan ikatan-ikatan primordial lainnya dari politik mas-
Pertemuan massal ini bisa dianggap yang terbesar yang pernah sa, kini sedang terancam. Keempat yang terakhir, di samping semua
dilakukan oleh organisasi non-pemerintah selama duapuluh lima yang sudah dikemukakan di atas, ada juga tujuan lain yang sifatnya
tahun terakhir. Seperti telah disinggung di awal tulisan ini, Rapat lebih ke dalam tubuh NU sendiri. Abdurrahman Wahid ingin me-
Akbar dimaksudkan untuk menegaskan kembali kesetiaan NU ke- nunjukkan bahwa dukungan warga NU kepadanya dapat dibukti-
pada Pancasila, konstitusi dan demokrasi.l0 Pertanyaan yang me- an melalui kehadiran dua juta anggota. Hal ini penting, mengingat
nyertai keputusan ini adalah, bukankah hal yang sama telah dite- di kalangan NU sendiri ada pihak-pihak yang kurang begitu setuju
gaskan dalam Muktamar di Situbondo beberapa tahun sebelum- dengan cara Abdurrahman Wahid bereaksi terhadap pembentukan
nya? Terkesan ada beberapa alasan bagi Abdurrahman Wahid un- ICMI.
tuk melakukannya, terlepas dari kenyataan bahwa Pancasila tidak Semua isu di atas akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini, de-
lagi merupakan isu politik utama saat itu. Pertama, Abdurrahman mi memahami secara lebih lengkap mengapa dan bagaimana Ab-
Wahid sedang mencari jalan bagaimana menghindarkan NU dari durrahman Wahid dengan NU menggunakan serta menafisirkan
untuk secara terbuka mengusulkan dicalonkannya kem- Pancasila, dan bagaimana hubungan antara Rapat Akbar dengan
bali Soeharto sebagai presiden untuk masajabatan berikutnya. Ab- penafsiran Abdurrahman Wahid tentang Pancasila. Dalam hal ini,
durrahman Wahid berpendapat bahwa karena NU sudah bukan la- perlu ditekankan bahwa Abdurrahman Wahid menggunakan Pan-
gi sebuah organisasi politik, maka tidak sepantasnya membuat usul- casila sebagai bagian dari strateginya untuk mendorong perubahan
an semacam itu. Dengan menyatakan kesetiaan kepada Pancasila, politik di Indonesia.
usulan semacam itu memang bisa dihindari tanpa harus merasa ri-
kuh jangan sampai dianggap mempunyai maksud politik yang
aneh-aneh. Kedua, Abdurrahman Wahid sebenarnya sangat gelisah Mencalonkan kembali Presiden Soeharto atau Menjadikan Panca-
111 112
sila sebagai Agen Perubahan akan kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya dalam kehidupan
nasional Indonesia. Menurut Abdurrahman Wahid:
Sejak akhir tahun 1991 hingga awal 1992, ada sejumlah tekanan
tidak langsung terhadap NU agar mau mengusulkan pencalonan "NU sesungguhnya belada pada posisi yang sangat baik
kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan berikutnya. sebagai pen-
Organisasi-organisasi Islam besar lainnya, termasuk Muhammadi- jaga stabilitas politik Indonesia. PPP, PDI dan Golkar
yah, sudah melakukannya. Tetapi, NU yang lebih berkepentingan semuanya membu-
menjaga keutuhan warganya dan memelihara kebebasan geraknya tuhkan NU. Demikian pula halnya tentara. NU dibutuhkan
dalam menghadapi suksesi mendatang, cenderung untuk tidak ikut oleh siapa sa-
dalam rekayasa usul-mengusul itu. Sebagai gantinya, NU memilih ja, karena punya basis massa, dan kami memanfaatkan dengan
tema Rapat Akbar itu tadi. Tentu saja pemerintah menghadapi ke- bijaksa-
sulitan jika bermaksud melarang pertemuan massal yang diorgani- na."13
sasi untuk menyatakan kesetiaan kepada ideologi negara. sesuatu
yang justru dianjurkan oleh Soeharto.l2 Sementara itu, bagi Abdur- Ia kemudian menyimpulkan bahwa mengingat posisinya yang
rahman Wahid, Rapat Akbar juga bisa digunakan sebagai forum un- demikian itu, NU harus dengan segala daya-upayanya menghindari
tuk mengkritik pemerintah yang tidak jarang menerapkan cara-cara kemungkinan untuk secara terbuka mendukung pencalonan kem-
yang kurang demokratis dalam menangani berbagai masalah, sesua- bali Soeharto. Sikap ini penting, agar NU dapat tetap memelihara
tu yang menurut Abdurrahman Wahid bersifat "anti-Pancasila." Jadi kebebasannya untuk melakukan gerakan politik. Lagi pula, seandai-
jelas, bahwa Abdurrahman Wahid menjadikan pancasila sebagai wa- nya NU melakukan pencalonan itu, ia akan menjadikan penarikan
hana untuk memperjuangkan tegaknya demokrasi. dirinya dari kegiatan politik formal sepuluh tahun yang lampau se-
Menurut Abdurrahman Wahid, kalau NU menyerah pada te- bagai sasaran ejekan. Jadi, dengan mengambil tema kesetiaan pada
kanan untuk menyatakan dukungan bagi pencalonan kembali Soe- Pancasila dan UUD 1945, NU sesungguhnya telah mengambil "high
harto sebagai presiden, organisasi ini akan berantakan. Pertama, ka- road', kata Abdurrahman Wahid. Dengan cara ini, NU menekan-
rena usulan semacam itu akan menghadapi tantangan dalam tubuh kan arti penting konstitusionalitas dan kejujuran, seraya menjaga
NU sendiri, yang akan menganggapnya sebagai tindakan politik. haknya untuk ikut menilai kepancasilaan pihak lain.l4 Cukup me-
Karena NU bukan lagi organisasi politik, maka seyogianya ia meng- narik memang, bahwa Abdurrahman Wahid menafsirkan penye
hindarkan diri dari cara mengusul-usulkan pemimpin politik. Lagi langgaraan Rapat Akbar dan penolakannya untuk memanfaatkan
pula, di dalam tubuh NU sesungguhnya terjadi berbagai perbeda- rapat itu demi mendukung Soeharto sebagai bukti bahwa NU telah
an pandangan dan penilaian terhadap Soeharto. Sekelompok ang- bertindak sebagai agen perubahan.
gota, menurut Abdurrahman Wahid, berpendapat bahwa tidak se-
patutnya NU mengusulkan Soeharto yang "tidak cukup Islami" un- "Dengan menolak pencalonan Soeharto secara terbuka, kami
tuk terus menjadi presiden; sementara yang lain berpendapat bah- me-
wa NU seyogianya tidak ikut-ikutan mengusulkan Soeharto yang be- nangguhkan dukungan terhadap sistem pemerintahan yang
berapa kebijakannya jelas-jelas memanipulasi Islam dan cenderung sangat tidak
meremehkan peranan NU sebagai salah satu wakil utama dari seimbang ini. Dengan hanya mendukung Pancasila dan
umat. Walaupun Abdurrahman Wahid mengakui bahwa NU masih konstitusi, kami
terus saja melakukan tindakan-tindakan politik, dia mnegaskan bisa mengatakan bahwa NU telah berupaya melicinkan jalan
bahwa jika NU terus terlibat di dalam urusan politik kecil-kecilan, ia menuju
113 114
transisi dari sistem yang ada sekarang (yang berdasarkan pada tanya. Pokoknya, Abdurrahman Wahid melanjutkan, suatu peme-
hubungan rintahan yang menjamin kesamaan kedudukan seluruh warga ne-
perkoncoan, dan yang jika terus dibiarkan dalam jangka gara di hadapan hukum:
panjang akan
membawa negeri ini pada kehancuran), menuju sistem yang "Semua ini belum tercermin di dalam praktek pemerintahan
lebih demo- yang
kratis".l5 ada.. karena pemerintah tidak melihat aspek demokrasi sebagai
sebagai
Sikap NU itu secara tidak langsung memperlemah posisi Soe- yang diperlukan di dalam penyelenggaraan pemerintahan."l8
harto, walaupun dalam kenyataan tidak membahayakan kelang-
sungan kekuasaannya. Jadi, walaupun pemerintah telah gagal me- Apa yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, menurut Ab-
ngaitkan pengeluaran izin bagi Rapat Akbar dengan keharusan me- durrahman Wahid, adalah menggunakan Pancasila sekadar sebagai
"geluarkan pernyataan dukungan bagi Soeharto, pemerintah juga alat untuk memperoleh "legitimasi," bukan sebagai landasan bagi
tidak dapat begitu saja menolak permohonan izin dimaksud, ber- pembangunan suatu masyarakat yang lebih berkeadilan atau demo-
dasarkan alasan yang sudah kita bicarakan di atas. Abdurrahman kratis.
Wahid sendiri mengatakan bahwa dengan pernyataan kesetiaan ke- Strategi Pancasila Abdurrahman Wahid tidak hanya ditujukan
pada Pancasila dan UUD 1945 itu, NU sebenarnya ingin menga- untuk mengoreksi perilaku kekuasaan elit negara, tetapi juga untuk
takan kepada pemerintah: "Kami adalah pendukung Pancasila dan mengatakan bahwa Pancasila pada dasarnya adalah sebuah kom-
konstitusi, tetapi kami juga ingin mengingatkan bahwa kalian be- promi politik untuk tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara.
lum cukup konsisten dalam mengamalkan keduanya."16 Juga, kata Sebagai suatu bangsa yang terdiri atas berbagai suku dan agama,
abdurrahman Wahid, bangsa Indonesia menerima Pancasila sebagai pernyataan ideologis
tentang toleransi dan komitmen untuk menghindari lahirnya pe-
"Kepada rakyat, sejarah, kawan-kawan dan pengikut saya, rilaku-perilaku politik yang sifatnya "eksklusif". Faktor toleransi (di
saya ingin antara umat beragama) inilah yang menurut Abdurrahman Wahid
menyampaikan pesan bahwa kami telah berjuang untuk harus menjadi dasar bagi pengembangan demokrasi di Indonesia.
mewujudkan pe- Gejala menurunnya kemampuan masyarakat untuk memelihara si-
merintahkan yang dicita-citakan, yang berdasarkan Pancasila. kap toleransi yang demikian itu, mendorong Abdurrahman Wahid
Kami setia pada tahun 1992 memperingatkan betapa bahayanya jika hal itu te-
kepada cita-cita kenegaraan yang sesuai dengan kebenaran dan rus dibiarkan, sejalan dengan kuatnya kecenderungan ke arah apa
semangat yang disebutnya sebagai rekonfensionalisasi politik di kalangan
Pancasila."17 umat beragama. Karena, seperti yang sudah seringkali dikatakan-
nya, tanpa toleransi di antara umat beragama, demokrasi tidak akan
Jadi, walaupun Orde Baru selalu mengakui keberadaannya sen- pernah bisa dekembangkan. Dalam hubungan ini, Abdurrhman
diri sebagai pengejawantahan dari Pancasila, Abdurrahman Wahid Wahid memusatkan kecamannya kepada ICMI, yang menurut pe-
tidak menerima pengakuan itu sebagai kebenaran. Karena, jika se- nilaiannya mungkin mewakili sebuah ancaman utama terhadap to-
mangat Pancasila benar-benar diserap, kita akan memperoleh suatu leransi beragama yang diinginkan dalam proses membangun ma-
pemerintahan yang adil, yang menjamin dan melindungi kebebas- syaraka.
an menyatakan pendapat, bergerak, berkumpul dan berserikat, ka-
115 116
ICMI dan Persepsi Abdunahman Wahid tentang "Ancaman" ________________________________________________________
terhadap Pancasila _________________
________________________________________________________
Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, ICMI seperti apa ada- _________________
nya saat ini jelas merupakan ancaman terhadap konsepsinya ten-
tang Pancasila. Alasannya, karena ICMI memberi semacam legiti- 1. Tulisan ini disusun untuk keperluan yang khas: mengkaji pikiran-
masi dan dukungan kepada mereka yang menurut penilaian Ab- pikiran
durrahman Wahid akan mengupayakan Islamisasi dalam tubuh pe- dan perilaku politik pemimpin NU Abdurrahman Wahid berkenaan
merintah dan masyarakat Jika ini dibiarkan berkermbang, maka dengan Panca-
nilai-nilai toleransi, penghargaan timbal balik di antara umat ber- sila. Tentu saja kajian ini tidak akan mencakup seluruh keberadaan
agama, dan persatuan nasional akan begitu saja dikesampingkan NU, ter-
serta ditelantarkan Tetapi, penilaian Abdurrahman Wahid yang pe- lebih lagi tentang politik Islam di lndonesia. Sebagian besar bahan
simistik ini tentu saja dibantah oleh para pendukung ICMI yang se- yang
baliknya melihat justru melalui organisasi baru ini pelayanan kepa- disajikan dalam tulisan ini berasal dari disertasi penulis, Ideological
da umat akan mudah dikembangkan. Para anggota ICMI juga me- Discourse in the Indonesia New Order: State Ideology and the
nilai bahwa organisasi mereka dapat menjadi sarana yang berda- Belief of an
yaguna untuk mengupayakan berlangsungnya "demiliterisasi" da- Elite, 1985-1993. (Columbia, South Carolina: University of South
lam kehidupan politik di Indonesia. Carolina,
Jika kita menilik kembali bagaimana Soeharto mendukung ke- 1993).
lahiran ICMI, memang terdapat beberapa fakta yang menarik. Di
bulan Desember 1990 itu, presiden Soeharto memberi restu bagi 2. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Abdurrahman
berdirinya ICMI.19 Ini jelas merupakan sebuab peristiwa yang luar Wahid yang
biasa. Organisasi ini menghimpun banyak kalangan pegawai peme memberikan banyak kesempatan untuk diwawancarai pada tahun
rintah dan tokoh-tokoh cendekiawan Islam, termasuk beberapa di 1992-1993.
antara mereka yang sejak dulu sering memberi kritikan tajam ke- Penulis menyampaikan terimakasih kepada beberapa pihak yang
pada Orde Baru dan cara-cara Soeharto menangani masalah-masa- telah membe-
lah yang berkaitan dengan Islam. Satu satunya tokoh cendekiawan rikan komentar atas tulisan ini, terutama Ryass Rasyid dan
Islam terkemuka yang menolak untuk ikut dalam ICMI adalah Ab- Muhammad AS
durrahman wahid. Ketidak setujuan Abdurrahman Wahid atas ber- Hikam. Penulis sangat berterimakasih atas bantuan terjemahannya
dirinya ICMI bertolak dari dua alasan pokok yang saling mengisi. dari Ryass
Pertama, ia menilai bahwa ICMI merupakan salah satu contoh te- Rasyid.
lanjang dari bagaimana rezim ini memanipulasi Islam agar mem-
peroleh dukungan dan simpati demikian mengukuhkan legitimasi 3. Kedua kutipan di atas diambil dari wawancara penulis dengan
kekuasaannya. Kedua, melalui ICMI para tokoh cendekiawan Islam Abdurrahman
membiarkan diri mereka dimanipulasi oleh Soeharto agar berpe- Wahid.
luang melaksanakan agenda politik mereka sendiri.
117 118
4. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 18, 24 juni 1992. Lihat 9. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid tanggal 18 dan 24 Juni
juga adam 1992.
Ashwarz, Islam and Democracy." Far Eastern Economic Review
(FEER), 19 Maret 10. Untuk berita dan ulasan tentang Rapat Akbar ini, lihat Suara
1992, h. 32. Untuk latarbelakangnya penerimaan Pancasila oleh NU Karya tanggal 2
lihat Einar Maret 1992; Suara Pembaharuan, 1 Maret 1992.
M. Sitompul, NU dan Pancasila, Sinar Harapan, Jakarta 1989.
11. Untuk salah satu contoh pandangan Abdurrahman Wahid
5. Lihat misalnya analisis Aris Arief Mundayat tentang bagaimana mengenai keber-
ritual Pancasila adaan ICMI, lihat wawancaranya "ICMI Jangan Ambil Jalan
dipraktekkan oleh para pejabat pemerintah dalam makalahnya yang Pintas," Detik, 5 Ma-
berjudul ret 1993, h. 6-7.
"The Rite of Tujuhbelasan: Ideological Dissemination Under
Soeharto's Regi- 12. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 18 Juni, 1992.
me." Disampaikan pada Workshop on Ideology in the New Order,
Conference 13. Wawancara Abdurahman Wahid, 18 Juni 1992.
on Indonesian Democracy, Monash University, 21 Desember, 1992.
14. Wawancara 18 Juni, 1992.
6. Greg Barton, "The Impact of Neo-Modernism on Indonesian
Islamic Thought." 15. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 18 Juni, 1992.
Makalah disajikan pada Conference on Indonesian Democracy,
Monash Uni- 16. Wawancara dengan Abdurrahman, 18, Juni, 1992. Menurut
versity, 18 Desember 1992. Lihat juga Abdurrahman Wahid, "Islam beberapa pengamat
and Demo- politik Indonesia, pemerintah sebenarnya mengerti strategi
cracy in Indonesia: 1950s to 1990s." Makalah dipersiapkan untuk Abdurrahman Wa-
forum konfe- hid. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa ada pihak yang
rensi yang sama. menyetujui upaya
para aparat pemerintah yang berwenang menyetujui perizinan itu
7. Kutipan ini dari Abdurrahman Wahid, "Langkah Strategis Yang untuk me-
Menjadi Per- ngurangi jumlah peserta Rapat Akbar sekecil mungkin.
timbangan NU", Aula, Juli 1992, h. 26.
17 .Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 24Juni 1992.
8. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 18 Juni 1992. Lihatjuga
wawancara 18. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 24Juni 1992.
dengan Asia Week, 'We want to Reform Society, tanggal 20 Maret,
1992, h- 37. 19. Berita dan ulasan tentang berdirinya ICMI dapat dilihat antara lain
melalui
119 120
Kompas, 7 Desember 1990; Tempo 9 Desember 1990; dan di kuat, dalam arti berfirngsi dengan baik, adalah sesuatu yang
Merdeka, 10 Desem- saya ang
ber 1990. gap baik"22
121 122
Jalan yang sangat Sempit suai dengan citac-cita masyarakat Pancasila, maupun cara-cara tidak
demokratis yang seringkali diterapkan oleh tentara dalam mena-
Inti dari dilema Abdurrahman Wahid, sebagaimana yang dili- ngani urusan politik.
hatnya sendiri, adalah keinginan agar gerakan Islam, dengan NU
sebagai elemen utamanya, menjadi kekuatan untuk mendorong
suatu proses perubahan atau peralihan menuju masyarakat demo Surat Abdurrahman Wahid kepada Presiden Soeharto
kratis, masyarakat yang bersifat toleran, dengan cara-cara yang da-
mai. Pancasila sebagai kompromi politik untuk membangun kehi- Akibat dari kekecewaan Abdurrahman Wahid terhadap hasil
dupan politik yang toleran dan non-Islami, menurut Abdurrahman Rapat Akbar yang ternyata hanya dihadiri oleh sekitar 150.000 war-
Wahid, merupakan sesuatu yang esensial bagi masa depan demo ga NU, tidak seperti yang diharapkannya yaitu sekitar satu sampai
krasi di Indonesia. Tetapi, adanya ICMI dan masih terus berlang- dua juta orang.25 ia pun menulis surat kepada presiden Soeharto
sungnya manipulasi terhadap Islam untuk tujuan-tujuan politik dalam bentuk memo. Surat tertanggal 2 Maret itu merupakan la-
akan secara potensial menempatkan kembali Islam sebagai sasaran Poran Abdurrahman Wahid atas pelaksanaan pertemuan massal se-
bagi ABRI untuk dituduh dan diadili sebagai "anti Pancasila." Inije- hubungan dengan peringatan hari ulang tahun NU ke68. Ia me-
las akan menghambat jalan menuju masa depan dari kehidupan ngatakan di dalam surat itu bahwa tujuan-tujuan intern dari NU su-
politik yang diinginkan oleh Abdurrahman Wahid. Terhadap ICMI, dah berhasil dicapai melalui Rapat Akbar. Ini mencakup upacara
Abdurrahman Wahid menyimpulkan perasaannya sebagai berikut: peringatan berdirinya NU secara nasional, pernyataan tegas atas ko-
mitmennya terhadap Pancasila dan UUD 45, serta...
"Kita harus menangani urusan ini (ICMI) dengan sangat hati-
hati. Di '... pemberian arah yangjelas kepada warga NU untuk
satu pihak, kami tidak ingin membiarkan Islam digunakan melaksanakan
secara keliru pemilu 1992 dan mengamankan SU MPR yang akan datang;
oleh kawan-kawan sesama Muslim yang ingin membangun dan me-
masyarakat Is nunjukkan keutuhan batang tubuh NU, setelah sekian lama
lam di sini. Di lain pihak, kamijuga harus menghindari dikoyak-ko-
agarjangan sam yak oleh pertentangan intern."26
pai mereka ditindak secara sewenang-wenang. Ini yang saya
anggap seba- Abdurrahman Wahid juga melaporkan kepada presiden Soe-
gai lorong yang sangat sempit Karena, kalau militer harus harto bahwa sayang sekali tujuan-tujuan ekstern dari Rapat Akbar
bertindak me- tersebut belum tercapai. Pertama, Dewan Pimpinan NU belum
nurut cara yang biasa mereka lakukan, yang tentu saja tidak mampu merumuskan dan memantapkan visi mereka tentang se-
demokratis, buah Islam Indonesia yang berintikan keterbukaan dan kernaje-
untuk mempertahankan Pancasila, hal itu pada hakikatnya mukan. Ia mencatat
akan merusak
Pancasila itu sendiri."24 ''jika diikuti dengan seksama pembahasan di masjid-masjid,
mushalla-
Dari kutipan di atas kiranya cukup jelas bahwa Abdurrahman mushalla dan majlis-majlis ta'lim serta media massa
Wahid menolak, baik masyarakat Islam yang dianggapnya tidak se- Islam,jelas bahwa ma-
123 124
sih sangat kuat isu-isu sektarian, seperti ketakutan kepada apa "Yang ingin mereka capai sesungguhnya adalah sebuah negara Is-
yang dina- lam." Caranya, dengan memanipulasi Islam melalui proses demo-
makan gerakan Kristenisasi dan sebagainya. ''27 krasi. Tetapi, kerena hak-hak warga negara yang non musslim akan
diredamkan, maka demokrasi akan kehilangan maknanya dan
Menurut Abdurrahman Wahid, akibat dari sikap-sikap ini (keta- oleh kerena itu proyek mereka tidak akan bertahan lama.30
kutan atas Kristenisasi dan sektarianis) dan kagagalan NU melalui
Rapat Akbar untuk secara tegas menghilangkannya, maka "muncu
sikap tertutup dan menekankan perbedaan, yang membahayakan Analisis dan Evaluasi
integritas nasional bangsa kita". 28 Ia berpendapat bahwa NU hanya
akan mampu membangun dengan benar sikap-sikap keislaman Gambaran ideologi Indonesia di tahun 1990-an seyogianya me-
yang terbuka, toleran, dan menghargai kemajemukan seandainya nyenangkan pemerintah Orde Baru. Bukankah organisasi Islam ter-
lebih banyak lagi anggotanya bisa hadir dalam Rapat Akbar itu. Ka- besar di negeri ini telah menegaskan kembali kesetiaannya kepada
rakter Islam Indonesia yang modern dan majemuk hanya mungkin ideologi negara Pancasila? Tetapi, jangan kaget jika mendengar be-
dimulai pengembangannya melalui kesepakatan umum yang dila- rita, termasuk dari Abdurrahman Wahid sendiri, bahwa pemerintah
kukan secara besar-besaran, katanya. Tetapi ini sudah gagal dicapai, justru kurang puas dengan Rapat Akbar. Namun demikian, pernya-
menurut Abdurrahman Wahid, akibat dari ulah sementara pejabat taan NU itu tetap harus diterima oleh pemerintah karena bagai-
keamanan yang dengan berbagai cara cenderung menghalangi ke- mana pun juga ia bisa-bisa dianggap telah ikut mengukuhkan posisi
datangan para warga NU dari luarJakarta untuk hadir pada Rapat Orde Baru sendiri.
Akbar. Jadi, ia menyimpulkan, bahwa pemerintah ikut bertang- Pesan Pancasila yang dilontarkan oleh NU melalui Rapat Akbar-
gungjawab atas tidak tercapainya tujuan baik NU. NU tidak lagi nya dapat dianggap sebagai contoh yang gamblang bahwa pemerin-
bertanggungjawab atas pencapaian tujuan itu, dan sekarang sudah tah tidak lagi menjadi satu-satunya pihak yang bisa menggunakan
menjadi beban pemerintah untuk berurusan dengan masalah sek- tema Pancasila dan menafsirkan sendiri demi kepentingan ke-
tarianisme dan ketidaktoleransian dalam hubungan antar umat ber- kuasaan. Ia menunjukkan bahwa sebuah organisasi yang besar juga
agama. dapat menggunakan Pancasila untuk menggelar kepentingan sen-
Abdurrahman Wahid dalam suratnya itu memperkirakan bah- diri. Selama ini, pemerintah telah terus berusaha agar penafsiran
wa jika pemerintah juga gagal mencapai apa yang ingin dicapai NU, resminya tentang Pancasila menjadi satu-satunya acuan masyarakat,
maka keberadaan mereka yang menolak pandangan NU tentang dan pada saat yang sama berupaya agar masyarakat percaya bahwa
perlunya keserasian dan keterbukaan di dalam hubungan keagama- isi dan mekanismne politik yang telah lebih dari dua puluh lima ta-
an akan menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup Pancasila dan hun di bawah kepemimpinan Orde Baru sudah merupakan cermin
Republik Indonesia Masa depan politik Indonesia bisa saja senasib dari pengalaman demokrasi Pancasila".
dengan Aljazair, yaitu akan ada lagi upaya untuk membangun ne- Dengan Rapat Akbar, terbukti bahwa pemerintah mengalami
gara Islam, yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan kesulitan untuk mendelegitiminasi NU yang titik pangkal gerakannya
pembangunan ekonomi kita.29 Dalam pembicaraan pribadi, Ab- justru adalah Pancasila dan UUD 1945. Padahal, pandangan NU
durrahman Wahid menjelaskan maksudnya mengambil Aljazair se- tentang negara Pancasila baik dilihat dari sudut politik maupun
bagai analogi. Ia melihat beberapa kelompok Muslimin, termasuk ekonomi jelas berbeda dari konsep penguasa. Abdurrahman Wa-
beberapa di antara mereka yang tergabung dalam ICMI, mendu- hid dengan tegas mengingatkan bahwa demi terwujudnya suatu ne-
kung demokratisasi dan demiliterisasi politik Indonesia Tetapi ini, gara Indonesia yang mengejawantahkan nilai-nilai yang bersumber
menurut Abdurrahman Wahid, bukan tujuan yang sebenarnya. dari lima dasar Pancasila itu, seyogianya penafsiran tunggal oleh pe-
125 126
merintah atas Pancasila dapat dihindari. Karena, pada dasarnya, hal mun, yang paling ditakuti oleh para pendukung demokrasi, dan
itu lebih ditujukan untuk memberi legitimasi dan memperkuat sis- mereka yang mengharapkan adanya pengurangan peranan politik
tem politik yang, menurut Abdurrahman Wahid, tidak representatif militer tentara, adalah jangan sampai kelompok-kelompok minori-
ini. tas agama, nasionalis dan suku bangsa akan menengok kepada, dan
Perdebatan tentang Pancasila yang kita rekam di atas berkisar meminta perlindungan dari, tentara dalam menghadapi mereka
pada cara bagaimana ideologi negara ini seharusnya ditafsirkan dan yang menginginkan terbentuknya negara Islam. Karena tujuan dari
diamalkan. Sesuatu yang secara fundamental berbeda dengan per- perjuangan Abdurrahman Wahid adalah semakin semaraknya de-
debatan yang berlangsung pada dekade sebelmnya. Pada masa la- mokratisasi, berkurangnya peranan tentara, tiadanya lagi fun-
in, sulit membayangkan tampilnya seorang tokoh pemimpin orga- damentalisme Islam.
nisasi Islam sekaliber Abdurrahman Wahid yang secara terbuka Dari sini semakin jelas bahwa dengan menjadikan Pancasila se-
menggunakan Pancasila sebagai wahana menyampaikan pesan-pe- bagai fokus, Abdurrahman Wahid secara garis besar berupaya mem-
san politiknya. Dalam hubungan ini, pesan-pesan NU melalui Ab- pengaruhi substansi dari perdebatan politik nasional. Dengan men-
durrahman Wahid jelas bersifat kompleks dan mencakup berbagai jadikan Pancasila sebagai wahana untuk menyatakan pikiran-pikiran
sasaran keprihatinan: Islam, demokratisasi, dan peranan tentara da- dan pesan-pesannya, ia ingin membedakan dirinya dengan pihak
lam kehidupan politik. lain yang memilih Islam untuk tujuan yang sama juga, ada ke-
Dalam pada itu, juga perlu diakui bahwa keinginan Abdurrah- mungkinan bahwa Abdurrahman Wahid menjadikan Pancasila se-
man Wahid untuk mewujudkan suatu civil society yang bebas dari fa- bagai alat untuk memperbaiki landaspijaknya di tengah gerakan Is-
natisme politik aliran (atau yang sering disebutnya sebagai "decon lam yang semakin semarak. Sudah barang tentu, banyak pengamat
fessionalized" civil society) di mana masyarakat non-Islam juga Indonesia yang melihat Rapat Akbar dan penggunaan Pancasila se-
berpe- bagai upaya Abdurrahman Wahid untuk mengukuhkan posisinya
luang mengembangkan pengabdian mereka bagi kemajuan bersa- sebagai pemimpin umat Islam terkemuka, sekalipun menghadapi
ma, adalah demi menghindari terulangnya malapetaka yang di ma- kenyataan lahirnya ICMI. Sejak itu, memang, Abdurrahman Wahid
sa lampau yang pernah menyertai pejalanan sejarah bangsa Indo- telah berhasil merebut perhatian yang cukup serius dari pemerin-
nesia. Malapetaka sejarah yang dialami pada tahun 1950-an dan tah.
1960-an itu memang melibatkan pertentangan-pertentangan keaga-
maan, kedaerahan dan kesukuan. Dari sudut inilah kiranya, kita
perlu memahami dukungan Abdurrahman Wahid dan NU terha- Kesimpulan
dap Pancasila sebagai satu ideologi yang bersifat inklusif -suatu
kompromi politik yang mempersatukan bangsa ini. Esensinya ada- Dari urain singkat di atas, terkesan bahwa strategi Pancasilanya
lah toleransi dan saling menghormati di antara berbagai kelompok Abdurrahman Wahid merupakan suatu usaha sadar untuk meman-
agama, daerah, suku, bangsa dan ras. Secara lebih khusus, Abdur- faatkan dan mengambil penafsiran atas ideologi negara untuk
rahman Wahid menghendaki agar pemisahan agama dari politik se- memberi penilaian terhadap rezim Orde Baru yang dinilainya telah
terusnya dipelihara.31 gagal berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Di atas sudah disebutkan, bahwa-pernyataan loyalitas NU kepa- Sementara itu, bagi presiden Soeharto dan pemerintah Orde
da Pancasila dan UUD 1945 juga harus dilihat sebagai jawaban Ab- Baru, Pancasila telah senantiasa dijadikan sebagai landasan ideolo-
durrahman Wahid terhadap apa yang dianggapnya "ancaman" ter- gis atas legitimasi kekuasaannya. Hal ini berhubungan dengan janji
hadap Pancasila. Banyak kalangan di lingkungan tentara yang me- Orde Baru untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan ideologis, politik
miliki kekhawatiran yang sama dengan Abdurrahman Wahid. Na dan ekonomi dari Orde Lama Pancasila telah digunakan sebagai
127 128
wahana untuk membatasi perilaku politik tertentu yang dinilai ber-
tentangan dengannya. Selama duapuluh lima tahun, Pancasila te- 26. Surat Abdurrahman Wahid pada presiden Soeharto, h. 1.
lah seringkali dipakai sebagai alat untuk menarik garis batas yang di-
izinkan dalam wacana dan tingkah laku politik masyarakat. Tetapi, 27. Surat Abdurrahman Wahid, h. 1-2.
Pancasila juga pada dasarnya mewakili cita-cita yang luhur untuk
membangun bangsa: toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, 28. Surat Abdurrahman Wahid, h. 2.
keadilan sosial dan ekonomi, serta sistem politik yang demokratis se-
suai dengan kultur politik asli nusantara. Tentang sejauhmana cita- 29. Surat Abdurrahman Wahid, h. 2.
cita ini telah terwujud dalam kenyataan, memang sedang dan masih
akan terus diperdebatkan. 30. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 15 Oktober 1992 dan 3
Abdurrahman Wahid yang secara pribadi memimpin organisa- Mei 1993
si Islam paling besar di Indonesia, dan karena itu adalah pemimpin
Islam terkemuka saat ini, telah mengajukan himbauan bagi sebuah 31. Abdurrahman Wahid, "Islam and Pancasila: Development of a-
masyarakat demokratis yang prasyaratnya mengandalkan Pancasila keligious Po-
sebagai penjamin atas terbinanya sebuah civil society yang demokra- litical Doctrine in Indonesia," Makalah disajikan pada panel
tis, yang sifatnya non Islam dan non militer. Terpulang kepada Religious Beliefs:
bangsa Indonesia untuk mengikuti, menilai, menerima atau meno- The Transmission and Development of Doctrine, Conference of the
laknya. Assembly
of the World's Religious, Seoul, Korea, August 25, 1990. Juga
________________________________________________________ wawancara 24 Ju-
____________________ ni, 1992. Ini tidak berarti bahwa Abdurrahman Wahid menolak
________________________________________________________ peranan partai-
_____________________ partai Islam. Tetapi, mungkin ia menghendaki mereka berperan dan
berting-
20. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 15 Oktober 1992. kah-laku seperti halnya partai-partai Kristen Demokrat di Eropa Barat
Menge-
21. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 18 Juni, 1992. nai spekulasi pers pada awal tahun 1994 tentang kemungkinan bagi
Abdur-
22. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 24 Juni 1992. rahman Wahid untuk memimpin PPP, ia menganjurkan bahwa PPP
seyogia-
23. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid, 15 Oktober 1992 dan S nya tidak berkompetisi dengan PDI, misalnya, berdasarkan orientasi
Mei 199524. keagama-
an. Tetapi, kalau PPP harus berkompetisi berdasarkan program-
24. Wawancara dengan Abdurrahman Wahid,18 juni,1992 program dan
kebijakan yang masuk akal, hal itu bisa ia terima
25. Untuk berita dan laporan tentang Rapat Akbar, lihat Tempo, 7 122
Maret 1992; PEMAHAMAN GUS DUR TENTANG PANCASILA
Editor, 7 Maret 1992.
129 130
kecepatan dan ketangkasan untuk mengambil keputusan dalam hal
LANGKAH NON POLITIK yang menyangkut masalah sosial dan politik.
DARI POLITIK NAHDLATUL ULAMA *) Dengan tolok ukur ini NU bukan organisasi idamannya. Di ba-
Daniel Dhakidae wah pimpinan sekelompok ulama tua susah dibayangkan radikalis-
me semacam itu bisa terlaksana.
Kriterium kedua adalah kehadiran para cendekiawan. Dengan
PADA tanggal 1 Maret 1992 NU mengadakan tabligh akbar, sua- gaya retorik dia sendiri menjawab kriterium yang diberikan sambil
tu rapat raksasa untuk merayakan ulang tahun ke 66, yang sedianya mengenyampingkan kemungkinan itu dengan berkata bahwa: men-
akan dihadiri oleh 2.000.000 hadirin. Karena berbagai alasan akhir- cari kaum cendekiawan di dalam NU sama seperti "mencari penjual
nya dihadiri oleh kira-kira 150000-200000 orang. Pada tanggal itu es pada jam satu malam" -tentu saja itu benar untuk tahun 1930-an
harian The Jakarta Post mengadakan suatu pengumpulan pendapat ketika lemari es berkekuatan tinggi menjadi barang langka.
(opinion polling) bekerjasama dengan suatu lembaga penelitian, Re- Namun itu pun disanggahnya sendiri. Kehadiran para cendekia-
source Productivity Center, Jakarta, terhadap mereka yang menghadiri wan tidak dengan sendirinya menjamin kemajuan suatu partai kare-
tabligh akbar tersebut di Senayan. Pengumpulan pendapat tersebut na kemajuan suatu organisasi itu- -malah terutama- tergantung dari
dilakukan untuk 939 orang yang hadir, dengan menjaring 684 ang- mentaliteit yang jauh lebih menentukan dari inteligensia.
gota NU dan 245 bukan anggota NU. Analisa yang diberikan di ba- Betapa pun aneh kedengarannya, sebagai putera Hasyim As'ari,
wah ini lebih menyangkut 684 anggota NU. kekerasan hidup Islam tidak mempermudahkan memilih NU. Ke- ,
Nahdlatul Ulama selalu menarik perhatian publik politik Indo- kerasan jalan hidup ini dan kontrol terhadapnya memasuki kehi-
nesia. Pada saat politik sipil tidak diberikan arti yang sewajarnya NU dupan pribadi seseorang. Hal ini agak menakutkan.
selalu mengingatkan lagi bahwa bukan semua golongan sipil begitu. Tetapi kriterium terakhir ini jugalah yang menyebabkannya ber-
Pada saat politik sipil tidak berarti lagi NU "mencuri" perhatian dan pikir dua kali: kekerasan hidup adalah suatu sine qua non kalau ke-
mengatakan "kami selalu hadir". Pada saat semua partai politik disa- majuan Islam dan pengembangan syari'atnya menjadi suatu cita-cita
tukan, NU mengatakan bahwa "kami berbeda dengan yang ada" yang tinggi.
dan dengan itu menarik diri dari Partai Persatuan Pembangunan. Pada tahun 1938, akhirnya, Wahid Hasyim memutuskan masuk
Semuanya ditambah lagi dengan karakter ketua umum PBNU, Ab- dan menjadi anggota NU. Dalam banyak hal dia berusaha untuk
durrahman Wahid, yang serba kontroversial, tidak terduga yang mengatasi berbagai kesulitan yang dilihatnya sebagai penghalang
pada gilirannya mungkin menunjukkan karakteristik organisasi ini. kemajuan NU.
Kontroversi NU bukan saja untuk orang luar NU, tetapi juga un- Dalam tradisi intelektual yang sama sebenarnya Abdurrahman
tuk orang dalam, malah untuk orang yang memang menjadi inti- Wahid bertumbuh. Sebagai putera Wahid Nasyim, dia juga tidak
intinya NU. Salah satu dari pemimpinnya yang utama, KH A Wahid melihat Islam sebagai suatu barang jadi sesuatu yang given- tetapi
Hasyim, harus menunggu empat tahun, sejak 1934, untuk memu- Islam terutama dilihat sebagai suatu tantangan baik untuk dirinya
tuskan pada tahun 1938, apakah akan masuk atau menjadi anggota maupun untuk masyarakat secara keseluruhan. Menurut pandang-
NU sepulangnya dari belajar dari luar negeri. Tidak semua organi- annya kerinduan kepada kebesaran peradaban Islam tidak mung-
sasi politik menarik perhatiannya, termasuk NU. Dengan alasan itu kin dipisahkan dari komitmen kepada usaha untuk membebaskan
dia memberikan beberapa kriteria untuk memilih suatu partai. suatu bangsa dari dera kemiskinan dan kemelaratan.
Sebagai seorang muda yang barusan kembali dari luar negeri
maka pemuda Wahid Hasyim memberikan priontas pada beberapa
kriteria, antara lain, radikalisme dalam arti yang sangat dasar yaitu NU dan Politik.
131 132
tik Indonesia. Hampir tidak ada lagi yang mengenal massa. Massa
Kehidupan partai politik Indonesia menurun terus sejak tahun lebih menakutkan dan tidak pernah dikaitkan dengan pembangun-
1973. Justru di dalam keadaan semacam itulah NU menunjukkan an, misalnya. Dengan kata lain politik massa yang sudah terkubur
atau justru memenuhi apa yang dirindukan Wahid Hasyim pada ketika partai-partai ramai-ramai menguburkan PKI susah dibayang-
tahun 1930-an. kan akan dibangun lagi. Bertele-telenya izin untuk tabligh akbar itu
Menjelang pemilihan umum tahun 1955, ketika Wahid Hasyim hanya bisa dimengerti dari segi ini.
masih hidup, NU memisahkan diri dari Masyumi lama, dan ber- Namun pihak lain takutnya penguasa mengambil resiko, ragu-
kampanye sebagai suatu partai terpisah dan menempati posisi seba- ragunya aparat keamanan memberikan izin pada dasarnya masih
gai empat besar hasil pemilihan umum pertama. Pada tahun 1973 ada hubunganya dengan inti-inti organisasi itu sendiri. Perubahan
NU menyatukan dirinya dengan Partai Persatuan Pembangunan besar masih jauh jalannya. Hasil pengumpulan pendapat seperti di-
(PPP). Persatuannya hanya seumur paling tinggi dua pemilihan kemukakan dalam tabel 1 menunjukkan itu.
umum. Pada tahun 1984 NU memutuskan untuk kembali ke khit-
tah dengan mengambil suatu keputusan yang berani untuk menge-
luarkan dirinya dari Partai Persatuan Pembangunan dan kembali Tabel 1
menjadi NU tanpa embel-embel menjadi suatu anggota partai poli- Umur dan Keterlibatan Politik
tik, tetapi menjadi suatu lembaga pendidikan, sosial dan agama.
Sejak itulah NU tidak lagi melibatkan dirinya di dalam kehidup- ==================================================
an politik rutin meskipun ia tetap menjadi suatu organisasi dengan ===========!!
massa terbesar dari bangsa ini. Organisasi ini juga semakin menarik Latar Belakang !! Umur !! Total !!
perhatian masyarakat politik ketika jarak dengan pemilihan umum Pendidikan !!===========!!=========!!========!! !!
semakin pendek. Daya tariknya semakin besar justru karena "kene- !! 18-25 !! 26-45 !! 46-55 !! !!
tralannya" di dalam politik Indonesia kini. Jumlah massa anggota ================!!===========!!=========!!========!!=
yang besar laksana perawan yang menggelitik Partai Persatuan Pem- ========!!
bangunan dan Golongan Karya sekaligus. Agama !! 69 !! 143 !! 78 !! 290 !!
Sekitar awal tahun, Abdurrahman Wahid mengumumkan bah- !! 24% !! 49% !! 27% !! 100% !!
wa NU akan melaksanakan suatu pertemuan akbar pada tanggal 1 !! !! !! !! !1
Maret 1992, tabligh akbar, yang menurut rencana akan dihadiri se- Umum !! 74 !! 112 !! 28 !! 214 !!
jumlah 2.000.000 anggota NU. Rencana ini membingungkan ham- !! 35% !! 52% !! 13% !! 100% !!
pir semua orang, pemerintah, politisi, pengamat. Hampir tidak ter- !! !! !! !! !!
bayangkan dalam suatu politik tanpa massa ada organisasi yang me- Campuran !! 36 !! 109 !! 34 !! 179 !!
ngumpulkan massa sebesar itu. Apakah yang sedang dibikin NU? !! 20% !! 61% !! 19% !! 100% !!
Apakah NU akan berpolitik lagi? !! !! !! !! !!
Total !! 179 !! 364 !! 140 !! 68 !!
!! 26% !! 53% !! 21% !! 100% !!
Potensi PoIitik NU ==================================================
===========!!
Gerak NU dan kebingunan kelompok di luarnya harus dilihat
di dalam latar belakang sirnanya politik massa di dalam dunia poli- Catatan: X pangkat 2 = 23,569
133 134
Tingkat signifikansi: 0,05 bih berada pada kalangan mereka yang justru menikmati pendidik-
Sumber: Diolah kembali dari tabel Resource Productivity an umum, 57%, dan terendah pada mereka yang menikmati pen-
Center untuk The Jakarta Post. didikan agama, 44% (lihat tabel 2). Penemuan ini menawarkan dua
kemungkinan penafsiran. Politisasi sangat kuat kemungkinannya di
Seperti ditunjukkan dalam tabel tersebut rapat akbar tersebut kalangan mereka yang mengenyam pendidikan umum. Pendidikan
didominasi oleh yang berada dalam kurun paling aktif secara poli- agama boleh jadi membikin seseorang menjadi "a-politis". Pendidik-
tik, dan matang secara politik, serta matang secara religius yaitu me- an umum bagi seseorang yang berlatarbelakang NU akan mening-
reka yang berumur 26-45. Mereka merupakan 53 persen dari para katkan rasa keterlibatan politik seorang. Politisasi akan lebih kuat
hadirin. Bila kelompok ini disatukan dengan yang lebih muda yaitu kemungkinannya pada mereka yang berasal dari sektor ini.
dari yang di bawah umur 18 sampai 25 tahun maka dua kelompok Semua yang disebut di atas menunjukkan hal yang sama secara
ini akan menjadi 80 persen dari semua yang hadir. konsisten. Bilamana rasa berkewajiban merujuk kepada rasa keteri-
Suatu analisis statistik yang lebih mcndalam menunjukkan ada- katan atau kohesi ke dalam organisasi ini (internal cohesion), maka
nya korelasi tinggi antara pendidikan dengan keterlibatan politik tingkat eksklusivitas menunjukkan dorongan yang besar keluar untuk
para pemuda dan pengalaman religius mereka yang menghadiri ra- mempertahankan garis batas sosial dan politik (social and political
pat akbar ini. Suatu analisis yang lebih jauh lagi mengungkapkan bor-
bahwa proporsi itu akan semakin tinggi bila kita bergerak dari me- der line) sebagai suatu jalan untuk mempertahankan jati diri (identity
reka yang menikmati pendidikan agama (49%) kepada mereka definition).
yang menikmati pendidikan umum (52%). Malah proporsi itu
akan semakin tinggi lagi di kalangan mereka yang menikmati pen-
didikan campuran antara pendidikan agama dan pendidikan Tabel 2
umum (61%). Ini hanya suatu cara lain untuk mengatakan bahwa Tingkat Toleransi
politisasi NU bejalan seiring dengan jenis pendidikan seseorang. ==================================================
Ini juga menjelaskan rasa berkewajiban (a sense of moral obliga- ==========!!
tion) di dalam kalangan pemuda ini untuk menghadiri rapat akbar Tabligh Akbar !! Latar Belakang Pendidikan !! Total !!
tersebut Delapan puluh tiga persen (di dalam tabel yang tidak di- !!=========!!========!!==========!! !!
muat di sini) mengatakan adalah kewajibannya untuk menghadiri !! Agama !! Umum !! Campuran !! !!
rapat akbar tersebut di dalam suatu bentuk pertemuan politik ter- ============================!!========!!==========!!
buka -boleh jadi terbesar sejak zaman Orde Baru. Rasa berkewaji- ========!!
ban moral tentu saja akan mengarah kepada rasa berkewajiban po- Hanya untuk !! 75 !! 46 !! 44 !! 165 !!
litik. Ini pada gilirannya berarti bahwa bah di dalamnya terkandung anggota !! 26% !! 21% !! 25% !! 24% !!
kemungkinan besar untuk dimobilisasikan secara massal, pada saat !! !! !! !! !!
mobilisasi politik diperlukan. Penemuan ini tidak memberikan sua- Hanya untuk !! 126 !! 121 !! 94 !! 175 !!
tu yang baru tetapi penemuan ini menyakinkan bahwa poten- Umat Islam !! 44% !! 57% !! 53% !! 50% !!
si itu masih tetap terkandung di dalam organisasi massa terbesar ini. !! !! !! !! !!
Kekerasan hidup astika dan ekslusivisme menjadi keprihatinan Untuk siapa saja !! 88 !! 47 !! 40 !! 175 !!
Hasyim As'ary pada tahun 1930-an. Statistik juga masih menunjuk- !! 30% !! 22% !! 22% !! 26% !!
kan bahwa ekslusivitas itu masih ada. Malah penemuan ini menun- !! !! !! !! !!
jukkan suatu yang menarik perhatian yaitu bahwa eksklusivitas itu le- Total !! 289 !! 214 !! 178 !! 681 !!
135 136
!! 100% !! 100% !! 100% !! 100% !! DI INDONESIA:
================================================== Sebuah Kajian Historis Struktural Atas NU sejak 1984
==========!! Muhammad AS Hikam
32. Akhir-akhir ini dengan semakin gencarnya desakan bagi 35. Pengaruh kemunduran basis ekonomi NU ini mengakibatkan
keterbukaan dan de- mengendurnya
birokratisasi, maka pendekatan keamanan (security approach) pun pelaksanaan program-program sosialnya, termasuk lembaga-
mengundang lembaga pendidik-
protes-protes. Gerakan mahasiswa beberapa waktu yang terakhir, di an yang berada di bawah naungan Lembaga Ma'arif NU. Walaupun
dalam upa- belum ada
ya menuntut demokratisasi, memasukan masalah pendekatan kajian yang sungguh-sungguh tentang akibat kebijakan politik
keamanan ini se- ekonomi Orde
bagai salah satu agenda protesnya. Lihat laporan pers dalam "Kisah Baru terhadap program-program sosial ekonomi NU, tetapi jelas
Spanduk di bahwa NU
tengah Pemekaran Demokrasi."Detik, 22-28 Desember 1995; menghadapi persoalan berat ketika ia secara politik harus
"Demo di Luar berhadapan dengan
Koridor." Tempo, 25 Desember 199S. negara. Untuk kajian lebih luas lihat Robinson, R. "Culture, Politics
abd Eco-
33. Kekhawatiran negara akan kemampuan NU memobilisasi massa nomy." Dalam Robinson, R. Power abd Economy. Op. cit., h. 6596;
di bawah bu- van Bruines-
kanlah sesuatu yang berlebihan. Pengalaman pada 1965 sen, M. Gus Dur dan Dinamika NU. Transkrip wawancara dengan
menunjukkan efektif Ellyasa KH
nya kepemimpinan NU dalam menggalang dukungan massa Dharwis MS. 1993.
melawan penga-
ruh PRI. Pada pemilu tahun 1971, hal itu dibuktikan lagi oleh 36. Ini bukan saja berlaku bagi mereka yang berada di sektor swasta
kemampuan di mana ne-
NU menjadi pemenang kedua setelah Golkar melebihi partai-partai gara berperan besar dalam menentukan pembagian akses ekonomi,
lain yang tetapi juga
159 160
mereka yang menjadi pegawai pemerintah. Yang terakhir ini kembangkan dalil-dalil fiqhiyah yang dipakai untuk menarik
terutama diha- keputusan-kepu-
dapkan pada pilihan sulit ketika kebijaksanaan monoloyalitas tusan politik strategis yang memiliki dampak luas bukan saja bagi
KORPRI kepada NU sendiri
Golkar diterapkan. Salah satu dampak besar dari kembalinya NU tetapi juga bagi umat Islam umumnya di Indonesia. Untuk urian
menjadi or- lebih jauh li-
ganisasi sosial keagamaan adalah tercabutnya kendala penyaiuran hat Wahid, A. Nahdlatul Ulama. Op. cit., 1984.
aspirasi po-
litik warga NU yang berada di sektor pemerintah ini. 40. Ini tampak misalnya dalam penafsiran-penafsiran tentang
Masalah asas tunggal ini menjadi batu ujian penting bagi pelaksanaan demo-
kemampuan NU se- krasi di Indonesia, Pancasila, serta komitmen NU untuk tidak
bagai organisasi Islam terbesar di Indonesia untuk menjernihkan terlibat dalam
persoalan manuver-manuver politik sesaat semacam kebulatan tekad, dsb.
hubungan negara dan agama yang senantiasa menjadi pokok Harus diakui,
sengketa se- dalam hal ini posisi Abdurrahman Wahid sebagai ketua umum
menjak berdirinya republik ini. Oposisi di kalangan ulama NU PBNU amat me-
terhadap pene- nentukan, sehingga masih dapat diperdebatkan apakah NU akan
rimaan Pancasila sebagai asas tunggal cukup kuat sampai pada memilih si-
Munas Ulama kap-sikap politik seperti itu apabila ia tidak lagi dalam posisi yang
di Situbondo pada 1983. Untuk uraian lebih lanjut lihat Marijan, K. sama.
Quo Vadis
NU. Op. cit., h. 144-6. 41. Meskipun demikian, patut pula dicatat bahwa kapasitas untuk
bertahan dari
38. Untuk urian mengenai proses pengambilan keputusan diterimanya kooptasi dan korporatisasi negara ini tidak statis dan amat
asas Panca- ditentukan pula
sila, lihat Mudatsir, A. From Situbondo. Op. cit., 1985. Juga PBNU. oleh dinamika internal dalam kepemimpinan NU di segala
Nahdlatul Ula- tingkatan. Seperti
ma. Op. cit., 1985. Diskusi yang berkaitan tentang penerimaan layaknya negara-negara kapitalis pinggiran, korporatisasi negara di
Pancasila oleh bawah Orde
NU bisa dibaca dalam Ramage, D. Ideological Discourse in the Baru berhasil melakukan "atomisasi" kekuatan-kekuatan
Indonesian New Or- masyatakat. Dalam hal
der: State Ideology and the Belief of An Elite, 1965-1993. Disertasi NU, tingkat resistensi terhadap kooptasi dan korporatisasi akan
Ph.D. University sangat ber-
of South Carolina, 1993, terutama Bab III. beda antara pusat dan daerah, bahkan antara satu tokoh dengan
tokoh lain.
39. Terutama dalam hal ini adalah kerangka epistemologi yang Negara jelas akan memanfaatkan kelangkaan sumberdaya untuk
daripadanya di- melemahkan
161 162
resistensi mereka. Uraian mengenai mekanisme kooporatisasi Kelompok kedua semakin tumbuh dan menguat secara man-
negara dapat di- diri bersamaan dengan terjadinya differensiasi sosial dalam masyara-
temukan dalam Schmitter, P. "Still the Century of Corporatism?" kat karena modernisasi yang bejalan pesat dan, pada gilirannya,
Dalam Lehm- mempengaruhi warga NU juga. Kelompok kepentingan ini terdiri
bruch and P. Schmitter (eds.). Trends Towards Corporatist atas kelas menengah kota yang terjun dalam sektor-sektor modern
Intermediation. Lon- (industri, birokrasi, jasa) yang memerlukan tingkat keahlian dan
don: Sage, 1979, h. 7-52. Lihat juga Jessoup, B. State Theory: profesional menengah dan tinggi. Oleh karena itu anggota kelom-
Putting Capitalist pok ini rata-rata memiliki tingkat pendidikan dan keahlian yang cu-
State in Their Place. University Park, PA: University of kup tinggi termasuk menikmati pendidikan sekuler.44 Kelompok
Pennsylnavia Press, 1990, yang relatif baru ini menjadi semakin strategis posisinya di dalam
h. 112-45 passim. NU karena keahlian manajerial dan akses mereka kepada sumber-
daya modem.
Sementara itu, kelompok ketiga adalah mereka yang lebih me-
IV musatkan perhatian pada kiprah kecendekiawanan berupa pemeli-
haraan dan pengembangan tradisi dan kultur Islam Ahlussunnah
Salah satu persoalan mendasar yang masih harus dipecahkan waljama'ah sebagai landasan normatif kehidupan bermasyarakat
oleh NU di dalam upaya merealisasikan cita-cita kembali Khittah NU bukan saja dianggap sebagai sebuah organisasi tetapi juga refe-
1926 adalah memadukan kepentingan-kepentingan dan orientasi- rensi yang sah dari kultur itu sendiri. Kelompok ini sebagian besar
orientasi yang bertentangan dalam tubuh organisasi ini. Sebagai aki- terdiri atas para ulama dan cendekiawan yang berbasis di sekitar pe-
bat dari proses sejarah yang panjang dan pengaruh proses formasi santren-pesantren tradisional di pedesaan dan sebagian kecil di dae-
sosial dalam masyarakat, maka di dalam tubuh NU pun terjadi pe- rah pcrkotaan. Kelompok kultural inilah yang semenjak dahulu me-
milahan-pemilahan pengelompokan berdasar orientasi, kepenting- megang akses legitimasi simbolis-kultural NU dan, sampai tingkat
an, terdapat tiga besar arus kelompok kepentingan dan orientasi tertentu, juga kekuatan mobilisasi massa.
yang saling berkait dan bersaing dalam elit NU. Mereka itu adalah Pergumulan ketiga kelompok elit kepentingan dan orientasi itu-
1) kelompok yang berorientasi politis, 2) kelompok yang berorien- lah yang menentukan dinamika NU dalam konjungtur politik eko-
tasi profesional-teknokratis, dan 5) kelompok yang berorientasi kul- nomi Indonesia di bawah Orde Raru.45 NU paska-khittah tak pelak
tural-populis.42 lagi menyaksikan terbentuknya aliansi antara kelompok kultural-po-
Kelompok pertama, secara historis muncul semenjak NU aktif pulis dengan kelompok profesional-teknokratis dalam upaya mem-
dalam politik praktis menjadi salah satu unsur dalam Masyumi dan pertahankan posisi strategi NU dalam struktur politik-ekonomi Or-
kemudian menjadi dominan dalam mengarahkan perkembangan- de Baru. Memudarnya pamor kelompok politik di mata warga Nah-
nya. Basis sosial ini adalah para elit politik di perkotaan maupun pe- dliyyin, untuk sementara telah memberi peluang bagi kedua kelom-
desaan, dengan latar belakang pendidikan baik pesantren tradisio- pok yang terakhir untuk mengembangkan strategi baru yang lebih
nal maupun lembaga pendidikan modern.43 Bagi kelompok ini, ke- memadai bagi perkembangan NU di masa depan. Dalam perkem-
pentingan dan aspirasi NU akan lebih terdengar dan direalisasi le- bangannya, kelompok profesional-teknokratis ini nampaknya yang
wat keterlibatan langsung dalam parlemen di bawah para politisi- akan memegang peranan penting dalam pelaksanaan program ka-
nya. Keberhasilan mereka untuk mendatangkan keuntungan-keun- rena merekalah yang secara riil memiliki peluang dan keahlian. Ke-
tungan politik dan ekonomi bagi warga NU selama ini, membuat lompok kultural populis-populis, yang terdiri dari para ulama, akan
kelompok ini memiliki basis dukungan massa yang cukup besar. tetap berfungsi sebagai pengawas dan pemberi legitimasi kultural
163 164
maupun pengaruh mobilisasi sumberdaya. Bagaimanapun, kelom- kemiskinan. Namun dalam perkembangannya sampai kini, harus
pok ini juga memiliki basis massa serta kapasitas legitimasi yang cu- diakui bahwa organisasi ini masih tertinggal dalam penggarapan
kup besar atau sebanding dengan kelompok elit politisi.46 dan pemecahan masalah-masalah krusial tersebut dibanding de-
Dari diskusi di atas, maka menjadi jelaslah bahwa kiprah NU ngan organisasi Islam seperti Muhammadiyah atau kerja-kerja sosial
paska-khittah yang menitik beratkan pada kerja-kerja sosial budaya yang dikelola agama lain, terutarna Kristen dan Katolik. Salah satu
dan pengejawantahan prinsip-prinsip seperti Amar Ma'ruf Nahi akibatnya adalah banyak sekali di antara warga Nahdliyyin sendiri
Munkar dan Mabadi Khaira Ummah dalam bentuk program-pro- yang termasuk dalam kategori tertinggal, baik ekonomi, pendidik-
gram kongkrit, akan sangat ditentukan oleh kemantapan dan kesi- an, kesehatan, maupun hal-hal dasar lainnya. Hal ini ikut bertang-
nambungan aliansi kelompok kedua dan ketiga dengan menarik gungjawab dalam terciptanya citra negatif bahwa NU adalah orga-
kerjasama terbatas dari kelompok politisi.47 Dan ini bukanlah pe- nisasi tradisional yang tidak berhasil menjawab tantangan moderni-
kerjaan mudah karena ia tetap berada dalam konjungtur politik tas dan memperjuangkan kepentingan umat.
makro di Indonesia. Kecenderungan politik Indonesia terakhir Oleh karenanya, apabila NU ingin berperan aktif sebagai agen
yang sedikit banyak mulai mengarah pada repolitisasi Islam, misal- perubahan sosio-kultural dalam masyarakat jelas diperlukan kebera-
nya, akan punya dampak tertentu terhadap stabilitas aliansi itu.48 nian melakukan perubahan fundamental atas konvensi-konvensi
Hal itu menyiratkan urgennya konsilidasi organisasi yang ditu- dan visi kemasyarakatan yang selama ini dipegang. Prinsip-prinsip
jukan untuk semakin memperkokoh posisi kelompok kultural-po- mabda khaira ummah, amar ma'ruf nahi munkar, yang telah
pulis dan pada saat yang sama mencarikan jalan agar kelompok disinggung
profesional-teknokratis semakin mampu berperan secara aktif dan di atas, harus dijabarkan dan dirumuskan melampaui pemahaman
percaya diri. Ini berarti diperlukan adanya peninjauan kembali ter- konvensional. Hanya dengan keberanian inilah NU akan mungkin
hadap mekanisme organisasi secara tuntas, terutama fungsi dan pe- mengejar ketertinggalan di atas dan menempatkan dirinya sejajar
ran lembaga seperti Syuriah dan Tanfidziyah dan badan-badan oto- dengan organisasi kemasyarakatan yang telah maju.
nom NU.49 Pola-pola manajemen organisasi yang tradisional harus Dalam hal ini, ide-ide yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh inte-
mengalami perubahan dan penyesuaian-penyesuaian sehingga or- lektual NU seperti Abdurrahman Wahid dan alm. KH Achmad Sid-
ganisasi ini mampu berkiprah dalam lingkungan modern tanpa ke- diq menjadi sangat relevan. Mereka dalam berbagai kesempatan te-
hilangan ciri-ciri khasnya.50 lah mengemukakan pentingnya peninjauan kembali ide-ide mapan
Selain dari keharusan adanya perbaikan institusional yang me- dalam khazanah kultural NU dalam konteks baru. Abdurrahman
nyeluruh, tak kurang mendasarnya adalah bagaimana NU me- Wahid, misalnya, menyerukan diperluasnya "wilayah garapan" kon-
nembangkan muatan pemahaman sesuai tuntutan zaman. Di sini- sep amar ma'ruf dengan memberi penekanan pada aspek-aspek ke-
lah nanti relevansi NU paska-khittah dengan upaya penguatan civil hidupan yang biasanya dianggap "di luar" kepentingan agama. De-
sociecy di negeri ini akan dapat ditemukan. Persoalan ini punya kait- ngan demikian kecenderungan pemahaman konsep amar ma'ruf
an erat dengan kenyataan bahwa basis massa NU mayoritas berada dalam wacana legal formal agama perlu ditinjau kembali. Ia lantas
pada lapisan bawah dan masih belum sepenuhnya terlepas dari per- dimengerti dalam konteks kepentingan kemasyarakatan luas dan
soalan-persoalan dasar seperti partisipasi dalam pengambilan kepu- bukan hanya umat Islam saja dan mencakup hal-hal yang bersifat
tusan yang menyangkut kehidupan mereka, jaminan hak-hak dasar, keperluan dasar (basic needs) bagi manusia. Dalam hubungan ini, ia
peningkatan pendidikan, taraf hidup, dst. sering menyinggung perlunya mengembangkan prinsip umum pe-
Secara ideal, NU sebenarnya merupakan salah satu organisasi ngaturan hidup yang lima (al-kulliyat alkhams)51 yang sebetulnya su-
yang paling berpotensi dalam gerakan-gerakan yang diarahkan bagi dah dikenal dalam literatur-literatur klasik yang dipakai NU.
pembebasan rakyat dari jeratan keterbelakangan, kebodohan dan Pada dimensi kehidupan sosial politik bangsa Indonesia, pemi-
165 166
kiran kedua tokoh Khittah itu senantiasa berusaha mengupayakan nesia. NU bisa lebih berperan aktif dalam berbagai kerja penya-
sintesa-sintesa antara universalisme ajaran Islam dengan tuntutan- daran masyarakat arus bawah tentang hak-hak dan kewajiban mere-
tuntutan partikular yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia. ka sebagai warga negara. Demikian pula NU berkepentingan de-
Dari hasil pemikiran mereka, maka pendekatan sosial-budaya diang-- ngan bangkitnya kemampuan rakyat untuk semakin mandiri secara
gap yang paling tepat bagi kiprah NU di tengah-tengah masyarakat ekonomi dan percaya diri (self-confidence) terhadap kemampuannya
negeri ini, ketimbang apa yang disebut pendekatan "Islam sebagai melakukan pengambilan keputusan yang meyangkut kepentingan
alternatif" dan pendekatan "budaya".52 Pendekatan sosial budaya, mereka.
walaupun menginginkan berperannya ajaran-ajaran Islam dalam Pada bagian lain, seperti yang dikutip dari pesan Muktamar
kehidupan sosial, tetapi tidak mengharuskannya menjadi satu-sa- XXVII tentang visi NU mengenai politik, maka NU telah menem-
tunya alternatif. Yang penting, nilai-nilai dan ajaran Islam secara patkan wacana terbuka dan wilayah publik yang bebas sebagai aspek
komplementer mampu menjiwai aspek-aspek perilaku sosial dan penting dalam mencapai tujuan terciptanya organisasi masyarakat
mendorong terjadinya transformasi sosial sesuai dengan nilai-nilai yang semakin mandiri. Dengan pendekatan sosial budayanya, NU
kemanusiaan yang diakui secara universal. dapat membantu proses pembentukan suatu etiruc.wacana (discourse
Dengan dasar pendekatan sosial budaya, NU paska-khittah akan ethics) yang akan menjadi dasar bagi proses dialog yang sehat dan
bekerjasama dan melakukan dialog terbuka dengan siapa saja yang rasional di antara warga masyarakat yang majemuk.53 Hal ini men-
memiliki keprihatinan terhadap permasalahan dasar yang dihadapi jadi penting karena masih kuatnya kecenderungan-kecenderungan
bangsa Indonesia saat ini dan masa depan. Masalah-masalah strate- orientasi sektarian dan primordial di kalangan kelompok agama di
gis seperti demokratisasi, keadilan ekonomi dan sosial, pembelaan negeri ini yang pada ujungnya menghalangi terciptanya ruang pu-
hak-hak asasi manusia, pemberantasan kemiskinan dan kebodohan, blik yang diinginkan.54
dsb. akan dibicarakan dan dipecahkan bersama-sama kelompok-ke- Komitmen terhadap terciptanya wilayah publik dan wacana
lompok lain dalam masyarakat sehingga NU tidak lagi menjadi or- yang terbuka itu juga memberi kesempatan bagi NU untuk mem-
ganisasi eksklusif yang hanya mementingkan diri sendiri atau um- perluas dialog-dialog baik internal maupun eksternal dengan me-
mat Islam saja. libatkan partisipasi berbagai elemen warga Nahdliyyin. Hal ini diper-
Ditinjau dari kepentingan civil society diIndonesia, maka pende- lukan agar NU dapat mengikuti dengan seksama perkembangan-
katan NU di atas menjadi relevan karena beberapa hal: Pertama, NU perkembangan mutakhir (current issues) yang terjadi dalam negara
tak lagi hanya membatasi diri pada upaya pemecahan masalah-ma- dan masyarakat dan akan membawa dampak bagi dirinya.
salah yang menyangkut kepentingan warga Nahdliyyin saja, tetapi di- Selanjutnya, dengan orientasi baru yang menitikberatkan pada
perluas hingga mencakup kepentingan bangsa. Kedua, NU meng- pengembangan potensi masyarakat, maka NU paska-khittah akan
akui bahwa wilayah esensi bagi sehuah civil society yang mandiri kini lebih berkesempatan untuk bergerak dalam pengembangan sosial
menjadi salah satu komitmen utama perjuangannya. Ketiga, NU pas dan ekonomi masyarakat Dalam konteks politik-ekonomi Orde Ba-
ka-khittah berniat menitikberatkan geraknya pada level masyarakat ru, ini berarti bahwa NU bisa memperkuat strategi pembangunan
dan ditujukan untuk memperkuat kemandirian dan kepercayaan dari bawah yang selama ini telah dirintis dan dilaksanakan oleh lem-
dirinya. baga-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Melalui program-pro
Dengan memperlebar wilayah garapan NU, maka kesempatan gram pengembangan ekonomi rakyat, seperti pendirian BPR, kope-
untuk berpartisipasi dalam kiprah advokasi masyarakat bawah da- rasi, pelatihan keterampilan, pendidikan wiraswasta, dsb. NU akan
lam skala makro akan terbuka. Lewat badan-badan otonomnya, NU membantu usaha-usaha meningkatkan kemandirian dan kepercaya-
akan lebih leluasa bekerja sama, seperti LSM-LSM baik yang berada an diri masyarakat bawah.
di dalam maupun luar negeri atau organisasi sosial lain di Indo Demikian pula wilayah garapan NU secara tradisional, yaitu pe-
167 168
santren dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya akan mendapat wantahan dari pemahaman yang benar terhadap konsep warga ne-
perhatian yang lebih besar dengan orientasi baru ini. Tantangan gara (citizen) yang sebenarnya.
terbesar di masa depan bagi lembaga-lembaga pendidikan NU ada- Semua itu menunjukkan bahwa dengan mengambil langkah
lah menjaga kelangsungan dan memperbesar kontribusinya bagi kembali ke Khittah 1926, NU bukan sekedar melakukan politik ako-
masyarakat pesantren-pesantren NU yang memiliki jutaan anak di- modasi taktis seperti yang terjadi pada masa lalu. Ia benar-benar se-
dik di seluruh tanah air merupakan asset yang tak ternilai, demikian buah langkah politik strategis yang memiliki dasar-dasar pemikiran
pula dengan lembaga-lembaga pendidikannya yang lain mencakup mendalam dan akan berdampak luas baik bagi warganya maupun
mulai dari universitas sampai taman kanak-kanak, masyarakat Indonesia di masa depan.
Secara asasi, merekalah yang sebetulnya merupakan pusat-pusat Pada analisa terakhir, proses NU dalam merealisasikan ide Khit-
pengembangan sumberdaya NU yang utama selain sebagai pusat tah 1926 tak akan lepas dari pergulatan terus menerus mengatsasi
pemelihara dan pengembangan wawasan kulturalnya. Persoalan kendala-kendala internal dan struktural yang akan ditemuinya. Ke-
yang dihadapi NU adalah bagaimana pesantren dan lembaga pen- inginan NU untuk berkembang secara mandiri dan melakukan ge-
didikan yang dimilikinya mampu menjaga relevansi mereka dalam rakan-gerakan transformatif dalam masyarakat bukannya tidak
proses modernisasi dan pada saat yang sama memperbesar kontri- mendapat halangan baik dari dalam maupun dari luar. Dari da-
businya bagi kepentingan masyarakat luas. Pengkajian, penelitian lam sendiri, mereka yang merasa dirugikan oleh kiprah non politik
dan pengembangan yang serius tentang kultur pesantren, termasuk ini tentu akan berupaya sekuat tenaga melakukan rekayasa yang di-
sistem pendidikannya, dan relevansinya dalam dunia modernn meru- tujukan untuk kembali ke status quo.
pakan tugas yang tak bisa ditunda lagi.55 Sementara itu, kendala struktural akan membayangi terutama
Terlepas dari berbagai kemungkinan yang ada di atas, dalam apabila NU tumbuh menjadi kekuatan dalam civil sociecy yang memi-
prakteknya setelah kembali ke Khittah 1986, kemampuan NU untuk liki potensi menandingi organinasi negara. Beberapa kasus terakhir
memperkuat civil society di Indonesia memang masih harus dibukti- menunjukkan, masih kuatnya skeptisisme aparat negara terhadap
kan oleh perjalanan sejarah. Meskipun begitu, sekurang-kurangnya NU.58 Ini pertanda bahwa pekerjaan rumah NU bukan hanya me-
pada tingkat menyumbangkan gagasan-gagasan baru bagi pema- lakukan penataan kembali ke dalam tetapi juga (dan yang lebih
haman dan praktek-praktek demokrasi yang selama ini cenderung penting) mengantisipasi secara tepat faktor-faktor eksternal yang di-
dimonopoli oleh negara, NU, terutama melalui Abdurrahman Wa kutip di awal tulisan ini, maka sang nakhoda hana tetap harus
hid,56 telah acapkali melontarkan visi demokrasi yang lebih inklusif membuka matanya dan selalu bersiap siaga, meskipun kapal telah
dengan menolak kecenderungan sektarianisme dan primordialis- stabil dan sauh telah dibuang.
me. Demikian pula penafsirannya atas Demokrasi Pancasila yang
memberikan tempat utama bagi warga negara berikut hak-hak poli-
tiknya seperti berorganisasi, perlakuan yang sama bagi sesama me-
reka, dsb. bisa dianggap sebagai upaya peletakan fondasi utama ba- ________________________________________________________
gi berkembangnya civil society yang mandiri di Indonesia.57 Terlepas _______________
dari masih adanya kontroversi, posisi Andurrahman Wahid sebagai ________________________________________________________
ketua pokja Forum Demokrasi menjadi simbol kemampuan NU mem- _______________
beri kesempatan kepada warganya untuk berkiprah memperjuang-
kan demokratisasi. Demikian juga, kebebasan menyalurkan aspirasi 42. Sebagiamana umumnya upaya pemilahan, maka kategorisasi ini
politik bagi kaum Nahdliyyin lewat semua OPP bisa dilihat pula sum- tidak harus di-
bangan nyata bagi tumbuhnya civil society. Ia merupakan pengeja-
169 170
lihat secara kaku karena terdapat kemungkinan-kemungkinan
kategori antara 46. Ini berarti kelompok profesional-teknokrat mampu pula
Pemilahan ini harus diperlakukan sebagai upaya heuristik untuk melakukan bargain-
memahami ning dengan kelompok politis apabila yang terakhir ini mampu
dinamika internal NU. untuk bangkit
kembali. Patut dicatat bahwa basis massa kelompok politis ini
43. Rekrutmen politik kelompok ini diambil dari ormas-ormas NU masih sangat
seperti Musli- kuat, tercermin dalam perolehan suara PPP dari massa NU yang
mat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, dan juga PMII walaupun yang ternyata masih
terakhir ini tetap tinggi. Juga kasus dukungan bagi KH Idham Chalid dalam
merupakan organisasi independen, selain juga dari kalangan tokoh- Muktamar
tokoh pe- XXVIII di Krapyak menunjukkan masih kuatnya pengaruh
mimpin agama di pesantren-pesantren. Lihat Irsyam, M., Ulama. kelompok ini. Lihat
Op. cit., h. Marijan, K. Quo Vadis. Op. cit., h. 184. Pertarungan antara
105-6 passim. kelompok kedua un-
tuk masa yang akan datang tampaknya akan mewarnai dinamika
44. Termasuk juga para aktivis yang tidak berorientasi politis praktis internal NU.
dan sebagian Bagaimanapun, para politisi NU akan tetap memainkan peran.
terlibat dalam LSM-LSM, baik di luar maupun di dalam NU. Hanya saja me-
Mereka yang ter- reka akan dicoba untuk tidak menjadi sangat dominan seperti masa-
akhir ini lebih suka bergumul dalam aktivitas-aktivitas advokasi masa sebe-
masyarakat se- lumnya. NU masih sangat berkepentingan dengan dukungan para
cara langsung dengan berbagai proyek peningkatan sumberdaya politisinya
manusia, pen- di Golkar, PPP dan PDI maupun mereka yang berada pada birokrasi
didikan, dakwah dll. pemerin-
tah. Keterlibatan NU dalam perebutan posisi Ketua Umum PPP
45. Di masa sebelum Orde Baru, aliansi kelompok politis dan periode yang
kelompok profe- akan datang menunjukkan keinginannya untuk tetap
sional-teknokratik menentukan perkembangan NU. Baik pada masa mempertahankan aset
Demokra- politik formal. Lihat laporan mass media "Bursa Bintang dalam
si Liberal maupun Demokrasi Terpimpin, kelompok politislah yang Bayangan Men-
sangat do- dung."; Dalam Detik, 12-18 Januari 1994, h.4-5; "Gus Dur dan
minan menentukan warna NU, sementara kelompok kedua masih Strategi Balon Po-
belum be- litik". Dalam Editor, 3 Februari 1994, h. 31 dan "Kembali Tanpa
gitu signifikan artinya sedangkan kelompok ketiga ditempatkan Pamrih?". Da-
dalam posisi lam Tempo. 5 Februari 1994.
sebagai pemberi legitimasi bagi perilaku-perilaku kelompok
pertama
171 172
48. Kasus terbentuknya ICMI dapat dilihat sebagai gejala repolitisasi berhasilan mereka. Sampai di mana kemampuan melakukan
Islam (atau asimilasi antara
yang disebut confensionalisasi politik oleh Gus Dur) di Indonesia. manajemen modern (dengan segala asumsi teoretis dan
Lihat Wa- epistemologis yang
hid, A. Islam, Politics, and Democracy in Indonesia I950s to 1990s. mendasarinya dan tata nilai yang dianut NU merupakan tantangan
Makalah untuk tersendiri
Conference on Indonesian Democracy. Clayton, Victoria: Monash yang harus dijawab secara memuaskan.
University,
17-21 December 1992. ICMI jelas berhasil memperoleh dukungan 51. Ia adalah jaminan-jaminan dasar akan keselamatan jiwa, agama,
dari seba- keluarga, har-
gian tokoh NU baik dari kelompok politisi maupun kelompok ta benda dan pekerjaan. Lihat Wahid, A. Universalisme Islam dan
profesional-tek- Kosmopolitan-
nokrat. Apabila terjadi kristalisasi antar keduanya dan mendapat isme Peradaban Islam Jakarta, 1991; "Amar Ma'ruf, Mabadi Khairi
dukungan ne- Ummah dan
gara (lewat ICMI), maka bukan mustahil akan menjadi ancaman Pancasila." Panji Masyarakat. 1985, h. 51-S.
bagi kekom-
pakan organisatoris NU paska-Khittah. 52. Pendekatan Islam sebagai alternatif mengacu pada pemikiran
bahwa ajaran-
49. Kritik atas mekanisme organisasi dalam NU, terutama pembagian ajaran Islam sudah lengkap dalam dirinya sendiri sehingga mampu
tugas anta- untuk me-
ra Syuriyah dan Tanfidziyah, sudah banyak dilontarkan baik dari lahirkan konsep-konsep, teori-teori yang paling tepat bagi seluruh
dalam mau- permasa-
pun dari luar. Lihat misalnya Husain, A. NU Menyongsong Tahun lahan sosial, politik, ekonomi dalam konteks apapun dan karenanya
2000. Kendal: menolak
CV. MA Noer,-1989, h. 40-2 passim; Irsyam, M. Ulama. Op. cit., apapun yang dianggap bukan Islami. Pendekatan ini sering dipakai
1984. Kebutuhan oleh ke-
akan pendayagunaan badan-badan otonom, seperti RMI, lompok fundamentalis Islam dalam perjuangan mereka. Pendekatan
Lakpesdam, Jam- budaya
i'atul Qurra" dst., menjadi tekanan utama setelah NU kembali ke menganggap perlunya semacam pencerahan bagi umat Islam lewat
Khittah wacana ke-
1926. islaman sehingga nanti akan muncul subyek-subyek barn yang
benar-benar
50. Hal ini terutama mendesak ketika badan-badan otonom NU ingin Islami. Struktur tidak dianggap penting dalam pendekatan seperti
berkiprah ini.
pada sektor-sektor modern, seperti BPR dan koperasi. Keperluan Lihat Wahid, A. "Peranan Ummat dalam Berbagai Pendekatan."
mengadopsi Dalam Univer-
sistem manajemen modern dan rasional menjadi conditio sine qua salisme. Op. cit., h. 38-9.
non bagi ke-
173 174
53. Uraian mengenai etika wacana dapat dilihat dalam Habermas, J.
Moral Con- 56. Ide-ide dan refleksi Abdurrahman Wahid tentang kehidupan
sciousness and Communicative Action Cambridge, Mas: MIT demokrasi khu-
Press, 1993, h. susnya, membutuhkan kajian tersendiri. Esai-esainya yang
43-115; new, P. (ed.) Autonomy and Solidarity: Interview with berkaitan dengan
Juergen hal itu sedang dikumpulkan dan tak lama lagi akan diterbitkan.
Habermas. London: Verso, 1993, h. 245-71. Beberapa
yang terakhir yang penulis ketahui misalnya: Negara Berkembang.
54. Kritik Abdurrahman Wahid terhadap kecenderungan sektarian di HAM dan
kalangan Bantuan Pembangunan Makalah Seminar Tentang HAM dan
ummat Islam menjadi sangat relevan dalam upaya pembentukan Demokratisasi YAPUS
etika wacana HAM. Jakarta 18 Nopember; HAM, UUD 45, dan Pengembangan
ini. Wahid terutama melihat reideologisasi Islam sebagai salah satu SDM. Jakarta,
hasil- 1993: Agama dan Perilaku Bangsa: Sebuah Tilikan Awal Atas
nya. Lihat Wahid, A. "Reideelogisasi dan Retradisionalisasi dalam Gerakan Islam
Politik." di Indonesia. Makalah Seminar IMM. Malang, 23 Oktober 199S;
Prisma. 6, 1985, h.56. dan Perwujudan
Pancasila dalam Era Globalisasi. Makalah Sarasehan FKSE-66
Jakarta 17-18
55. Ciri-ciri utama kultur pesantren tradisional adalah kemandirian November 1993.
dan keber-
samaan. Dalam konteks penguatan "civil society" di Indonesia, ciri- 57. Dalam tradisi Barat, masalah warga negara dan kedudukannya
ciri menjadi esensi
tersebut menjadi sangat-relevan untuk dikaji implikasinya. bagi terbentuknya "civil society". Karena kewarganegaraan
Penelitian ter- (citizenship)lah
hadap kultur pesantren umumnya menekankan pada dimensi maka subyek diakui persamaan hak-haknya di muka hukum suatu
epistemologis dan negara Kewar-
etis yang ada di kalangan santri. Yang terakhir ini misalnya terlihat ganegaraan juga menjadi tanda representasi bagi individu untuk
da- berpartisi-
lam analisa Weberian mengenai etika "wiraswasta" di kalangan pasi dan menjadi anggota suatu kolektivitas hidup bernama negara.
kelas peda- Lihat
gang santri. Lihat Geertz, C. Religion of Java. Glencoe, III: The Seligman, A. The Idea. Op. cit., hl. 101-2. Havel juga menekankan
Free penting-
Press, 1960; Castle, L. Religion, Politics and Economic Behavior in nya mengembalikan peran warganegara seperti itu. Lihat
Java: tulisannya: "An
The Kudus Cigarette Industry. New Haven: Yale University Anatomy of Reticence." Dalam "Crossurrents: A Yearbook of
Southeast Asia Central European
Studies. 1967. Dhofier, Z. Tradisi Pesantren. Op. cit., 1982. Culture Ann Arbor: University of Michigan Press, 1986, h. 18.
175 176
masi (sosial-politik, sosiokultural dan ekonomi). Ini dipercaya seba-
58. Misalnya keterlibatan Abdurrahman Wahid dalam Forum gai upaya NU untuk menghidupkan kembali semangat yang men-
Demokrasi dan aktivi- dorong kehadirannya di Surabaya, tanggal 16 Rajab tahun 1344 H
tas-aktivitas prodemokrasinya di Indonesia tidak disukai oleh (31 Januari 1926).
penguasa. Tulisan ini bermaksud menengok kembali perjalanan NU sela-
Statemen-statemennya terhadap kondisi politik Indonesia sering ma satu dasawarsa terakhir, membandingkannya dengan perkem-
dianggap bangan NU sebelum menjadi partai politik ketiga terbesar dalam
terlalu kritis dan tak jarang menimbulkan kontroversi di kalangan Pemilu 1955 (1926-1955), kemudian coba melakukan tatapan ke
NU sen- depan. Akan dikemukakan bahwa "Kembali ke Khittah NU 1926"
diri. Keraguan pihak penguasa tercermin dalam kasus Rapat Akbar bukan merupakan pekerjaan yang gampang dan tak kalah berhar-
NU pada 1 ga dibanding aksi-aksi politik praktis. Dengan kata lain hendak dike-
Maret 1992 di Jakarta, di mana ia mengalami berbagai hambatan mukakan, masa depan NU sebagai organisasi sosial-keagamaan
dari aparat memerlukan perhatian yang seksama.
negara sebelum pada akhirnya diizinkan. Ironisnya, Rapat Akbar itu
sendiri
diselenggarakan untuk menegaskan kembali kesetiaan NU terhadap Sekilas NU Dewasa Ini
Pancasila
dan komitmennya terhadap negara RI. Lihat Ramage, D. Penegasan NU untuk kembali ke Khittah 1926 sebetulnya bu-
Ideological Discousse. kan hanya bermakna melepaskan diri dari afiliasi politik dengan ke-
Op. cit., 1993. tiga partai yang ada di Indonesia. Butir penting sebagai konsekuensi
dari political aquidistance ini, ialah mengajak anggota NU untuk me--
negaskan jati-dirinya sebagai warganegara yang merdeka dan ber-
JAM'IYAH NAHDLATUL ULAMA: daulat penuh di Republik Indonesia. Jatidiri ini lalu menempatkan
KINI, LAMPAU DAN DATANG *) wargn NU untuk bergumul pula dengan dasar negara. Inilah mak-
sud Deklarasi Hubungan Islam dan Pancasila yang menyalakan,
Mohammad Fajrul Falaakh bahwa
NU juga hakrnajihan untuk menjaga prmahanran Pancasila yang
benar.3
DALAM Muktamar ke-27 di Situbondo (1984), Nahdlatul Ula- Di permukaan, pergumulan dengan wacana ideologi ini tam-
ma (NU) menegaskan diri untuk kembali menjadi organisasi sosial- pak sebagai peran utama yang dimainkan NU selama 10 tahun ter-
keagamaan (jam'iyah diniyah). Berbagai sebab, pertimbangan, latar akhir termasuk dalam theatricum-symbolicum Rapat Akbar 1 Maret
belakang dan argumen untuk itu telah dikemukakan oleh NU dan 1992. Douglas Ramage menilai, "strategi Pancasila" Abdurrahaman
para fungsionasrisnya. Sementara penafsiran akan makna "Kembali Wahid merupakan usaha sadar untuk mengambil alih penafsiran
ke Khittah NU 1926" juga berkembang, berbagai kajian terhadap atas ideologi negara yang senantiasa dijadikan basis legtimasi ke-
NU makin banyak bermunculan sejak itu.2 kuasaan Orde Baru. Selama seperempat abad terakhir Pancasila te-
Dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir, tentu banyak hal lah sering dipakai sebagai alat untuk menarik garis batas wacana
yang dapat dicatat dari perkembangan NU. Satu hal yang menonjol dan tingkah laku politik yang dibolehkan atau dilarang bagi ma-
untuk dicatat ialah, NU sedang menggelundungkan trilogi transfor- syarakat.
177 178
Padahal, pada dasarnya Pancasila juga mewakili cita-cita yang lu- Ketika itu Abdurrahrnan Wahid mendekati LP3ES agar melaksana-
hur untuk membangun bangsa: toleransi, penghargaan terhadap kan pengembangan masyarakat melalui pesantren di lingkungan
perbedaan, keadilan sosial dan ekonomi, serta sistem politik yang NU. Proyek air-bersih dan usaha bersama di pesantren An-Nuqa-
demokratis sesuai dengan kultur politik asli Nusantara. Begitulah, yah, Guluk-guluk, Madura Timur (KH Abdul Basith) atau kegiatan
lanjut Ramage, Abdurrahman Wahid telah mengajukan himbauan ekonomi melalui usaha bersama di pesantren Maslakul Huda, Ka-
bagi sebuah masyarakat demokratis yang- prasyaratnya mengan- jen, Pati (KH Sahal Mahfudh) adalah contoh populer untuk ini.
dalkan Pancasila sebagai penjamin atas terbinanya sebuah civil Pesantren lainnya adalah Tebuireng (perpustakaan santri), Cipa-
society sung-Tasikmalaya (air bersih), Paiton-Probolinggo dan Blok Agung
demokratis, yang sifatnya non-Islam dan non-militer.4 Banyuwangi.
Untuk aspek sosio-kultural bukan hanya sekolah-sekolah yang Friedrich Naumann Stiftuung (FNS), salah satu lembaga dana
didirikan dengan nama Sunan Giri, Sultan Agung (khas gaya NU dari Jerman, kemudian juga terlibat dalam pembentukan P3M
setelah Pemilu 1971) tak lagi banyak terdengar; sekitar 30% sekolah (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat 1983).
NU yang sempat memisahkan diri dari partai NU, kembali berga- Bersama kalangan non-NU, tokoh NU yang menjadi pengurus ada-
bung dengan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU. Dalam tahun lah KH Yusuf Hasyim dan KH Sahal Mahfudh. Semua proyek P3M
Konbes NU di Cilacap (1987) dilaporkan lebih dari 4000 unit seko- ditempatkan di pesantren dan meliputi peralihan manajemen dan
lah berada di bawah Ma'arif NU.5 Secara umum hubungan dunia pengorganisasian, pelatihan komunikasi lisan dan tertulis, koperasi,
pendidikan di NU (termasuk pesantren) dengan pemerintah mem- teknologi tepat guna, atau eskperimen pendidikan alternatif. Bela-
baik, sumbangan peralatan dan dana juga dirasakan lebih lancar di- kangan, di bawah koordinasi Masdar F, Mas'udi, P3M melakukan
banding waktu-waktu sebelumnya. Namun arus masuk kepenting- fasilitasi halqah yang cukup kontroversial namun mencerahkan
an negara juga bertambah.6 dan transformatif.
Dalam dakwah, munculnya mubaligh-mubaligh kondang dari Secara khusus Munas Situbondo 1983 memang mendukung
NU dan semaraknya kegiatan dakwah merupakan kenyataan yang proyek percontohan dalam bidang pendidikan, koperasi, bantuan
dapat lebih mudah dinikmati oleh masyarakat. Orang-orang NU hukum dan penyediaan air bersih, Muktamar Situbondo 1984 ke-
yang menjadi pegawai negeri juga "berani" menampakkan diri kem- mudian menunjuk kerja-kerja sosial, upaya-upaya ekonomi dan per-
bali. Semarak kegiatan sosial-keagamaan NU ini, tentu harus dilihat baikan kondisi buruh sebagai contoh pengembangan masyarakat.9
dalam konteks sikap negara yang makin kondusif terhadap Islam. PBNU lain mendirikan Lakpesdam, dengan kegiatan utama berupa
NU juga menekankan kegiatan pengembangan masyarakat pelatihan manajemen dan kepemimpinan, mendorong usaha pe-
(community development) melalui pesantren dan pengembangan ningkatan pendapatan dalam bidang pertanian dan industri ru-
ekonomi. Peran pesantren dalam pengembangan masyarakat dapat mah tangga, termasuk melalui kelompok-kelompok usaha bersa-
dirunut kembali sejak pengalaman Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan ma.10
pesantren Tebuireng di dekat pabrik gula Cukir, Jombang. Di lokasi Dalam Muktamar Krapyak (1989), NU mencanangkan pro-
ini sering terjadi perampokan, pejudian, sabung ayam serta pela- gram pengembangan industri pedesaan berskala kecil dan proyek
curan. Usaha Kiai Hasyim mengembangkan pesantren ternyata ber- proyek peningkatan kesejahteraan sosial (seperti rumah-rumah sa-
asil membawa masyarakat sekitar untuk keluar dan perilaku buruk kit dan panti-panti asuhan),11 Namun kegiatan yang sangat menco-
tersebut, dan Tebuireng menjadi pesantren panutan di Jawa.7 lok adalah pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NU, yang me-
Belakangan program ini telah dimungkinkan oleh pengalaman nyediakan kredit kecil bagi wirasuwastawan kecil dan petani NU.
pesantren dalam pengembangan masyarakat pada dasawarsa 1970- BPR
an yang merupakan hasil dari kerjasama dengan berbagai pihak.8 NU pertama dibuka di Sidoarjo (Maret 1990). Kini, BPR Nusumma
179 180
berjumlah belasan buah. (3) memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar agama Islam;
Ke manakah NU hendak menuju dengan semua itu, kiranya (4) menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal,
perlu dijawab dengan lebih dulu menengok kembali ke saat-saat or- memperhatikan hal-haljang berhoeboengan dengan masjid- mas-
ganisasi ini didirikan di kampung Kertopaten, Surabaya, 68 tahun si- djid, soeraoe-soeraoe dan pondok-pondok, begitoe djoega dengan
lam, Tilikan diakronik ini diharapkan membantu memberikan hal
perspektif untuk meneropong masa depan NU. ihwalnya anak-anak jatim dan orang-orang fakir-miskin;
(5) mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan perta-
nian, perniagaan dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara'
Masa Lampau NU agama Islam.
Berdirinya NU tahun 1926 merupakan muara dari berbagai ke- Dapat dikatakan bahwa usaha-usaha NU mencakup komunikasi
giatan yang sebelumnya telah dilakukan oleh para generasi pendiri antar-ulama, kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian dah pendidi-
jami'yah ini. Proses berdirinya NU, dengan demikian, dapat diru- kan, peningkatan penyiaran Islam (dakwah), pembangunan sarana-
nut kembali ke aneka peristiwa yang terjadi sebelumnya. Untuk pe- sarana peribadatan dan pelayanan sosial, serta peningkatan kualitas
runutan ini Statuten Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama, yang hidup masyarakat. Dengan kata lain, tujuan dan program awal NU
diwujud- memang berwatak sosial-keagamaan.
kan dalam akte notaris baru tahun 1930, merupakan panduan pen- Menyimak tujuan dan usaha-usaha yang dicanangkan dalam
ing.12 Aneka peristiwa tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiat- Anggaran Dasar Pertama tersebut, maka tidaklah keliru untuk me
an-kegiatan yang dapat disebut sebagai aksi kultural untuk bangsa, nyatakan bahwa di antara peristiwa penting dalam proses berdirinya
aktifitas yang mencerminkan dinamika berpikir kaum muda, hing- NU mencakup pembentukan Nahdlatul Wathan, Tashwirul Atkar,
ga usaha ekonomi kerakyatan dan keprihatinan keagamaan yang Nahdlatut Tujjar maupun Komite Hijaz. Nahdlatul Wathan didiri-
mendunia. kan untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah formal (madrasah),
Dalam Anggaran Dasar pertama NU tersebut dinyatakan, bah- Tashwirul Afkar semula menjadi forum diskusi kaum muda, dan
wa NU didirikan dengan tujuan (Pasal 2): "Memegang dengan tegoeh Nahdlatut Tujjar dibentuk sebagai usaha dagang berbentuk kope-
pada salah satoe dari mazhabnya Imam ampat, jaitoe Imam rasi.13 Komite Hijaz, di pihak lain, tampak sebagai peristiwa yang
Moehammad langsung mendahului pembentukan NU.
bin Idris Asj-Sjafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah An-
Noe'- Kerja Sosio-Kultural
man, ataoe Imam Ahmad bin Hanbal, dan mengerdjakan apa sadja
jang Sebagian dari generasi pendiri NU membentuk organisasi ber-
mendjadikan kemaslahatan agama Islam", Guna mencapai tujuan itu nama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah-Air) di Surabaya,
dirumuskan pula rincian usaha yang hendak dijalankan NU, yaitu yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan sistem
(Pasal 3): madrasah serta kursus-kursus praktis kepemimpinan, organisasi dan
(1) mengadakan perhoeboengan diantara oelama jang bermazhab, administrasi. Pilihan nama organisasi itu sendiri merupakan cermin
(2) memeriksa Kitab-kitab sebeloemnja dipakai oentoek mengadjar, dari suasana sosial-psikologis yang melingkupi diri para pendirinya.
soe- Sebuah aksi sosio-kultural untuk masyarakat, yang dilakukan ber-
paja diketahui apakah itoe dari pada kitab-kitab Ahli Soennah wal sama para aktifis kebangsaan, merupakan fenomena umum di ka-
Djama 'ah ataoe kitab-kitab ahli bid'ah; langan para pemimpin Indonesia waktu itu.
181 182
Nahdlatul Wathan berstatus sebagai badan hukum (rechtsper-
soon) pada tahun 1916 dengan bantuan pemimpin SI HOS Tjokro Forum Diskusi
aminoto dan seorang arsitek bernama Soejono. Kebutuhan akan
biaya penyelenggaran pendidikan yang tak sedikit rupanya ditang- Para penulis tentang NU hampir tak pernah melewatkan perha-
gulangi oleh Abdul Qahhar, seorang pengusaha dari kampung Ka- tiannya dari sebuah klub diskusi bernama Tashwirul Afkar (Potret
watan di selatan Tugu Pahlawan Surabaya. Abdul Qahhar bertindak Pemikiran atau Pantulan Gagasan-gagasan, 1918). Klub pendahulu
sebagai direktur sekolah, KH Mas Mansur dan Kiai Wahab mena- NU ini didirikan oleh Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Mas Mansoer
ngani soal kependidikannya. (kemudian aktif di Muhammadiyah), Kiai Ahmad Dahlan (pemim-
Dalam lima tahun pertama beberapa cabang madrasah Nahdla- pin pesantren Kebondalem di Surabaya, salah satu pendiri MIAI)
tul Wathan berdiri di Malang, Semarang, Gresik,Jombang dan be- dan Pak Mangun (aktifis Budi Utomo). Sampai tahun 1929, nama
berapa tempat di Surabayn sendiri. Sebagian tetap menggunakan resmi klub ini ialah Soerjo Soemirat Afdeeling Tashwirul Afkar.
nama Nahdlatrll Wathan, lainnya menggunakan nama seperti Far- Setelah
'ul Wathan, Hidayatul Wathan atau Ahlul Wathan.l4 Cabang-ca- berbadan hukum, nama Soerjo Soemirat-sebuah badan hukum yang
bang itu dipelopori oleh kawan-kawan dan murid-murid Kiai Wa- didirikan oleh para anggota Budi Utomo- tak dicantumkan lagi
hab, baik ketika berada di pesantren maupun di Makkah. Kiai Mas (1932).
Mansoer lebih berperan memimpin sekolah sementara Kiai Wahab Kegiatan Tashwirul Afkar dasawarsa pertama lebih menitikbe-
di bagian kursusnya.15 Dalam tahun 1920-an juga diselenggarakan ratkan pada diskusi dan kursus. Sesudah nama Soerjo Soemirat di-
pendidikan untuk yatim-piatu dan orang miskin tanpa pungutan hapus, kegiatannya diarahkan ke pengajaran kelas dengan membu-
biaya.l6 ka sekolah biasa dan sekolah gratis untuk yatim-piatu dan kaum
miskin. Gedung yang semula disewa di dekat masjid Sunan Ampel,
Rintisan Ekonomi Kerakyatan Surabaya, kemudian dibeli dengan harga F.6.000,- ditambah biaya
perbaikan dan pengadaan peralatan sekolah. Salah seorang tokoh
Pada tahun 1918, setelah memperoleh restu Kiai Hasyim Asy- NU ynng sempat mengenyam pendidikan di madrasah Tashwirul
'ari, Kiai Wahab mendirikan usaha perdagangan dalam bentuk ko- Afkar adalah KH Ahmad Syaichu. 19 Madrasah ini masih aktif di Su-
perasi (disebut dengan istilah sjirkat al'inan). Badan usaha itu sen- rabaya hingga kini.20
diri bemama Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Usaha).l7 Kiai Hasyim Menurut laporan Schrieke, penasihat untuk masalah-masalah
bertindak sebagai ketua, sedangkan Kiai Wahab sebagai manajer. penduduk Hindia Beianda (Adviseur voar Inlandsche Zaken), tahun-
Pembentukan koperasi itu menunjukan, bahwa sekitar sepuluh ta- tahun sebelum Tashwirul Afkar didirikan telah dilancarkan berba-
hun sebelum lahir, telah dilakukan kegiatan bersama dalam bidang gai kritik terhadap praktik-praktik detil keagamaan. Arsip Schrieke
sosial-ekonomi di kalangan para pendiri NU. Dana pendirian kope- di Koninklijk Instituut voor Taal, Laand en Volkenkunde, Leiden, me-
rasi ini adalah f1.125 (1.125 gulden) dan berasal dari 45 orang ang- muat laporan menarik. Disebutkan bahwa Faqih Hasyim, seorang
gota (masing-masing f.25), dan pada awalnya bergerak di bidang da'i murid almarhum Haji Abdul Karim Amrullah (ayah almarhwn
pertanian.l8 Buya Hamka), giat melancarkan serangan terhadap pernik-pernik
Dalam dasawarsa 1930-an, NU sempat mendirikan usaha-usaha praktik keagamaan kalangan pesantren, maupun praktik adat (se-
perkoperasian atau syirkah mu'awanah (1937), kemudian bergerak perti dalam upacara-upacara kematian). Karena agitasi-agitasi terha-
dalam impor sepeda (yang batal) dan keramik Jepang. Pendirian dap tradisi keagamaaan dan adat itu, simpul Schrieke, Tashwirul Af-
Bank Nusantara tahun 1950-an, gagal beroperasi karena manaje- kar didirikan.21
men yang buruk. Hanya karena "ketenangan nan terusik" itu sajakah Tashwirul
183 184
Afkar didirikan, masih diperlukan kajian yang lebih dalam. Namun Sementara pertemuan Kairo disiapkan, penguasa Hijaz Syarif,
penggunaan nama Soerjo Soemirat menunjukkan hubungan dekat Husain tampak berminat menjadi kandidat khalifah. Ia merencana-
pada pendiri Tashwirul Afkar dengan kalangan Budi Utomo. Di kan pertemuan internasional di Makkah. Rencana Husain kurang
samping itu, dapat dimengerti jika kritik-kritik terhadap tradisi ke- matang dan kurang memperoleh tanggapan di Indonesia. Ia bah-
agamaan dan adat itu telah mendorong "persekutuan" Tashwirul kan digulingkan oleh Abdul Aziz ibn Sa'ud. Pergolakan ini menjadi
Afkar dengan kalangan Budi Utomo, yang lebih toleran itu.22 Na- salah satu sebab penundaan pertemuan Kairo. Penguasa baru Hijaz
mun, selain keterkaitan banyak aktifis Tashwirul Afkar dalam men- merencanakan pertemuan internasional di Makkah. Sidang Komite
dirikan NU nantinya, peristiwa yang lebih menentukan sejarah NU Khilafat di Indonesia pun makin intensif dan Kongres Al-Islam
adalah pembentukan Komite Hijaz. lebih sering dilakukan. Kongres Al-Islam ke-4 (Agustus 1925) telah
menerima undangan untuk menghadiri pertemuan Makkah.
Sebagai pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, Dinasti Sa'ud
Keprihatian Keagamaan (23 dikenal anti-mazhab keagamaan dalam Islam dan telah menghan-
curkan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Arabia. Sejumlah
Komite ini berkait dengan pengambilalihan kekuasaan Syarif aktifis pesantren dibawah pimpinan Kiai Wahab bermaksud meng-
Husain di Hijaz (termasuk kawasan Makkah dan Madinah dewasa ajukan pembelaan agar pengajaran mazbab di Tanah Suci tak dila-
ini) oleh Abdul Aziz bin Sa'ud (pendiri dinasti Saud di Arabia, dan rang oleh penguasa baru Hijaz, dan peninggalan-peninggalan seja-
dinilai sebagai penganut faham Wahabi). Peristiwa ini tak lepas dari rah yang ada tetap dibiarkan berdiri. Proses pembelaan ini cukup
perhatian kaum muslimin di Indonesia, yang sejak tahun 1922 telah memakan waktu, seiring dengan dinamika umat Islam di Indonesia
menyelenggarakan Kongres Al-Islam. waktu itu.
Kongres Al-Islam telah berlangsung beberapa kali ketika tersiar Dengan juru bicara Kiai Wahab, kalangan pesantren menyam-
berita, pada tahun 1924, bahwa khalifah Abdul Majid dari Daulah paikan kekhawatiran itu dalam sidang-sidang Komite Khilafah. Per-
Usmaniyah (Kekaisaran Ottoman) digulingkan oleh pemimpin na- debatan makin seru, dan kekhawatiran kalangan pesantren tak ter-
sionalis Turki Musthafa Kamal. Penghapusan kekhalifahan Islam ini akomodir dalam Komite Khilafat Sementara itu, dalam keterangan
segera disusul dengan rencana penyelenggaraan pertemuan inter- yang dikutip harian Al-Ahram (dimuat oleh Hindia Baroe, 30/1/
nasional tentang khilafah di Mesir. Pertemuan yang dipimpin Syaikh 1925), Ibn Sa'ud menjelaskan bahwa penggulingan Husain adalah
Al-Islam Muhammad Abul-Fadl (Rektor al-Azhar) di Mesir, 25 Ma- untuk melindungi Makkah dan Madinab. Selama Husain dan ketu-
ret 1924, kemudian memutuskan pentingnya lembaga khilafah bagi runannya berkuasa katanya, kawasan Hijaz tidak akan aman. Kete-
umat Islam. Tokoh pembaharu Sayid Muhammad Rasyid Ridla rangan ini tak meredakan kekhawatiran kalangan pesantren akan
menjadi salah seorang penyelenggara pertemuan Kairo, sedangkan nasib paham keagamaan Islam berdasar ajaran Ahlus Sunnah wal
Raja Fuad di Mesir adalah salah seorang kandidat khalifah. Undang Jamaah, seperti tradisi sufisme dengan tarekat dan kebiasaan wirid-
an ke Indonesia pun dilayangkan. nya, pembacaan ode kepahlawanan untuk Nabi (misalnya Qasidah al-
Dalam Kongres Al-Islam ke-3 di Surabaya (Desember 1924) Barzanji), maupun transmisi intelektual melalui pengajaran kitab-
yang dihadiri utusan-utusan SI, Muhamamdiyah, Al-Irsyad, Tashwi- kitab mazhab.
rul Afkar dan lain-lain dibentuklah Komite Khilafat dan dilakukan Aspirasi yang tak terakomodir dan situasi yang memuncak, tam-
persiapan untuk mengirim delegasi ke Mesir. Bertindak sebagai Ke- paknya telah menyebabkan kalangan pesantren membentuk Ko-
tua Komite adalah Wondoamiseno (SI), dengan Wakil Kiai Wahab mite Hijaz. Komite ini diketuai oleh Hasan Gipo dengan Wakil Sa-
Hasbullah, Sekretaris A.M. Sangaji, anggota (a.l.) Kiai Mas Mansoer, leh Sjamil, Sekretaris Soegeng Joedodiwirjo, Wakil Sekretaris Kiai
Hasan Gipo (nantinyan menjadi President pertama NU). Abdul Halim, Penasehat Kiai Wahab, KH Masjhoeri, dan KH Khalil.
185 186
Dalam rapat Komite Hijaz di Kertopaten-Surabaya, 31Januui 1926,
disepakati untuk mengirim delegasi ke Makkah atas nama organi- 1. Makalah Seminar Masa Depan NU Sebagai Gerakan Sosial
sasi yang, atas usul Mas Alwi Abdul Aziz, dinamakan Nahdlatul Ula- Keagamaan diseleng-
ma. Usul disepakati dan Komite Hijaz dibubarkan. Jadilah tanggal garakan oleh Panitia Muktamar ke-29 Nahdlatul Ulama, Jakarta 21-
31 Januari 1926 itu sebagai kelahiran NU. 22 Nopem-
Ketika Kongres Al-Islam di Bandung (Februari 1926) menetap ber 1994.
kan HOS Tjokroaminoto dan KH Mas Mansoer sebagai delegasi
umat Islum Indonesia ke Makkah, NU memang tak tewakili. NU 2. Lihat daftar bacaan tulisan ini.
lalu mengirim utusan ke Makkah. Karena delegasi gagal berangkat,
disampaikanlah 4 (empat) pesan NU kepada Raja Saudi: jaminan 3. Lihat "Deklarasi Situbondo" ini dalam hasil-hasil Muktamar NU
kebebasan menjalankan praktek keagamaan menurut salah satu 1984. Kajian
mazhab empat dan izin masuk buku-buku mereka masuk ke Arab Simpatik telah dilakukan oleh Sitompul, 1989. Untuk kronologi
Sau<li, perawatan tempat-tempat bersejarah yang merupakan tanah menuju Munas
wakaf untuk masjid, perbaikan penyelenggaraan ibadah haji dan dan Muktamar Situbondo lihat Yusuf (et.al.), 1983; Saleh. 1986;
penentuan tarif resmi untuk semua kegiatan haji, serta jaminan Fathoni
hukum bt:rupa undang-undang unhlk mengatasi perselisihan yang dan Zen, 1992. Juga Aziz, 1992, untuk sumbangan pemikiran KH
mungkin tirnbul di Hijaz. Surat ini tak berbalas. Achmad Siddiq.
Kuena itu, pada musim haji tahun 1928, utusan NIT berangkat Untuk kajian politik lihat Irsyam, 1989.
ke Makkah. Dalam pertemuan delegasi NU (Kiai Wahab I-Iasbullah
dan Syekh Ahmad Ghana'im) dengan Raja Saudi, diperolehjamin- 4. Ramage. 1994; ditulis khusus untuk mengkaji pikiran-pikiran dan
an kebebasan menjalankan praktek keagamaan sebagimana dipa- perilaku
hami menurut mazhab (aliran hukum) empat. Tapi, menurut edar- politik Gus Dur yang berkenaan dengan Pancasila. Sebagian besar
an NU, tempat bersejarah dan berstatus wakaf seperti Maulidah Say- bahan
yidah Fathzmah (tempat kelahiran Fathimah putri Nabi Muham- tulisan didasarkan pada disertasinya. Ideological Discourse in the
mad) telah dihancurkan. Indone-
Jika tak terdapat bukti lain, tampaknya harus disimpulkan bah- sian New Order:State Ideology and the Beliefs of an Elite, 1985-
wa protes NU ke Saudi Arabia itu berdampakjauh dan sangat ber- 1993 (Colom-
arti bagi dunia Islam. Bukankab tapak-tapak Sejarah dan kenabian bia, South Carolina: University of South Carolina, 1993).
Islam di Tanah Suci itulah yang kini diziarahi jutaan umat dari ber-
bagai penjuru dunia? Dari kampung Kertopaten di Surabaya, para 5. PBNU, 1987
ulama telah mencoba melestarikan warisan sejarah umat Tak apa-
lah organisasi ini dinamakan Nahdlatul Ulama, bukan Nahdlatul Um- 6. Feillard. 1993: 29-30. Andree Feillard membahas panjang-lebar
mah. NU periode
1965-1993 dalam disertasinya di Ecole des Hautes Etudes en
________________________________________________________ Sciences Sociales,
_____________ Paris (L'Islam Traditionaliste et le Pouvoir en Indonesie 1965-1993:
________________________________________________________ Le
_____________ Nahdlatul Ulama aux prises avec L'Etat modernisteur, 1993).
187 188
16. Halim, 1970: h. 10.
7. Selanjutnya baca Dhofier, 1982.
17. Menurut akte pendiriannya, koperasi ini bernama Syirkah al-'lnan
8. Selanjutnya baca Rahardjo 1973; Prasodjo (et.al). 1974; Rahardjo Murabithah
(ed.) Nahdlatul Tujjar, dan ditandatangani pada akhir Rajab 1336 H
1974, 1985; Ziemek, 1986. (1918 M).
9. Lihat PBNU, 1984: h. 26-7 dan PBNU, 1985a: h. 146-51. 18. Anggota koperasi berasal dari Jombang, Surabaya, Malang,
Pasuruan, Bangil
10. Lembaga serupa juga didirikan di Yogyakarta dan Ujung Pandang. dan lain-lain.
Lakpes-
dam di Jakarta, atau LKPSM di Yogya, adalah Lajnah Kajian dan 19. Baidlawi dan Ma'shum, 1991.
Pengem-
bangan Sumberdaya Manusia. 20. Haidar, 1993.
11. Lihat PBNU, 1990: h. 132-158. 21. Lihat Bruinessen, 1994: h. 10-11.
12. Anggaran Dasar tidak sejak awal ditetapkan, tetapi baru disusun 22. Budi Utomo juga mendukung pengembangan Muhammadiyah dan
ketika Kongres KH Ah-
ke-3 (1928), kemudian didaftarkan kepada pemerintah untuk mad Dahlan menjadi penasehat Budi Utomo.
memperoleh status
badan hukum (rechtspersoonlijk) pada tahun 1929 dan dikeluarkan 23. Uraian bagian ini didasarkan pada berbagai buku yang
Februari 1930. menerangkan Komite
Lihat dalam Anam (1985), Lampiran III. Hijaz dan proses berdirinya NU. Lihat daftar pustaka.
Masa Revolusi
________________________________________________________ Masa antara perumusan dasar dan konstitusi negara hingga Pe-
____________________ milu 1955, banyak hal terjadi pada NU. Keikutsertaan wakil-wakil
________________________________________________________ NU dalam pembentukan negara, penegasan sikap NU atas negara
_____________________ yang terancam untuk diduduki kembali oleh kekuatan Barat, afiliasi
24. Haidar, 1993.25. politik dalam partai Masyumi dan berakhir dengan keputusan NU
untuk menjadi partai politik mandiri.
25. lihat Aboebakar, 1957 h. 480-491; Anam, 1985: h. 94·97 dan Pengalaman di bawah pendudukan Jepang telah melibatkan
lampiran-lam- NU dan umat Islam Indonesia dalam kegiatan politik lebih inten-
piran. sif, dan mempersiapkan mereka untuk melakukan pejuangan ber-
senjata. NU dan para pendukungnya memainkan peranan aktif dan
26. Nantinya Nahdlatul Muslimat didirikan di Solo. radikal pada masa revolusi. Banyak di antara mereka yang berga-
bung dalam barisan Hizbullah ternyata mempunyai latar belakang
27. Khususnya sebagai dilansir oleh KHA Wahid Hasyim dan KHM NU. Komandan tertinggi Hizbullah adalah seorang pemimpin NU
Ilyas. Lihat asal Sumatera Utara (Mandailing), Zainul Arifin. Namun, ketika
Uthman, 1988 dan Steenbrink, 1986. perjuangan bersenjata dimulai, pasukan-pasukan gerilya Muslim
non-reguler, yang bernama Sabilillah,juga muncul. Pasukan-pasuk-
28. Haidar, 1993:h. 140-141; Aboebakar, 1957: h. 477 an ini hampir semua terdiri dari para Kiai desa bersama para peng-
ikutnya, komandan tertinggi mereka juga pemimpin NU, Kiai
29. Aboebakar, 1957: h. 489. mungkin karena NU hanya memiliki Masjkur dari Malang (kelak menjadi politisi NU terkenal dan per-
segelintir ang- nah menjabat sebagai menteri).37
gota yang punya tingkat pendidikan yang diperlukan untuk menjadi NU juga mengambil bagian menentukan dalam pejuangan di
anggota Jawa Timur dan mengukuhkan sikapnya atas negara Indonesia.
Volksraad, sedangkan mereka dibutuhkan dalam tugas-tugas yang Tanggal 21-22 Oktober 1945, wakil-wakil cabang (konsul) NU di se-
lebih pen- luruh Jawa-Madura berkumpul di Surabaya dan menyatakan per-
ting di NU (Haidar, 1992). juangan kemerdekaan sebagai jihad (perang suci). Pernyataan yang
kemudian terkenal sebagai "Resolusi Jihad" ini, dikeluarkan di te-
ngah Indonesia muda berada dalam situasi kritis.38 Tentara Inggris
195 196
pertama (atas nama Netherlands indies Civil Administration, NICA) tif Masyumijatuh ke NU, namun Kiai Hasyim dijadikan sebagai Pre-
menduduki Ibukota RI Jakarta akhir September 1945. Pertengahan siden Badan Musyawarah (Majelis Syuro) partai, KHA Wahid
Oktober, pasukan Jepang merebut kembali beberapa kota Jawa Hasyim
yang telah jatuh ke tangan Republik yang masih muda dan menye- menjadi salah satu dari tiga wakil-presiden dan KHA Wahab Has-
rahkannya kepada Inggris. Masih dalam bulan Oktober, Bandung- bullah sebagai anggota (penasihat eksekutif). Majelis Syuro tak ba-
dan Semarang jatuh ke tangan Inggeris.39 nyak menentukan langkah Masyumi dan statusnya diturunkan
Sementara masyarakat Jawa Timur "menunggu" kedatangan pa- menjadi hanya penasehat belaka (1949). Dari empat belas anggota
sukan Sekutu di Surabaya (akhir Oktober), pemerintah Indonesia pengurus eksekutif, hanya dua orang yang mewakili NU.44
masih menahan diri dari melakukan perlawanan. Pemerintah Proses cukup panjang dan menarik berlangsung antara NU di
mengharapkan adanya penyelesaian secara diplomatik dan tampak- satu pihak dengan non-NU dalam Masyumi. NU kemudian keluar
nya menerima saja ketika bendera Belanda dikibarkan lagi diJakar- dari Masyurni (1952) dan menjadi kontestan Pemilu 1955.45 Secara
ta. Sebaliknya, "Resolusi Jihad" meminta pemerintah Republik un- mengejutkan NU mengantungi 18,4% dari seluruh suara yang sah
tuk menyatakan perang suci.40 Tak pelak lagi, "Resolusi Jihad" telah dan menduduki tempat ketiga di bawah PNI (22,3% suara) dan
membakar semangat perlawanan arek-arek Jawa Timur. Pada 10 No Masyumi (20,9 % suara). Wakil NU di parlemen meningkat, dari 8
vember 1915, perlawanan massa kepada Sekutu pecah, dimana ba- da-lam Masyumi menjadi 45 kursi (PNI 57, Masyumi 57 dan PKI
nyak pengikut NCI yang terlibat aktif. Pasukan-pasukan non-reguler 39).46 Selama demokrasi parlementer NU gagal memberikan dam-
yang bernama Sabilillah, yang rupanya dibentuk sebagai respon pak yang sepadan dengan besar jumlah pendukungnya. Ketika De-
langsung terhadap resolusi NU, mengambil bagian aktif. Banyak mokrasi Terpimpin (1959-1965),NU menjadi penyangga rejim oto-
pula pejuang muda yang mengenakan jimat yang diberikan Kiai riter-populis;ini, yang menyebabkan sejumlah perselisihan inter-
desa kepada mereka. Bung Tomo, yang membakar massa ke dalam na1.47 Selama transisi 1965-1966, NU harus mendefinisikan ulang
perjuangan melalui pidato radionya, diketahui meminta nasehat peranan-nya dan dalam Orde Baru (1967-sekarang), setelah tampil
("restu") kepada Kiai Hasyim Asy'ari.41 sebagai kekuatan oposisi kalangan "tradisionalisme-radikal",48 NU
"Resolusi Jihad" menunjukkan, pertama, NU dapat tampil seba- menyelam dalam arus depolitisasi Islam yang massif.
gal kekuatan radikal yang tak terduga; kedua, merupakan legitimasi
bagi negara dan sekaligus kritik tak langsung terhadap sikap pasif
pemerintah.42 jam'iyah Nahdlatul Ulama: Refleksi
Ketika Masyumi menjadi sebuah partai politik, Nopember 1945,
mengikuti ajakan pemerintah republik untuk membangun demo Dari uraian di muka dapat dimengerti, mengapa godaan Pan-
krasi multi-partai (Makloemat iks, 16 Oktober 1945 dari Wapres Hat- Islamis yang sempat menarik generasi pendiri NU kemudian ter-
ta),NU menggabungkan diri.43 Keanggotaan partai Masyumi ter- abaikan. Mungkin ini pula yang menyebabkan NU, dalam tahap
diri atas anggota kolektif maupun individual- yang termasuk ang- dini, "menengok ke dalam" kondisi Indonesia. Sebab lain, tahun
gota kolektif adalah NU, Muhammadiyah dan dua organisasi regio- 1928 telah ciitetapkan Sumpah Pemuda. Pada tahap inilah kepu-
nal kecil PUII dan PUI dariJawa Barat Kemudian organisasi-orga- tusan Muktamar NU di Banjarmasin (1936) menyatakan, bahwa
nisasi Islam lainnya bergabung. negeriJawa" (yang berada di bawah cengkeraman kolonial Belan-
NU tak benar-benar terwakili dalam kepengurusan Masyumi. da) tetap merupakan dar al-islam Tatapan ke dalam ini pula yang
Hal ini mencerminkan langkanya anggota NU yang mempunyai kemudian terwujud dalam desakan NU agar MIAI (al-Majlis al-islam
tingkat pendidikan umum modern yang memadai, sehingga ber- A'la Indunisiya) tak disebut sebagai kelanjutan kongres-kongres al-
akibat pada diskriminasi terhadapnya. Tak satupun jabatan ekseku- Islam (yang Pan-Islamis itu), melainkan merupakan upaya baru sa-
197 198
ma sekali dari proses ukhuwah Islamiyah di Indoncsia.'Tahap ini faham keagamaan. Kesemua capaian ini memperoleh perhatian ku-
merupakan tahap penegasan akan konsep nusa-bangsa (dar, nege- rang memadai selama NU bergumul dengan politik praktis (di par-
ri).49 lemen dan pemerintahan).
Keterangan minimalis ini, dapat dimengerti, mungkin menye- Dalam pergumulan politik antara 1955 hingga 1983 (ketika se-
babkan tudingan bahwa NU memang didirikan bukan sebagai or- cara resmi NU melepaskan afiliasi politiknya dengan Partai Persa-
ganisasi yang sejak awal berfaham kebangsaan (baca: seal orisinali- tuan Pembangunan), enersi yang sempat terkumpul selama 1926-
tas). Keterangan-keterangan lain misalnya berupa penggunaan na- 1955 harus dialokasikan secara massif. Hasilnya, penyesalan tak ber-
ma wathan di atas, atau berupa sebuah syair dan lagu berwawasan kesudahan akhirnya mendorong NU untuk menegaskan kembali
kebangsaan yang digubah Kiai Wahab. Hanya dalam waktu kemu- ke Khittah Ashliyah al-nahdliyah (garis perjuangan NU yang asli).
dian watak kebangsaan kalangan NU terekspresikan makin menon- Demikianlah maka Muktamar NU di Situbondo (1984) meru-
jol, misalnya dalam perlawanan terhadap Jepang yang dipimpin muskan tujuan dan usaha-usaha NU sebagai berikut (Pasal 5):
oleh Kiai Zainul Musthafa (Geger Sukamanah di Singapama, Tasik-
malaya) dan kasus "anti saikerd' yang didemonstrasikan Kiai Hasyim Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam
Asy'ari.50 yang ber-
Persoalannya bernuansa lain ketika NU, melalui wakil-wakilnya haluan Ahlus Sunnah walJama'ah, menurut salah satu dari
(KHA Wahid Hasyim, KH Masjkur) bergumul dalam pembentuk- mazhab em-
an Indonesia merdeka, dan kemudian berada dalam partai Islam pat, di tengah-tengah kehidupan, di dalam wadah Negara
Masyumi. Pada tahap ini, NU menegaskan dan menjamin penuh Kesatuan Re-
keberadaan negara Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno publik Indonesia yang berasaskan Pancasila dan Undang-
dan Hatta yang telah didahului dengan "pertemuan rahasia" sebe- Undang Dasar
lum 17 Agustus 1945 yang menetapkan persetujuan ulama NU ter- 1945.
hadap kepemimpinan Soekarno, dan melalui ResolusiJihad 22 Ok-
tober 1945 yang terkenal itu.51 Untuk mewujudkan tujuan di atas maka Nahdlatul Ulama me-
Ketika NU kemudian memilih menjadi partai politik sendiri laksanakan usaha-usaha sebagai berikut (Pasal 7-10):
dan ikut berkompetisi dalam Pemilu 1955, sehingga partai Islam
yang dipimpin para ulama ini berhasil menempati urutan ketiga (1) Di bidang agama, mengusahakan terlaksananya ajaran Islam me-
dalam perolehan kursi (setelah PNI dan Masyumi), lacakan historis nurut faham Ahlussunnah wal Jamaah dalam masyarakat dengan
gerakan sosial-keagamaan ini seolah mengalami rupture. Namun melak-
satu hal dapat dipastikan, prestasi politik NU tersebut harus dicari- sanakan amar ma'ruf nahi munkar serta meningkatkan ukhuwwah Isla
kan jawabnya pada proses-proses sosio-religio-kultural yang telah
berlangsung sejak 1926. Sungguh tak dapat dimengerti bahwa ha-
nya dalam waktu 3 tahun (sejak NU keluar dari Masyumi tahun
1952 hingga Pemilu 1955), organisasi ini dapat menyiapkan diri se-
cara memadai untuk memperoleh suara begitu besar.52
Proses-proses "jamiyah babak pertama" tersebut telah mengha-
silkan banyak hal: perkembangan organisasi, perluasan kiprah, MO- ________________________________________________________
bilisasi dan integrasi massa NU dalam persoalan-persoalan Indone- ____________________
sia, kelangsungan dan transmisi intelektual Islam dan konsolidasi
199 200
________________________________________________________ berbagai kajian yang berkaitan.
____________________
37. Selanjutnya baca Soebagio, 1982.
31. Kongres ke-lO ini diselenggarakan bulanJuni 1940. Lihat Anam,
1985: h. 112. 38. Resolusi ini menyatakan bahwa wajib bejuang bagi setiap Muslim
yang mam-
32. Benda, 1985: h. 123-124. pu yang berada dalam radius 94 kilometer dari tempat
berlangsungnya per-
33. Anam, 1985: h. 114-115. Kedua pemimpin NU ini dipenjarakan, tempuran atau tempat musuh berada. Untuk mereka yang berada di
konon karena luar ra-
didakwa terlibat dalam sabotase di pabrik gula CukirJombang. dius ini kewajiban ikut serta tidak dikenakan atas masing-masing
Menurut Anam individu teta-
sebab sebenarnya adalah himbauan Kiai Hasyim agar umat Islam pi atas komunitas, yang harus mengirim sejumlah anggotanya untuk
tak mela- berga-
kukan saikeirei. bung dalam pejuangan. Lihat teks lengkap resolusi ini dalam Anam,
1985
34. Seperti dilukiskan Benda, "satuan perwira Indonesia (...) terdiri (Lampiran).
dari sejumlah
besar kiai. (...) Elite militer Indonesia yang baru, karena itu, 39. Perjuangan berdarah di Palagan Ambarawa dengan bambu runcing
memperoleh ke- dari Kyai
kuatan utamanya dari para pemimpin umat Islam dan kalangan Subki Parakan, Temanggung, adalah narasi terpendam tentang
aristokrasi, keterlibatan
sementara kaum intelgensia berpendidikan Barat, walaupun anggota NU dalam revolusi.
menyambut baik
dan menghargai tentara baru ini, tidak banyak yang menjadi 40. Menurut Saifuddin Zuhri, 1979: h. 636, Kyai Hasyim Asy'ari,
personil pimpin- yang memimpin
annya." Benda, 1985: h. 138. Lihat juga Zuhri, 1987: h. 233 untuk rapat di Surabaya, sebelumnya telah mengeluarkan fatwa yang
beberapa menyatakan
nama dari para pemimpin Muslim ini. bahwa mempertahankan republik adalah kewajiban agama bagi
semua orang
35. Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) dipimpin oieh Kiai Islam fardlu 'ain).
Ahmad Sanusi
(Sukabumi); Perikatan Ummat Islam (PUI)dipimpin Kiai Abdul 41. Peran yang dimainkan pengikut NU dalam pemberontakan 10
Halim (Ma- November di
jalengka). Lihat Noer, 1973/1987: h. 69-73 dan Iskandar, 1993. Surabaya diungkapkan dalam beberapa artikel singkat di Aula
jumal NU
36. Pergumulan merumuskan dasar negara dan konstitusi ini dapat cabangJawa Timur: Abdul Aziz Medan, ''Lasykar Hizbullah dan
dibaca dalam Perang 10 No-
201 202
vember".Aula IX, no,1 dan 2 (januari dan februari dar, 1992. Tentang "pertemuan rahasia" baca Anam, 1985: h. 112;
1987);anonim,"peranan Feillard,
Hizbbullah dalam perang 10 November 1945",Aula X no.10 1993; h. 5.
(Desember 1988).
52. Tentang faktor-Saktor keberhasilan NU dalam Pemilu 1955 lihat
42. Bruinessen, 1994. Naim, 1960;
juga Noer, 1973/1985.
50. Untuk syair gubahan Kyai Wahab lihat Halim, 1970: h. 8-10; Tatapan ke Depan: Khaira Ummah
Anam, 1985: h.
25-26 dan Shonhaji. 1987: h. 97-98. Untuk Geger Sukamanah lihat Mungkin berguna untuk menegaskan, platform paling penting
Aiko yang ditetapkan NU sebagai gerakan sosial-keagamaan adalah Islam
Kurosawa, 1994. Untuk kasus "anti saikerei' lihat H.J. Benda. (dengan definisi dan ramifikasi yang khas NU: menurut faham
Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan bermazhab hukum). Platform ini,
5l. Pergumulan tokoh-tokoh NU dalam perumusan dasar negara dapat ternyata, tidak beku. Dinamika keislaman NU dapat disimak pada
dibaca pergumulannya dengan realitas maupun pada formulasi-formulasi
dalam M. Yamin, 1959.Jil. I.Juga ES Anshari, 1980; Simanjuntak, yang disodorkan organisasi ini,
1994; Hai- Akar doktrinal-konseptual semua itu dapat dirunut dari pema-
human "Islam sebagai agama fitrah dan rahmat bagi semesta alam"
203 204
(al-Islam din al-fithrah wa rahmatan li al-'alamin). Islam melihat ya).
manu-
sia sebagai makhluk yang secara fitri telah mngandung unsur-un- Boland, B:T. Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1972 (Jakarta:
sur baik. Tugas agama adalah untuk menjaga, memunculkan dan Grafiti Press, 1985).
mengembangkan kebaikan itu. Sebagai pembawa rahmat bagi se-
mesta alam, Islam difahami sebagai agama yang mendorong umat- Bruinessen, Martin van, 1994: Traditionalist Muslims in a Modern-
nya untuk secara aktif mewujudkan manfaat (jalb al-mashalih) dan izing World: The Nahdlatul Ulama and Indonesia's New Order, akan
secara preventif menolak keburukan (daf'ul madlarrah). Spiritualitas terbit (Yogyakarta: LKiS).
ini tampaknya menjadi arahan nilai bagi transformasi-transformasi
yang digeluti NU pada masa depan: menjadi umat terbaik (khaira Dhofier, Zamakhsyari, 1982: Tradisi Pesantren: Studi tentang Pan-
ummah) dalam sebuah negeri yang makin adil, manusiawi, maju dangan Hidup Kiai (Jakarta: LP3ES).
dan berketuhanan.
-- "Catatan Pembuka", dalam Yusuf (et.al.), 1984: Dinamika
Kaum Santri Menelusuri Jejak Pergolakan Internal Nahdlatul Ulama
(Ja-
karta: Rajawali).
Daftar Pustaka
Fathoni, Khoirul dan Zen, Muhammad, 1992: NU Pasca Khittah
Aboebakar (Aceh) (ed.), 1957: Sejarah Hidup KHA. Wachid (Prospek Ukhuwah dengan Muhammadiyah) (Yogyakarta: Media
Hasjim dan Karangan Tersiar (Jakarta: Panitia Buku Peringatan). Widya
Mandala).
Adnan, Abdul Basit, 1982: Kemelut di NU antara Kiai dan Politisi
(Sala: Mayasari). Fealy, Greg, 1994: "Rowing in a typhoon - Nahdlatul Ulama and
the Decline of Parliamentary Democracy" dalam Bourchier, David
Akarhanaf (Abdul Karim Hasjim-Nafidah), 1949: Kjai Hasjim dan Legge,John (eds.), 1994: Democracy in Indonesia 1950s and
Asj'ari Bapak Umat Islam Indonesia 1971-1947 (Jombang: t.p.). 1990s
(Monash: CSEAS, Monash University).
Anam, Choirul, 1985: Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul
Ulama (Surakarta: Jatayu).
Feillard, Andree, 1993: 'Traditionalist Islam and The State in
Aziz, M. Imam, 1992: Pemikiran Keagamaan dan Kenegaraan KH Indonesia - Flexibility, Legitimacy and Renewal", makalah untuk
Achmad Siddiq, skripsi sarjana (Yogyakarta: Fakultas Adab IATN Confrence on Islam and Social Canshuctian of Identity comparative
Su- Pers-
nan Kalijaga). pective on Southeast Asian Muslims, Agustus 1993 (Hawaii: Centre
for
Benda, H.J., 1985: Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di In- Southeast Asian Studies, University of Hawaii).
donesia pada masa Pendudukan Jepang 1942-1945 (Jakarta: Pustaka
Ja- Haidar, M. Ali, 1993: Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia -
205 206
pendekatan Fikih dalam Politik disertasi doktor (Jakarta: Fakultas
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah). Nakamura, Mitsuo, 1982: Agama dan Perubahan Politik -Tradi-
sionalisme Radikal NU di Indonesia (Surakarta: Hapsara) .
Halim, Abdul, 1989: Gerakan Pemuda Anshar dalam Perspektif
Sejar- Noer, Deliar, 1982: Administrasi Islam Di Indonesia (Jakarta: Ra-
ah Pergerakan Pemuda Indonesia (1945-1973), skripsi sarjana Yogya- jawali).
karta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga).
--, 1973/1985: Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, cet.
Halim, KH Abdul, 1970: Sedjarah Perdjuangan Kjai Abdul Wahab III (Jakarta: LP3ES).
Chasbullah (Bandung: Penerbit Baru).
--, 1987: Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965 (Jakarta:
Hatta, Muhammad, 1969: Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 Grafiti Press).
(Jakarta:Tintamas).
Pijper, G. F., 1984: Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indone-
Ismail, Faisal, 1988: The Nahdlatul Ulama Its Early History and Re- sia 1900-1950 (Jakarta: UI Press).
ligious Ideology, tesis MA tidak diterbitkan (New York: Columbia
Uni- Ramage, D.E., 1994: "Pancasila Discourse in Suharto's late New
versity) . Order", dalam Bourchier, David dan Legge, John (eds.), 1994: De-
mocracy in Indonesia 1950s and 1990s (Monash: CSEAS, Monash
Irsyam Mahrus, 1984: Ulama dan Partai Politik Upaya Mengatasi Uni-
Krisis (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan). -,1989: Islam and Politics versity).
under the Government of President Soeharto: The Case of Nahdlatul
Ulama --, 1994: "Pandangan Abdurrahman Wahid tentang Pancasila",
and Partai Persatuan Pembangunan, tesis MA (London: University of dalam Ellyasa KH Dharwis (ed), 1994: Nahdlatul Ulama dan Masya-
London) . rakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS)
Kahin, Goerge McT., Nationalism and Revolution in, Indonesia Rose, Mavis, 1991: Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad
(Ithaca-NewYork: Cornell University, 1978). Hattaa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).
Latief, Hasjim, 1979: Nnhdlatul Ulama Penegak Panji Ahlussunnah Saleh, Imam Anshori, 1986: Nahdlatul Ulama Lepas dari Kemelut
wal-Jama'ah (Surabaya: Pengurus NU Wilayah Jawa Timur). (Yogyakarta: Lukman Offset).
Mudatsir, Arief, 1984: "Dari Situbondo menuju NU Baru: Se- Shonhaji, Musthafa, 1988: Nahdlah al-Ulama Gerakan Sosial
buah catatan awal", Prisma No. Ekstra, XIII, 1984. Keaga-
maan 1926-1952 Sucacu Tinjauan Historias Kultural Tesis MA
Naim, Muchtar, 1960: The Nahdlatul Ulama Party 1952-1955: A (Yogya-
Study of its Electoral Success, Tesis MA (Montreal: McGilll karta: Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga).
University).
207 208
Siddiq, Achmad, 1979: Khiththah Nahdliyah (Surabaya: Balai Bu-
ku). --, 1986: "NU dan Asal-usulnya" dalam Warta Nahdlatul Ulama,
No. 8/Apri1/1986.
--, 1983: "Pemulihan Khittah Nahdatul Ulama 1926", prasaran
Musyawarah Nasional Alim-Ulama NU di Situbondo, 1983. --, 1987: "Kata Pengantar" dalam Horikoshi, 1987: Kiai dan Per-
ubahan Sosial (Jakarta: P3M).
--, 1985: Islam, Pancasila dan Ukhwuah Islamiyah (Jakarta: Sum-
ber Barokah/Lajnah Ta'lif wan Nasyr PBNU). --, 1989: "Kata Pengantar" dalam Sitompul, 1989: Nahdlatul Ula-
ma dan Pancasila (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan).
Sitompul, Einar M., 1989: Nahdlatul Ulama dan Pancasila (Jakar-
ta: Pustaka Sinar Harapan). Yamin, Mohammad, 1959: Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I
(Jakarta: Yayasan Prapanca).
Soebagio I.N., 1982: KH Masjkur (Jakarta: Gunung Agung).
Yusuf, Slamet Effendi (et.al.), 1983: Dinamika Kaum Santri Mene
Soekardi, Heru, 1979: KH Haryim Asy'ari (Jakarta: Proyek IDSN lusuri Jejak & Pergolakan Internal Nahdlatul Ulama (Jakarta:
Departemen P & K). Rajawali).
Steenbrink, KA, 1986: Pesantren, Madrasah, Sekolah - Pendidikan Ziemek, Manfred, 1986: Pesantren dalam Perubahan Sosial,
Islam Kurun Modern (Jakarta: LPSES). terjemahan Butche B. Soendjojo (Jakarta: P3M).
Stoddard, L., 1966: Dunia Baru Islam, edisi Indonesia (Jakarta: Zuhri, Saifuddin, 1983: KHA. Wahab Khasbullah Bapak Pendiri
Gunung Agung). NU,cet. ke-2 (Yogyakarta: Sumbangsih Offset).
Thoha, Miftah, 1992: "NU Yang Transparan", Kata Pengantar --, 1981: Kaleidoskop Politik Indonesia (Jakarta: Gunung Agung).
dalam Fathoni dan Zen, 1992: NU Pasca Khittah (Prospek Ukhuwah
de- --, 1979: Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya (Ban-
ngan Muhammadiyah) (Yogyakarta: Media Widya Mandala). dung: Al-Maarif).
Uthman, Miftah A.O., 1988: KH Abdul Wahid hasyim (1914-1953) --, 1987: Berangkat dari Pesantren (Jakarta: Gunung Agung).
His Educational and Religious Thought, Tesis MA (Yogyakarta:
Fakultas
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga).