Anda di halaman 1dari 5

Nama: Didha Narin Aiza/175010107111001/29

PEMERIKSAAN SENGKETA PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK

A. Persiapan Persidangan
Pengadilan Pajak sebagai begian dari lembaga peradilan, ketika akan
memberikan putusan terhadap sengketa pajak maka dilakukan pemeriksaan, baik
terhadap surat banding maupun surat gugatan. Dalam pemeriksaan diperlukan data
yang akurat sehingga diperlukan ketelitian dan waktu yang lebih panjang. Oleh sebab
itu, sebelum dilakukan pemeriksaan di persidangan pengadilan pajak, terlebih dahulu
harus melalui proses persiapan persidangan. Persiapan pemeriksaan hanya melibatkan
para pihak yang bersengketa dengan cara memberikan uraian atau tanggapan secara
tertulis terhadap yang dipersengketakan tanpa melibatkan majelis atau hakim tunggal
sebagai pihak yang memeriksa dan memutuskan sengketa pajak tersebut.
Fungsi yang terkandung dalam persiapan pemeriksaan pada hakikatnya untuk
memperjelas suatu sengketa pajak sehingga pada saat pemeriksaan oleh majelis atau
hakim tunggal yang ditunjuk tidak terdapat kendala atau hambatan yang dihadapinya.
a. Terhadap Banding
Pada saat surat banding dari pemohon banding(pembanding) diterima
oleh pengadilan pajak maka dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal
diterimanya surat banding itu, pengadilan pajak meminta surat uraian
banding kepada pihak yang tebanding. Menurut pasal 1 angka 12 UU
Pengadilan Pajak pengertian tanggal diterima adalah tanggal stempel pos
pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam hal diterima secara langsung
adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara
langsung. Kemudian, pengadilan pajak mengirimkan salinan surat banding
kepada terbanding, yang akan digunakan terbanding untuk membuat surat
uraian banding sebagai jawaban atas alasan banding yang diajukan
pembnding.
. Dalam hal pihak pembanding memperbaiki atau menyempurnakan surat
bandingnya yang telah diterima oleh pengadilan pajak maka jangka waktu
14 hari tersebut dihitung sejak tanggal diterimanya surat perbaikan atau
penyempurnaan terhadap surat banding.
Setelah pihak terbanding menerima salinan surat banding, pihak
terbanding membuat dan menyampaikan surat uraian banding kepada
pengadilan pajak dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim
permintaan surat uraian banding. Tatkala salinan surat uraian banding telah
diterima, surat tersebut dikirim kepada pihak pembanding dalam jangka
waktu 14 hari sejak tanggal diterima oleh pengadilan pajak.
Setelah pihak pembanding menerima salina surat uraian banding dari
pihak terbanding, pihak pembanding dapat menyerahkan surat bantahan
kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal
diterima salina surat uraian banding tersebut. Surat Bantahan adalah surat
dari pembanding kepada pengadilan pajak yang berisi bantahan atas surat
uraian banding dari terbanding. Pengadilan pajak wajib mengirimkan
kepada pihak terbanding dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal
diterima surat bantahan yang dimaksud.
Surat bantahan merupakan akhir dari surat-menyurat antara pihak
pembanding dengan pihak terbanding dalam proses persiapan persidangan
karena tidak ada ketentuan yang memperkenankan pihak terbanding untuk
menjawab terhadap surat bantahan tersebut. Bahkan menurut Pasal 45 ayat
(5) UU Pengadilan Pajak, apabila pihak tebanding tidak mengajukan surat
uraian banding atau pihak pembanding tidak mengajukan surat bantahan,
pengadilan pajak tetap melanjutkan pemeriksaan banding yang diajukan
oleh pihak pembanding.
b. Terhadap Gugatan
Setelah surat gugatan dari pihak pengugat diterima oleh pengadilan
pajak, dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima surat gugatan
tersebut,pengadilan pajak meminta surat tanggapan kepada pihak tergugat.
Dalam permintaan itu, pengadilan pajak mengirim salinan surat gugatan
kepada pihak tergugat yang nantinya akan berguna bagi tergugat untuk
membuat surat tanggapan. Oleh karena itu, surat tanggapan dari tergugat
merupakan jawaban atas surat gugatan yang diajukan oleh pihak
penggugat (pasal 1 angka 9 UU Pengadilan Pajak). Surat tanggapan pada
dasarnya sama dengan jawaban dalam perkara perdata.
Dalam hal pihak penggugat memperbaiki atau menyempurnakan surat
gugatannya yang telah diterima oleh pengadilan pajak, jangka waktu 14
hari tersebut dihitung sejak tanggal diterimanya surat perbaikan atau
penyempurnaan terhadap surat gugatan.
Setelah tergugat menerima salinan surat gugatan, pihak tergugat
membuat dan menyampaikan surat tanggapan kepada pengadilan pajak
dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal dikirim permintaan surat
tanggapan. Surat tanggapan itu merupakan pencerminan kehendak pihak
tergugat menerima atau menolak substansi surat gugatan dari pihak
penggugat dengan alasan-alasan yang konkret berdasarkan hukum pajak.
Setelah pihak penggugat menerima salinan surat tanggapan dari pihak
tergugat melalui pengadilan pajak, pihak penggugat dapat menyerahkan
surat bantahan kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu tiga puluh
hari sejak tanggal diterimanya surat tanggapan tersebut. Surat Bantahan
adalah surat dari pihak penggugat kepada pengadilan pajak yang berisi
bantahan atas surat tanggapan dari pihak tergugat. Pengadilan pajak wajib
mengirimkan kepada pihak tergugat dalam jangka waktu 14 hari sejak
tanggal diterima surat bantahan yang dimaksud. Surat bantahan merupakan
akhir dari surat-menyurat antara pihak penggugat dengan pihak tergugat
dalam proses persiapan persidangan karena tidak ada ketentuan yang
memperkenankan pihak terbanding untuk menjawab terhadap surat
bantahan tersebut.
B. Pemeriksaan dengan Acara Biasa
Dalam hukum acara peradilan pajak dikenal ada dua jenis pemeriksaan yang
dilakukan oleh pengadilan pajak yakni, pemeriksaan dengan acara biasa dan
pemeriksaan acara cepat. Berikut penjelasan dan tahap-tahap pemeriksaan acara biasa
1. Penunjukan Majelis Hakim atau Hakim Tunggal
Setelah kelengkapan administrasi persiapan persidangan telah
terkumpul, ketua pengadilan pajak akan menunjuk majelis hakim yang
terdiri dari 3 orang atau hakim tunggal untuk memeriksa perkara.
Pemeriksaan sengketa yang menggunakan majelis yang terdiri dari tiga
hakim, salah satu diantarnya bertindak sebagai hakim ketua yang
memimpin pemeriksaan sengketa berdasarkan penunjukan dari ketua
pengadilan pajak.
2. Pemeriksaan melalui Majelis Hakim atau Hakim Tunggal
Pengertian pemeriksaan acara biasa tidak ditemukan dalam UU
Pengadilan Pajak, melainkan hanya diketahui bahwa pemeriksaan dengan
acara biasa dilakukan oleh majelis hakim. Untuk memulai persidangan
hakim ketua membuka sidang dan menyatakan ”sidang terbuka untuk
umum” dan konsekuensi tidak dipenuhinya ketentuan itu berarti
persidangan tersebut tidak sah menurut hukum,kecuali dalam hal tertentu.
Setelah hakim ketua membuka persidangan, yang petama dilakukan
adalah pemeriksaan terhadap kelengkapan dan/atau kejelasan banding dan
gugatan. Bilamana pemeriksaan kelengkapan telah selesai atau dianggap
tidak menyimpang dari ketentuan yang disyaratkan, majelis melakukan
pemeriksaan pada pokok sengketa.
3. Pengunduran Diri Hakim
Pengunduran diri hakim ketua, hakim anggota atau panitera dapat
terjadi karena adanya suatu hubungan keluarga dan/atau hubungan
kepentingan terhadap sengketa pajak yang ditanganinya.
Hakim ketua maupun hakim anggota yang mengundurkan diri harus
diganti dengan hakim yang tidak memiliki hubungan keluarga dalam
penyelesaian sengketa pajak tersebut. Manakala tidak mengundurkan diri,
sementara sengketa telah diputus, putusan yang dimaksud tidak sah dan
ketua pengadilan pajak memerintahkan sengketa yang dimaksud untuk
disidangkan kembali dengan susunan majelis yang berbeda.
4. Pengunduran Diri Panitera
Pengunduran diri hakim ketua, hakim anggota atau panitera dapat
terjadi karena adanya suatu hubungan keluarga dan/atau hubungan
kepentingan terhadap sengketa pajak yang ditanganinya.
Manakala tidak mengundurkan diri, sementara sengketa telah diputus,
putusan yang dimaksud tidak sah dan ketua pengadilan pajak
memerintahkan sengketa yang dimaksud untuk disidangkan kembali
dengan susunan majelis yang berbeda.
5. Kehadiran Para Pihak Bersengketa
Para pihak yang bersengketa harus hadir dalam persidangan karena
undang-undang mewajibkannya sehingga harus hadir. Hal itu berlaku
untuk semua pengadilan, namun tidak di pengadilan pajak. Menurut pasal
46 UU Pengadilan Pajak yang menegaskan bahwa “pembanding atau
penggugat dapat memberitahukan kepada ketua untuk hadir atau tidak
hadir dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan”.
Berdasarkan ketentuan itu, yang dapat diperkenankan menghadiri sidang
hanya pembanding dan penggugat setelah memperoleh persetujuan atau
izin untuk hadir dari ketua pengadilan pajak.
6. Pembuktian
Pembuktian merupakan suatu instrumen hukum yang diperuntukkan bagi
para pihak yang bersengketa untuk menguatkan dalil-dalilnya di hadapan
persidangan pengadilan pajak.
7. Alat Bukti
Walaupun pembuktian itu merupakan instrumen hukum yang
disediakan bagi para pihak yang bersengketa untuk digunakan
membuktikan dalil-dalil yang telah dipernyatakan dalam surat banding
atau surat gugatan pada pengadilan pajak, kadangkala dalil-dalil itu tidak
sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa,
karena tidak ada keterkaitan dengan substansi yang dipersengketakan,
sehingga alat bukti tersebut tidak memiliki arti dalam penyelesaian
sengketa pajak.
Dalam hukum acara peradilan pajak secara tegas ditentukan alat bukti
yang dapat digunakan oleh para pihak yang bersengketa sebagaimana yang
ditentukan pada pasal 69 ayat (1) UU Pengadilan Pajak, sebagai berikut:
a. Surat atau tulisan
b. Keterangan ahli
c. Keterangan para saksi
d. Pengakuan para pihak
e. Pengetahuan Hakim
C. Pemeriksaan Dengan Acara Cepat
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh majelis hakim atau hakim
tunggal. Dalam arti bahwa penyelesaian sengketa pajak tidak mutlak harus dilakukan
secara majelis, tetapi boleh dilakukan dengan hakim tunggal, sesuai penunjukan ketua
pengadilan pajak. Hal ini disebabkan bahwa tidak ada suatu ketentuan yang mengatur
kriteria terhadap suatu sengketa pajak yang dapat diperiksa dengan cara majelis atau
hakim tunggal. Sehingga ketua pengadilan harus membuat kebijakan yang dapat
diterima oleh hakim sebagai cerminan keadilan dan kebenaran dalam pengadilan
pajak.
Ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa berlaku juga untuk
pemeriksaan dengan acara cepat (pembukaan sidang, pengunduran diri dan pergantian
hakim ketua,hakim anggota dan penitera, juga berkaitan dengan saksi, ahli dan
lainnya).
Sengketa pajak yang dapat diperiksa oleh pengadilan pajak dalam bentuk
pemeriksaan dengan acara cepat, adalah sebagai berikut.
1. Sengketa pajak tertentu, yakni sengketa pajak yang meliputi:
a. Surat banding tidak menggunakan bahasa Indonesia.
b. Pengajuan surat banding yang telah melebihi jangka waktu tiga bulan.
c. Surat banding yang memuat lebih dari satu keputusan.
d. Banding yang diajukan oleh yang tidak berhak mengajukannya.
e. Surat gugatan tidak menggunakan bahasa Indonesia.
f. Surat gugatan yang memuat lebih dari satu surat penagihan atau lebih
dari satu keputusan.
g. Gugatan diajukan oleh yang tidak berhak mengajukan.
2. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu enam bulan sejak
gugatan diterima.
3. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan yang harus dimuat dalam putusan
pengadilan pajak atau kesalahan penulisan dan/atau kesalahan hitungan
dalam putusan pengadilan pajak.
4. Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan
kewenangan pengadilan pajak.

Daftar pustaka
Djafar,Muhammad.2013.Hukum Acara Peradilan Pajak.Depok: PT
Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai