Makalah Kep Anak Pneumonia
Makalah Kep Anak Pneumonia
(Menganalisa Kasus yang Berhubungan dengan Masalah pada Sistem Pernafasan yaitu
ISPA/Pneumonia)
OLEH
KELOMPOK 2:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “Menganalisa Kasus yang
Berhubungan dengan Masalah pada Sistem Pernafasan yaitu ISPA/Pneumonia”.
Kami mengucapkan trimakasih kepada dosen Keperawatan Anak dan teman-teman yang
sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampai kan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh
bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling
sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007).
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi diseluruh dunia.Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat
perawatan.Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut
diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15% - 20%.
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus
paru.Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme dan kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau
inflamasi pada parenkim paru yang umumnya di sebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak. (Suriani, 2006).Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya
proses infeksi akut pada bronchus dan disebut bronchopneumonia.Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada
bronchus (bronchopneumonia).
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik
pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut Pneumonia.Dalam keperawatan
pneumonia atau bronkhopneumonia pada anak(bayi) termasuk masalah yang serius dan
mengancam keselamatan jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh
karena itu, perawat maupun tim kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan
mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi) yang menderita pnuemonia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah masalah yang dialami anak pada kasus tersebut?
b. Apakah penyebab anak mengalami masalah pada kasus tersebut?
c. Bagaimana patofisiologi penyakit anak disertai WOC pada kasus tersebut?
d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak?
e. Apakah pemeriksaan diagnostic standar untuk menegakkan diagnosis media
anak pada kasus tersebut?
f. Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak dikasus
tersebut?
g. Bagaimanakah prognosis dan komplikasi dari penyakit pada anak di kasus
tersebut?
h. Hal apa yang harus dijelaskan untuk mengkaji anak pada kasust ersebut?
i. Bagaimana rumusan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buatan
analisanya pada kasus tersebut?
j. Apakah rencana intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul pada anak di kasus tersebut?
Seorang ibu membawa anak perempuan usia 1,5tahun kerumah sakit dengan
keluhan batuk dan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu.Hasil pemeriksaan didapatkan BB
anak: 8kg, TB: 67cm, suhu: 37,6° C, frekuensi nafas: 54 x/menit. Anak terlihat sesak
dan menggunakan otot bantu pernafasan. Auskultasi bunyi nafas terdengar ronkhi
terutama pada basal paru.Anak terlihat rewel dan memeluk ibunya.Ibu selalu bertanya
kenapa anaknya bisa seperti ini dan apakah anaknya bisa sembuh.Berdasarkan hasil
pemeriksaan foto torak ditemukannya ada infiltrasi (bercak-bercak) dengan distribusi
peribronkial.
Data Subjektif :
- Batuk
- Sesak nafas
Data Objektif :
- BB : 8kg
- TB : 67cm
- Suhu : 37,6⁰C
- RR : 54 x/menit
- Terlihat sesak dan menggunakan otot bantu pernafasan
- Auskultasi bunyi nafas ronkhi
a. Patofisiologi
1) Stadium kongesti : kapile rmelebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat
eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag
2) Stadium hepatisamerah, lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak
mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.
Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukositneutrofil, eksudat dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi
pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin, Alveolus
terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak
lagi kongestif,
4) Stadium resolusi eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin di reabsorbsi dan
menghilang.Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia
lobaris dalam hallokalisasi sebagai bercak – bercak dengan distribusi yang tidak
teratur.Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium khasini tidakterlihat
(Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985)
b. WOC
Bakteri/virus
Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)
Anoreksia
Kerusakan Hipoksemia
jaringan paru
MK :Gangguan
pemenuhan nutrisi
MK :Gangguan
polanafas
MK :Bersihan jalan
nafas tidakefektif
D. Tanda Dan Gejala Khas Yang Tetrlihat Pada Anak
Menurut tanda dan gejala yang terlihat pada anak, pneumonia yang diderita
dapat diklasifikasikan sebagai klasifikasi pneumonia berdasarkan prediksi infeksi, yaitu:
Bronkopneumonia, yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate pada lapang
paru, pneumonia jenis ini sering ditemukan pada bayi,anak, serta orangtua, disebabkan
oleh bakteri maupun virus dan jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
Pada kasus ini pneumonia yang dialami juga di golonkan sebagai pneumonia
berat karena berdasarkan gejala yang terlihat didapatkan :
Jika radang paru Anda disebabkan karena infeksi bakteri, maka dokter akan
meresepkan antibiotik untuk membunuh bakteri berbahaya di paru-paru. Antibiotik tidak
berfungsi untuk infeksi virus.
Oleh sebab itu, jika radang paru Anda disebabkan oleh infeksi virus, dokter
biasanya akan meresepkan obat antivirus. Sementara untuk radang paru yang
disebabkan jamur, maka dokter akan meresepkan obat antijamur.Pastikan Anda minum
obat antibiotik, antivirus, dan antijamur sesuai dengan yang diresepkan dokter. Jangan
mengurangi atau menambahkan dosis obat tanpa persetujuan dokter.
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan resistensi tetapi hal ini
tidak selalu dapat dilakukan dan memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifarmasi. Maka yang biasa diberikan :
Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas,
cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti
ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui
adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan dapat memperberat klinis penderita
d. Hal yang perlu dikaji :
-Kaji Sistem Integumen : Suhu kulit meningkat
-Kaji Sistem Pulmonal : Batuk (produktif/nonproduktif), penggunaan otot bantu p
ernafasan , laju pernafasan meningkat, pada lapang paru,
-Kaji Sistem Musculoskeletal : Retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.
H. Apakah masalah keperawatan yang muncul pada anak, buat analisis datanya!
a. Diagnosa Keperawatan Utama
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus berlebihan
Analisa data :
Anak batuk
Bunyi nafas terdengar ronkhi pada basal paru
Anak sesak sehingga frekuensi nafas meningkat 54x/menit
b. Diagnosa Pendukung
1) Ketidakefektifan termogulasi d.d peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal
Analisa data:
Suhu anak 37,6 (Normal= 36,5)
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh d.d berat badan
20% atau atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
Analisa data :
Berat badann anak = 8 kg (normal = 11kg)
ANALISIS JURNAL
A. Profil Penelitian
1. Judul Jurnal:
”Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Kelurahan Air Tawar Barat Padang”
2. Pengarang/Author
YuliaEfni
RizandaMachmud
Dian Pertiwi
3. Alamat Jurnal
http://jurnal.fk.unand.ac.id
4. Tanggal Publikasi
Mei 2016
5. Tujuan
Untuk menentukan factor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia
pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang
6. Populasi
SemuaIbu yang memiliki Balita usia 12-59 bulan yang berjumlah 54 responden
dengan 27 klompok kasus dan 27 klompok kontrol.
7. Metode
Analitik observasional dengan desain studi case control melaluipengumpulan data
dan menggunakan kuesioner dan rekammedik.
8. Lokasi/tempat
Kelurahan Air Tawar Barat, kec, Padang Timur, kota Padang, Sumatera Barat.
9. Hasil
Hasil penelitian dari jurnal inia dalah Hasil uji statistik didapatkan bahwa hanya
satu variabel yang terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia
yaitu variabel status gizi dengan nilai p=0,022 (p<0,05) dan nilaiOR=9,1
(95%CI=1,034-80,089) artinya balita dengan status gizi kurang berisiko 9,1 kali
menderita pneumonia dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik.
10. Keseimpulan
Kesimpulan dari jurnal ini adalah Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat
dinyatakan variabel pemberian ASI eksklusif, adanya paparan asap rokok, bayi
berat lahir rendah, dan imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang bermakna
dengan kejadian pneumonia pada balita. Variabel status gizi terdapat hubungan yang
bermakna dengan kejadian pneumonia, balita dengan status gizi kurang menderita
9,1 kali lebih berisiko menderita pneumonia dibandingkan dengan balita dengan
status gizi baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitasis the leading
killer of children worldwide. Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia,
lebih banyak dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Kemungkinan terinfeksi pneumonia semakin tinggi jika terdapat faktor risiko yang
mendukung yaitu; kurangnya pemberian ASI eksklusif, giziburuk, polusi udara
dalam ruangan (indoor polution), bayi berat lahir rendah, kepadatan dan kurangnya
imunisasi campak.
4.2. Saran
Di harapakan kepada pembaca agar dapat memahami tentang konsep
pneumonia, asuhan keperawatan pada pasien pneumonia, dan apabila dalam
penulisan makalah ini banyak kesalahan maka silakhkan memberikan kritikan dan
saran agar penulis dapat menjadi lebih teliti lagi dalam penulisan makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Juall, Lynda Capernito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.
Abstract
Karang Utara, namun kasus pneumonia terbanyak bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan 365
Pneumonia
yaitu di Kelurahan AirinTawar Barat.5countries are associated to thetaraf
developing risk signifikansi
factors such(α)
as:=lack
0,05ofdan nilai Odds
exclusive Ratio (OR)
breastfeeding,
366
Kemungkinan terinfeksi
malnutrition, indoor pneumonia
air pollution, semakin
low birth untuk vaccinations.
weight and lack of measles memperkirakanThetingkat
objectiverisiko
of thismasing-masing
study was to
tinggi jika terdapat faktor risiko yang mendukung yaitu;
variabel.among the children under five years of age in
determine the risk factors associated on the occurrence of pneumonia
kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi
Air Tawar Barat district, Padang City. This study used case control study to the 27 cases and 27 control. The data
udara dalam ruangan (indoor polution), bayi berat lahir
were collected by guided interview and the medical records, than was analyzed by chi-square.test. The results of this
rendah, kepadatan dan kurangnya imunisasi campak.6
study obtanined in the group of cases based on the low exclusive breastfeeding rates (81.5%), exposure to cigarette
smoke (74.1%), a history of low birth weight (3.7%), did not get measles vaccinations (40.7%) and malnutrition
(25.9%). The result of bivariate analysis shows the significant relationship between nutritional status on the occurrence
of pneumonia (p=0.022; OR=9.1; 95% CI=1.034-80.089). The exclusive breastfeeding, exposure to cigarette smoke, a
history of low birth weight and measles vaccinations are not significantly related to the occurrence of pneumonia.
Kedokteran Universitas Andala Padang), 2. Bagian Ilmu Kesehatan yang sedang berkembang. Kematian balita di
Masyarakat FK UNAND, 3. Bagian Patologi Klinik FK UNAND
Indonesia yang disebabkan penyakit respiratori
Korespondensi: Yulia Efni, Email: efni_07@yahoo.com, Telp:
terutama adalah pneumonia.1,2
082386000155
369
17 63 17 63 34 63
observasional dengan desain studi case control Laki-laki
10 37 10 37 20 37 ;
melalui pengumpulan data menggunakan kuesioner perempuan
dan rekam medik. Penelitian dilakukan pada bulan dapat diketahui bahwa
Pada Tabel 1
November 2013 - November 2014 di Kelurahan Air karakteristik balita terbanyak pada usia 2 tahun yaitu
Tawar Barat, Kec. Padang Timur, Kota Padang, sebanyak 20 balita (37%) dan jenis kelamin terbanyak
Sumatera Barat. adalah laki-laki sebanyak 20 balita (63%).
Respirologi Anak. Ikatan
PEMBAHASAN Dokter Anak Indonesia (IDAI): KESIMPULAN
Jakarta; 2012.
hlm.268-74.
Pada umumnya ibu di Kelurahan Air Tawar Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat
Barat tidak memberikan ASI eksklusif kepada anaknya dinyatakan variabel pemberian ASI eksklusif, adanya
(>90%). Pemberian ASI eksklusif belum membudaya paparan asap rokok, bayi berat lahir rendah, dan
imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang
pada masyarakat. Prevalensi pemberian ASI eksklusif
bermakna dengan kejadian pneumonia pada balita.
Variabel status gizi terdapat hubungan yang
Begitu juga dengan hasil penelitian ini, pemberian ASI bermakna dengan kejadian pneumonia, balita dengan
eksklusif masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara status gizi kurang menderita 9,1 kali lebih berisiko
terdapat berbagai alasan yang dikemukan oleh ibu menderita pneumonia dibandingkan dengan balita
sehingga mereka tidak memberikan ASI eksklusif dengan status gizi baik.
UCAPAN TERIMA KASIH