Kelompok 3 Meningitis
Kelompok 3 Meningitis
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Mufebrina (1811311010)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “MENINGITIS”. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
BAB II ANALISIS KASUS........................................................................................................................5
BAB III ANALISIS JURNAL...................................................................................................................18
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
Lampiran Jurnal.........................................................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu,
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang
bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan
gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus
adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan
penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan
bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48
jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma
ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih
sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa
memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan
semakin parah setelah beberapa bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah masalah yang dialami anak pada kasus tersebut?
2. Apakah penyebab anak mengalami masalah pada kasus tersebut?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit anak disertai WOC pada kasus tersebut?
4. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak?
3
5. Apakah pemeriksaan diagnostic standar untuk menegakkan diagnosis media anak pada
kasus tersebut?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak dikasus tersebut?
7. Bagaimanakah prognosis dan komplikasi dari penyakit pada anak di kasus tersebut?
8. Hal apa yang harus dijelaskan untuk mengkaji anak pada kasus tersebut?
9. Bagaimana rumusan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisanya pada
kasus tersebut?
10. Apakah rencana intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada
anak di kasus tersebut?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus tersebut?
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
ANALISIS KASUS
Kasus pemicu 3
Seorang Ibu membawa anak perempuan usia 3 tahun kerumah sakit dengan keluhan kejang, demam
tinggi dan penurunan kesadaran. Ibu mengatakan anak dengan riwayat TB tidak terkontrol. Hasil
pemeriksaan didapatkan suhu: 39°C, nadi: 120x/menit dan nafas: 32x/menit. Pada pemeriksaan
tanda meningeal didapatkan kaku kuduk (+) dan kernig (+). klien juga dilakukan pemeriksaan
lumbal punksi dengan hasil cairan LCS jernih, jumlah sel dan protein meninggi
Berdasarkan data yang di dapat anak tersebut mengalami atau terkena penyakit
meningitis.Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa nanah atau serosa. Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada
meningen, yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang.
Meningitis terkadang sulit dikenali, karena penyakit ini memiliki gejala awal yang serupa
dengan flu, seperti demam dan sakit kepala.
Berdasarkan data yang di dapat dari kasus. Anak mengalami meningitis karna
mengalam demm yang tinghi sehingga melemahkan sistem imun yang dapat memicu
munculnya menigitis.Meningitis merupakan peradangan dari selaput pelindung yang
membutuhkan otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges. Inflamasi dari
meningen dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau mikroorganisme dan penyebab paling
jarang disebabkan oleh obat-obatan.Meningitis dapat juga disebabkan oleh banyak hal,
seperti infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti
melemahnya sistem imun tubuh, juga dapat memicu munculnya meningitis
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen hingga ke selaput otak,
misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneurnonia, bronchopneumonia dan endokarditis.
Penyebaran bakteri / virus dapat terjadi melalui peradangan organ atau jaringan yang ada di
5
dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus
dan sinusitis. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang
pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula
pembuluh darah kecil dan sedang sedang hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk
eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit. dan dalam minggu
kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam tersedia makrofag. Proses radang
selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis,
infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Kontriksi otot polos meningkat Menempel pada jalan nafas Masuk ke serebral melalui pemb
uluh darah
MENINGITIS
6
D. Tanda Dan Gejala
Gejala meningitis dapat berbeda-beda, tergantung tipe, usia, dan keparahan kondisi pasien.
1. Demam tinggi. Virus, Bakteri atau Mikroorganisme masuk ke dalam darah, darah diedar kan
keseluruh tubuh hingga terjadi infeksi
2. Sakit kepala. Perdangan pada meningitis dapat merangsang otak hingga terjadi sakit kepala
atau pusing
3. Muntah. Terjadi karena peningingkatan asam lambung dalam perut yang berujung kontraksi
perut
4. Perubahan sensori. Terjadi karena berkurangnya asupan makanan sehingga sel sel menurun
berujung pada saraf sensori yang lemah
5. Kejang. Penurunan kekuatan otot dan saraf berpengaruh besar pada tingkat kekuatan spasme
6. Delirium. Keadan mental yang abnormal berdasarkan halusinasi atau ilusi, dapat terjadi
dapat keadaan demam tinggi
7. Halusinasi. Merupakan status delirium subakut gejala yang dominan yaitu halusinasi
pendengaran
Tanda ini diobservasi karena ada kecurigaan pasien meningkat meningitis atau
peradangan meningeal.Tanda dan perubahan umum seperti iritabel, demam, sakit kepala,
fotofobia dan muntah. Bayi dapat menunjukkan ubun-ubun yang menonjol. Kaku kunduk
dan tanda brudzinski's.
1) Kaku kuduk:
Pada posisi anak telentang, minta anak untuk menekukkan dagu ke dada atau untuk
memudahkan perawat menfleksikan leher kearah dada. Anak normal dapat dilakukan
dengan mudah.
a. Tanda Brudzinski
7
Letakkan satu tangan di bawah leher anak dan tangan yang lain di atas dada untuk
menghindari pengangkatan badan, kemudian fleksikan leher. Tanda positif brudzinski dari
Tanda satu atau kedua lutut anak fleksi kearah panggul.
b. Tanda kernig's
Dengan posisi anak telentang, angkat kaki anak dan fleksikan lutut pada sudut yang
tepat. Usahakan untuk melebarkan lutut dengan mendorongnya. Tanda kernig positif apabila
terdapat tahanan, nyeri dan tungkai tidak dapat ekstensi.
8
F. Bagaimana pengobatan dan penatalaksanaan medis yg dapat dilakukan pada anak
tersebut?
1. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Meningitis karena virus dapat diobati tanpa harus ke rumah sakit, dengan
pengobatan untuk meredakan nyeri dan menurunkan panas demam. Pasien mungkin akan
mengalami gejala selama kurang lebih dua minggu sebelum pengobatan tersebut selesai
mengatasi penyebab penyakit. Para pasien juga disarankan untuk meminum banyak
cairan agar tubuh mereka dapat membuang virus lebih cepat.
Metode pengobatan lain juga dilakukan untuk meredakan gejala parah yang
dialami pasien. Sebagai contoh, jika pasien mengalami kesulitan bernapas, maka terapi
oksigen dapat diberikan. Untuk mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), pasien
juga akan diberikan cairan melalui infus.
Pada kebanyakan kasus, para pasien dewasa memerlukan pemulihan total tanpa
perawatan tambahan. Namun, beberapa komplikasi mungkin muncul pada beberapa
kasus dimana pasien memiliki penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Pasien seperti
ini disarankan untuk kembali menemui dokter untuk menjalani pemeriksaan untuk
mencegah Meningitis kembali kambuh dan memastikan bahwa tidak akan ada
komplikasi jangka panjang.
9
dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat
berat dan kematian.
Pada meningitis tuberculosa seperti yang dialami anak pada kasus, angka kecacatan dan
kematian pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium beberapa penderita mencari
pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan,
penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih
baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1-2 minggudan dengan pengobatan yang tepat
penyembuhan total bisa terjadi.
2. Komplikasi
a. hidrosefalus obstruktif, penumpukan cairan pada rongga otak.
b. Septikemia, pendarahan kulit dan organ akibat bakteri.
c. serebral palsy, gangguan pada gerakan koordinasi tubuh.
d. gangguan mental
e. herniasi otak, jaringan otak bergeser dari posisi normal.
f. subdural hematoma, penumpukan darah pada lapisan acarachoidal dan lapisan
meningeal.
H. Jelaskan Hal Apa Saja Yang Perlu Di Kaji Pada Anak.
1. riwayat penyakit lalu seperti TBC dan ISPA
2. aktivitas anak,tandanya seperti keterbatsan gerak, kelumpuhan, gerakan involunter.
3. Sirkulasi, yaitu TD, suhu, takikardi atau tidak.
4. Eliminasi, seperti inkontinensia atau retensi.
5. Makanan/ cairan, tandanya seperti kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
6. Persarafan, seperti sakit kepala, parestesia, kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, kejang, diplopia, tuli, dan halusinasi penciuman.
7. Nyeri, seperti sakit kepala, kaku kuduk, kerdig.
8. Pernafasan, seperti sulit bernafas dan gangguan nafas lainnya.
Ketidak efektivan perfusi jaringan perifer b.d intrakranial d.d Penurunan kesadaran ,kejang
10
Analisa data :
1) Penurunan kesadaran
2) Kejang
b. diagnose keperawatan tambahan
Nyeri akut b.d iritasi lapisan otak d.d Kaku kuduk (+),Kernig (+)
Analisis data :
Hipertemii b.d proses infeksi d.d Demam tinggi,Suhu tubuh 39˚C,Takipnea nafas 32x/menit
Analisis data
1) Demam tinggi
2) Suhu tubuh 39˚C
3) Takipnea nafas 32x/menit
J. Buatlah Rencana Intervensi Sesuai Dengan Masalah Keperawatan Yang Muncul Pada
Anak.
1. Intervensi Diagnose Utama
Monitor tanda-tanda vital, tekanan darah orthostatic, status mental, dan output urin.
Posisikan pasien untuk mendapatkan perfusi yang optimal.
Buat dan pertahankan kepatenan jalan nafas, sesuai kebutuhan.
Berikan oksigen dan / atau ventilasi mekanik, sesuai kebutuhan.
Monitor EKG, sesuai kebutuhan.
Monitor tekanan oksimetri sesuai kebutuhan.
2. Intervensi Diagnose Tambahan
a. manajemen nyeri (1400)
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus
11
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising).
Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat.
Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan penerapan analgenik.
Evaluasi keefektifan dan tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.
b. perawatan demam (3740)
Pantau suhu dan TTV.
Beri obat atau cairan IV.
Tutup pasien dengan selimut atau pakaina ringan, tergantung pada fase demam (yaitu,
memberikan selimut hangat pada fase dingin, menyediakan pakaian linen atau tempaat
tidur ringan untuk demam dan fase bergejolak/ flush).
Fasilitas istirahat, terapkan pembatasan aktivitas : jika diperlukan.
Tingkatkan sirkulasi udara
Pantau komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan gejala kondisi
penyebab demam (misalnya kejang, dan penurunan kesadaran)
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.
K. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Identitas
12
a. Identitas Pasien
Nama : Anak perempuan X
Umur : 3 tahun
Agama : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : -
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
keluhan kejang, demam tinggi dan penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anak dengan riwayat TB tidak terkontrol
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Penurunan kesadaran intrakranial Ketidak efektivan perfusi
2. Kejang jaringan perifer
DIAGNOSA KEPERAWATAN
14
dengan penerapan
analgenik.
5. Evaluasi keefektifan dan
tindakan pengontrol nyeri
berdasarkan respon
pasien.
15
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TINDAKAN
Ketidak efektivan perfusi jaringan perifer Monitor tanda-tanda vital
Monitor EKG
Posisikan pasien agar perfusi optimal
Berikan oksigen
Nyeri akut Lakukan pengkajian nyeri
Berikan obat analgesic
Teknik relaksasi
Teknik distraksi
Hipertemi Periksa suhu dan TTv
Beikan obat atau cairan intravena
EVALUASI
16
BAB III
ANALISIS JURNAL
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal profil Meningitis pada anak di RSUP
Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Subyek dari penelitian ini dipilih anak usia 6–18
bulan karena memiliki insidens meningitis bakterial yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok usia lain. Disamping memiliki kesesuaian dengan fokus usia pada
rekomendasi AAP untuk melakukan evaluasi prosedur neurodiagnostik pada anak
dengan kejang demam.
Hal lain yang menarik dari hasil penelitian jurnal tersebut adalah pemberian
antibiotik sebelum anak mengalami kejang demam pertama memiliki hubungan
dengan gejala meningitis. Pemberian antibiotik sebelum terjadinya kejang demam
pertama baik sistemik maupun oral tampaknya berhubungan dengan kejadian
meningitis. Rosenberg dkk, melakukan review terhadap pasien meningitis yang
mendapat antibiotik oral sebelumnya, ternyata tanda dan gejala meningitis menjadi
tidak khas yaitu hanya berupa kejang demam. Penelitian lain bahkan menunjukkan
bahwa profil LCS mendekati normal dan sulit mendapatkan hasil apus Gram dan
kultur apabila pasien telah mendapat antibiotik >12 jam
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah subyek yang diambil adalah pasien yang
datang ke RSUP Dr. Hasan Sadikin, rumah sakit tipe A yang merupakan rujukan
untuk Propinsi Jawa Barat. Penelitian lanjutan diperlukan dengan
mengikutsertakan sejawat di fasilitas kesehatan primer dan di rumah sakit
18
kota/kabupaten untuk menggambarkan lebih baik kejadian meningitis bakterial di
masyarakat.
3. Kesimpulan
kewaspadaan pada tiap anak usia 6–18 bulan yang mengalami kejang demam pertama harus
diterapkan terutama bila mengalami kejang ≥15 menit karena memiliki risiko tinggi mengalami
meningitis bakterial. Tindakan pungsi lumbal perlu dilaksanakan untuk memastikan
ada/tidaknya meningitis bakterial atau infeksi SSP lain. Keterlambatan penegakkan diagnosis
dan tata laksana akan berbahaya bagi keselamatan pasien di samping meningkatkan
kemungkinan kecacatan di kemudian hari. Penundaan tindakan lumbal pungsi tidak
direkomendasikan pada anak usia 6–18 bulan yang mengalami kejang demam pertama ≥ 15
menit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM,
Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang
kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan
neuron. Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman,
sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi
serta dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal
seperti sesak nafas, muntah, dan diare. Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis
adalah Hidrosefalus obstruktif, septicemia, selebral palsy, gangguan mental, herniasi otak,
dan subdural hematoma.
19
B. Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis
dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis
dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin N dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Media dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.
https://media.neliti.com/media/publications/70786-ID-profil-tuberkulosis-pada-anak-di-instala.pdf
dr. Nugroho,Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Anak, Maternitas, Bedah, Penyakit dalam.
Jogjakarta : Nuha Medika
Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima, Sue Moorhead,PhD, RN, Marion
Johnson,PhD, RN, Meridean L.Maas,PhD, RN, FAAN, dan Elizabeth Swanson,PhD, RN, 2016.
Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam, Gloria M. Bulechek, Howard K.Butcher,
Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner , 2016.
20
Lampiran Jurnal
Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan yang Menderita
Kejang Demam Pertama
Anggraini Alam
Kata kunci: usia 6–18 bulan, kejang demam pertama, meningitis bakterial, pungsi lumbal
Alamat korespondensi:
Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K). Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bagian
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Jl. Pasteur 38. Telp. +6222-
23
Anggraini Alam: Kejadian meningitis bakterial pada kejang demam pertamA
Kejang demam sering dijumpai pada anak, Insidens meningitis bakterialis di negara maju
sering membuat panik orang tua sehingga anak sudah menurun sebagai akibat keberhasilan
dibawa ke rumah sakit, namun jarang sekali imunisasi Hib dan IPD.10 Kejadian meningitis
berakibat fatal.1,2 Insidensi bakterial oleh Hib menurun 94%, dan insidensi
penyakit invasif oleh S. pneumoniae menurun
dari 51,5-98,2 kasus/100.000 anak usia 1 tahun
kejang demam bervariasi, yaitu 2%–5% di menjadi 0 kasus setelah 4 tahun program
Amerika Serikat dan Eropa Barat, 5%–10% di imunisasi nasional PCV7 dilaksanakan.11,12 Di
India, 8,8% di Jepang, dan 14% di Guam, Indonesia, kasus tersangka meningitis
sedangkan data dari negara berkembang bakterialis sekitar 158/100.000 per tahun,
lainnya sangat terbatas. Kejang demam dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri
umumnya muncul di sekitar usia 6 bulan lain 67/100.000, angka yang tinggi apabila
sampai 3 tahun, dan insidensi tertinggi pada dibandingkan dengan negara maju.13
usia 18 bulan. Kejang pertama jarang
disebabkan oleh meningitis,3-6 namun apabila
disebabkan meningitis akan menimbulkan Tindakan pungsi lumbal adalah cara yang
morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga sangat penting untuk mengetahui apakah
sangat penting memastikan apakah kejang kejang demam me rupakan tanda dan gejala
merupakan manifestasi infeksi susunan saraf suatu infeksi SSP,6 namun sejak berbagai
pusat (SSP) atau bukan.7 penelitian yang dilaksanakan di negara maju
memperlihatkan risiko meningitis pada anak
kejang demam sederhana setara dengan anak
Meningitis bakterial merupakan infeksi demam tanpa kejang, yaitu <1,3%, maka
SSP, terutama menyerang anak usia <2 tahun, tindakan invasif tersebut mulai jarang
dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 dilakukan di negara maju.14-18 Meningitis
bulan.8 Dibandingkan dengan beberapa dekade bakterial yang memberikan gejala pertama
yang lalu, pemberian antibiotik hanya berhasil kejang demam terjadi pada 24% kasus anak,19
menurunkan angka kematian meningitis pada anak usia prasekolah angka kejadian
bakterial sekitar separuh nya, sedangkan tersebut lebih
beberapa infeksi lain dapat ditekan hingga
duaratus kali.9 Penyebab utama meningitis
pada anak adalah Haemophilus influenzae tipe
B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae
(invasive pneumococcal diseases/IPD).
24
elektrolit, tidak diikutsertakan dalam
penelitian.
25
294 Sari Pediatri, Vol. 13, No. 4,
Desember 2011
26
Anggraini Alam: Kejadian meningitis bakterial pada kejang demam pertama
(n = 259)
Meningit Bukan
is meningitis
(n =
72) (n =111)
Gambar 1. Alur
Penelitian
Tabel 1. Hasil analisis linier
serobrospinal
29
Anggraini Alam: Kejadian meningitis bakterial pada kejang demam pertama
Tabel 2. Usia, jenis kelamin, gejala umum meningitis, dan riwayat pemberian antibiotik
Variabel
n % n %
Usia (bulan)
6–<12 40 55,6 41 36,9 0.015
30
12–18 32 44,4 70 63,1
Jenis kelamin
Laki-laki 36 50,0 52 46,8
Perempuan 36 50,0 59 53,2 0,67
Lama kejang (menit)
<15 29 40,3 106 95,5
≥15 43 59,7 5 4,5 0,001
Episode kejang dalam 24 jam
(kali)
1 11 15,3 71 64,0
>1 61 84,7 40 36,0 0,001
Ubun-ubun besar menonjol
Ada 50 69,4 6 5,4
Tidak 22 30,6 105 94,6 0,001
Muntah-muntah
Ya 17 23,6 4 3,6
Tidak 55 76,4 107 63,4 0,001
Malas minum/menetek
Ya 12 16,7 0 0,0
Tidak 60 83,3 111 100,0 0,001
Riwayat pemberian antibiotik
Ada 38 52,8 22 19,8
Tidak 34 47,2 89 80,2 0,001
p<0,05 : bermakna
IK95%
31
Koefisien
Faktor risiko regresi SE Wald p OR Rendah Tinggi
Usia -0,073 0,487 0,022 0,881 0,930 0,358 2,417
Jenis kelamin 0,540 0,537 1,012 0,314 1,717 0,599 4,920
Lama kejang ≥ 15
menit 2,763 0,598 21,371 0,000 15,843 4,911 51,113
UUB menonjol -3,079 0,609 25,528 0,000 0,046 0,014 1,152
Malas
minum/menetek -1,239 10,239 0,012 0,911 0,820 0,012 1,001
32
Anggraini Alam: Kejadian meningitis bakterial pada kejang demam pertama
33
Hasil penelitian kami diharapkan dapat
menjadi pertimbangan para klinisi dalam
mengelola pasien yang
mengalami kejang demam pertama.
Kesimpulan
34
Prinsip kewaspadaan pada tiap anak usia 6–18
bulan yang mengalami kejang demam pertama
Ucapan terima kasih
harus diterapkan terutama bila mengalami
kejang ≥15 menit karena memiliki risiko tinggi
mengalami meningitis bakterial. Tindakan Penelitian ini merupakan bagian dari Pan-Asia
pungsi lumbal perlu dilaksanakan untuk Epidemiologic Surveillance Network to Assess
memastikan ada/tidaknya meningitis bakterial the Burden of Invasive Pneumococcal Disease.
atau infeksi SSP lain. Keterlambatan
penegakkan diagnosis dan tata laksana akan
berbahaya bagi keselamatan pasien di samping
meningkatkan kemungkinan kecacatan di
Daftar pustaka
kemudian hari. Penundaan tindakan lumbal
pungsi tidak direkomendasikan pada anak usia
6–18 bulan yang mengalami kejang demam a. Hampers LC, Trainer JL, Listernick R.
pertama ≥ 15 menit. Setting based practice variation in the
management of simple fibrile
35
Anggraini Alam: Kejadian meningitis bakterial pada kejang demam pertama
36
k. Black S,Shinefield A, Fireman B the
Northern California Kaiser Permanente
Vaccine Study Center Group. Efficacy,
safety and immunogenicity of heptavalent seizure among children 6 to 18 months of
m. Karande S. Febrile seizure: a review for P, Harper MB. Yield of lumbar puncture
family physician. Indian J Medicine 2007; among children who present with their first
37
20. Akpede GO, Sykes RM. Convulsions with management of children with fever-
fever as a presenting feature of bacterial associated seizures. Pediatrics 1980;
meningitis among preschool children in 66:1009–12.
developing countries. Dev Med Child
Neurol 1992; 34:524-9.
26. Rosenberg NM, Meert K, Marino D.
Seizures associated with meningitis. Pediatr
21. Pesce MA. Reference ranges for laboratory Emerg Care 1992; 8:67-72.
test and procedures.Kliegman RM,
Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. 27. Nigrovic LE, Malley R, Macias CG,
1
JMJ, Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 51 - 60 Putra, dkk, Profil Tuberkulosis...