Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang

mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang

lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan

perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk

mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi

diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri

juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan

emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan

yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan

orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial,

individu berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif

merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah

yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.

Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi

dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik

diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif

penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin

1
kepada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial

: menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) di perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen

pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala

gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.

Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan

hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya

kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar

dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan

suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau

lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997)

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari isolasi sosial ?

2. Bagaimana proses terjadinya masalah ?

3. Bagaimana terjadinnya komplikasi ?

4. Apa saja pengkajian keperawatan ?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien yanng

menderita penyakit isoslasi sosial

2
2. Mampu mendiagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami isolasi

sosial

3. Dapat mengetahui perencanaan keperawatan selanjutnya.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

(Purba, dkk. 2008). Berikut beberapa pengertian isolasi sosial yang dikutip

dari Pasaribu (2008). Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan

kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap

menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi

sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam

suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial

tidak efektif. Menurut Depkes RI penarikan diri atau withdrawal merupakan

suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap

lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau

menetap. Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan di mana

individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau

keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak

mampu untuk membuat kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial

atau menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan

4
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan

akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi,

atau selalu dalam kegagalan.

Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam

berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang

mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain

dan lingkungan.

B. Psikodinamika

1. Etiologi

Pada setiap tahap tumbuh kembang individu terdapat tugas

perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan hubungan

sosial, setiap individu harus melewati masa bayi yang sangat tergantung

dengan orang yang terpercaya, masa sekolah anak dimulai mengenal

hubungan yang lebih luas khususnya sekolah, masa remaja dimana dekat

dengan temannya tapi remaja mengembangkan keininan orang tua dan

teman– temannya, masa dewasa muda adalah independent dengan teman

atau orang tua individu belajar menerima dan sudah matang dan

mempunyai rasa percaya diri, sehingga sudah menjalani hubungan dengan

orang lain, masa dewasa tua masa dimana individu akan merasa terbuka

karena kehilangan dan mulai menyembunyikan perasaan terkait dengan

budaya. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan

respon sosial maladaptif. Ada pendapat yang mengatakan bahwa individu

5
yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memasahkan

dirinya dari orang tua. (Gail, 2006 : hal 276)

Faktor perkembangan biologi dan sosiokultural merupakan faktor

predisposisi terjadi perilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat

mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,

ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,

tidak mampu merumuskan kegiatan dan merasa tertekan. Keadaan ini

menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,

menghindar dari orang lain, menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari

–hari hampir terabaikan. Faktor sosiokultural dan psikologis merupakan

faktor presipitasi pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh

stres seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu yang

berhubungan dengan orang lain menyebabkan ansietas. Faktor sosiokultural

dapat ditimbilkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari

orang yang berarti dalam kehidupannya merupakan ansietas . misalnya,

karena dirawat di RS. Faktor psikologis dapat menimbulkan ansietas tinggi

karena tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan.

2. Proses terjadinya masalah

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik

diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga

6
yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan

permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan.

Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit

dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien

menjadi mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya

perhatian terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu

semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta

tingkah laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan

kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi

melatarbelakangi adanya komplikasi.

3. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi

sosial antara lain :

a. Defisit perawatan diri

b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

C. Rentang Respon Sosial

Rentang respon sosial menurut (Gail W. Stuart ; 2006 hal 277) adalah :

7
Respons adaptif Respons maladaptif

Menyendiri

Manipulasi Menarik diri

Otonomi Ketergantungan

Implusif

Kebersamaan

Narkisisme

Saling ketergantungan

Keterangan rentang respons:

1) Respons adaptif adalah respons yang diterima oleh norma sosial dan

kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas

normal. Adapun respons adaptif tersebut:

a. Menyendiri

Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan

di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri

dan menentukan langkah berikutnya.

b. Otonomi

Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-

ide individu.

8
c. Kebersamaan

Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal di mana individu

tersebut mampu untuk memberi dan menerima.

d. Saling Ketergantungan

Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam hubungan

interpersonal.

2) Respon maladatif adalah respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan

kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku maladatif tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Kesepian

Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina

hubungan secara terbukakepada orang lain.

b. Menarik diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak

berhubungan dengan orang lainuntuk mencari ketenangan sementara

waktu.

c. Ketergantungan

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan

yang dimiliki.

9
d. Manipulasi

Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada

masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan,

bukan berorientasi pada orang lain.

e. Impulsif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari

pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.

f. Narkisisme

Harga diri yang rapuh secara terus-menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika

orang lain tidak mendukung.

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Keliat (2005 : hal 3) pengkajian merupakan tahap awal dan

dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri dari atas

pengumpulan data dan perumusan masalah. Data yang dikumpulkan

meliputidata biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor

predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,

dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Larry, 2005 :).

a. Faktor Predisposisi

Menurut Dalami (2009 : hal 3) faktor predisposisi antara lain :

10
1) Faktor Perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial

berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi sampai

dengan dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang

positif. Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan

sukses.Sistem keluarga yang tergantung.Dapat berperan dalam perkembangan

respons social maladaptif.

Yang paling sering adalah adanya gangguan dalam mencapai tugas

perkembangan sehingga individu tidak dapat mengembangkan hubungan

yang sehat.

a) Masa bayi : bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat

sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Karena bayi sangat

tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan

psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa tidak

percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.

b) Toodler : mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri.

c) Pra Sekolah : anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah

dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam

hal ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga

khususnya pemberian positif terhadap perilaku anak yang adaptif.

Kegagalan anak dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu

11
mengontrol diri, tergantung, ragu, menarik diri dari lingkungan,

pesimis.

d) Anak sekolah : pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama,

kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua. Teman

dan orang dewasa merupakan sumber pendukung yang penting bagi

anak. Kegagalan dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi,

putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan.

e) Pra remaja : pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim

dengan teman sebaya dan teman sejenis maupun lawan jenis.Kegagalan

membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua

akan mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri

yang kurang.

f) Dewasa muda : individu belajar mengambil keputusan dengan

memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih

pekerjaan, karir, melangsungkan pernikahan.Kegagalan pada tahap ini

mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang

lain, putus asa akan karir.

g) Dewasa tengah : individu pada usia dewasa tengah umumnya telah

menikah. Individu yang perkembangannya baik akan dapat

mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.Kegagalan pada

tahap ini mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada dirinya sendiri,

produktivitas dan kreatifitas berkurang, dan perhatian terhadap orang

lain berkurang.

12
h) Dewasa lanjut : individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan

dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan perilaku

menarik diri.

2) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive

menurut (Gail, 2006 : hal 430). Terjadinya penyakit jiwa pada individu

juga dipengaruhi oleh keluarganya disbanding dengan individu yang tidak

mempunyai riwayat penyakit terkait.

3) Faktor Sosiokultural

Menurut (Gail,2006 : hal 431) Isolasi sosial merupakan faktor

utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi: norma

yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak

menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti lanjut usia

(lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi karena

mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang

dimiliki budaya mayoritas.

4) Faktor Dalam Keluarga

Menurut (Gail, 2006 : hal 279) pola komunikasi dalam keluarga

dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga

hanya mengiformasikan hal – hal yang negative akan mendorong anak

13
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan

disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi

traumatik dan enggan berkomunikasi dengan orang lain.

b. Faktor Presipitasi

Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor presipitasi terdiri dari :

1) Stresor Sosiokultural

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan

berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stresor Psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah

dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

c. Manifestasi Klinis

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan

ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul,

menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain,

komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap – cakap dengan klien

orang lain, tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih

sering menunduk, berdiam diri di kamar klien. Menolak berhubungan

14
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, meniru posisi

janin pada saat tidur. Sedangkan untuk data subjektif sukar didapat jika

klien menolak komunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan

singkat, dengan kata – kata “ tidak”, “ ya “, dan “tidak tahu”. (Dalami,

2009 : hal 10).

d. Mekanisme Koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan

berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut

berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006 :

hal 281). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti

sosial antara lain :proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini

berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang : formasi reaksi, isolasi,

idelisasi orang lain dan merendahkan orang lain.

e. Sumber Koping

Menurut (Gail, 2006 : hal 280), sumber koping berhubungan dengan

respon sosial maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga

yang luas dan teman.

15
f. Pohon Masalah

Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi Sosial

Harga diri rendah

1) Diagnosa Keperawatan:

Diagnosa keperawatan adalah idenyifikasi atau penilaian terhadap

pola respons klien baik aktual maupun potensial (Keliat, 2005 :hal 7).

1. Isolasi Sosial

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

2) Perencanaan Keperawatan

a. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat

mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah

terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan pengetahuan

yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau pengalaman praktek.

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuan Khusus (TUK) :

16
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria

evaluasi : Menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat : wajah cerah,

tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia menceritakan

perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya. Rencana tindakan

keperawatan : bina hubungan saling percaya, beri salam setiap berinteraksi,

perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan,

tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi, buat kontak

interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan

klien.

TUK 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.

Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan minimal satupenyebab menarik

diri dari orang lain dengan lingkungan. Rencana tindakan keperawatan :

Tanyakan kepada klien tentang orang yang tinggal serumah atau teman

sekamar klien, orang yang paling dekat dengan klien di rumah atau diruang

keperawatan, apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut, orang

yang tidak dekat dengan klien di rumah atau di ruang keperawatan, apa

yang membuat klien tidak dekat dengan orang lain, upaya yang sudah

dilakukan agar dekat dengan orang lain, diskusikan dengan klien penyebab

menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain, beri pujian terhadap

klien megungkapkan perasaannya.

TUK 3 : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial

dan kerugian menarik diri. Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan sosial dan kerugian mnearik diri. Rencana

17
tindakan keperawatan : tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan

sosial dan kerugian mernarik diri, diskusikan bersama klien tentang manfaat

berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, beri pujian terhadap

kemampuan klien mengungkapkan perasaan.

TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria evaluasi : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

bertahap dengan perawat, orang lain dan kelompok. Rencana tindakan

keperawatan : Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial, beri

motifasi dan Bantu klien untuk berkenalkan atau berkomunikasi dengan

orang lain, libatkan kliendalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi,

diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan klien untuk bersosialisasi, beri motifasi klien untuk melakukan

kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat, beri pujian terhadap kemampuan

klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan.

TUK 5: Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan

sosial. Kriteria evaluasi:Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah

berhubungan sosial dengan orang lain. Rencana tindakan

keperawatan:diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berinteraksi

dengan orang lain, beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya.

TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas

hubungan sosial. Kriteria evaluasi : Keluarga dapat menjelaskan tentang

pengertian menarik diri, tanda dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat,

18
cara merawat klien menarik diri. Rencana tindak keperawatan :

diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk

mengatasi prilaku menarik diri, diskusikan potensi keluarga untuk membantu

klien mengatasi prilaku enarik diri, latih keluarga dalam merawat klien

menarik diri, tanyakan perasaan keluarga agar membantu klien untuk

bersosialisasi, beri pujian kepada keluarga atas keterlibatan merawat klien di

rumah sakit.

TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria

evaluasi : Klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum

obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping. Setelah tiga kali

interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Setelah

tiga kali interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi dokter. Rencana tindakan keperawatan : diskusikan dengan

klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, pantau klien saat

penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar,

diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter,

anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.

b. Penatalaksanaan Medis

Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit

skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :

19
a) Psikofarmaka

Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa. Yang

tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain :

1) Chlorpromazine (CPZ)

Atas indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat untuk

menilai realistis, waham halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku

atau tidak terkendali tidak mampu bekerja. Dengan efek samping

hipotesis, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat.

2) Haloperidol (HLP)

Atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai realita

dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari – hari

dengan efek samping yaitu : penyakit hati, penyakit darah

(anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy, kelainan jantung, febris,

dan ketergantungan obat.

3) Tryhexipenidil (THP)

Atas indikasi segala jenis perkinson, termasuk pasca encephalitis

dengan efek samping yaitu mulut kering, penglihatan kabur, pusing,

mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,

20
retensi urin. Kontra indikasinya yaitu hipersensitif terhadap

tryhexipenidil, glukosa sudut sempit, hipertropi prostate dan obstruksi

saluran cerna.

b) Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy)

Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang

menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus listrik.

Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat

mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 – 100

volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat dan terapi

obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan beresiko bunuh diri dan

skizofrenia akut.

c) Prinsip Keperawatan

Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak sering

tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji, memenuhi kebutuhan

sehari – hari, libatkan klien TAK.

3) Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanana tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari

proses keperawatan. Dan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,

21
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) (Keliat,2005, hal

17). Jenis Tindakannya seperti :

1. Secara mandiri (independent)

Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk

membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi

karena adanya stressor (penyakit). Misalnya ; membantu klien dalam

melakukan kegiatan sehari – hari, memberikan dorongan pada klien

untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar, menciptakan lingkungan

terapeutik.

2. Saling ketergantungan atau kolaborasi ( interdependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim

perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya. Seperti dokter, fisioterapi,

analis kesehatan, dan sebagainya. Misalnya ; pemberian obat – obatan

sesuai dengan intruksi dokter. Jenis dosis dan efek samping menjadi

tanggung jawab dokter tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi

tanggung jawab.

3. Rujukan atau ketergantungan ( dependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,

diantaranya : dokter, psikologi, pskiater, ahli gizi, fisioterapi. Misalnya ;

terapi aktivitas kelompok.

4) Evaluasi Keperawatan

22
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons

klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal

17)Hasil yang diharapkan pada klien, yaitu: klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan orang lain, klien dapat menyebutkan penyebab

menarik diri, klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, klien

dapat melaksanakan hubungan sosial, klien mampu menjelaskan perasaannya

setelah berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok. Klien mendapat

dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial, klien dapat

memanfaatkan obat.

23
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

TINJAUAN KASUS
A.                Pengkajian

I.                   Identitas Klien


            Nama                           : Tn. K
            Umur                           : 27th
            Status Perkawinan      : Belum Kawin
            Agama                         : Islam
            Pendidikan                  : SMA
            Pekerjaan                     : Buruh
            Suku/Bangsa               : Jawa / Indonesia
Alamat                                    : Way Kanan

Identitas Penanggung Jawab


Nama                                    : Bpk. T
Umur                                     : -
Pekerjaan                              : Buruh
Hub. Dengan Klien                : Bapak
Alamat                                  : Way Kanan

B.                 Alasan Masuk


Klien masuk RSJ lewat UGD pada tanggal 3 November 2011 pukul 11.00
WIB, klien mengatakan masuk RSJ karena sering marah-marah di
rumahnya semenjak dia berhenti dari pekerjaanya sebagai cleaning service
di Bekasi. Selain itu, keluarga klien juga mengatakan klien selalu berdiam

24
diri di kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di
rumahnya dan tetangga sekitarnya.

C.                Faktor Predisposisi


1.      Riwayat gangguan jiwa
Klien mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun
2009 karena klien sering melempari batu ke rumah tetangga – tetangganya
sehingga membahayakan orang disekitarnya, selain itu klien selalu marah
dan mengamuk bila keinginanya tidak di turuti dan yang kedua kalinya
adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ provinsi lampung karena klien
selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya dan
orang disekitarnya.

2.      Riwayat pengobatan


Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat ke
paranormal tetapi tidak ada perubahan. Selain itu pada tahun 2009 klien
pernah di rawat di RSJ provinsi Lampung, namun setelah pulang dari RSJ
klien hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah bersosialisasi.   

3.      Riwayat penganiayaan


Klien mengatakan pernah dikeroyok oleh warga karena mabuk-mabukan
minuman keras pada tahun 2009  membawa motor hampir menabrak anak
kecil.
4.      Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
5.      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang ia tidak pernah
mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

D.                Fisik
1.      Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmhg
Nadi                : 94 x/menit
Suhu                : 36,1 0C
Pernafasan       : 20 x/menit
2.      Ukur
Berat badan     :  68 kg
Tinggi badan   : 178 cm
3.      Keluhan fisik
Klien mengatakan ia tidak memiliki keluhan fisik.
Masalah keperawatan  : tidak ditemukan

25
E.                 Psikososial
1.      Genogram

2.      Konsep diri


a.       Gambaran diri
Klien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, ia merasa jelek, klien juga mengatakan
kalau pria berbadan besar itu akan disegani orang.
b.      Identitas diri
Klien mengatakan ia belum pernah menikah, klien anak pertama dari tiga
bersaudara
c.       Peran
Peren klien dalam keluarga adalah klien anak pertama dari tiga bersaudara. Klien
membantu orang tua mencari nafkah, namun semenjak dirawat di RSJ, klien tidak
mempedulikan perannya.
d.      Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang, karena
klien ingin bekerja kembali seperti  layaknya orang sehat.
e.       Harga diri
Klien merasa sedih ketika ia berhenti dari pekerjaan sehingga klien merasa tidak
berharga karena tidak mampu membantu orang tuanya. Klien menyendiri di
kamar, tidak berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

3.      Hubungan sosial


a.       Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarganya.
Keluarga klien adalah orang yang mengerti dan memahami klien.
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya, tetapi ia terkadang bermain sepak bola pada sore
hari.
c.       Hambatan dalam hubungan dengan orang lain.
Klien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena menurut klien
tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang lain dan juga
klien mengatakan dia bingung apa yang ingin diceritakan. Klien sering diam,
jarang bercakap-cakap dengan klien lain di ruangan.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia dimasukkan ke RSJ kerena klien sering marah-marah,
namun klien tidak mengetahui bahwa klien mengalami gangguan jiwa, klien
meyakini dirinya sehat.
b.      Kegiatan ibadah

26
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang melakukan ibadah sholat
lima waktu. Begitu juga saat masuk RSJ klien tidak pernah sholat lima waktu.
F.                  Status mental
a.       Penampilan
Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapi. Rambut klien tidak tertata. Klien
tampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. Klien mengatakan ia mandi
dua kali sehari namun tidak pernah pakai sabun dan shampo.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias

b.      Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien
menjawab pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan
pertanyaan yang diajukan.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal

c.       Aktifitas motorik


Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak diam
ketika tidak ditanya, terkadang malah pulang ke kamar.
Masalan keperawatan : Isolasi sosial

d.      Alam perasaan


Klien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu keluarganya
karena ia sudah tidak bisa bekerja lagi dan pernah masuk RSJ selain itu
menganggap dirinya tidak baik karena dahulu klien pernah meresahkan
tetangganya yaitu dengan merusak kaca tetangganya dengan cara menimpukinya
dengan batu dan dianggap buruk oleh lingkungannya, klien mengatakan dia malu
bila bertemu orang karena dia pernah masuk RSJ sebelumnya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

e.       Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan
seperlunya. Terkadang klien langsung pergi ke kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

f.       Interaksi selama wawancara


Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Klien
berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu klien kembali
diam, mudah dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau, terkadang tidak
jelas.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial

g.      Persepsi
Klien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-bisikan,
klien mengatakan suara – suara itu adalah suara wanita, klien mengatkan suara
wanita utu mengajak dia untuk bersenang – senang, dan paling sering suara itu
terdengar pada saat ia sedang melamun. Tetapi perawat saat ini belum pernah

27
melihat tanda-tanda klien berhalusinasi auditori seperti berbicara sendiri, tertawa
sendiri.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

h.      Proses pikir


Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih suka
menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak
fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir

i.        Isi Pikir


Klien saat ini berpikir untuk pulang, dan klien menyesal selama ini berkelakuan
tidak baik terhadap tetangga dan mengajak berantem orang tua.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

j.        Tingkat Kesadaran


a.    waktu  : klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan dia mengrti kapan
saja waktu ia harus mandi
b.    tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
c.    orang   : kilen sulit mengenali seseorang, jarang memulai perkenalan, di dalam
ruangan pun klien hanya hafal nama orang 3-5 orang saja.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir

k.      Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi. Klien
masih ingat jam berapa dia bangun tadi, klien juga ingat tahun berapa klien
berhenti kerja.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

l.        Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan, klien mampu
menjawab dengan baik.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

m.    Kemampuan Penilaian


Klien dapat menilai yang baik dan yang buruk dan klien juga mengetahui bahwa
sebelum dirawat perbuatannya yang sering melawan orang tua berkelahi,
melempar batu ke rumah tetangga termasuk perbuatan tercela (tidak baik).
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan

n.      Daya tilik diri


Klien tidak menyadari tentang apa yang diderita klien saat ini. Klien merasa sehat
tidak perlu pengobatan khusus untuk dirinya.
Masalah keperawatan : Kurang Pengetahuan
G.                Keperluan Persiapan Pulang

28
1.    Makan
Klien mengatakan setiap kali makan mencuci tangan dan makan sendiri tanpa
bantuan orang lain . Klien mengatakan sering menghabiskan porsi makanan yang
disediakan
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

2.    BAB/BAK
Klien mengatakan BAB & BAK di kamar mandi dan klien menyiramnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

3.    Mandi
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2 kali dengan menggunakan alat mandi
yang benar, namun klien jarang sikat gigi, sehingga giginya tampak kotor dan
klien tidak mencuci rambut dan sabunan.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri :Mandi

4.    Berpakaian dan berhias


Klien tidak nampak berhias diruangan, klien mengganti pakaian sehari satu kali
dan menggantinya sendiri. Rambut tidak tertata rapi.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias

5.    Istirahat dan tidur


Klien mengatakan jadwal tidur siang dan malam tidak menentu, tapi biasanya :
tidur siang   : 13.00-15.00
tidur malam            : 19.30-04.00
Masalah  keperawatan : tidak ditemukan

6.    Penggunaan obat


Klien  minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur dengan dosis
yang benar. Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

7.    Pemeliharaan kesehatan


Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila menurut klien
sakitnya biasa saja, klien tidak pergi ke dokter (seperti masuk angin, dll). Dan saat
ini klien mengatakan rutin minum obat dan obat yang diminum sesuai dengan
yang diberikan oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

8.    Kegiatan didalam rumah


Klien mengatakan kegiatan didalam rumah yang paling sering adalah tidur        
dan berdiam diri dikamar, tidak ada kegiatan di rumah.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

9.    Kegiatan diluar rumah

29
Klien jarang keluar rumah, apabila keluar rumah pada pagi hari dan hanya pergi
ke ladang dan pulang pada sore hari. Lalu klien pulang berdiam diri di kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

H.       Mekanisme Koping


a.       Adaptif
Klien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat.
b.      Maladaptif
Klien mengatakan jika klien ada masalah, klien selalu memikirkan dan mencari
jalan keluar sendiri. Jika klien mampu menyelesaikan masalahnya sendiri akan
diselesaikan sendiri. Namun bila tidak mampu klien akan marah-marah.,
mengamuk, setelah mengamuk klien seperti hilang ingatan(lupa) dan klien
menyendiri lagi.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

I.         Masalah Psikososial Dan Lingkungan

1.      Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok


Klien mendapat dukungan dari keluarganya walaupun dirawat di RSJ. Hal ini di
buktikan dengan datangnya keluarga klien untuk menjenguk.
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

2.      Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien termasuk orang pendiam klien terlihat menyendiri, memiliki kekurangan
dalam berinteraksi dengan orang lain klien mngatakan malas berinteraksi, klien
berbicara jika ada yang mengajak bicara dahulu.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

3.      Masalah dengan pendidikan


Klien sudah lulus SLTA, klien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, karena klien ingin langsung bekerja.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukaan

4.      Masalah dengan pekerjaan


Klien mengatakan klien berhenti dari pekerjaannya sebagai cleaning service di
Bekasi dari tahun 2007 karena gajihnya sedikit dan klien malu karena tidak bisa
menolong kedua orang tuanya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

5.      Masalah dengan perumahan


Klien mengatakan dirumah tinggal dengan oarang tuanya, beserta dua adik
perempuan dan satu adik ipar. Klien pernah di kroyok dengan warga setempat
karena mabuk-mabukkan
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan

30
6.      Masalah ekonomi
Klien mengatakan keluarganya cukup memenuhi keperluannya sehari-hari.
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan

7.      Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit jiwa sekali karena ngamuk-
ngamuk dilingkungn tempat tinggal dan di bawa ke RSJ lalu di ikat satu malam.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan

J.         Kurang Pengetahuan Tentang


Klien kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa yang klien alami sekarang, klien
belum mengetahui cara pengobatan yang dilakukan, karena kurang pengetahuan
itu cara klien menyelesaikan masalah tidak benar dan tepat.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

K.      Aspek Medis


1.      Dx. Medis                               : Skizofrenia
2.      Therapi medis (saat ini)           :
Haloperidol (HLP)                  5 mg                3x1
Trihexyphenidil (THP)            2 mg                3x1
Chlorpomazin  (CPZ)              100 mg            1x1

L.       Daftar Masalah Keperawatan


1.      Isolasi sosial
2.      Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3.      Harga diri rendah
4.      Koping Individu Tidak Efektif
5.      Kurang Pengetahuan
6.      Gangguan Proses Pikir
7.      Kerusakan Komunikasi Verbal
8.      Defisit Perawatan Diri

M.     Analisa Data


No Analisa Data Maslah Keperawatan
.
1. DS :
Klien mengatakan bingung dalam memulai pembicaraan
karena menurut klien tidak ada bahan
pembicaraan untuk berinteraksi
DO : Isolasi Sosial
-       Klien lebih banyak berdiam diri
-       Kontak mata kurang
-       Klien sering menyendiri
-       Klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun

31
perkenalan
-       Afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada simuluus
perawat tertawa

2. DS :
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan wanita
yang mengajak klien untuk melakukan hal yang tidak
benar. Halusinasi
DO :
-       Klien sering menyendiri
-       Klien terkadang berbicara sendiri
-       Klien sering bengong / melamun

3. DS :
-       Klien mengatakan dirinya jelek, badannya terlalu kurus.
-       Klien mengatakan malu bila bertemu dengan orang yang Harga Diri Rendah
baru dikenal.
-       Klien mengatkan takut berbicara banyak karena takut
menyakiti hati orang lain

DO :
-       Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain
-       Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain
-       Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara

4. DS :
Klien mengatakan bila dia marah di lebih memilih untuk
menyendiri dan berdiam diri tidak ingin berbicara degan Koping Individu Tidak
orang lain atau terkadang dia memarahi orng tuanya. Efektif
DO :
-       Klien tampak selalu menyendiri
-       Klien terlihat jarang berbicara dengan orang lain
-       Klien selalu diam

5. DS :
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya saat ini. Kurang Pengetahuan
DO :
Klien tidak mampu menjawab pertanyaan saat ditanya
tentang penyakit yang dideritanya saat ini.

6. DS :
Klien mengatakan kalau ia lebih suka menyendiri Gangguan Proses Pikir

32
DO :
Klien sering terlihat melamum
Klien tidak suka memulai pembicaraan
Kontak mata klien tidaka fokus

7. DS :
Klien mengatakan bingung bila ingin memulai Kerusakan Komunikasi
pembicaraan dengan seseorang Verbal
Klien mengatakan malas berbicara karena menurut klien
tidak ada hal yang perlu dibicarakan.
DO :
Klien tidak pernah memulai pembicaraan kepada lawan
bicara
Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja
Pembicaraan klien inkoheren dengan pertanyaan yang
diajukan

8. DS : Defisit Perawatan Diri


Klien mengatakan mandi 2 kali sehari namun klien tidak
sikat gigi, mencuci rambut ataupun sabunan.
DO :
-       Gigi klien terlihat kotor
-       Kulit klien kusam
Rambut klien kusam

N.      Pohon Masalah

Kerusakan Komunikasi Verbal

Gangguan Proses Pikir

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar

Defisit Perawatan Diri                         ISOLASI SOSIAL

33
Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Kurang Pengetahuan

O.      Diagnosa Keperawatan


1.      Isolasi Sosial
2.      Halusinasi
3.      Harga diri Rendah
4.      Koping Individu Tidak Efektif
5.      Kurang Pengetahuan
6.      Gangguan Proses Pikir
7.      Kerusakan Komunikasi Verbal
8.      Defisit Perawatan Diri

P.       Rencana Tindakan Keperawatan


Inisial klien          : Tn. K                                Dx Medis        : Skizofrenia
No RM                 : 013650                             Ruangan          : Cendrawasih
No DX. Rencana Rasional
Keperawata Tindakan Keperawatan
. n Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi TUM : Klien


Sosial mampu
berinteraksi
dengan orang
lain

TUK 1 : Klien Setelah 2 X 1. Bina Hubungan saling


dapat membina interaksi klien hubungan saling percaya
hubungan menunjukan percaya dengan : merupakan
saling percaya tanda-tanda - beri salam langkah awal
percaya kepada setiap untuk melakukan
atau terhadap berinteraksi interaksi
perawat : - Perkenalkan
- Wajah cerah, nama, nama
tersenyum panggilan

34
- Mau berkenalan perawat, dan
- Ada kontak mata tujuan perawat
- Bersedia berkrnalan
menceritakan - Tanyakan dan
perasaan panggil nama
- Berseddia kesukaan klien
mengungkapkan - Tunjukan sikap
masalahnya jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
- Tanyakan
perasaan dan
masalah yang
dihadapi klien
- Buat kontrak
interaksi yang
jelas
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi
perasaan klien

TUK 2 : 2.Setelah 2 kali 1.Tanyakan pada Dengan


Klien mampu interaksi klien klien tentang : mengetahu tanda-
menyebutkan dapat - Orang yang tanda dan gejala,
penyebab  menyebutkan tinggal serumah kita dapat
tanda dan minimal satu atau dengan menentukan
gejala isolasi penyebab menarik sekamar klien langkah intervensi
sosial diri : - Orang yang selanjutnya
-Diri Sendiri paling dekat
- Orang lain ddengan klien
- Lingkungan dirumah atau
          diruangan
perawatan
- Apa yang
membuat klien
dekat dengan
orang tersebut
- Orang yang
tidak dekat
dengan klien
dirumah atau

35
diruangan
perawat
- Apa yang
membuat klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
- Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
tersebut

2.Diskusikan
dengan klien
penyebab
menarik diri /
tidak mau
bergaul dengan
orang lain

3.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaanya

TUK 3 : 3.Setelah 2 X 1.Tanyakan pada Reinforcement


Klien mampu interaksi dengan klien tentang : dpat
menyebutkan klien dapat - Manfaat meningkatkan
keuntungan menyebutkan hubungan sosiial harga diri klien
berhubungan keuntungan - Kerugian
sosial dan berhubungan menarik diri
kerugian sosial, misalnya :
menarik diri -Banyak teman 2.Diskusikan
- Tidak kesepian bersama klien
- Saling menolong tentang manfaat
berhubungan
Dean kerugian sosial dan
menarik diri kerugian
misalnya : menarik diri
-Sendiri
- Kesepian 3.Beri pujian
- Tidak bisa terhadap
diskusi kemampuan

36
          klien
mengungkapkan
perasaannya

TUK 4 : 4.Setelah 2 X 1.Observasi Mengetahui


Klien dapat interaksi klien perilaku klien sejauh mana
melaksanakan dapat tentang pengetahuan klien
hubungan melaksanakan berhubungan tentang
sosial secara hubungan soosial sosial berhubungan
bertahap secara bertahaap dengan orang lain
dengan : 2.Beri motivasi
-Perawat dan bantuu klien
- Perawat lain untuk berkenalan
- Kelompok / berkomunikasi
dengan perawat
lain, klien lain,
kelompok

3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi

4.Diskusikan
jadwal harian
yang dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
bersosialisasi

5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang
telah dibuat

6.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
memperluas
pergaulanya

37
melalui aktifitas
yang
dilaksanakan

TUK 5 : 5.Setelah 2X 1.Diskusikan Agar klien lebih


Klien mampu interaksi klien dengan klien percaya diri untuk
menjelaskan dapat tentang berhungan dengan
perasaanya menyebutkan perasaanya orang lain
setelh perasaanya setelah setelah
berhubungan berhubungan berhbungan
sosial sosial dengan : sosial dengan :
-Orang lain -Orang lain
- Kelompok - Kelompok

2.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaaanya

TUK : 6 1.Setelah 2X kali 1.Diskusikan Agar klien lebih


Klien pertemuan, pentingya peran percaya diri dan
mendapat keluarga dapat serta tau akibat tidak
dukungan menjelaskan : keluarganay berhubungan
keluarga dalam -pengertian sebagai dengan orang lain
memperluas menarik diri pendukung
hubyngan -tanda dan gejala untuk mengatasi
sosial menarik diri perilaku menarik
-penyebab dan diri
akibat menarik 2.Diskusikan
diri potensi keluarga
-cara merawat untuk membantu
klien menarik diri klien mengatasi
perilaku menarik
diri
3.Jelaskan pada
2.Setelah 2X keluarga
pertemuan, tentang :
keluarga dapat -pengertian
mempraktekkan menarik diri
cara merawat -tanda dan gejala
klien menarik diri menarik diri
-penyebab dan
akibat menarik
diri

38
-cara merawat
klien menarik
diri

4.Latih keluarga
cara merawat
klien menarik
diri

5.Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan

6.Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi

7.Beri pujian
pada keluarga
atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 7.1 Setelah 2X 1.Diskusikan Minum obat dapat
Klien dapat interaksi klien dengan klien menyembuhkan
memanfaatkan menyebutkan : tentang manfaaat penyakit klien
obat dengan -manfaat minum dan kerugian
baik obat tidak minum
-kerugian tidak obat, nama,
meminum obat warna, dosis,
-nama, warna, cara, efek terapi,
dosis, efek terapi, dan efek
efek samping obat samping
penggunaan
7.2.Setelah...kali obat.
interaksi klien
mendemonstrasika 2.Pantau klien
n penggunaan saat penggunaan
obat dengan benar obat

7.3.Setelah...kali 3.Beri pujian


interaksi klien jika klien
dapt menyebutkan menggunakan

39
akibat berhenti obat dengan
minum obat tanpa benar
konsultasi dokter
4.Diskusikan
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi
dengan dokter

5.Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan

2 Halusinasi TUM : klien


dapat
mengontrol
halusinasi

TUK :1
Klien dapat 1.1.Setelah 2X 1.bina hubungan Hubungan saling
membantu interaksi dengan saling percaya percaya
hubungan klien, klien dengan prinsip merupakan
saling percaya menunjukkan komunikasi langkah awal
tanda percaya teraupetik : untuk melakukan
kepada perawat : -sapa klien interaksi
-ekpresi dengan ramah ,
bersahabat baik verbal
-ada kontak mata maupun non
-menunjukkan verbal
rasa senang - perkenalkan
-mau berjabat nama lengkap,
tangan nama panggilan
-mau duduk dan tujuan
berdampingan berkenalan
dengan perawat - tanyakan nama
-mengungkapkan yang disukai
masalah yang klien
dihadapi -buat kontrak
yang jelas
-tunjukkan sikap
jujur dan

40
menepati janji
-beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien
-tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien

TUK 2 :
klien dapat 2.1.setelah 2X Mengetahui
mengenal interaksi klien 1. adakan apakah halusinasi
halusinasinya menyebutkan kontrak langsung datang dan
-isi dan singkat menentukan
-waktu secara bertahap tindakan yang
-frekuensi 2. observasi tepat atas
-situasi dan tingkah laku halusinasinya
kondisi yang klien terkait
menimbulkan dengan
halusinasi halusinasinya.
-tanyakan
apakah klien
mengalami
halusinasi
-jika klien
menjawabnya,
tanyakan apa
yang dialaminya
-katakan bahwa
TUK : 3 perawat percaya
klien dapat
mengontrol
halusinasi 1.setelah ... kali
interaksi klien Klien dapat
menyebutkan 1.identifikasi melakukan
tindakan yang bersama klien tindakan yang
biasanya cara atau tepat saat
dilakukan untuk tindakan yang halusinasinya
mengendalikan dilakukan jika muncul
halusinasinya terjadi halusinasi

41
2. setelah... kali 2. diskusikan
interaksi klien cara yang
menyebutkan cara digunakan klien
baru mengontrol -jika cara yang
halusinasi digunakan
3. setelah .. kali adaptif, beri
interaksi klien pujian
dapat memilih dan -jika cara yang
memperagakan digunkan
cara megatasi maladaptif
halusinasi diskusikan
4. setelah.. klia kerugian cara
interaksi, klen tersebut
melaksanakan 3. diskusikan
cara yang telah cara baru untuk
dipilih untuk mengontrol
mengendalikan halusinasi
halusinasi dengar -katakan pada
5. setelah  2X diri sendiri ini
interaksi, klien tidak nyata (saya
mengikuti terapi tidak mau
aktivitas mendengar)
kelompok -menemui orang
tua /perawat
untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya
-membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disususn

42
TUK : 4 1.setelah 2X 1.diskusikan Minum obat dapa
klien dapat interaksi klien denagn klien mengurangi
memanfaatkan dapat tentang manfaat halusinasi klien
obat dengan menyebutkan  : dan kerugian
baik -manfaat dari tidak minum
minum obat obat, nama,
-kerugian tidak warna, dosis, dan
minum obat efek terapi dan
-nama, warna, efek samping
dosis, efek terapi penggunaan obat
dan efek samping 2. pantau klien
obat saat penggunaan
2. setelah ... kali obat
interaksi klien 3. beri pujian
mendemonstrasika bila klien
n penggunaan menggunakan
obat dengan benar obat dengan
3. setelah.. kali benar
interaksi 4. diskusikan
klienmenyebutkan akibat berhenti
akibat berhenti minum obat
minum obat tanpa konsultasi
denagn dokter

43
5. anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan.

3. Harga Diri TUM :


rendah Klien dapat 1.klien dapat Hubungan saling
melakukan mengungkapkan 1.bina hubungan percaya akan
hubungan perasaannya saling percaya menimbulkan
sosial secara 2.ekspresi wajah a.sapa klien kepercayaan klien
bertahap bersahabat dengan ramah, pada perawat
3.ada kontak mata baik verbal sehingga akan
TUK 1 : 4.menunjukkan maupun memudahkan
Klien dapat rasa senang nonverbal dalam
membina 5.mau berjabat b.perkenalkan pelaksanaan
hubungan tangan diri dengan tindakan
saling percaya 6.mau menjawab sopan selanjutnya
salam c.tanya nama
7.klien mau duduk lengkap klien
berdampingan dan nama
8.klien mau panggilan yang
mengutarakan disukai klien
masalah yang d.jelaskan tujuan
dihadapi pertemuan, jujur
dan menepati
janji
e.tunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
f.beri perhatian
pada klien

2.beri
kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
tentang penyakit
yang dideritanya

3.sediakan waktu

44
untuk
mendengarkan
klien

4.katakan pada
klien bahwa ia
adalah seorang
yang berharga
dan
bertanggungjawa
b serta mampu
TUK 2 : Klien mampu menolong
Klien dapat mempertahankan dirinya sendiri Pujian akan
mengidentifika aspek positif yang meningkatkan
si kemampuan dimiliki harga diri klien
dan aspek
positif yang
dimiliki 1.diskusikan
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki
klien dan beri
pujian
/reinforcement
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2.saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilaian negatif.
1.kebutuhan klien Utamakan
terpenuhi memberi pujian Peningkatan
TUK 3 : 2.klien dapat yang realistis kemampuan
Klien dapat melakukan mendorong klien
menilai aktivitas terarah untuk mandiri
kemampuan
yang dapat
digunakan 1.diskusikan
kemampuan
klien yangmasih
dapat digunakan
selama sakit
2.diskusikan
juga kemampuan
yang dapat

45
1.klien mampu dilanjutkan
beraktivitas sesuai penggunaan di Pelaksanaan
TUK 4: kemampuan rumah sakit dan kegiatan secara
Klien dapat 2.klien mengikuti dirumah nanti mandiri modal
menetapkan terapi aktivitas awal untuk m
dan kelompok eningkatkan harga
merencanakan diri rendah
kegiatan sesuai
dengan 1.rencanakan
kemampuan bersama klien
yang dimiliki aktivitas yang
masih dapat
dilakukan setiap
hari sesuai
kemampuan :
kegiatan
mandiri,
kegiatan dengan
bantuan
minimal,
kegiatan dengan
bantuan total
2.tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien
3.beri contoh
cara pelaksanaan
Klien mampu kegiatan yang
beraktivitas sesuai boleh klien Dengan aktivitas
kemampuan lakukan (sering klien akan
TUK 5 : klien takut mengetahui
Klien dapat melaksanakanny kemampuannya
melakukan )
kegiatan sesuai
kondisi sakit
dan
kemampuannya

1.beri
kesempatan
klien untuk
1.klien mampu mencoba
melakukan apa kegiatan yang Perhatian
yang diajarkan direncanakan keluarga dan
TUK 6 : 2.klien mau 2.beri pujian atas pengertian

46
Klien dapat memberikan keberhasilan keluarga akan
memanfaatkan dukungan klien dapat membantu
sistem 3.diskusikan meningkatkanharg
pendukung kemungkinan a diri klien.
yang ada pelaksanaan
dirumah

1.beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga klien
tentang cara
merawat klien
harga diri rendah
2.bantu keluarga
memberi
dukungan
selama klien
dirawat
3.bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah

47
48
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

(Purba, dkk. 2008).

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik

diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga

yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan

permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan.

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi

sosial antara lain :

a. Defisit perawatan diri

b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

B. Saran

Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal

adalah :

1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga

tetap melakukan kontrol ke RSJ.

49
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan

tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.

3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ

karena dapa membantu proses penyembuhan.

50

Anda mungkin juga menyukai