PENDAHULUAN
Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek
penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik
pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan
tidak melihat 'isi' ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa
disangkal bahwa orang memang cenderung melihat penampilan fisik ataupun
tampilan 'luar' saja.
Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang
memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil',
kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan
merupakan hal yang paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping,
kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi
pria merupakan idaman semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang
'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, 'malas' dan terlihat
tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang,
yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya
diri dan menarik.
Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik
perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang
dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina
mengalami perubahan fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka
berusaha menarik perhatian satu sama lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada
manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan, perilaku-
perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan
1
3. Apa saja gangguan citra tubuh ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh ?
5. Apa saja Negatif Dan Positif Citra Tubuh?
6. Apa saja manifestasi Klinis Citra Tubuh?
1.4 Epidemiologi
2
1.5 Contoh Kasus Gangguan Citra Tubuh
BAB II
3
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
4
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap
dirinya.
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat
mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).
2.2. Etiologi
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. pembedahan kardiovaskuler
f. laringektomi
3. Luka bakar
4. Trauma wajah
5
5. Gangguan makan
a. anoreksia nervosa
b. bulimia
6. Obesitas
7. Gangguan muskuluskeletal
a. atritis
8. Gangguan integumen
a. Psoriasis
9. Lesi otak
a. Cerebrovaskular accident
b. Demensia
c. Penyakit parkinson
10. Gangguan afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
11. Gangguan endokrin
a. Akromegali
b. Sindroma chusing
13. Prosedur diagnostik
6
a. Impotensi
b. Pergerakan/kendali
c. Sensori/persepsi
d. Memori
15. Terapi modalitas
b. Kemoterapi
16. Nyeri
c. Perceraian
e. Translokasi/relokasi
7
Citra tubuh membangun sebuah kompleks yang didefenisikan oleh kita
“persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh” yang tertanam dan
dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya menyediakan rasa diri,
citra tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak dan
berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba perubahan dalam satu penampilan
fisik sebagai hasil dari pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi dapat hadir
signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
8
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi
perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan
sosialisasi
1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).
9
2.4.. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk
tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu
merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang
bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan
yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009)
10
2.6. Manifestasi Klinis Citra Tubuh
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M Gangguan Citra Tubuh b/d gangguan
konsep diri di Ruang Cempaka RSUD Prof. Dr. Soedirman Kebumen TANGGAL
DIRAWAT : 4 Juni 2017
b.Pengkajian
Faktor biologis: Klien tidak memiliki penyakit menurun atau menular dan klien
tidak memiliki riwayat trauma lainnya
11
Psikologis :
c) Klien ingin sekali cepat pulih agar tidak merasa merepotkan orang lain
d) Klien belum pernah mengalami sakit seperti ini dan ia menganggap anggota
tubuhnya yang lemas sudah tidak bisa berfungsi seperti semula
Sosial Budaya :
Faktor presipitasi :
Saat dikaji Ny.M mengatakan hal negatif seperti tidak akan bisa digunakan
lagi tentang bagian tubuhnya yang sedang sakit yaitu anggota gerak kanan karena
tidak dapat digunakan.
Ny.M tampak sedih jika diajak berbicara mengenai bagian tubuhnya yang
sakit. Respon lambat, tampak pembicaraan lirih, tampak lesu, tampak bingung,
tingkat konsentrasi dan berhitung : susah berkonsentrasi dan kurang mampu
berhitung karena faktor pendidikan yang rendah.
c. Pemeriksaan
Suhu 36 °C
12
Nadi 85x/m
Pernapasan 22x/m
d. Pengkajian fisik
TD : 110/70mmHg
S : 36,5oC
N : 80x/mnt
P : 22x/mnt
Klien mengalami kelemahan di anggota gerak bagian kanan yaitu tangan dan kaki.
e. Harga diri :
f. Status mental
-Alam perasaan klien merasa sedih dan khawatir karena ia tidak bisa sembuh
seperti dulu
13
-Tingkat kesadaran dan orientasi klien bagus. Klien tidak bingung ia berada di
mana, mengetahui tanggal, hari dan dapat menyebutkan nama orangorang di
sekitarnya
g. Mekanisme koping
h. Analisa data
Ny. M Tgl / Jam Data Fokus Diagnosis Paraf 6 Juli 2017 jam 09.00
DS :
-klien mengatakan tidak ingin memiliki anggota tubuh yang tidak berfungsi
DO :
i. Diagnosa keperawatan
14
j. Intervensi
Ny. M Tgl / Jam Diagnosis 6 Juni 2017 Jam 09.00 gangguan citra tubuh b/d
Gangguan konsep diri
TUM :
-Mendiskusikan persepsi tentang citra tubuh yang dulu dan saat ini
Mendiskusikan persepsi tentang citra tubuh yang dulu dan saat ini
15
A : Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri
S : klien mengatak
O : Klien mencoba untuk menggerakan bagian tubuhnya yang lemas Tonus Otot :
1 (lemah)
16
Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri
S:-
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya,
sehingga jika ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat
individu merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil
untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan
pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap
citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap lebih baik.
17
Daftar pustaka
Amir, S., & Rokimun. (2016). Sembuh Alami untuk berbagai Penyakit
Berbahaya. Jakarta : Dunia Sehat.
Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
(2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Perkembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Budiman. (2013).
Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur Operasional Neurolog.
Bantul :Refika Aditama. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M.,
Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam. Alih Bahasa Oleh
Intansari Nurjannah. Jakarta. CV Mocomedia. Carpenito, L. J., Moyet.(2007).
Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC Christensen, P.J., & Kenney,
J.W. (2009).
Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Jakarta : EGC Daniel. (2015).
Seputar Komplikasi Stroke Hemoragik, Non Hemoragik, dan Iskemik.
18