Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek
penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik
pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan
tidak melihat 'isi' ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa
disangkal bahwa orang memang cenderung melihat penampilan fisik ataupun
tampilan 'luar' saja.

Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang
memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil',
kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan
merupakan hal yang paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping,
kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi
pria merupakan idaman semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang
'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, 'malas' dan terlihat
tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang,
yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya
diri dan menarik.

Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik
perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang
dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina
mengalami perubahan fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka
berusaha menarik perhatian satu sama lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada
manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan, perilaku-
perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan

1.2.  Rumusan Masalah

1. Apa definisi gangguan citra tubuh ?


2. Apa etiologi gangguan citra tubuh?

1
3. Apa saja gangguan citra tubuh ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh ?
5. Apa saja Negatif  Dan Positif Citra Tubuh?
6. Apa saja manifestasi Klinis Citra Tubuh?

1.3.  Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa definisi gangguan citra tubuh.


2. Mengetahui etiologi gangguan citra tubuh.
3. Mengetahui apa saja gangguan citra tubuh.
4. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh.
5. Mengetahui apa saja Negatif  Dan Positif Citra Tubuh.
6. Mengetahui apa saja manifestasi Klinis Citra Tubuh.

1.4 Epidemiologi

2
1.5 Contoh Kasus Gangguan Citra Tubuh

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental


seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang
mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian
orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan,
belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih
merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara


internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2005).

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).

Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi


tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri,
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari
rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu
terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain
dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan
pasien pada dirinya (Keliat, 1998).

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,


baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan
terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:

4
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.

2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek


psikologis individu tersebut.

3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain  terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap
dirinya.

4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh


akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan
harga diri.

5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat
mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

2.2. Etiologi

Kondisi  Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat


menimbulkan gangguan citra tubuh :

1.    Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh

a. Enterostomi

b. Mastaktomi

c. Histerektomi

d. pembedahan kardiovaskuler

e. pembedahan leher radikal

f. laringektomi

2.    Amputasi pembedahan atau traumatik

3.    Luka bakar

4.    Trauma wajah

5
5.    Gangguan makan

a. anoreksia nervosa

b. bulimia

6.    Obesitas

7.    Gangguan muskuluskeletal

a. atritis

8.    Gangguan integumen

a. Psoriasis

b. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan

9.    Lesi otak

a. Cerebrovaskular accident

b. Demensia

c. Penyakit parkinson

10. Gangguan afektif

a. Depresi

b. Skizofrenia

11. Gangguan endokrin

a. Akromegali

b. Sindroma chusing

12. Penyalahgunaan bahan kimia

13. Prosedur diagnostik

14. Kehilangan atau pengurangan fungsi

6
a. Impotensi

b. Pergerakan/kendali

c. Sensori/persepsi

d. Memori

15. Terapi modalitas

a. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)

b. Kemoterapi

16. Nyeri

17. Perubahan psikososial atau kehilangan

a. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial

b. Dukungan orang terdekat

c. Perceraian

d. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)

e. Translokasi/relokasi

18. Respon masyarakat terhadap penuaan   (agetasim)

a. Umpan balik interpersonal negatif

b. Penekanan pada produktivitas

19.   Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)

2.3 . Gangguan Citra Tubuh

7
Citra tubuh membangun sebuah kompleks yang didefenisikan oleh kita
“persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh” yang tertanam dan
dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya menyediakan rasa diri,
citra tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak dan
berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba perubahan dalam satu penampilan
fisik sebagai hasil dari pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi dapat hadir
signifikan dan kompleks sebagai  tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).

Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif


tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.

Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau


tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara
signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit.

Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan,


keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat
merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh
diri. (Kozier, 2004).

Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan


mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi
bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat,
pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan
pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu
pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

8
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi
perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan
sosialisasi

Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).

2. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan


dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri.
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau
perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian


(membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru
terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang
saling mendukung dengan keluarga.

2. Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa


kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan
keras menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi


dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang
lain.

2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat


kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri
sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

9
2.4..  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan


fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial
jugamempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain.

Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada


aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan
mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang
fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila
dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005).

2.5. Negatif  Dan Positif Citra Tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk
tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan  badannya. Individu
merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang
bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan
yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009)

10
2.6. Manifestasi Klinis Citra Tubuh

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:

1.    Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah

2.    Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi

3.    Menolak penjelasan perubahan tubuh

4.    Persepsi negatif pada tubuh

5.    Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

6.    Mengungkapkan keputusasaan

7.    Mengungkapkan ketakutan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Identitas

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M Gangguan Citra Tubuh b/d gangguan
konsep diri di Ruang Cempaka RSUD Prof. Dr. Soedirman Kebumen TANGGAL
DIRAWAT : 4 Juni 2017

b.Pengkajian

identitas klien Inisial : Ny M (P) Tanggal Pengkajian: : 6 Juni 2017 Alamat :


Kutowinangun Umur : 60 tahun RM No. : 251872 Dx.Medis : SNH B. ALASAN
masuk rumah sakit klien tiba-tiba merasa lemas di extremitas kanan (tangan dan
kaki)

Faktor biologis: Klien tidak memiliki penyakit menurun atau menular dan klien
tidak memiliki riwayat trauma lainnya

11
Psikologis :

a) Klien tidak mengalami perubahan sikap saat berkomunikasi sejak ia dirawat di


rumah sakit

b) Klien menganggap sakitnya merupakan cobaan dari Alloh

c) Klien ingin sekali cepat pulih agar tidak merasa merepotkan orang lain

d) Klien belum pernah mengalami sakit seperti ini dan ia menganggap anggota
tubuhnya yang lemas sudah tidak bisa berfungsi seperti semula

Sosial Budaya :

Usia klien 60 tahun Jenis Kelamin klien perempuan Tingkat Pendidikan


klien yaitu SMP, untuk biaya pengobatan, klien menggunakan bantuan dari
pemerintah yaitu progam BPJS. Klien saat ini sudah tidak bekerja, saat sakit
sekarang tetangga klien banyak yang mengejenguk klien dan keluargapun
memahami kondisi yang dialami klien. Klien beragama Islam dan Klien
merupakan seorang IRT D

Faktor presipitasi :

Saat dikaji Ny.M mengatakan hal negatif seperti tidak akan bisa digunakan
lagi tentang bagian tubuhnya yang sedang sakit yaitu anggota gerak kanan karena
tidak dapat digunakan.

Ny.M tampak sedih jika diajak berbicara mengenai bagian tubuhnya yang
sakit. Respon lambat, tampak pembicaraan lirih, tampak lesu, tampak bingung,
tingkat konsentrasi dan berhitung : susah berkonsentrasi dan kurang mampu
berhitung karena faktor pendidikan yang rendah.

c. Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik didapatkan

Tekanan Darah 110/80 mmHg

Suhu 36 °C

12
Nadi 85x/m

Pernapasan 22x/m

Ny. M mengatakan agak pusing.

d. Pengkajian fisik

Klien terlihat lemas dan kurang bergairah.

Pemeriksaan Vital sign

TD : 110/70mmHg

S : 36,5oC

N : 80x/mnt

P : 22x/mnt

Klien mengalami kelemahan di anggota gerak bagian kanan yaitu tangan dan kaki.

e. Harga diri :

klien menganggap dirinya akan merepotkan orang lain karena mengurusnya


Genogram

f. Status mental

-Klien berpenampilan pada umumnya

-Pembicaraan klien normal

-Aktivitas motorik klien terganggu karena mengalami kelemahan di extremitas


kanan yaitu tangan dan kaki. Tonus otot 0

-Alam perasaan klien merasa sedih dan khawatir karena ia tidak bisa sembuh
seperti dulu

-Klien kooperatif saat wawancaara

13
-Tingkat kesadaran dan orientasi klien bagus. Klien tidak bingung ia berada di
mana, mengetahui tanggal, hari dan dapat menyebutkan nama orangorang di
sekitarnya

-Klien tidak mengalami gangguan memori jangka panjang ataupun pendeknya h.


Klien tahu bahwa ia sedang sakit

g. Mekanisme koping

Mekanisme koping adaptif klien yaitu berbicara dengan orang lain,


sedangkan mekanisme koping mal adaptif klien yaitu dengan cara beristighfar dan
berdoa

h. Analisa data

Ny. M Tgl / Jam Data Fokus Diagnosis Paraf 6 Juli 2017 jam 09.00

DS :

-klien mengatakan tidak ingin memiliki anggota tubuh yang tidak berfungsi

- klien merasa sedih dengan kondisi dirinya

- klien mengatakan takut jika tidak bisa sembuh seperti semula

- klien mengatakan pasrah terhadap sakitnya

DO :

- klien nampak lesu, lemas dan tidak bersemangat

- klien sering memegangi anggota tubuhnya

Gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh yang sedang sakit

i. Diagnosa keperawatan

Ny. M gangguan citra tubuh b/d gangguan konsep diri

14
j. Intervensi

Ny. M Tgl / Jam Diagnosis 6 Juni 2017 Jam 09.00 gangguan citra tubuh b/d
Gangguan konsep diri

TUK : gangguan citra tubuh klien dapat teratasi

TUM :

- Klien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya

- Klien dapat mengidentifikasi aspek positifnya

-Mendiskusikan persepsi tentang citra tubuh yang dulu dan saat ini

-Mendiskusikan potensi bagian tubuh yang lain

-Membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu

-Membantu klien untuk mengoptimalkan bagian tubuh yang masih normal

-Melakukan interaksi secara bertahap

k. Implementasi dan evaluasi

Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

S : klien mengatakan hal yang negatif tentang tubuhnya yang terganggu

O : klien nampak murung

A : Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

P : lanjutkan intervensi melakukan strategi pelaksanaan untuk klien gangguan


citra tubuh 6 Juli 2017 jam 09.30

Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

Mendiskusikan persepsi tentang citra tubuh yang dulu dan saat ini

S : klien meceritakan kegiatanya saat masih sehat

O : klien nampak murung

15
A : Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

P : lanjutkan intervensi mendiskusikan potensi bagian 7 Juli 2017 Jam 10.00

Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

Mendiskusikan potensi bagian tubuh yang lain

S : Klien mengatakan bagian-bagian tubuh yang masih berfungsi

O : klien menunjuk bagian tubuhnya

A : Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

P : lanjutkan intervensi membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh


yang terganggu 8 Juli 2017 jam 10.00

Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

Membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu

S : klien mengatak

O : Klien mencoba untuk menggerakan bagian tubuhnya yang lemas Tonus Otot :
1 (lemah)

A : Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

P : lanjutkan intervensi membantu klien untuk mengoptimalkan bagian tubuh


yang masih berfungsi 9 Juli 2017 jam 10.00

Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

Membantu klien untuk mengoptimalkan bagian tubuh yang masih normal

S : klien mengatakan bisa menggerakan anggota tubuhnya yang masih berfungsi


O : Klien dapat menggerakannya tanpa gangguan Tonus Otot : 5

A : gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh

P : lanjutkan intervensi mengkaji penurunan tanda gejala dan peningkatan


kemampuan klien 9 Juli 2017 jam 10.30

16
Gangguan citra tubuh b/d Gangguan konsep diri

Melakukan pengkajian penurunan tanda gejala

S:-

O : klien mengalami penurunan tanda gejala

A : gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh

P : lanjutkan intervensi mengajarkan kepada klien untuk memperkuat koping,


memotivasi klien agar selalu melatih anggota tubuhnya yang terganggu.

BAB IV

PENUTUP

4.1.  Kesimpulan

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,


baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh
adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang
ditujukan terhadap dirinya.

4.2.  Saran

Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya,
sehingga jika ada  ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat
individu merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil
untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan
pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap
citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap lebih baik.

17
Daftar pustaka

Amir, S., & Rokimun. (2016). Sembuh Alami untuk berbagai Penyakit
Berbahaya. Jakarta : Dunia Sehat.
Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
(2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Perkembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Budiman. (2013).
Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur Operasional Neurolog.
Bantul :Refika Aditama. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M.,
Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam. Alih Bahasa Oleh
Intansari Nurjannah. Jakarta. CV Mocomedia. Carpenito, L. J., Moyet.(2007).
Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC Christensen, P.J., & Kenney,
J.W. (2009).
Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Jakarta : EGC Daniel. (2015).
Seputar Komplikasi Stroke Hemoragik, Non Hemoragik, dan Iskemik.

18

Anda mungkin juga menyukai