Dosen Pembimbing
Ns. Sri Wahyuni A, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Departemen Keperawatan Gerontik
OLEH :
Mardiana Firdausi
(2001031032)
Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan sindrom geriatri risiko jatuh di Desa Paleran Umbulsari
Jember, telah dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober – 17 Oktober 2020, oleh mahasiswa Praktik
Profesi Ners,
1. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal ditandai dengan nyeri pada
lutut kiri skala 6
2. Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan tidak mendukung ditandai dengan lantai licin dan
kurangnya penerangan
3. Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga ditandai dengan klien memendam amarah
akibat suami sering marah - marah
Mahasiswa Ners
Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., M.Kep Ns. Sri Wahyuni A, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Penurunan Aktivitas Degenerasi system ekstra piramid agen cedera neuron di SSP Psikologis tidak stabil
Penurunan sel-sel & fungsi otot Tremor otot keadaan emosi mudah berubah - ubah
Gangguan sistem muskuloskeletal Nyeri sendi kontraktur bertambahnya usia yang semakin menua
FORMAT ASUHAN
KEPERAWATANGERONTIK
KEPERAWATAN GERONTIK
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. K
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tingkat Pendidikan : SD
Alamat Asal : Paleran
f. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat, ataupun zat-zat lain
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
g. Riwayat jatuh
Klien mengatakan pernah jatuh 2 tahun yang lalu dan menyebabkan kaki kirinya sampai saat ini sakit untuk berjalan
dan mengalami nyeri sendi bagian lutut kiri. Pada pergelangan kaki kanan terkilir otot dan juga berpengaruh saat
berjalan. Upaya yang dilakukan klien saat setelah jatuh yaitu pergi ke tukang pijat untuk memijatkan kakinya yang
sakit
5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan
Klien mengatakan kondisi suami saat ini sehat
b. Riwayat pekerjaan terdahulu
Klien mengatakan riwayat pekerjaan dahulu yaitu petani
d. Pola kebiasaan
Klien mengatakan pola tidur cukup yaitu 6-8 jam/hari. Namun klien kurang berolahraga dan hampir tidak
pernah melakukan
e. Pengaturan lingkungan tempat tinggal
Klien tinggal hanya berdua dengan suaminya. Terdapat 4 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Letak kamar tidur
dengan kamar mandi sedikit jauh dan untuk penerangan redup
f. Jejaring sosial
Interaksi sosial klien dengan tetangga baik, namun untuk perkumpulan-perkumpulan sosial lain klien tidak
mengikuti kelompok apapun. Hanya biasanya klien bermain kerumah tetangga hanya untuk sekedar
mengobrol
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum
Klien terlihat bersih dan bersemangat, kesadaran klien composmentis
c. Integument
Warna kulit sawo matang, kulit kering, akral hangat, tidak terdapat sianosis dan turgor <3 detik
d. Hematopoetic
Tidak terdapat kelainan
e. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat tanda trauma, warna rambut sebagian putih, kulit kepala bersih, bentuk
wajah bulat
f. Mata
Mata simestris, alis dan bulu mata bersih tidak terlalu lebat, konjungtiva normal, tidak terdapat ikterus, penglihatan
sedikit kabur apabila jarak pandang jauh
g. Telinga
Daun telinga normal, simetris antara kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, telinga bersih
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
h. Hidung
Hidung bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada sumbatan, penciuman baik, tidak ada perdarahan maupun tanda infeksi
k. Pernafasan
Bentuk dada normal, gerak dada simetris, retraksi dada normal, tidak terdapat nyeri tekan, suara nafas vesikuler,
kadang tiba-tiba sakit apabila dalam kondisi emosi yang kurang baik
l. Punggung
Tidak ada kelainan pada tulang punggung, skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
m. Cardiovaskuler
Ictus cordis tidak tampak, bunyi jantung SI & SII tunggal
n. Gastrointestinal
Perut sedikit cembung, bising usus 15x/menit, suara abdomen tympani, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat
nyeri tekan
o. Perkemihan
Warna urine kuning jernih, tidak ada hematuri dan BAK kurang lebih 5-6x/hari
p. Genitalia
Genitalia bersih tidak ada hemoroid maupun kelainan lain
q. Persarafan
Tidak mengalami gangguan mental
Nervus 1 klien dapat membedakan bau dari benda yang berbeda Nervus 2
lapang pandang normal
Nervus 3 klien dapat mengangkat kelopak mata ke atas, pupil berkontriksi saat diberi rangsangan cahaya
Nervus 4 klien dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah Nervus 5
klien dapat menggerakkan rahang ke semua sisi
Nervus 6 klien dapat memutar bola mata dengan normal
Nervus 7 klien dapat menjulurkan lidah dan membedakan rasa gula dengan garam Nervus 8 klien
dapat mendengarkan dengan normal
Nervus 9 klien dapat membedakan rasa makanan Nervus 10
reflek menelan klien normal
Nervus 11 klien dapat menggerakan bahu dan melawan tahanan
Nervus 12 klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan ke segala sisi
r. Muskuloskeletal
Klien dapat bergerak aktif, tidak terdapat sianosis, nyeri pada ekstrimitas bawah yaitu pada lutut
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB :……………….kg TB :…………………cm BBI............................kg
Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat penurunan nafsu makan, 2
masalah pencernaan atau akibat kesulitan menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan yang berat 1 =
penurunan intake makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir 0 = 1
penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah dengan bebas 2 =
dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 bulan terakhir? 0 = ya 2
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis 2
0 = demensia berat atau depresi 1
= demensia ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index -
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin F1dengan poin F2 Jika BMI
sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu dikaji
F2. Lingkar lengan atas 3
¤ 0 = LLA kurang dari 31 cm
¤ 3 = LLA lebih dari 31 cm
Total 12
Interpretasi : Status nutrisi normal
b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan nomor telefon 1
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal 1
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1
4. Tidak dapat menggunakan telefon 0√
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1√
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1
4. Tidak bisa berbelanja 0
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1√
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia 1
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga 1
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan menata tempat tidur 1
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1√
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1√
3. Tidak mampu mencuci pakaian 0
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun kendaraan Pribadi 1
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian dengan moda 1
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0√
5. Tidak bisa bepergian 0
G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1√
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang terpisah 1
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0
H. Manajemen keuangan
1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1√
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan dalam mengatur 1
rekening
3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0
Skor 6
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
TOTAL 30 21
Interpretasi : gangguan kognitif sedang
b. SPSMQ
3 GROWTH 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan mendukung saya untuk
melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam mengekspresikan perasaan dan berespon
terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam menluangkan waktu
bersama
Skor total 8
Interpretasi : Fungsi Normal
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
05/10/2020 DS : Nyeri Kronis Gangguan sistem
“Klien mengatakan nyeri diarea lutut yang disebabkan muskuloskeletal
pernah jatuh kepleset 2 tahun yang lalu”
- P : nyeri timbul saat berjalan dan beraktivitas yang
berlebihan
- Q : nyeri seperti tertusuk dan tertekan
- R : nyeri pada lutut bagian kiri
- S : skala nyeri 6
- T : nyeri dirasakan kurang lebih sejak 1 tahun yang
lalu, nyeri sering dirasakan dan terkadang hilang
timbul, nyeri kronis
DO :
- Apabila berjalan klien memegangi lututnya
- Skala nyeri 6 disertai dengan wajah meringis
kesakitan
- TTV : TD : 150/80 mmHg
RR : 24x/menit
N : 87x/menit S
: 36,7oC
- Aktivitas sedikit terhambat
DO :
- Morse fall scale 45
- Klien berusaha mencari pegangan saat
berjalan
- Lantai kamar mandi terlihat banyak lumut dan
licin
- Penerangan sekitar kamar mandi redup
DO:
- Klien tampak memendam emosi terhadap
suaminya
- Klien tampak gelisah dan cemas
- TD : 150/80 mmHg
N : 87x/menit
RR : 24x/menit
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
05/10/2020 Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal ditandai dengan
nyeri pada lutut kiri skala 6
05/10/2020 Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan tidak mendukung ditandai dengan
lantai licin dan kurangnya penerangan
05/10/2020 Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga ditandai dengan klien
memendam amarah akibat suami sering marah - marah
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
05/10/2020 Nyeri kronis berhubunganTujuan : 1. Lakukan manajemen nyeri kronis 1. Manajemen nyeri kronis
dengan gangguan sistemNyeri kronis klien dapat berkurang setelah a. Ajarkan senam lansia khususnya pada a. Senam akan melatih otot dan persendian agar
muskuloskeletal ditandaidiberi asuhan keperawatan selama 5x daerah lutut cairan sinovial pada sendi meningkat
dengan nyeri pada lututkunjungan , dengan b. Ajarkan teknik distraksi relaksasi b. Nafas dalam akan mengurangi rasa sakit
skala 6 Kriteria Hasil : c. Anjurkan kompres hangat/dingin pada terhadap nyeri yang dirasakan
1. Skala nyeri 1- 4 daerah yang nyeri c. Kompres akan melebarkan pembuluh darah,
2. TUG 18 detik d. Ajarkan terapi pijat pada daerah nyeri melancarkan aliran darah, meredakan nyeri
3. Ekspresi wajah rileks e. Anjurkan klien untuk menghindari pada otot-otot yang sakit, dan
4. Intensitas nyeri berkurang stress mengendurkan otot-otot yang tegang
5. Tidak terdapat nyeri tekan f. Kontrol lingkungan yang memperberat d. Pijat dapat membantu melancarkan
6. Klien mengungkapkan secara nyeri peredaran darah
verbal penurunan nyeri yang g. Tingkatkan tidur maupun istirahat e. Menghindari stress akan menyeimbangkan
dirasakan yang cukup regulasi hormon, dan resiko mengalami
7. Nyeri dapat terkontrol 2. Monitor dan evaluasi terhadap nyeri akan berkurang
a. Skala nyeri f. Lingkungan yang nyaman akan mengurangi
b. Time Up & Go Test stress yang memicu timbulya nyeri
c. Ekspresi wajah klien g. Untuk mengurangi bertambahnya rasa sakit
d. Intensitas nyeri akibat nyeri yang dirasakan
e. Nyeri tekan 2. Monitoring
f. Ungkapan verbal klien a. Untuk mengukur dan mengetahui nyeri
g. Pengontrolan nyeri yang dirasakan klien
3. Berikan edukasi pada klien tentang b. Untuk melihat perkembangan
manajemen untuk mengurangi nyeri keseimbangan berjalan klien
c. Menunjukkan berat tidaknya nyeri yang
dirasakan
d. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan
e. Untuk mengetahui terdapatnya tekanan yang
dirasakan saat nyeri
f. Untuk mengetahui ada perubahan dan
berkurangnya nyeri
g. Agar mampu mengontrol nyeri untuk
mengurangi risiko jatuh
3. Pengetahuan yang adekuat akan membantu klien
memahami, mengurangi, dan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
09/10/2020 III 1. Mengajarkan relaksasi napas dalam dan distraksi mendengarkan musik
R/ klien mengikuti prosedur dengan kooperatif
2. Mengajarkan relaksasi otot rahang R/
klien mengikuti dengan baik
3. Menganjurkan klien untuk lebih menenangkan diri dengan
memperbanyak dzikir
R/ klien mengatakan akan lebih istiqomah dalam beribadah
4. Mengajarkan klien untuk menjaga lingkungan yang aman dan
nyaman dengan cara selalu membuka kelambu jendela,
membersihkan tempat untuk bersantai dan selalu memposisikan senyaman
mungkin baik duduk maupun terbaring
R/ klien mengikuti arahan dengan baik
5. Menganjurkan klien untuk bercerita tentang masalah yang dihadapi
kepada orang yang dipercaya
R/ klien mengatakan akan lebih bisa membuka diri terhadap orang
terdekat
6. Menganjurkan klien untuk menggunakan pertahanan yang tepat, yaitu
dengan mengurangi kecemasan dan menghindari hal-hal yang memicu
kemarahan
R/ klien mengatakan untuk tidak akan memikirkan hal – hal yang
memberatkan pikiran
7. Menerapkan pada klien prinsip sehat emosional akan
mempengaruhi kesehatan fisik pula
R/ klien mengerti dengan yang disampaikan
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Kontrol diri
R/ belum bisa mengontrol diri
b. RR, Nadi, TD normal
R/ RR: 23x/menit, N: 90x/menit, TD: 140/70mmHg
c. Rileks
R/ klien tampak tegang
d. Verbalisasi kebingungan
R/ dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
e. Gelisah berkurang
R/ klien masih tampak gelisah
f. Konsentrasi membaik
R/ konsentrasi sedikit membaik
g. Pusing
R/ tidak ada keluhan pusing
EVALUASI
O:
- Skala nyeri 6
- TUG 21 detik
- Ekspresi wajah menahan sakit
- Nyeri hilang timbul dan mendadak
- Terdapat nyeri tekan
- Nyeri belum berkurang
- Nyeri belum terkontrol
09/10/2020 II S:
“klien mengatakan akan memperbaiki lingkungan untuk mengurangi jatuh”
O:
- Lingkungan belum termodifikasi
- Morse fall scale 45
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 140/70mmHg, N : 90x/menit, RR: 23x/menit
- Berjalan masih berpegangan
09/10/2020 III S:
“klien mengatakan masih merasa cemas dan gelisah”
O:
- Klien belum bisa mengontrol diri
- RR : 23x/menit, N: 90x/menit, TD: 140/70mmHg
- Klien masih tampak tegang
- Klien belum bisa mengungkapkan yang dikhawatirkan
- Klien masih tampak gelisah
- Konsentrasi sedikit membaik
- Keluhan pusing (-)
10/10/2020 III 1. Mengajarkan relaksasi napas dalam dan distraksi mendengarkan musik
R/ klien mengikuti prosedur dengan kooperatif
2. Mengajarkan relaksasi otot rahang R/
klien mengikuti dengan baik
3. Menganjurkan klien untuk lebih menenangkan diri dengan
memperbanyak dzikir
R/ klien mengatakan lebih tenang setelah banyak berdzikir
4. Mengajarkan klien untuk menjaga lingkungan yang aman dan
nyaman dengan cara selalu membuka kelambu jendela,
membersihkan tempat untuk bersantai dan selalu memposisikan
senyaman mungkin baik duduk maupun terbaring
R/ klien melakukan kegiatan tersebut setiap hari
5. Menganjurkan klien untuk bercerita tentang masalah yang dihadapi
kepada orang yang dipercaya
R/ klien mengatakan akan membuka diri terhadap orang terdekat
6. Menganjurkan klien untuk menggunakan pertahanan yang tepat, yaitu
dengan mengurangi kecemasan dan menghindari hal-hal yang memicu
kemarahan
R/ klien mengatakan untuk tidak akan memikirkan hal – hal yang
memberatkan pikiran
7. Menerapkan pada klien prinsip sehat emosional akan
mempengaruhi kesehatan fisik pula
R/ klien mengerti dengan yang disampaikan
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Kontrol diri
R/ klien mampu mengontrol diri
h. RR, Nadi, TD normal
R/ RR: 22x/menit, N: 86x/menit, TD: 130/60mmHg
i. Rileks
R/ klien rileks
j. Verbalisasi kebingungan
R/ dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
k. Gelisah
R/ gelisah berkurang
l. Konsentrasi membaik
R/ konsentrasi mulai membaik
m. Pusing
R/ tidak ada keluhan pusing
9. Memberikan edukasi pada klien pentingnya relaksasi dan selalu
berfikir positif untuk mengurangi kemarahan
EVALUASI
O:
- Skala nyeri 5
- TUG 21 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri belum terkontrol
10/10/2020 II S:
“klien mengatakan sudah membersihkan lumut dan tidak membiarkan air
menggenang di lantai kamar mandi”
O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 45
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/60mmHg, N : 86x/menit, RR: 22x/menit
- Berjalan masih berpegangan
10/10/2020 III S:
“klien mengatakan lebih tenang saat setelah melakukan distraksi relaksasi
dan mendengarkan musik”
O:
- Klien dapat mengontrol diri
- RR : 22x/menit, N: 86x/menit, TD: 130/60 mmHg
- Klien tampak rileks
- Klien dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
- Gelisah berkurang
- Konsentrasi membaik
- Keluhan pusing (-)
11/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif dalam pemeriksaan morse fall
scale
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien mulai bisa fokus dalam berjalan
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien berjalan lebih hati – hati
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 43
c. Keseimbangan langkah kaki
R/ langkah kaki belum seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
h. TTV normal
R/ TD: 130/70mmHg, N: 80x/menit, RR: 24x/menit
i. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan
EVALUASI
O:
- Skala nyeri 5
- TUG 20 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri terkontrol
11/10/2020 II S:
“klien mengatakan masih sempoyongan saat berjalan dan membutuhkan
pegangan”
O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 43
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/70mmHg, N : 80x/menit, RR: 24x/menit
- Berjalan masih berpegangan
12/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien mampu berkonsentrasi saat
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mengikuti arahan dan gerakan dengan baik
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 40
c. Keseimbangan langkah kaki R/
langkah mulai seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 130/70mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan
EVALUASI
O:
- Skala nyeri 4
- TUG 19 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri terkontrol
12/10/2020 II S:
“klien mengatakan masih membutuhkan pegangan sat berjalan”
O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 40
- Langkah mulai seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/70mmHg, N : 83x/menit, RR: 20x/menit
- Berjalan masih berpegangan
13/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien dapat konsentrasi dengan baik setiap akan melangkah
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mampu melngkah dengan hati-hati saat berjalan
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 38
c. Keseimbangan langkah kaki R/
langkah kaki seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 120/60mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan tanpa berpegangan
5. Melakukan edukasi kepada klien terkait manajemen nyeri dan
pencegahan jatuh
EVALUA
TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF
12/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri berkurang”
O:
- Skala nyeri 3
- TUG 18 detik
- Klien tampak rileks
- Nyeri mendadak berkurang
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri berkurang
- Nyeri terkontrol
13/10/2020 II S:
“klien mengatakan sudah lebih bisa berjalan dengan seimbang tanpa
berpegangan”
O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 38
- Langkah seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 120/60mmHg, N : 80x/menit, RR: 20x/menit
- Berjalan tanpa berpegangan
A. RINGKASAN/ABSTRAK
Lanjut usia adalah keadaan yang akan dialami oleh setiap orang. Pada lanjut usia, tubuh mengalami penurunan
pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian
salah satunya pada sendi lutut. Nyeri lutut merupakan suatu penyakit regeneratif sendi dan salah satu tanda dan
gejala dari osteoarthrithis. Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri pada persendian adalah dengan terapi
nonfarmakologis dengan senam lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam lansia terhadap
nyeri persendian pada lanjut usia. Serta menjadi upaya untuk membantu meningkatkan keseimbangan lansia dan
mengurangi risiko jatuh.
Framework dalam penelitian ini meliputi populasi lansia yang mengalami nyeri sendi dan beresiko jatuh,
intervensi yang dipilih adalah olahraga yaitu senam lansia. Penelitian yang ditelaah dalam artikel jurnal ini ada yang
menggunakan kelompok kontrol dan ada yang hanya kelompok perlakuan untuk mengetahui efek senam lansia
terhadap fungsi keseimbangan dan mengurangi risiko jatuh. Terapi yang diberikan adalah senam lansia. Intervensi yang
diberikan bervariasi ada yang dalam jangka waktu 6 hari, 20-30 menit, dan 16 kali pertemuan durasi seminggu 3 kali.
Parameter yang diukur meliputi skala nyeri. Seluruh penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian terapi senam lansia
efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia.
B. PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census Amerika Serikat,
Indonesia dalam kurun waktu 1990-2025 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia sebesar 414 %. Pada
tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia mencapai 24,4 juta orang atau 10% dari seluruh penduduk Indonesia saat itu
dan pada tahun 2020 akan mencapai sebesar 30 juta orang (Hutapea, 2005: dalam Adnyana, 2013). Penyakit yang
sering dialami pada lansia adalah nyeri pada persendian. Semua sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran,
termasuk pada sistem muskuloskeletal lansia sering mengalami rematik, penyakit gout, nyeri sendi dan lumbago
(Maryam, 2008). Senam lansia sedang digencarkan pemerintah untuk menjaga kondisi kesehatan dan fleksibilitas
tubuh lansia. (Tamsuri, 2003: dalam Rahman, 2013) mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
bagaimana individu tersebut berespon terhadap nyeri yang secara langsung berkaitan dengan kecemasan individu tentang
nyeri yang dialaminya. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna
kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu
sendi yang terserang (Santoso, 2009: dalam Suharjono,dkk, 2013). Masyarakat sering keliru menganggap semua nyeri sendi
disebabkan oleh asam urat atau penyakit rematik. Kedua penyakit ini memang dapat menyebabkan nyeri sendi, tetapi
sebenarnya jarang terjadi. Semua sistem dalam lansia mengalami kemunduran, termasuk pada sistem
Muskuloskeletal, lansia sering mengalami rematik, nyeri sendi dan lumbago (Maryam,2008: dalam Suharjono,dkk,
2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap nyeri persendian pada lansia.
C. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode experimental one group pretest –
postest design. Populasi yang digunakan adalah lansia yang mengalami keluhan nyeri persendian terutama dilutut.
Intervensi yang dipilih yaitu olahraga senam lansia dan tidak ada intervensi pembanding. Outcome yang diukur
adalah berkurangnya nyeri pada persendian. Strategi pencarian referensi jurnal yaitu menggunakan kata kunci
“intervensi senam lansia terhadap nyeri” dengan kata kunci tersebut menampilkan kurang lebih 50 artikel. Artikel dan
abstrak direview untuk memilih studi pendahuluan yang sesuai dengan kriteria.
D. RINGKASAN STUDI
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini menggunakan kelompok kontrol dan perlakuan, namun ada yang
tanpa kelompok kontrol. Dengan menggunakan metode experimental one group pretest – postest
design.Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah senam lansia. Ada yang langsung pada gerakan
senam lansia namun ada pula yang harus melakukan pemanasan, latihan inti I, latihan inti II, dan pendinginan.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden bervariasi, ada yang dilakukan selama 6 hari, ada yang 20-30
menit, sampai 16 kali pertemuan dengan durasi seminggu 3 kali.
Outcome yang diukur dari studi yang direview adalah tingkat nyeri. Terdapat beberapa parameter nyeri yang
diukur. Seperti skala nyeri VAS atau bourbanis, lembar observasi, skala nyeri Numeric Rating Scale, dan
WOMAC. Dimana alat ukur tersebut digunakan dengan tujuan memeriksa tingkat nyeri berkurang ataupun tidak
setelah diberikan intervensi senam lansia.
Penelitian yang baik memiliki subjek penelitian dengan pendekatan random agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan dan menekan adanya bias dalam penelitian. Namun pada studi pendahuluan ini ada salah satu artikel
non random sampling. Dimana sangat rawan dan beresiko bias. Upaya meminimalkan bias dalam penelitian selain
menggunakan teknik random sampling desain penelitian terbaik yaitu Randomized Control Trial karena melalui
desain penelitian ini alokasi subjek secara random baik ke dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dan
adanya blinding pada subjek dan terapis memungkinkan hasil atau outcome penelitian yang homogen.
Hasil dari penelitian yang direview pada studi ini menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana parameter nyeri yang
diukur pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelum diberikan terapi. Berkaitan dengan hal
ini dijelaskan bahwa senam lansia menjadi salah satu bentuk latihan ringan yang digunakan untuk melatih otot dan
persendian. Pengaruh dari latian fisik ini akan meningkatkan kemampuan otot sendi apabila otot sendi sering dilatih atau
digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Nyeri lutut yang paling sering menyerang yaitu pada
wanita dibanding pria. Ini berhubungan dengan menopouse. Pada periode ini hormone estrogen tidak berfungsi lagi,
sementara salah satu hormone ini adalah untuk mempertahankan massa tulang (Rianfisio, 2009).
G. SARAN
1. Peran serta anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga lansia dari risiko jatuh serta mendukung
untuk selalu berolahraga
2. Apabila melakukan penelitian yang sama hendaknya gerakan senam ditentukan, dipilah, dan dipilih sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan lansia
3. Perlu adanya sosialisasi terhadap lansia tentang manfaat hidup sehat dengan aktif berolahraga sehingga
memotivasi lansia lebih semangat dalam upaya kesejahteraan masa tua
No Penulis, tahun Perlakuan Kontrol Sampel Metode Random Hasil
. Yang diukur Temuan
1 Afifka et al, 2012 6 hari senam Tidak ada 15 lansia Experimental one Ya 1. Skala Perlakuan efektif
lansia kelompok berusia 55-75 group pretest – postest Nyeri
kontrol tahun dengan design VAS atau
nyeri lutut bourbanis
2. Lembar
observasi
2 Suharjono et al, Senam lansia Tidak ada 20 lansia Quasy experiment Ya Skala nyeri Perlakuan >
2014 20-30 menit intervensi berusia 65-70 one group pretest- kontrol
tahun dengan postest design
nyeri
persendian
3 Ryan, 2016 Senam bugar Tidak ada 15 orang lansia Experimental one Tidak Sakala nyeri Perlakuan efektif
lansia 16x dengan kelompok group pretest- postest menggunakan
durasi kontrol design Numeric Rating
seminggu 3x Scale and WOMAC
REFERENSI
Ayu dan Warsito, (2012). pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut, jurnal nursing studies, Vol.1,
No.1.
Cigolle CT, Langa KM, Kabeto MU, Tian Z, Blaum CS. 2007. Geriatric conditions and disability: the health and retirement
study. American College of Physicians. 147(3):156-164.
Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gardner MM, Robertson MC, Campbell AJ. Exercise in preventing falls and falls related injuries in older people: a review of
randomised controlled trials. Br J Sport Med 2000;34:7-17.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris. 6th ed. New York, NY: McGraw- Hill.
Kannus P, Sievänen H, Palvanen M, Järvinen T, Parkkari J. Prevention of falls and consequent injuries in elderly people.
Lancet 2005 366:1885-1893
Maryam, Siti. (2008). “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika
Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes: revisited. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Putra
Rahmanda, (2016). Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Nyeri Persendian Pada Posyandu Lansia
Karang Werdha Kedurus Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga Vol 06 No. 2. Universitas Negeri Surabaya
Suharjono, dkk (2014). Pengaruh Senam lansia Terhadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan
Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya. Jurnal Pendidikan Ners, Universitas Airlangga
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
Tinetti ME. 2003. Preventing Falls in Elderly Persons. N Engl J Med 348;1:42-49.
LAMPIRAN
Abstract
Aging is a process of eliminating the network's ability to repair itself gradually. Elderly
tend to get the decreased on the musculoskeletal system. The decreased of the
musculoskeletal system is characterized by pain in the joints, for example the knee joint.
Knee pain is a regenerative joint diseaseand also one signs and symptoms of
osteoarthritis. One way to reduce the knee pain is using the non-pharmacologic therapy
with elderly gymnastic. The purpose of this research is to provide elderly exercise
intervention in older adults with knee pain to reduce the pain. The benefit of this research
is to train the ability of muscles and joints to reduce the knee pain scale in the elderly.
The method used a quantitative research design with experimental and one type of group
pre-post test design. The population in this study were elderly men and women in the
Social Rehabilitation Unit "Margo Mukti" Rembang District.The instrument used a VAS
pain scale or Baourbanis and observation sheet. Sampling used a minimum number of
samples for quantitative experimental studies as many as 15respondents. Implementation
of the elderly gymnastic can be done in the morning before breakfast for about 15 - 45
minutes. The research was conducted on February 27, 2012 until March 3, 2012 at the
Social Rehabilitation Unit "Margo Mukti” Rembang District. This study used a statistical
test of Wilcoxon. The resultof this research showed that the significance p-value 0.001,
which means the sig <α = (0.05). It was concluded that elderly gymnastic are effectively
overcome the knee pain in elderly at the Social Rehabilitation Unit"Margo Mukti"
Rembang District and this elderly gymnastic is expected to help community to reduce the
knee joint pain.
Abstrak
digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one group
pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun wanita
di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang. Instrumen atau alat yang
digunakan berupa skala nyeri VAS atau Baourbanis dan lembar observasi. Pengambilan
sampel menggunakan jumlah minimal sampel bagi penelitian kuantitatif eksperimental
yaitu sebanyak 15responden. Pelaksanaan senam lansia dapat dilakukan pada pagi
hari sebelum sarapan selama kurang lebih 15-45 menit. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 27 Februari 2012 sampai 3 Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti
Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai signifikansi p-value 0,001 yang berarti sig <α=(0,05).
Disimpulkan bahwa senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang dan diharapkan senam lansia ini
dapat membantu masyarakat atau lansia untuk mengurangi nyeri sendi lutut.
Pendahuluan
Jumlah orang lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 7,28%
dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS,1992). Dari data USA-Bureau of the
Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga
lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4%
(Maryam, 2008).
Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap
suat penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia
cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada
sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan
bahkan dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik pada lansia. Nyeri
lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis (Taslim, 2001).
Perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental akan mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk tetap beraktivitas. Lansia dengan proses menua
akan berpengaruh terhadap penampilan, penyakit, penyembuhan dan
memerlukan proses rehabilitasi. Lansia mempunyai penampilan yang khas
seperti adanya tanda dan gejala lansia dalam berjalan karena adanya penurunan
pada regeneratif sendi sehingga menyebabkan lansia mengalami immobilitas
fisik. Banyak kasus degeneratif dengan gejala seperti nyeri muskuloskeletal.
Nyeri muskuloskeletal merupakan sindroma geriatrik yang paling sering dijumpai
dan berkaitan dengan masalah kesehatan pada usia lanjut (Taslim, 2001).
Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau
keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat
mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas
dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penanganan untukgangguan muskuloskeletal yang
pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi nyeri atau gejala yang
ditimbulkan (Martono, 2009).
Penelitian oleh Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras
yang berjudul “High-Dosage Medical Exercise Therapy in Patients with Long-
Term Subacromial Shoulder Pain” didapatkan hasil dengan pemberian terapi
latihan medik ada penurunan skala nyeri pada bahu dengan menggunakan skala
ukur VAS (Visual Analog Scale) (Havard, 2009).
Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu lansia dalam mengurangi
atau menurunkan skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian eksperiment dan desain one group pre test-post test.
Penelitian ini melibatkan 15 lansia yang dijadikan responden sesuai dengan
kriteria inklusif, ekslusi dan bersedia menjadi responden dan menandatangani
surat persetujuan. Pengambilan sampel sesuai dengan syarat penelitian untuk
eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 hingga 3
Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.Alat
pengumpulan data menggunakan skala nyeri VAS atau Bourbanis dan lembar
observasi (Halimul, 2008). Pengambilan data penelitian dilakukan dengan
mengukur skala nyeri pada lansia sebelum dilakukan terapi senam lansia dan
setelah dilakukan terapi senam lansia dilakukan pengukuran skala nyeri lagi
selama 6 hari. Penelitian ini dilakukan selam 6 hari. Uji satistik menggunakan uji
Wilcoxon. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon dilakukan uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 responden.
Hasil Penelitian
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Unit
Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang Bulan Maret (n=15)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 6 40
Perempuan 9 60
Total 15 100
Usia (tahun)
55-60 3 20
61-75 12 80
Total 15 100
Tabel 2.
Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Lansia
Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten
Rembang (n=15)
No Skala Nyeri Frekuensi Persentase (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 0 (tidak nyeri) 0 13 0 86,7
2. 1-3 (nyeri ringan) 13 2 73,33 13,33
3. 4-6 (nyeri sedang) 2 0 13,33 0
Total 15 15 100 100
Tabel 2. menunjukkan bahwa skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut
sebelum diberikan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (73,33%) dengan
skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), dan sebanyak 2 responden (13,33%) dengan skala
nyeri 4 (nyeri sedang). Skala nyeri sesudah dilakukan terapi senam lansia
sebanyak 13 responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak nyeri) dan sebanyak 2 lansia
(13,33%) skala nyeri 1-3 (nyeri ringan).
Tabel 3
Efektifitas Senam Lansia Pada Lansia dengan Nyeri Lutut Di Unit Rehabilitasi
Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang (n=15)
Pembahasan
Lansia dengan jenis kelamin perempuan cenderung beresiko cidera. Pada
perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun mengalami penurunan pada
fleksibilitas otot. Hal ini dapat ditangani dengan meningkatkan kemampuan otot
lansia dengan senam. Senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi.
Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan
meningkat atau bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada sendi
dapat mengurangi resiko cidera pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut
pada lansia (Taslim, 2001).
Semakin bertambahnya usia pada seseorang maka, seseorang akan
kehilangan massa tulang pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita
sebesar 40-50%. Lansia cenderung mengalami penurunan pada fungsi
muskuloskeletal. Fungsi kartilago sendi mengalami penurunan sehingga,
kartilago akan menipis dan mengakibatkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi
apabila tidak segera ditangani maka dapat mengganggu mobilitas fisik pada
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman
lansia. Otot sendi apabila digunakan untuk bergerak maka cairan sinovial akan
bertambah dan meningkat sehingga, lansia melakukan aktivitas dengan baik.
Apabila otot sendi tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka, cairan
sinovial ini akan tetap sehingga, tidak mengalami peningkatan (Sudoyo, 2006).
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri sesudah diberikan terapi senam
lansia ini sesuai dengan teori yang telah disampaikan bahwa senam lansia
merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan otot sendi apabila sering
dilatih atau digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Cairan
sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam sendi. Peningkatan cairan sinovial
ini dapat mengurangi resiko cidera sendi pada lansia (Taslim, 2001). Senam
lansia juga dapat memberikan kebugaran tubuh dan meningkatkan daya tahan
tubuh (Ambar, 2009).
Gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat memberikan dampak
immobilitas fisik pada lansia. Untuk mencegah immobilitas fisik pada lansia,
lansia dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti senam lansia, berjalan
dan lain-lain. Aktivitas fisik dapat memberikan pengaruh yang baik bagi
kesehatan tubuh pada lansia salah satunya adalah melatih kemampuan otot
sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi (Martono, 2009).
Penelitian terkait telah dilakukan olehHavard Osteras, Tom Arild
Torstensen dan Berit Osteras yang berjudul “High-Dosage Medical Exercise
Therapy in Patients with Long-Term Subacromial Shoulder Pain” didapatkan hasil
dengan pemberian terapi latihan medik ada penurunan skala nyeri pada bahu
dengan menggunakan skala ukur VAS (Visual Analog Scale)dan hasinya juga
terapi latihan medik dapat mengatasi nyeri bahu pada pasien(Havard, 2009). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa terapi
senam lansia dapat mengatasi nyeri lutut pada lansia dari skala nyeri ringan
hingga tidak nyeri.
Daftar Pustaka
Ambar Suianti Universitas Negeri Yogyakarta.Pemanfaatan Moment 17 Agustus
Sebagai Sarana Senam. 2009.Diakses pada tanggal 2 Februari 2012
Pukul 13.00 WIB.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655987/LAPORAN%20PENELIT
IAN%20MENEGPORA_1.pdf
Dempsey, PA & Dempsey, AD. Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Alih
Bahasa: Palupi W. Jakarta : EGC.2002.
Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras.“High-Dosage Medical
Exercise Therapy in Patients with Long-Term Subacromial Shoulder Pain.
2009.
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=ef694981-a2f2-
4a39-9000-194d5353c30f%40sessionmgr13&vid=2&hid=12. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2011 pukul 10.00 WIB.
Hidayat, Aziz Alimul.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2
Cetakan ketiga.Jakarta: Salemba Medika.2008.
Martono, Hadi. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009.
Maryam, Siti S.Kp dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:
Salemba Medika. 2008.
Sudoyo W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Cetakan Kedua.Jakarta:
Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2006.
Wasis, S.kep,Ns.Pedoman Riset Praktis untuk Profesi
Perawat.Jakarta:EGC.2008.
Taslim, Hartono. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut.2001. Diakses
pada tanggal 1 Juni 2012 pukul 08.00 WIB.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072001/pus-1.html
10
ABSTRACT
The aging process has led to changes in the body's anatomical and function on the
elderly. Joint pain is one of the problems frequently encountered on elderly. Exercise in
elderly is one of motion excellent exercise therapy for maintaining health of the elder,
including reducing joint pain experienced. This study was aimed to know the effect of
exercise with decrease of joint pain in elderly at Kelurahan Komplek Kenjeran,
Kecamatan Bulak Surabaya. Design used was quasy experiment. Sample were 20
respondents taken according to inclusion criteria. The samples were divided in two
groups, treatment (10 respondents) and control (10 respondets). The independent
variable were exercise in elderly and dependent variable was joint pain scale. Data were
then analyzed using wilcoxon test and mann-whitney u test with α≤ 0,05. Wilcoxon signed
rank test results showed p=0.008 for treatment group and p=0.157 for control group.
Mann Whitney U test showed (p=0.513). It can be concluded that there were significant
relationship between exercise in elderly with improvement joint pain on elderly at
Kelurahan Komplek Kenjeran Kec. Bulak Surabaya in February 2014. It recommended
for nurses to improve the practice of gymnastics elderly to maintaining the health of
elderly. Further research expected to examine other factors that may can improvement
effect of joint pain on the elderly .
Arundhati, Dita, Dkk., (2013). pengaruh Kozier, Barbara, et al. 2004 Assessing,
senam tai chi dan senam biasa Fundamentals of Nursing:
terhadap reduksi nyeri Concepts, Pro-cess and Practice,
osteoartritis lutut pada lansia di 2nd Ed. Pearson Education, Inc.
panti sosial tresna werdha “gau Kushariyadi, (2008). Asuhan
mabaji”, Jurnal Masyarakat Keperawatan pada Klien Lanjut
Epidemiologi Indonesia, Vol.2, Usia. Jakarta : Salemba Medika.
No.2. Kusnanto, Indarwati dan Mufidah,
Arif Muttaqin. (2008). Asuhan (2007). peningkatan stabilitas
Keperawatan Klien Gangguan postural pada lansia melalui
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : balance exercise, Jurnal Media
EGC. Ners, Vol.1, No.2.
Astuti, E., Winarni, S. & Sunarso, I., ( Martono, Hadi, (2009) Buku Ajar
2008). Pengaruh Senam Lansia Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu
terhadap Penurunan Keluhan Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta:
Sakit. Jurnal Kesehatan, (Online), Balai Penerbit Fakultas
6 (2): 105-112. Kedokteran Universitas
Astuti, Dwi, Dkk., (2007). menjaga Indonesia.
kesehatan usia lanjut di posyandu Maryam, R. Siti dkk. (2008). Mengenal
lansia sruni, Warta, Vol.10, No.2. Usia Lanjut dan perawatannya.
Ayu dan Warsito, (2012). pemberian Jakarta : Salemba Medika.
intervensi senam lansia pada Meriana dan Ahmad, (2012). hubungan
lansia dengan nyeri lutut, jurnal intensitas nyeri dengan stres
nursing studies, Vol.1, No.1. pasien osteoartritis di rsup h.
Brunner dan Suddarth, ( 2001). adam malik medan,Jurnal Home,
Keperawatan Medikal Bedah. Vol.2 No.1.
Edisi 8. Vol 2. Jakarta EGC Mery, Widyaiswara, (2012). pengaruh
Darmojo, Budi dan Hadi Martono, kompres hangat dalam
(2006). Buku Ajar Geriatri. menurunkan skala nyeri pada
Jakarta, Balai Penerbit FKUI . lansia yang mengalami nyeri
Davies,Kim, (2007). Buku Pintar Nyeri rematik di panti sosial resna
Tulang Dan Otot. Jakarta: werdha teratai palembang, Badan
Erlangga. Diklat, sumatera utara.
Dep. Kes RI. (2004). Prevalensi Nyeri Nugroho, Wahjudi, (2008).
Sendi pada Lansia. Jakarta. Keperawatan Gerontik dan
Depkes. RI., (1994). pedoman Geriatrik. Jakarta : EGC.
Pembinaan Kesehatan Usia Pamungkas, Yohanita, (2010). pengaruh
Lanjut. Jakarta : Pusdiknakes. latihan gerak kaki (stretching)
Easton, K., (1999). Gerontology terhadap penurunan nyeri sendi
rehabilitation nursing, W.B. ekstremitas bawah pada lansia di
Saunders Company, Philadelphia. posyandu lansia sejahtera gbi
Grant, Donovan., Jane, Mc. N., Peter, setia bakti kediri, Jurnal stikes
G., (2001). Koreksi Gerakan RS. Baptis,Vol.3, Edisi.1.
Senam Yang Membahayakan. Cet Pontoh, dkk., (2013), pengaruh senam
2. Jakarta: Raja Grafindo Persada. bugar lanjut usia terhadap kadar
Handono,Sri, dkk, (2013), Upaya kolesterol, jurnal biomedik (jbm),
Menurunkan Keluhan Nyeri Lutut vol.5, no.1.
Pada Lansia Di Posyandu Lansia Pujiastuti, Sri (2003). Fisioterapi Pada
Sejahtera , Jurnal Stikes, Vol.6, Lansia. Jakarta: EGC.
No.1. Rachmawati Dkk., (2006). Nyeri
Heru, Adi, (2003). Kader Kesehatan musculoskeletal dan
Masyarakat 2. Jakarta:EGC. hubungannya dengan kemampuan
fungsional fisik pada lanjut usia,
11
Abstrak
Lanjut usia adalah suatu keadaan yang akan dialami oleh setiap orang. Pada usia lanjut tubuh mengalami penurunan
pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada persendian dan
juga melemahnya fungsi otot. Nyeri persendian banyak dirasakan setiap lanjut usia saat ini. Salah satu upaya untuk
mengurangi nyeri pada persendian adalah dengan terapi non farmakologis dengan senam bugar lansia. Tujuan penelitian
adalah mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap nyeri pesendian pada lanjut usia. Metode yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one group pre- test dan post test design. Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun wanita di Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Instrumen yang digunakan berupa skala nyeri Numeric Rating Scale dan WOMAC. Sampel 15 orang pemilihan dengan
teknik purposive sampling. Hasil perhitungan data pre-test mempunyai rata-rata 4,00 dan post-test 2,67, standart deviasi
pre-test 2,507 dan post-test 1,633. Hasil perhitungan nyeri persendian sebelum dan sesudah diberi latihan senam bugar
lansia diperoleh nilai t hitung sebesar 6,325. Jika hasil nilai dari t hitung > nilai t tabel maka, penelitian tersebut dinyatakan
ada pengaruh. Hasil nilai dari t hitung 6,325 > t tabel 1,76131 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penurunan nyeri persendian pada lansia di Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Kata kunci : Senam bugar lansia, Lanjut usia, Nyeri persendian
Abstract
Post-aged is a condition that will be experienced by everyone. On the post-aged, human body will get the decrease of
muskuloskeletal system. The decrease of muskuloskeletal system is signed by the presence of base pain and the weaken
of muscle function. Post-aged will feel base pain more often than the elder. One of the ways to decrease base pain is by
non farmakologis therapy of Post-aged gymnastic. The aim of this research is to find the effect of Post-aged gymnastic
on the the presence of base pain of Post-aged. The methodology used in this study is quantitative-experimental research
with design one grouppre- test and post test design. The sampling in this research is male post-aged and female post-
aged in Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus, Surabaya. The instrumen used in this study are the Numeric Rating
Scale and WOMAC. The participant of the study are fiften people choosen by purposive sampling technic.The results of
the study from pre-testare approximately 4,00 and post-test 2,67, devitiation standard of pre-test 2,507 and post-tes
1,633. If the results of the presence of base pain before and after given Post-aged gymnastic are t value was 6,325. If the
value of t value > value of t table, this research is admited that there is an effect between Post-aged gymnastic and the
presence of base pain. Furthermore, the result of the study shows t value 6,325 > t table 1,76131. This research can be
concluded that there is an effect of post-aged gymnastic towards the decrease of the presence of base pain found on
Post-aged of Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Key Words : Post-aged Gymnastic, Post-aged, Base pain
1
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 No 2 edisi Oktober 2016 hal 238-
2
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 No 2 edisi Oktober 2016 hal 238-