Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

K DENGAN SINDROM GERIATRI


RISIKO JATUH DIDESA PALERAN UMBULSARI JEMBER

Dosen Pembimbing
Ns. Sri Wahyuni A, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Departemen Keperawatan Gerontik

OLEH :
Mardiana Firdausi
(2001031032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan sindrom geriatri risiko jatuh di Desa Paleran Umbulsari
Jember, telah dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober – 17 Oktober 2020, oleh mahasiswa Praktik
Profesi Ners,

Nama : Mardiana Firdausi, S.Kep


NIM 2001031032
Nama Pasien : Ny. K
Sindrom Geriatri : Risiko Jatuh
Diagnosis Keperawatan :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal ditandai dengan nyeri pada
lutut kiri skala 6
2. Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan tidak mendukung ditandai dengan lantai licin dan
kurangnya penerangan
3. Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga ditandai dengan klien memendam amarah
akibat suami sering marah - marah

Jember, 17 Oktober 2020

Mahasiswa Ners

Mardiana Firdausi, S.Kep


NIM. 2001031032
PJMK Keperawatan Gerontik Pembimbing Akademik
FIKES Unmuh Jember

Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., M.Kep Ns. Sri Wahyuni A, M.Kep., Sp.Kep.Kom

NIDN.07 241284 03 NIDN. 0703038801


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR SINDROM GERIATRI DENGAN RESIKO JATUH


1. Definisi
Jatuh merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
maupun luka (Darmojo, 2009). Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja, tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras,
kehilangan kesadaran, atau kejang. Jatuh merupakan masalah kesehatan paling utama dan paling
sering terjadi pada lansia. Faktor yang mempengaruhi terjatuh yaitu faktor intrinsik merupakan
faktor resiko yang terjadi dalam diri lansia seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop dan dizziness. Faktor selanjutnya yaitu faktor ekstrinstik
merupakan faktor dari luar atau lingkungan seperti lantai yang licin dan kurang rata, tersandung
benda – benda yang menghalangi, penglihatan menurun karena cahaya kurang terang dan
sebagainya. Sekitar 75% insiden jatuh tidak mengakibatkan cedere serius, namun resiko cedera
meningkat akibat terjatuh seiring bertambahnya usia, terutama pada individu yang sudah memasuki lanjut
usia.
2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan jatuh khususnya dari lingkungan adalah penerangan yang tidak
baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak
mudah dipegang dan alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak di
bawah (Darmojo, 2009). Menurut Friedman, adalah kondisi interior rumah meliputi bagaimana
ruangan – ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot, kelayakan perabot, penerangan yang tidak
memadai dan eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan
tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak
yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, dan penataan ruang yang kurang
sesuai. Beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya jatuh adalah sebagai berikut:
a. Faktor Risiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan
ditentukan atau dibentuk oleh:
1) Sistem sensorik, yang berperan di dalamnya adalah: visus, pendengaran, fungsi vestibuler,
dan proprioseptif. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lanjut usia, diduga karena perubahan
fungsi vestibuler akibat proses menua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher dapat
menganggu fungsi proprioseptif.
2) Sistem saraf pusat (SSP), SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi
input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hidrosefalus dengan tekanan normal,
yang diderita oleh lanjut usia akan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak
baik terhadap input sensorik.
3) Kognitif, pada beberapa penelitian demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko
jatuh.
4) Muskuloskeletal, faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang spesifik
milik lanjut usia, dan berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal
menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua
yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain di
sebabkan oleh:
a) Kekakuan jaringan penghubung.
b) Berkurangnya massa otot.
c) Perlambatan konduksi saraf.
d) Penurunan visus/lapang padang.
e) Kerusakan proprioseptif.
b. Faktor Penyebab
1) Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel – variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat
jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh
(Gardner, 2000). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan
sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba- tiba yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan
pusing. Faktor ini terjadi akibat faktor resiko yang dialami lansia sendiri dan tidak ada
pengaruh atau paparan dari luar.
2) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya cahaya
ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda – benda. Faktor – faktor
tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di
bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan
alat-alat bantu berjalan yang kurang memadai sehingga menyebabkan terjatuh (Darmojo,
2009).
3) Faktor Situasional
a) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat terjadi dalam kehidupan sehari – hari, seperti berjalan, naik atau
turun tangga, melakukan hobi, rekreasi dan olahraga. Kategori aktivitas fisik dapat
dibagi berdasarkan tiper, frekuensi, durasi dan intensitas.
b) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit kronis yang diderita lansia selama bertahun – tahun biasanya
menjadikan lansia lebih mudah jatuh seperti penyakit stroke, hipertensi, hilang fungsi
penglihatan, dan sinkop yang sering menyebabkan jatuh (Darmojo, 2014).
3. Patofisiologi
Muskuloskeletal menjadi faktor yang paling berperan besar terhadap terjadinya jatuh pada
lansia. Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan yang terjadi akibat proses
menua yang menyebabkan:
a. Kekakuan jaringan penghubung
b. Berkurangnya masa otot
c. Perlambatan konduksi saraf
d. Penurunan visus atau lapang pandang
e. Kerusakan prepioseptif
Akibat dari menurunnya fungsi tersebut maka mengakibatkan fungsinya juga menurun, daintaranya
:
a. Penurunan Range Of Motion (ROM)
b. Penurunan kekuatan otot khususnya ektrimitas bawah
c. Perpanjangan waktu reaksi
d. Kerusakan persepsi dalam
e. Peningkatan postural sway
4. Pathway
Proses Menua

Perubahan Biologis Perubahan Fungsi Anatomi Perubahan Psikologis

Penurunan Aktivitas Degenerasi system ekstra piramid agen cedera neuron di SSP Psikologis tidak stabil

Penurunan sel-sel & fungsi otot Tremor otot keadaan emosi mudah berubah - ubah

Gangguan sistem muskuloskeletal Nyeri sendi kontraktur bertambahnya usia yang semakin menua

Tendon mengalami sklerosis


Nyeri Ansietas
atrofi & jumlah serabut otot
Hentakan tendon berkurang
massa otot & kekuatan pergerakan secara keseluruhan
Refleks berkurang dan lebih lambat
Kelemahan secara umum Kesukaran makan, berdandan, toilleting, mandi

Resiko Jatuh Defisit Perawatan Diri


Hambatan Mobilitas Fisik
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap kasus karena perbedaan
faktor-faktor yang mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut penanganannya
menjadi lebih mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh secara
efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan
terapi gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia
itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya
pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat bantu gerak. Untuk penderita dengan
kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi kesalahan, terapi
rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan
secara terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.
Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training
dan pemberian alat bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis.
Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang
mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker,
diuretic dan antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan
rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di pencegahan jatuh (Darmojo, 2009).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN RISIKO JATUH
1. Identitas klien
Nama , jenis kelamin, alamat, agama dan pendidikan
2. Riwayat Kesehatan (riwayat penyakit, riwayat jatuh)
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi:
1) Sumber kecelakaan: penyebab dari sumber masalah
2) Gambaran yang mendalam bagai mana resiko jatuh itu terjadi: pasien dapat
menceritakan bagaimana ia dapat mengalami jatuh tersebut
3) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
4) Keadaan fisik disekitar
5) Peristiwa yang terjadi saat belum terjatuh sampai terjadinya jatuh
6) Beberapa keadaan lain yang memperbeat berjalan
b. Riwayat penyakit dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah kemampuan
gaya berjalan yang menyebabkan resiko jatuh pada kelien rematoid atritis
c. Riwayat jatuh Anamesis
ini meliputi:
1) Seputar jatuh: mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung, berjalan,
perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang makan, sedang buang air
kecil atau besar, sedang batuk atau bersin.
2) Gejala yang menyertai: nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba, vertigo,
pingsan, lemas, sesak nafas.
3) Kondisi komorbid yang releven: pernah stroke, penyakit jantung, sering kejang, rematik,
depresi, deficit sensorik.
4) Riview obat-obatan yang diminum: antihipertensi, diuretic, autonomic bloker,
antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : Nadi, Tekanan darah, respirasi, suhu badan akan menjadi data penunjang lain
terkait dari penyebab jatuh ataupun dampak dari jatuh yang terjadi.
b. Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang
menginduksi ketidakseimbangan.
c. Jantung : aritmia dan kelainan katup
d. Neurologi : perubahan status mental, defisit lokal, neuropati perifer, kelemahan otot dan
tremor.
e. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi problem kaki, dan
deformitas.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis
b. Risiko Jatuh
c. Ansietas
5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal
Tujuan : Nyeri kronis klien dapat berkurang setelah diberi asuhan keperawatan selama 5x kunjungan
a. Kriteria Hasil :
1) Skala nyeri 1- 4
2) TUG 18 detik
3) Ekspresi wajah rileks
4) Intensitas nyeri berkurang
5) Tidak terdapat nyeri tekan
6) Klien mengungkapkan secara verbal penurunan nyeri yang dirasakan
7) Nyeri dapat terkontrolIntervensi
b. Intervensi
1) Ajarkan senam lansia khususnya pada daerah lutut
2) Ajarkan teknik distraksi relaksasi
3) Anjurkan kompres hangat/dingin pada daerah yang nyeri
4) Ajarkan terapi pijat pada daerah nyeri
5) Anjurkan klien untuk menghindari stress
6) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
7) Tingkatkan tidur maupun istirahat yang cukup

Diagnosa : Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan tidak aman


Tujuan : Klien tidak beresiko jatuh setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan
a. Kriteria Hasil :
1) Keamanan lingkungan rumah memadai (lantai kasat air, pencahayaan terang)
2) Morse fall scale <40
3) Langkah kaki dan kemampuan keseimbangan terkoordinasi
4) Tidak ada kejadian jatuh
5) Klien memahami alas kaki yang tepat
6) TTV dalam batas normal (sistole 110-140mmHg, diastole 80-90mmHg)
7) Dapat berjalan tanpa berpegangan
b. Intervensi
1) Anjurkan modifikasi ruangan pada klien dan keluarga untuk mengurangi resiko jatuh
2) Hitung resiko jatuh menggunakan morse fall scale
3) Anjurkan lantai selalu kasat air dan pencahayaan selalu terang
4) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
5) Anjurkan menempatkan barang-barang yang mudah dijangkau
6) Ajarkan selalu berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh saat berjalan
7) Ajarkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga
Tujuan : Ansietas dapat teratasi setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan
a. Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol diri
2) RR normal (16-20x/menit), Nadi normal (70-80x/menit), dan TD (sistole 110-
140mmHg, diastole 80/90 mmHg)
3) Klien rileks
4) Mengungkapkan verbalisasi kebingungan
5) Gelisah berkurang
6) Konsentrasi membaik
7) Tidak ada keluhan pusing
b. Intervensi
1) Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, mendengarkan musik)
2) Ajarkan merelaksasi otot rahang
3) Anjurkan meningkatkan aktivitas seperti berdzikir dan beribadah
4) Anjurkan selalu menciptakan lingkungan yang nyaman
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
6) Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
7) Perkuat ide pada klien bahwa kesehatan emosional sangat berpengaruh terhadap
kesehatan fisik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT ASUHAN
KEPERAWATANGERONTIK
KEPERAWATAN GERONTIK
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Karimata no.49 Telp. (0331) 332240, Fax. (0331) 337857 Kotak Pos 104 Jember Website : Email :
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Nama wisma : - Tgl. Pengkajian : 05 Oktober 2020

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. K
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tingkat Pendidikan : SD
Alamat Asal : Paleran

2. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di area lutut yang menyebabkan sakit saat berjalan dan membuat berjalan tidak
seimbang seperti akan jatuh, skala nyeri 6
b. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
Klien mengatakan jika sakit klien akan memberikan kompres bubuk lulur dari parem dan
mengkonsumsi jamu tradisional untuk mengurangi rasa sakit

3. RIWAYAT KESEHAYAN YANG LALU


a. Status kesehatan secara umum
Klien mengatakan merasa sakit pada bagian dada hingga tembus ke bagian belakang punggung apabila
beraktivitas terlalu berat dan mengeluh sakit kepala apabila terlalu banyak beraktifitas dan menahan marah

b. Penyakit yang dialami pada masa anak – anak


Klien mengatakan saat masa anak-anak tidak mengalami penyakit – penyakit serius hanya penyakit demam, flu
dan sakit kepala
c. Penyakit kronis yang diderita
Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi sudah sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu. Upaya yang
dilakukan klien untuk mengurangi pusing akibat tekanan darah yang tinggi yaitu mengkonsumsi
jamu tradisional
d. Riwayat MRS, pembedahan
Klien mengatakan tidak pernah MRS dan tidak pernah dilakukan pembedahan
e. Riwayat penggunaan obat/jamu
Klien mengatakan mengkonsumsi jamu rebus tradisional saat merasa keadaan tubuhnya sakit ataupun kurang sehat.
Setelah mengkonsumsi jamu klien mengatakan rasa sakit yang dirasakan berkurang

f. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat, ataupun zat-zat lain
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

g. Riwayat jatuh
Klien mengatakan pernah jatuh 2 tahun yang lalu dan menyebabkan kaki kirinya sampai saat ini sakit untuk berjalan
dan mengalami nyeri sendi bagian lutut kiri. Pada pergelangan kaki kanan terkilir otot dan juga berpengaruh saat
berjalan. Upaya yang dilakukan klien saat setelah jatuh yaitu pergi ke tukang pijat untuk memijatkan kakinya yang
sakit

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Penyakit kronis /degeneratif yang diderita oleh keluarga :
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis/degeneratif

5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan
Klien mengatakan kondisi suami saat ini sehat
b. Riwayat pekerjaan terdahulu
Klien mengatakan riwayat pekerjaan dahulu yaitu petani

c. Hobi dan aktifitas yang disukai


Klien mengisi waktu luang dengan bersih-bersih rumah dan lingkungan rumah

d. Pola kebiasaan
Klien mengatakan pola tidur cukup yaitu 6-8 jam/hari. Namun klien kurang berolahraga dan hampir tidak
pernah melakukan
e. Pengaturan lingkungan tempat tinggal
Klien tinggal hanya berdua dengan suaminya. Terdapat 4 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Letak kamar tidur
dengan kamar mandi sedikit jauh dan untuk penerangan redup
f. Jejaring sosial
Interaksi sosial klien dengan tetangga baik, namun untuk perkumpulan-perkumpulan sosial lain klien tidak
mengikuti kelompok apapun. Hanya biasanya klien bermain kerumah tetangga hanya untuk sekedar
mengobrol

g. Cakupan asuransi kesehatan


Klien tidak memiliki asuransi kesehatan

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum
Klien terlihat bersih dan bersemangat, kesadaran klien composmentis

b. Tanda – Tanda Vital


TD : 150/80 mmHg, RR: 24x/menit, Nadi: 87x/menit, Suhu : 36,7 oC

c. Integument
Warna kulit sawo matang, kulit kering, akral hangat, tidak terdapat sianosis dan turgor <3 detik

d. Hematopoetic
Tidak terdapat kelainan

e. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat tanda trauma, warna rambut sebagian putih, kulit kepala bersih, bentuk
wajah bulat
f. Mata
Mata simestris, alis dan bulu mata bersih tidak terlalu lebat, konjungtiva normal, tidak terdapat ikterus, penglihatan
sedikit kabur apabila jarak pandang jauh
g. Telinga
Daun telinga normal, simetris antara kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, telinga bersih
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

h. Hidung
Hidung bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada sumbatan, penciuman baik, tidak ada perdarahan maupun tanda infeksi

i. Mulut dan Tenggorokan


Warna bibir abu pucat, bibir lembab, gigi lengkap bersih, tidak terdapat kelainan ataupun lesi pada mulut dan
tenggorokan
j. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid

k. Pernafasan
Bentuk dada normal, gerak dada simetris, retraksi dada normal, tidak terdapat nyeri tekan, suara nafas vesikuler,
kadang tiba-tiba sakit apabila dalam kondisi emosi yang kurang baik
l. Punggung
Tidak ada kelainan pada tulang punggung, skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

m. Cardiovaskuler
Ictus cordis tidak tampak, bunyi jantung SI & SII tunggal

n. Gastrointestinal
Perut sedikit cembung, bising usus 15x/menit, suara abdomen tympani, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat
nyeri tekan
o. Perkemihan
Warna urine kuning jernih, tidak ada hematuri dan BAK kurang lebih 5-6x/hari

p. Genitalia
Genitalia bersih tidak ada hemoroid maupun kelainan lain

q. Persarafan
Tidak mengalami gangguan mental
Nervus 1 klien dapat membedakan bau dari benda yang berbeda Nervus 2
lapang pandang normal
Nervus 3 klien dapat mengangkat kelopak mata ke atas, pupil berkontriksi saat diberi rangsangan cahaya
Nervus 4 klien dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah Nervus 5
klien dapat menggerakkan rahang ke semua sisi
Nervus 6 klien dapat memutar bola mata dengan normal
Nervus 7 klien dapat menjulurkan lidah dan membedakan rasa gula dengan garam Nervus 8 klien
dapat mendengarkan dengan normal
Nervus 9 klien dapat membedakan rasa makanan Nervus 10
reflek menelan klien normal
Nervus 11 klien dapat menggerakan bahu dan melawan tahanan
Nervus 12 klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan ke segala sisi

r. Muskuloskeletal
Klien dapat bergerak aktif, tidak terdapat sianosis, nyeri pada ekstrimitas bawah yaitu pada lutut
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB :……………….kg TB :…………………cm BBI............................kg
Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat penurunan nafsu makan, 2
masalah pencernaan atau akibat kesulitan menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan yang berat 1 =
penurunan intake makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir 0 = 1
penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah dengan bebas 2 =
dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 bulan terakhir? 0 = ya 2
2 = tidak

e. Masalah psikoneurologis 2
0 = demensia berat atau depresi 1
= demensia ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index -
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin F1dengan poin F2 Jika BMI
sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu dikaji
F2. Lingkar lengan atas 3
¤ 0 = LLA kurang dari 31 cm
¤ 3 = LLA lebih dari 31 cm
Total 12
Interpretasi : Status nutrisi normal

8. PENGKAJIAN FUNGSI KESEIMBANGAN


TUG = 22 detik
Interpretasi : Beresiko tinggi jatuh

9. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


a. ADL
No. Aktifitas Bantuan Mandiri Skor
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur/sebaliknya 5 – 10 15 9
3 Kebersihan diri :cuci muka, menyisir, dll 0 15 15
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 94
Interpretasi : Ketergantungan Ringan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan nomor telefon 1
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal 1
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1
4. Tidak dapat menggunakan telefon 0√
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1√
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1
4. Tidak bisa berbelanja 0
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1√
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia 1
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga 1
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan menata tempat tidur 1
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1√
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1√
3. Tidak mampu mencuci pakaian 0
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun kendaraan Pribadi 1
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian dengan moda 1
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0√
5. Tidak bisa bepergian 0
G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1√
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang terpisah 1
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0
H. Manajemen keuangan
1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1√
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan dalam mengatur 1
rekening
3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0
Skor 6
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

10. PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF


a. MMSE

NO. TES NILA NILA


I I
MA
X
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 3
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 3
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3
mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan 3

ATENSI DAN KALKULASI


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar. Hentikan setelah 5 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “DUNIA” (nilai diberikan pada huruf 3
yang benar sebelum kesalaahn; misalnya “aiund”=3
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3
2
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan Anda, lipatlah 3 2
menjadi dua bagian dan letakkan di lantai” 1
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata Anda” 1 3
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1 1
0
0

TOTAL 30 21
Interpretasi : gangguan kognitif sedang

b. SPSMQ

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Di mana alamat Anda?
√ 5 Kapan Anda lahir?
√ 6 Berapa umur Anda?
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
6 4 Jumlah
Interpretasi : kerusakan intelektual ringan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

11. PENGKAJIAN STATUS DEPRESI


Screening :
a. Dalam sebulan terakhir apakah Anda merasa sedih, putus asa dan tertekan ? (ya/tidak)
b. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda mengalami penurunan minat dalam beraktifitas ? (ya/tidak) Jika

terdapat jawaban ya, lanjutkan pada kuisioner berikut

1. Apakah Anda puas dengan hidup Anda? Ya √ Tidak (1)


2. Apakah Anda mengalami penurunan minat dan aktifitas? Ya (1) Tidak √
3. Apakah Anda merasa hidup Anda kosong? Ya (1) Tidak √
4. Apakah terkadang Anda merasa bosan? Ya (1) √ Tidak
5. Apakah Anda memiliki harapan untuk masa mendatang? Ya√ Tidak (1)
6. Apakah Anda terganggu dengan pikiran yang selalu menghantui Anda? Ya (1) Tidak√
7. Apakah Anda selalu bersemangat? Ya√ Tidak (1)
8. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa Anda? Ya (1) √ Tidak
9. Apakah Anda selalu bahagia? Ya Tidak (1) √
10. Apakah kadang Anda merasa putus asa ? Ya (1) Tidak√
11. Apakah kadang Anda merasa resah dan gelisah? Ya (1) √ Tidak
12. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah daripada keluar dan beraktifitas? Ya (1) Tidak√
13. Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan? Ya (1) Tidak√
14. Apakah Anda merasa sering bermasalah dengan memori ? Ya (1) √ Tidak
15. Apakah Anda merasa hidup Anda terberkati? Ya√ Tidak (1)
16. Apakah Anda menrasa sangat sedih ? Ya (1) Tidak√
17. Apakah Anda merasa tidak berharga? Ya (1) Tidak√
18. Apakah Anda mengkhawatirkan masa lalu ? Ya (1) Tidak√
19. Apakah Anda merasa hidup ini sangat menarik ? Ya√ Tidak (1)
20. Apakah Anda sulit memulai suatu pekerjaan baru? Ya (1) Tidak√
21. Apakah Anda merasa sangat berenergi? Ya Tidak (1) √
22. Apakah Anda merasa situasi Anda saat ini tidak memiliki harapan? Ya (1) Tidak√
23. APakah Anda merasa orang lain lebih baik dari Anda? Ya (1) √ Tidak
24. Apakah Anda merasa kecewa dengan berbagai hal kecil? Ya (1) Tidak√
25. Apakah Anda sering merasa ingin menangis? Ya (1) Tidak√
26. Apakah Anda merasa sulit berkonsentrasi? Ya (1) √ Tidak
27. Apakah Anda menikmati saat bangun di pagi hari? Y√a Tidak (1)
28. Apakah Anda lebih suka menghindari acara sosial? Ya (1) Tidak√
29. Apakah Anda kesulitas dalam mengambil keputusan Ya (1) Tidak√
30. Apakah pikiran Anda selalu jernih ? Ya√ Tidak (1)
Skor total 8
Interpretasi : Normal

12. PENGKAJIAN SPIRITUAL


a. Agama yang dianut : Islam
b. Aktifitas ibadah yang : Sholat, sedekah, berdoa
dilakukan
c. Hambatan dalam beribadah : Nyeri pada kaki
d. Yang dirasakan saat tidak dapat : Gelisah dan cemas
menunaikan ibadah
e. Makna dan tujuan hidup : Selalu ingin merasakan kesejahteraan masa tua yang sekarang
sudah mulai dirasakan dan selalu mendoakan anak cucunya semoga dalam
kesuksesan dan selalu dalam lindungan Allah
f. Persepsi tentang kematian : Kematian memang sudah pasti datang, yang perlu dipersiapkan adalah
banyak berdoa
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

13. PENGKAJIAN SOSIAL


Uraian Skor
1 ADAPTATION 1
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk membantu saya saat saya
mengalamikesulitan
2 PARTNERSHIP 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam membicarakan sesuatu atau
mengungkapkan masalah pada saya

3 GROWTH 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan mendukung saya untuk
melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam mengekspresikan perasaan dan berespon
terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam menluangkan waktu
bersama
Skor total 8
Interpretasi : Fungsi Normal
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
05/10/2020 DS : Nyeri Kronis Gangguan sistem
“Klien mengatakan nyeri diarea lutut yang disebabkan muskuloskeletal
pernah jatuh kepleset 2 tahun yang lalu”
- P : nyeri timbul saat berjalan dan beraktivitas yang
berlebihan
- Q : nyeri seperti tertusuk dan tertekan
- R : nyeri pada lutut bagian kiri
- S : skala nyeri 6
- T : nyeri dirasakan kurang lebih sejak 1 tahun yang
lalu, nyeri sering dirasakan dan terkadang hilang
timbul, nyeri kronis

DO :
- Apabila berjalan klien memegangi lututnya
- Skala nyeri 6 disertai dengan wajah meringis
kesakitan
- TTV : TD : 150/80 mmHg
RR : 24x/menit
N : 87x/menit S
: 36,7oC
- Aktivitas sedikit terhambat

05/10/2020 DS : Risiko Jatuh Faktor lingkungan


“klien mengatakan jalan sempoyongan seperti akan tidak mendukung
jatuh”

DO :
- Morse fall scale 45
- Klien berusaha mencari pegangan saat
berjalan
- Lantai kamar mandi terlihat banyak lumut dan
licin
- Penerangan sekitar kamar mandi redup

05/10/2020 DS: Ansietas Disfungsi sistem


“klien mengatakan suami sering marah-marah dan keluarga
membuat klien memendam amarah dengan emosi yang tidak
stabil”

DO:
- Klien tampak memendam emosi terhadap
suaminya
- Klien tampak gelisah dan cemas
- TD : 150/80 mmHg
N : 87x/menit
RR : 24x/menit
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
05/10/2020 Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal ditandai dengan
nyeri pada lutut kiri skala 6

05/10/2020 Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan tidak mendukung ditandai dengan
lantai licin dan kurangnya penerangan

05/10/2020 Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga ditandai dengan klien
memendam amarah akibat suami sering marah - marah
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
05/10/2020 Nyeri kronis berhubunganTujuan : 1. Lakukan manajemen nyeri kronis 1. Manajemen nyeri kronis
dengan gangguan sistemNyeri kronis klien dapat berkurang setelah a. Ajarkan senam lansia khususnya pada a. Senam akan melatih otot dan persendian agar
muskuloskeletal ditandaidiberi asuhan keperawatan selama 5x daerah lutut cairan sinovial pada sendi meningkat
dengan nyeri pada lututkunjungan , dengan b. Ajarkan teknik distraksi relaksasi b. Nafas dalam akan mengurangi rasa sakit
skala 6 Kriteria Hasil : c. Anjurkan kompres hangat/dingin pada terhadap nyeri yang dirasakan
1. Skala nyeri 1- 4 daerah yang nyeri c. Kompres akan melebarkan pembuluh darah,
2. TUG 18 detik d. Ajarkan terapi pijat pada daerah nyeri melancarkan aliran darah, meredakan nyeri
3. Ekspresi wajah rileks e. Anjurkan klien untuk menghindari pada otot-otot yang sakit, dan
4. Intensitas nyeri berkurang stress mengendurkan otot-otot yang tegang
5. Tidak terdapat nyeri tekan f. Kontrol lingkungan yang memperberat d. Pijat dapat membantu melancarkan
6. Klien mengungkapkan secara nyeri peredaran darah
verbal penurunan nyeri yang g. Tingkatkan tidur maupun istirahat e. Menghindari stress akan menyeimbangkan
dirasakan yang cukup regulasi hormon, dan resiko mengalami
7. Nyeri dapat terkontrol 2. Monitor dan evaluasi terhadap nyeri akan berkurang
a. Skala nyeri f. Lingkungan yang nyaman akan mengurangi
b. Time Up & Go Test stress yang memicu timbulya nyeri
c. Ekspresi wajah klien g. Untuk mengurangi bertambahnya rasa sakit
d. Intensitas nyeri akibat nyeri yang dirasakan
e. Nyeri tekan 2. Monitoring
f. Ungkapan verbal klien a. Untuk mengukur dan mengetahui nyeri
g. Pengontrolan nyeri yang dirasakan klien
3. Berikan edukasi pada klien tentang b. Untuk melihat perkembangan
manajemen untuk mengurangi nyeri keseimbangan berjalan klien
c. Menunjukkan berat tidaknya nyeri yang
dirasakan
d. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan
e. Untuk mengetahui terdapatnya tekanan yang
dirasakan saat nyeri
f. Untuk mengetahui ada perubahan dan
berkurangnya nyeri
g. Agar mampu mengontrol nyeri untuk
mengurangi risiko jatuh
3. Pengetahuan yang adekuat akan membantu klien
memahami, mengurangi, dan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

mengontrol nyeri dengan baik


05/10/2020 Risiko jatuh berhubungan Tujuan : 1. Pencegahan Jatuh 1. Pencegahan jatuh
dengan lingkungan tidakKlien tidak beresiko jatuh setelah diberikan a. Anjurkan modifikasi ruangan pada a. Modifikasi atau merapikan ruangan akan
aman ditandai dengan lantaiasuhan keperawatan selama 5x kunjungan klien dan keluarga untuk mengurangi mengurangi resiko jatuh
licin dan pencahayaan yangdengan resiko jatuh b. Mengetahui tingkatan risiko jatuh lansia
kurang Kriteria Hasil : b. Hitung resiko jatuh menggunakan pada risiko jatuh rendah atau tinggi serta
1. Keamanan lingkungan rumah morse fall scale mengetahui tindakan perawatan yang sesuai
memadai (lantai kasat air, c. Anjurkan lantai selalu kasat air dan c. Untuk mengetahui risiko lingkungan yang
pencahayaan terang) pencahayaan selalu terang kurang sesuai (lantai licin, pencahayaan
2. Morse fall scale <40 d. Anjurkan menggunakan alas kaki yang redup) sehingga menyebabkan jatuh
3. Langkah kaki dan kemampuan tidak licin d. Alas kaki yang tipis akan beresiko
keseimbangan terkoordinasi e. Anjurkan menempatkan barang- terhadap keseimbangan lansia sehingga
4. Tidak ada kejadian jatuh barang yang mudah dijangkau menyebabkan terpleset
5. Klien memahami alas kaki yang f. Ajarkan selalu berkonsentrasi untuk e. Barang dalam jangkauan klien akan sangat
tepat menjaga keseimbangan tubuh saat membantu dalam mengurangi resiko jatuh
6. TTV dalam batas normal (sistole berjalan f. Dengan berkonsentrasi pikiran akan terkelola
110-140mmHg, diastole 80- g. Ajarkan melebarkan jarak kedua kaki dengan baik untuk tetap fokus pada
90mmHg) untuk meningkatkan keseimbangan keseimbangan saat berjalan sehingga
7. Dapat berjalan tanpa berpegangan saat berdiri mengurangi kejadian jatuh
2. Monitoring dan evaluasi terhadap g. Dengan melebarkan jarak kedua kaki maka
a. Keamanan lingkungan keseimbangan kaki menopang tubuh akan
b. Morse fall scale lebih kuat
c. Keseimbangan langkah kaki 2. Monitoring
d. Kejadian jatuh a. Keamanan lingkungan sangat berperan
e. Alas kaki klien sesuai penting dalam keselamatan lansia dalam
f. TTV normal menghindari jatuh
g. Berjalan tanpa pegangan b. Risiko jatuh akan terukur dengan tepat dan
3. Berikan edukasi tentang meminimalkan pemberian tindakan sesuai
risiko jatuh baik dari lingkungan maupun c. Koordinasi antara langkah kaki akan dapat
keseimbangan tubuh menyeimbangkan langkah dalam berjalan
d. Berkurangnya kejadian jatuh berarti
meningkatkan keseimbangan klien dalam
berjalan
e. Menghindari klien terpleset
f. Tekanan darah normal tidak akan
memberikan efek pusing yang bisa
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

menyebabkan klien terjatuh, sangat penting


untuk menjaga tekanan darah untuk tetap
normal
g. Kesesuaian dalam melangkah akan
membantu keseimbangan dalam berjalan dan
tidak membutuhkan pegangan
3. Wawasan yang bertambah akan membuat klien
mengatasi masalah yang dihadapi
dengan baik
05/10/2020 Ansietas berhubunganTujuan : 1. Terapi Relaksasi 1. Terapi Relaksasi
dengan disfungsi sistemAnsietas dapat teratasi setelah diberikan a. Ajarkan teknik relaksasi (napas a. Relaksasi akan membuat tubuh lebih tenang
keluarga ditandai denganasuhan keperawatan selama 5x kunjungan dalam, mendengarkan musik) dan bisa mengontrol hormon stress serta
klien yang menahan amarahdengan b. Ajarkan merelaksasi otot rahang dapat merileksasi otot – otot yang tegang
akibat suami yang seringKriteria Hasil : c. Anjurkan meningkatkan aktivitas b. Relaksasi otot rahang akan mengenali apa
marah-marah 1. Mampu mengontrol diri seperti berdzikir dan beribadah yang terjadi pada tubuh, sehingga dapat
2. RR normal (16-20x/menit), Nadi d. Anjurkan selalu menciptakan mengurangi ketegangan otot dan stress pada
normal (70-80x/menit), dan TD lingkungan yang nyaman otak
(sistole 110-140mmHg, diastole e. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang c. Berdzikir dan beribadah akan memperkuat
80/90 mmHg) dialami keyakinan pada Allah dan akan memberikan
3. Klien rileks f. Ajarkan penggunaan mekanisme ketenangan batin
4. Mengungkapkan verbalisasi pertahanan yang tepat d. Lingkungan yang nyaman juga akan
kebingungan g. Perkuat ide pada klien bahwa mendukung kognitif emosi dalam keadaan
5. Gelisah berkurang kesehatan emosional sangat rileks
6. Konsentrasi membaik berpengaruh terhadap kesehatan fisik e. Mampu mengungkapkan perasaan yang
7. Tidak ada keluhan pusing 2. Monitor dan evaluasi terhadap dialami akan membuat klien tidak
a. Kontrol diri terhadap emosi terbebani karena masalah yang dipendam
b. RR, Nadi, TD normal f. Untuk melindungi diri dari kecemasan
c. Rileks g. Semakin klien memahami pentingnya
d. Ungkapan verbalisasi kebingungan menjaga emosional nya maka akan
e. Gelisah berkurang mengurangi memikirkan hal – hal yang
f. Konsentrasi membaik dapat menganggu kesehatan psikis maupun
g. Pusing (-) fisik
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. Monitor
pentingnya relaksasi dalam mengurangi a. Agar dapat mengendalikan diri sendiri secara
ansietas terhadap emosi sadar untuk mengurangi prilaku yang
merugikan diri sendiri maupun orang lain
b. Agar tidak beresiko mengalami penyakit
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

kronis mendadak karena tekanan darah


tinggi
c. Agar pikiran tidak stress dan tegang, lebih
fokus terhadap hal – hak baik untuk
mengurangi emosi dan ketegangan
d. Agar mengungkapkan kepada orang yang
dipercaya untuk berbagi kesedihan atau
beban masalah
e. Untuk mengetahui perasaan klien terhadap
kegelisahan yang dirasakan
f. Untuk mengetahui fokus klien dalam
berfikir
g. Mengarahkan pada klien untuk
mengurangi berfikir secara emosional agar
dapat mengurangi atau menghindari pusing
3. Tambahan wawasan akan membuat klien mampu
memilih koping diri sendiri
IMPLEMENTASI

TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF


08/10/2020 I 1. Mengajarkan klien senam lansia terutama pada daerah lutut R/
klien mengikuti gerakan senam dengan baik
2. Mengajarkan teknik distraksi mendengarkan musik dan relaksasi nafas
dalam
R/klien mengikuti dan merasa lebih nyaman
3. Mengajarkan kompres hangat ataupun dingin pada klien R/
klien mengikuti dengan baik
4. Mengajarkan klien terapi pijat didaerah nyeri dengan
menggunakan minyak zaitun
R/ klien memahami dan melakukan dengan baik
5. Menganjurkan klien untuk menghindari memikirkan hal – hal yang
dapat memicu amarah
R/ klien memahami dengan baik
6. Mengajarkan pada klien untuk memodifikasi lingkungan yang
nyaman dari pemicu nyeri
R/ klien merasa senang sudah dibantu mengurangi nyeri
7. Menganjurkan pada klien untuk istirahat dan tidur yang cukup, siang
hari kurang lebih 30-60 menit dan malam hari 6-8 jam
R/ klien mengikuti anjuran dengan baik
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Skala nyeri
R/ skala nyeri 6
b. TUG
R/ 21 detik
c. Ekspresi wajah R/
menahan sakit
d. Intensitas nyeri
R/ nyeri hilang timbul dan mendadak
e. Nyeri tekan
R/ terdapat nyeri tekan
f. Ungkapan verbal
R/ nyeri belum berkurang
g. Kontrol nyeri
R/ nyeri belum terkontrol

09/10/2020 II 1. Menganjurkan modifikasi ruangan untuk mengurangi jatuh seperti


merapikan keset, merapikan barang-barang yang berserakan dilantai,
merapikan kabel-kabel yang ada dilantai
R/ klien memahami dan merapikan tata ruang
2. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif dan hasil dari pengukuran yaitu
45 dimana resiko rendah dan pencegahan standart
3. Menganjurkan klien untuk selalu membersihkan lumut dan lantai kamar
mandi harus selalu kering, kemudian menganjurkan untuk mengganti
lampu yang lebih terang
R/ klien memahami dan akan selalu menjaga lantai kamar mandi tetap
kering dan bersih dari lumut
4. Menganjurkan klien menggunakan sandal yang alas nya tebal dan
kasat di air
R/ klien memahami dan mengerti anjuran yang diberikan
5. Menganjurkan klien untuk menempatkan barang-barang ataupun
makanan ditempat yang mudah dijangkau
R/ klien memahami dan akan melakukan hal tersebut
6. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien memahami dan mempraktekkan dengan baik
7. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mengikuti arahan dan gerakan dengan baik
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan
R/ lingkungan masih belum termodifikasi
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 45
c. Keseimbangan langkah kaki
R/ langkah kaki belum seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 140/70mmHg, N: 90x/menit, RR: 23x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan

09/10/2020 III 1. Mengajarkan relaksasi napas dalam dan distraksi mendengarkan musik
R/ klien mengikuti prosedur dengan kooperatif
2. Mengajarkan relaksasi otot rahang R/
klien mengikuti dengan baik
3. Menganjurkan klien untuk lebih menenangkan diri dengan
memperbanyak dzikir
R/ klien mengatakan akan lebih istiqomah dalam beribadah
4. Mengajarkan klien untuk menjaga lingkungan yang aman dan
nyaman dengan cara selalu membuka kelambu jendela,
membersihkan tempat untuk bersantai dan selalu memposisikan senyaman
mungkin baik duduk maupun terbaring
R/ klien mengikuti arahan dengan baik
5. Menganjurkan klien untuk bercerita tentang masalah yang dihadapi
kepada orang yang dipercaya
R/ klien mengatakan akan lebih bisa membuka diri terhadap orang
terdekat
6. Menganjurkan klien untuk menggunakan pertahanan yang tepat, yaitu
dengan mengurangi kecemasan dan menghindari hal-hal yang memicu
kemarahan
R/ klien mengatakan untuk tidak akan memikirkan hal – hal yang
memberatkan pikiran
7. Menerapkan pada klien prinsip sehat emosional akan
mempengaruhi kesehatan fisik pula
R/ klien mengerti dengan yang disampaikan
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Kontrol diri
R/ belum bisa mengontrol diri
b. RR, Nadi, TD normal
R/ RR: 23x/menit, N: 90x/menit, TD: 140/70mmHg
c. Rileks
R/ klien tampak tegang
d. Verbalisasi kebingungan
R/ dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
e. Gelisah berkurang
R/ klien masih tampak gelisah
f. Konsentrasi membaik
R/ konsentrasi sedikit membaik
g. Pusing
R/ tidak ada keluhan pusing
EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


08/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri belum berkurang”

O:
- Skala nyeri 6
- TUG 21 detik
- Ekspresi wajah menahan sakit
- Nyeri hilang timbul dan mendadak
- Terdapat nyeri tekan
- Nyeri belum berkurang
- Nyeri belum terkontrol

A : Masalah keperawatan belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

09/10/2020 II S:
“klien mengatakan akan memperbaiki lingkungan untuk mengurangi jatuh”

O:
- Lingkungan belum termodifikasi
- Morse fall scale 45
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 140/70mmHg, N : 90x/menit, RR: 23x/menit
- Berjalan masih berpegangan

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

09/10/2020 III S:
“klien mengatakan masih merasa cemas dan gelisah”

O:
- Klien belum bisa mengontrol diri
- RR : 23x/menit, N: 90x/menit, TD: 140/70mmHg
- Klien masih tampak tegang
- Klien belum bisa mengungkapkan yang dikhawatirkan
- Klien masih tampak gelisah
- Konsentrasi sedikit membaik
- Keluhan pusing (-)

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI

TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF


09/10/2020 I 1. Mengajarkan klien senam lansia pada daerah lutut R/
klien mengikuti gerakan senam dengan semangat
2. Mengajarkan teknik distraksi mendengarkan musik dan relaksasi nafas
dalam
R/klien merasa nyeri dapat teralihkan dengan nafas dalam
3. Mengajarkan kompres hangat pada klien
R/ klien melakukan kompres saat selesai senam
4. Mengajarkan klien terapi pijat didaerah nyeri dengan
menggunakan minyak zaitun
R/ klien memijat daerah lutut apabila tiba – tiba terasa nyeri
5. Menganjurkan klien untuk menghindari memikirkan hal – hal yang
dapat memicu amarah
R/ klien mengurangi berfikiran negative
6. Mengajarkan pada klien untuk memodifikasi lingkungan yang
nyaman dari pemicu nyeri
R/ klien merasa senang sudah dibantu mengurangi pemicu nyeri
7. Menganjurkan pada klien untuk istirahat dan tidur yang cukup, siang
hari kurang lebih 30-60 menit dan malam hari 6-8 jam
R/ klien mengatakan tidur nyenyak
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Skala nyeri
R/ skala nyeri 5
b. TUG
R/ 21 detik
c. Ekspresi wajah R/
menahan sakit
d. Intensitas nyeri
R/ nyeri mendadak
e. Nyeri tekan
R/ tidak terdapat nyeri tekan
f. Ungkapan verbal
R/ nyeri sedikit berkurang
g. Kontrol nyeri
R/ nyeri belum terkontrol

10/10/2020 II 1. Menganjurkan modifikasi ruangan untuk mengurangi jatuh seperti


merapikan keset, merapikan barang-barang yang berserakan dilantai,
merapikan kabel-kabel yang ada dilantai
R/ rumah klien tertata lebih rapi
2. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif
3. Menganjurkan klien untuk selalu membersihkan lumut dan lantai harus
selalu kering, kemudian menganjurkan untuk mengganti lampu yang
lebih terang
R/ klien dibantu tetangga mengganti lampu ke yang lebih terang
4. Menganjurkan klien untuk menempatkan barang-barang ataupun makanan
ditempat yang mudah dijangkau
R/ klien memahami dan akan melakukan hal tersebut
5. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien memahami dan mempraktekkan dengan baik
6. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mengikuti arahan dan gerakan dengan baik
7. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 45
c. Keseimbangan langkah kaki
R/ langkah kaki belum seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 130/60mmHg, N: 86x/menit, RR: 22x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan

10/10/2020 III 1. Mengajarkan relaksasi napas dalam dan distraksi mendengarkan musik
R/ klien mengikuti prosedur dengan kooperatif
2. Mengajarkan relaksasi otot rahang R/
klien mengikuti dengan baik
3. Menganjurkan klien untuk lebih menenangkan diri dengan
memperbanyak dzikir
R/ klien mengatakan lebih tenang setelah banyak berdzikir
4. Mengajarkan klien untuk menjaga lingkungan yang aman dan
nyaman dengan cara selalu membuka kelambu jendela,
membersihkan tempat untuk bersantai dan selalu memposisikan
senyaman mungkin baik duduk maupun terbaring
R/ klien melakukan kegiatan tersebut setiap hari
5. Menganjurkan klien untuk bercerita tentang masalah yang dihadapi
kepada orang yang dipercaya
R/ klien mengatakan akan membuka diri terhadap orang terdekat
6. Menganjurkan klien untuk menggunakan pertahanan yang tepat, yaitu
dengan mengurangi kecemasan dan menghindari hal-hal yang memicu
kemarahan
R/ klien mengatakan untuk tidak akan memikirkan hal – hal yang
memberatkan pikiran
7. Menerapkan pada klien prinsip sehat emosional akan
mempengaruhi kesehatan fisik pula
R/ klien mengerti dengan yang disampaikan
8. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Kontrol diri
R/ klien mampu mengontrol diri
h. RR, Nadi, TD normal
R/ RR: 22x/menit, N: 86x/menit, TD: 130/60mmHg
i. Rileks
R/ klien rileks
j. Verbalisasi kebingungan
R/ dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
k. Gelisah
R/ gelisah berkurang
l. Konsentrasi membaik
R/ konsentrasi mulai membaik
m. Pusing
R/ tidak ada keluhan pusing
9. Memberikan edukasi pada klien pentingnya relaksasi dan selalu
berfikir positif untuk mengurangi kemarahan
EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


09/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri sedikit berkurang”

O:
- Skala nyeri 5
- TUG 21 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri belum terkontrol

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

10/10/2020 II S:
“klien mengatakan sudah membersihkan lumut dan tidak membiarkan air
menggenang di lantai kamar mandi”

O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 45
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/60mmHg, N : 86x/menit, RR: 22x/menit
- Berjalan masih berpegangan

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

10/10/2020 III S:
“klien mengatakan lebih tenang saat setelah melakukan distraksi relaksasi
dan mendengarkan musik”

O:
- Klien dapat mengontrol diri
- RR : 22x/menit, N: 86x/menit, TD: 130/60 mmHg
- Klien tampak rileks
- Klien dapat mengungkapkan yang dikhawatirkan
- Gelisah berkurang
- Konsentrasi membaik
- Keluhan pusing (-)

A : Masalah keperawatan teratasi


P : Intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI

TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF


10/10/2020 I 1. Mengajarkan klien senam lansia pada daerah lutut R/
klien melakukan senam dengan baik
2. Mengajarkan teknik distraksi mendengarkan musik dan relaksasi nafas
dalam
R/klien merasa lebih nyaman dengan mendengarkan musik
3. Mengajarkan kompres hangat pada klien R/
klien rutin melakukan kompres
4. Mengajarkan klien terapi pijat didaerah nyeri dengan
menggunakan minyak zaitun
R/ klien memijat daerah lutut
5. Menganjurkan klien untuk menghindari memikirkan hal – hal yang
dapat memicu amarah
R/ klien memahami dengan baik
6. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Skala nyeri
R/ skala nyeri 5
b. TUG
R/ 20 detik
c. Ekspresi wajah R/
menahan sakit
h. Intensitas nyeri
R/ nyeri mendadak
i. Nyeri tekan
R/ tidak terdapat nyeri tekan
j. Ungkapan verbal
R/ nyeri sedikit berkurang
k. Kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol

11/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif dalam pemeriksaan morse fall
scale
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien mulai bisa fokus dalam berjalan
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien berjalan lebih hati – hati
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 43
c. Keseimbangan langkah kaki
R/ langkah kaki belum seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
h. TTV normal
R/ TD: 130/70mmHg, N: 80x/menit, RR: 24x/menit
i. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan
EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


10/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri berkurang”

O:
- Skala nyeri 5
- TUG 20 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri terkontrol

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

11/10/2020 II S:
“klien mengatakan masih sempoyongan saat berjalan dan membutuhkan
pegangan”

O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 43
- Langkah kaki belum seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/70mmHg, N : 80x/menit, RR: 24x/menit
- Berjalan masih berpegangan

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI

TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF


11/10/2020 I 1. Mengajarkan klien senam lansia pada daerah lutut
R/ klien melakukan senam dengan mandiri bahkan sudah menghafal
gerakan – gerakan senam
2. Mengajarkan teknik distraksi mendengarkan musik dan relaksasi nafas
dalam
R/klien merasa nyaman
3. Mengajarkan kompres hangat pada klien R/
klien melakukan kompres seperti biasa
4. Mengajarkan klien terapi pijat didaerah nyeri dengan
menggunakan minyak zaitun
R/ klien memijat daerah lutut meskipun tidak terasa nyeri
5. Menganjurkan klien untuk menghindari memikirkan hal – hal yang
dapat memicu amarah
R/ klien memilih selalu berfikir positif
6. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Skala nyeri
R/ skala nyeri 4
b. TUG
R/ 19 detik
c. Ekspresi wajah R/
menahan sakit
d. Intensitas nyeri
R/ nyeri mendadak
e. Nyeri tekan
R/ tidak terdapat nyeri tekan
f. Ungkapan verbal
R/ nyeri sedikit berkurang
g. Kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol

12/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien mampu berkonsentrasi saat
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mengikuti arahan dan gerakan dengan baik
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 40
c. Keseimbangan langkah kaki R/
langkah mulai seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 130/70mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan masih berpegangan
EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


11/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri berkurang tapi kadang tiba-tiba sakit”

O:
- Skala nyeri 4
- TUG 19 detik
- Klien tampak menahan sakit
- Nyeri mendadak masih dirasakan
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri sedikit berkurang
- Nyeri terkontrol

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

12/10/2020 II S:
“klien mengatakan masih membutuhkan pegangan sat berjalan”

O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 40
- Langkah mulai seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 130/70mmHg, N : 83x/menit, RR: 20x/menit
- Berjalan masih berpegangan

A : Masalah keperawatan teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTA
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
12/10/2020 I 1. Mengajarkan klien senam lansia pada daerah lutut R/
klien melakukan senam seperti biasanya
2. Mengajarkan teknik distraksi mendengarkan musik dan relaksasi nafas
dalam
R/klien merasa nyaman
3. Mengajarkan kompres hangat pada klien
R/ klien melakukan kompres setiap pagi dan sore
4. Mengajarkan klien terapi pijat didaerah nyeri dengan
menggunakan minyak zaitun
R/ klien memijat daerah lutut dengan rutin
5. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Skala nyeri
R/ skala nyeri 3
b. TUG
R/ 18 detik
c. Ekspresi wajah
R/ wajah lebih rileks
d. Intensitas nyeri
R/ nyeri mendadak berkurang
e. Nyeri tekan
R/ tidak terdapat nyeri tekan
f. Ungkapan verbal R/
nyeri berkurang
g. Kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol

13/10/2020 II 1. Menghitung resiko jatuh pada klien menggunakan morse fall scale
R/ klien mengikuti dengan kooperatif
2. Mengajarkan klien untuk berkonsentrasi dan tetap fokus saat
mengambil langkah berjalan
R/ klien dapat konsentrasi dengan baik setiap akan melangkah
3. Mengajarkan klien cara menjaga keseimbangan saat berjalan dengan
melebarkan jarak kedua kaki serta meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
R/ klien mampu melngkah dengan hati-hati saat berjalan
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
a. Keamanan lingkungan R/
lingkungan diperbaiki
b. Morse fall scale
R/ nilai morse fall scale 38
c. Keseimbangan langkah kaki R/
langkah kaki seimbang
d. Kejadian jatuh
R/ tidak ada kejadian jatuh
e. Alas kaki sesuai
R/ klien menggunakan sendal yang tebal
f. TTV normal
R/ TD: 120/60mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit
g. Berjalan tanpa pegangan
R/ berjalan tanpa berpegangan
5. Melakukan edukasi kepada klien terkait manajemen nyeri dan
pencegahan jatuh
EVALUA
TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF
12/10/2020 I S:
“klien mengatakan nyeri berkurang”

O:
- Skala nyeri 3
- TUG 18 detik
- Klien tampak rileks
- Nyeri mendadak berkurang
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Nyeri berkurang
- Nyeri terkontrol

A : Masalah keperawatan teratasi


P : Intervensi dihentikan

13/10/2020 II S:
“klien mengatakan sudah lebih bisa berjalan dengan seimbang tanpa
berpegangan”

O:
- Lingkungan diperbaiki
- Morse fall scale 38
- Langkah seimbang
- Tidak ada kejadian jatuh
- Klien menggunakan sendal yang tebal
- TTV : TD : 120/60mmHg, N : 80x/menit, RR: 20x/menit
- Berjalan tanpa berpegangan

A : Masalah keperawatan teratasi


P : Intervensi dihentikan
BAB III
LITERATURE REVIEW

A. RINGKASAN/ABSTRAK
Lanjut usia adalah keadaan yang akan dialami oleh setiap orang. Pada lanjut usia, tubuh mengalami penurunan
pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian
salah satunya pada sendi lutut. Nyeri lutut merupakan suatu penyakit regeneratif sendi dan salah satu tanda dan
gejala dari osteoarthrithis. Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri pada persendian adalah dengan terapi
nonfarmakologis dengan senam lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam lansia terhadap
nyeri persendian pada lanjut usia. Serta menjadi upaya untuk membantu meningkatkan keseimbangan lansia dan
mengurangi risiko jatuh.
Framework dalam penelitian ini meliputi populasi lansia yang mengalami nyeri sendi dan beresiko jatuh,
intervensi yang dipilih adalah olahraga yaitu senam lansia. Penelitian yang ditelaah dalam artikel jurnal ini ada yang
menggunakan kelompok kontrol dan ada yang hanya kelompok perlakuan untuk mengetahui efek senam lansia
terhadap fungsi keseimbangan dan mengurangi risiko jatuh. Terapi yang diberikan adalah senam lansia. Intervensi yang
diberikan bervariasi ada yang dalam jangka waktu 6 hari, 20-30 menit, dan 16 kali pertemuan durasi seminggu 3 kali.
Parameter yang diukur meliputi skala nyeri. Seluruh penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian terapi senam lansia
efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia.

B. PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census Amerika Serikat,
Indonesia dalam kurun waktu 1990-2025 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia sebesar 414 %. Pada
tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia mencapai 24,4 juta orang atau 10% dari seluruh penduduk Indonesia saat itu
dan pada tahun 2020 akan mencapai sebesar 30 juta orang (Hutapea, 2005: dalam Adnyana, 2013). Penyakit yang
sering dialami pada lansia adalah nyeri pada persendian. Semua sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran,
termasuk pada sistem muskuloskeletal lansia sering mengalami rematik, penyakit gout, nyeri sendi dan lumbago
(Maryam, 2008). Senam lansia sedang digencarkan pemerintah untuk menjaga kondisi kesehatan dan fleksibilitas
tubuh lansia. (Tamsuri, 2003: dalam Rahman, 2013) mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
bagaimana individu tersebut berespon terhadap nyeri yang secara langsung berkaitan dengan kecemasan individu tentang
nyeri yang dialaminya. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna
kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu
sendi yang terserang (Santoso, 2009: dalam Suharjono,dkk, 2013). Masyarakat sering keliru menganggap semua nyeri sendi
disebabkan oleh asam urat atau penyakit rematik. Kedua penyakit ini memang dapat menyebabkan nyeri sendi, tetapi
sebenarnya jarang terjadi. Semua sistem dalam lansia mengalami kemunduran, termasuk pada sistem
Muskuloskeletal, lansia sering mengalami rematik, nyeri sendi dan lumbago (Maryam,2008: dalam Suharjono,dkk,
2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap nyeri persendian pada lansia.
C. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode experimental one group pretest –
postest design. Populasi yang digunakan adalah lansia yang mengalami keluhan nyeri persendian terutama dilutut.
Intervensi yang dipilih yaitu olahraga senam lansia dan tidak ada intervensi pembanding. Outcome yang diukur
adalah berkurangnya nyeri pada persendian. Strategi pencarian referensi jurnal yaitu menggunakan kata kunci
“intervensi senam lansia terhadap nyeri” dengan kata kunci tersebut menampilkan kurang lebih 50 artikel. Artikel dan
abstrak direview untuk memilih studi pendahuluan yang sesuai dengan kriteria.

D. RINGKASAN STUDI
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini menggunakan kelompok kontrol dan perlakuan, namun ada yang
tanpa kelompok kontrol. Dengan menggunakan metode experimental one group pretest – postest
design.Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah senam lansia. Ada yang langsung pada gerakan
senam lansia namun ada pula yang harus melakukan pemanasan, latihan inti I, latihan inti II, dan pendinginan.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden bervariasi, ada yang dilakukan selama 6 hari, ada yang 20-30
menit, sampai 16 kali pertemuan dengan durasi seminggu 3 kali.
Outcome yang diukur dari studi yang direview adalah tingkat nyeri. Terdapat beberapa parameter nyeri yang
diukur. Seperti skala nyeri VAS atau bourbanis, lembar observasi, skala nyeri Numeric Rating Scale, dan
WOMAC. Dimana alat ukur tersebut digunakan dengan tujuan memeriksa tingkat nyeri berkurang ataupun tidak
setelah diberikan intervensi senam lansia.
Penelitian yang baik memiliki subjek penelitian dengan pendekatan random agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan dan menekan adanya bias dalam penelitian. Namun pada studi pendahuluan ini ada salah satu artikel
non random sampling. Dimana sangat rawan dan beresiko bias. Upaya meminimalkan bias dalam penelitian selain
menggunakan teknik random sampling desain penelitian terbaik yaitu Randomized Control Trial karena melalui
desain penelitian ini alokasi subjek secara random baik ke dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dan
adanya blinding pada subjek dan terapis memungkinkan hasil atau outcome penelitian yang homogen.
Hasil dari penelitian yang direview pada studi ini menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana parameter nyeri yang
diukur pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelum diberikan terapi. Berkaitan dengan hal
ini dijelaskan bahwa senam lansia menjadi salah satu bentuk latihan ringan yang digunakan untuk melatih otot dan
persendian. Pengaruh dari latian fisik ini akan meningkatkan kemampuan otot sendi apabila otot sendi sering dilatih atau
digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Nyeri lutut yang paling sering menyerang yaitu pada
wanita dibanding pria. Ini berhubungan dengan menopouse. Pada periode ini hormone estrogen tidak berfungsi lagi,
sementara salah satu hormone ini adalah untuk mempertahankan massa tulang (Rianfisio, 2009).

E. IMPLIKASI TERHADAP PRAKTIK


Penelitian yang ditelaah dalam studi ini menunjukkan bahwa olahraga khususnya senam lansia dapat membantu
meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan otot sendi apabila sering dilatih atau digerakkan maka cairan
sinovial pada sendi akan meningkat. Pemberian senam lansia ini dapat digunakan oleh siapapun tanpa mengeluarkan
uang. Khususnya perawat komunitas bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan lansia di
suatu instansi. Intervensi ini dapat diperkuat dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan
jatuh dengan modifikasi lingkungan serta meminimalkan resiko jatuh akibat nyeri persendian pada lansia.
F. KESIMPULAN
Hasil review yang dilakukan pada 3 penelitian menyimpulkan bahwa senam lansia efektif dalam mengurangi
nyeri persendian pada lansia. Senam yang dilakukan hanya beberapa menit sudah bisa mengurangi nyeri dengan baik,
serta mengurangi risiko jatuh pada lansia akibat nyeri sendi. Peran perawat penting dalam menunjang hal tersebut.
Perawat dapat bertindak sebagai konsultan maupun fasilitator yang menjamin keberlanjutan program olahraga bagi
lansia dan berperan aktif dalam usaha mensejahterakan masa lanjut usia terutama pencegahan risiko jatuh dengan
nonfarmakologi.

G. SARAN
1. Peran serta anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga lansia dari risiko jatuh serta mendukung
untuk selalu berolahraga
2. Apabila melakukan penelitian yang sama hendaknya gerakan senam ditentukan, dipilah, dan dipilih sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan lansia
3. Perlu adanya sosialisasi terhadap lansia tentang manfaat hidup sehat dengan aktif berolahraga sehingga
memotivasi lansia lebih semangat dalam upaya kesejahteraan masa tua
No Penulis, tahun Perlakuan Kontrol Sampel Metode Random Hasil
. Yang diukur Temuan
1 Afifka et al, 2012 6 hari senam Tidak ada 15 lansia Experimental one Ya 1. Skala Perlakuan efektif
lansia kelompok berusia 55-75 group pretest – postest Nyeri
kontrol tahun dengan design VAS atau
nyeri lutut bourbanis
2. Lembar
observasi

2 Suharjono et al, Senam lansia Tidak ada 20 lansia Quasy experiment Ya Skala nyeri Perlakuan >
2014 20-30 menit intervensi berusia 65-70 one group pretest- kontrol
tahun dengan postest design
nyeri
persendian
3 Ryan, 2016 Senam bugar Tidak ada 15 orang lansia Experimental one Tidak Sakala nyeri Perlakuan efektif
lansia 16x dengan kelompok group pretest- postest menggunakan
durasi kontrol design Numeric Rating
seminggu 3x Scale and WOMAC
REFERENSI

Ayu dan Warsito, (2012). pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut, jurnal nursing studies, Vol.1,
No.1.
Cigolle CT, Langa KM, Kabeto MU, Tian Z, Blaum CS. 2007. Geriatric conditions and disability: the health and retirement
study. American College of Physicians. 147(3):156-164.
Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gardner MM, Robertson MC, Campbell AJ. Exercise in preventing falls and falls related injuries in older people: a review of
randomised controlled trials. Br J Sport Med 2000;34:7-17.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris. 6th ed. New York, NY: McGraw- Hill.
Kannus P, Sievänen H, Palvanen M, Järvinen T, Parkkari J. Prevention of falls and consequent injuries in elderly people.
Lancet 2005 366:1885-1893
Maryam, Siti. (2008). “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika
Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes: revisited. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Putra
Rahmanda, (2016). Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Nyeri Persendian Pada Posyandu Lansia
Karang Werdha Kedurus Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga Vol 06 No. 2. Universitas Negeri Surabaya
Suharjono, dkk (2014). Pengaruh Senam lansia Terhadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan
Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya. Jurnal Pendidikan Ners, Universitas Airlangga
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
Tinetti ME. 2003. Preventing Falls in Elderly Persons. N Engl J Med 348;1:42-49.
LAMPIRAN

DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 60 – 65
Online di :

PEMBERIAN INTERVENSI SENAM


LANSIA PADA LANSIA DENGAN NYERI LUTUT

Afifka Dyah Ayu D1), Bambang Edi Warsito2)

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,


Universitas Diponegoro (email: afifka_08@yahoo.com)
2) Staf Pengajar Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro (email: Warse07@yahoo.co.id)

Abstract

Aging is a process of eliminating the network's ability to repair itself gradually. Elderly
tend to get the decreased on the musculoskeletal system. The decreased of the
musculoskeletal system is characterized by pain in the joints, for example the knee joint.
Knee pain is a regenerative joint diseaseand also one signs and symptoms of
osteoarthritis. One way to reduce the knee pain is using the non-pharmacologic therapy
with elderly gymnastic. The purpose of this research is to provide elderly exercise
intervention in older adults with knee pain to reduce the pain. The benefit of this research
is to train the ability of muscles and joints to reduce the knee pain scale in the elderly.
The method used a quantitative research design with experimental and one type of group
pre-post test design. The population in this study were elderly men and women in the
Social Rehabilitation Unit "Margo Mukti" Rembang District.The instrument used a VAS
pain scale or Baourbanis and observation sheet. Sampling used a minimum number of
samples for quantitative experimental studies as many as 15respondents. Implementation
of the elderly gymnastic can be done in the morning before breakfast for about 15 - 45
minutes. The research was conducted on February 27, 2012 until March 3, 2012 at the
Social Rehabilitation Unit "Margo Mukti” Rembang District. This study used a statistical
test of Wilcoxon. The resultof this research showed that the significance p-value 0.001,
which means the sig <α = (0.05). It was concluded that elderly gymnastic are effectively
overcome the knee pain in elderly at the Social Rehabilitation Unit"Margo Mukti"
Rembang District and this elderly gymnastic is expected to help community to reduce the
knee joint pain.

Key words: knee pain, elderly gymnastics, elderly

Abstrak

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami penurunan pada sistem
muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri
pada daerah persendian salah satunya pada sendi lutut. Nyeri lutut merupakan suatu
penyakit regeneratif sendi dan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis. Salah satu
upaya untuk mengurangi nyeri lutut adalah dengan terapi non farmakologis dengan
senam lansia. Tujuan penelitian adalah memberikan intervensi senam lansia pada lansia
dengan nyeri lutut untuk mengurangi nyeri lutut. Manfaat penelitian adalah melatih
kemampuan otot sendi dan menurunkan skala nyeri lutut pada lansia. Metode yang
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one group
pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun wanita
di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang. Instrumen atau alat yang
digunakan berupa skala nyeri VAS atau Baourbanis dan lembar observasi. Pengambilan
sampel menggunakan jumlah minimal sampel bagi penelitian kuantitatif eksperimental
yaitu sebanyak 15responden. Pelaksanaan senam lansia dapat dilakukan pada pagi
hari sebelum sarapan selama kurang lebih 15-45 menit. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 27 Februari 2012 sampai 3 Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti
Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai signifikansi p-value 0,001 yang berarti sig <α=(0,05).
Disimpulkan bahwa senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang dan diharapkan senam lansia ini
dapat membantu masyarakat atau lansia untuk mengurangi nyeri sendi lutut.

Kata kunci : nyeri lutut, senam lansia, lansia

Pendahuluan
Jumlah orang lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 7,28%
dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS,1992). Dari data USA-Bureau of the
Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga
lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4%
(Maryam, 2008).
Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap
suat penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia
cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada
sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan
bahkan dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik pada lansia. Nyeri
lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis (Taslim, 2001).
Perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental akan mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk tetap beraktivitas. Lansia dengan proses menua
akan berpengaruh terhadap penampilan, penyakit, penyembuhan dan
memerlukan proses rehabilitasi. Lansia mempunyai penampilan yang khas
seperti adanya tanda dan gejala lansia dalam berjalan karena adanya penurunan
pada regeneratif sendi sehingga menyebabkan lansia mengalami immobilitas
fisik. Banyak kasus degeneratif dengan gejala seperti nyeri muskuloskeletal.
Nyeri muskuloskeletal merupakan sindroma geriatrik yang paling sering dijumpai
dan berkaitan dengan masalah kesehatan pada usia lanjut (Taslim, 2001).
Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau
keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat
mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas
dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penanganan untukgangguan muskuloskeletal yang
pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi nyeri atau gejala yang
ditimbulkan (Martono, 2009).
Penelitian oleh Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras
yang berjudul “High-Dosage Medical Exercise Therapy in Patients with Long-
Term Subacromial Shoulder Pain” didapatkan hasil dengan pemberian terapi
latihan medik ada penurunan skala nyeri pada bahu dengan menggunakan skala
ukur VAS (Visual Analog Scale) (Havard, 2009).
Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu lansia dalam mengurangi
atau menurunkan skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

Dari penelitian terkait di atas peneliti bermaksud untuk melaksanakan


penelitian untuk menilai pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan
nyeri lutut.

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian eksperiment dan desain one group pre test-post test.
Penelitian ini melibatkan 15 lansia yang dijadikan responden sesuai dengan
kriteria inklusif, ekslusi dan bersedia menjadi responden dan menandatangani
surat persetujuan. Pengambilan sampel sesuai dengan syarat penelitian untuk
eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 hingga 3
Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.Alat
pengumpulan data menggunakan skala nyeri VAS atau Bourbanis dan lembar
observasi (Halimul, 2008). Pengambilan data penelitian dilakukan dengan
mengukur skala nyeri pada lansia sebelum dilakukan terapi senam lansia dan
setelah dilakukan terapi senam lansia dilakukan pengukuran skala nyeri lagi
selama 6 hari. Penelitian ini dilakukan selam 6 hari. Uji satistik menggunakan uji
Wilcoxon. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon dilakukan uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 responden.

Hasil Penelitian
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Unit
Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang Bulan Maret (n=15)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 6 40
Perempuan 9 60

Total 15 100
Usia (tahun)
55-60 3 20
61-75 12 80

Total 15 100

Tabel 1. menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin terbanyak


adalah perempuan yaitu sebanyak 9 lansia (60%), sebanyak 6 lansia (40%)
berjenis kelamin laki-laki. Responden yang berusia 61-75 tahun sebanyak 12
responden (80%) dan sebanyak 3 responden (20%) responden berusia 55-60
tahun.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

Tabel 2.
Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Lansia
Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten
Rembang (n=15)
No Skala Nyeri Frekuensi Persentase (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 0 (tidak nyeri) 0 13 0 86,7
2. 1-3 (nyeri ringan) 13 2 73,33 13,33
3. 4-6 (nyeri sedang) 2 0 13,33 0
Total 15 15 100 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut
sebelum diberikan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (73,33%) dengan
skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), dan sebanyak 2 responden (13,33%) dengan skala
nyeri 4 (nyeri sedang). Skala nyeri sesudah dilakukan terapi senam lansia
sebanyak 13 responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak nyeri) dan sebanyak 2 lansia
(13,33%) skala nyeri 1-3 (nyeri ringan).

Tabel 3
Efektifitas Senam Lansia Pada Lansia dengan Nyeri Lutut Di Unit Rehabilitasi
Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang (n=15)

Variabel N Mean Standart Standart Error of p-value


Deviasi Mean
Sebelum 15 0,213 0,352 0,091 0,001
Sesudah 15 0,27 0,704 0,182

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon


diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti sig < α (0,05). Nilai signifikansi 0,001 <
0,05 artinya hipotesa diterima. Kesimpulan dari penelitian pemberian terapi
senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit Rehabilitasi
Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.

Pembahasan
Lansia dengan jenis kelamin perempuan cenderung beresiko cidera. Pada
perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun mengalami penurunan pada
fleksibilitas otot. Hal ini dapat ditangani dengan meningkatkan kemampuan otot
lansia dengan senam. Senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi.
Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan
meningkat atau bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada sendi
dapat mengurangi resiko cidera pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut
pada lansia (Taslim, 2001).
Semakin bertambahnya usia pada seseorang maka, seseorang akan
kehilangan massa tulang pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita
sebesar 40-50%. Lansia cenderung mengalami penurunan pada fungsi
muskuloskeletal. Fungsi kartilago sendi mengalami penurunan sehingga,
kartilago akan menipis dan mengakibatkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi
apabila tidak segera ditangani maka dapat mengganggu mobilitas fisik pada
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

lansia. Otot sendi apabila digunakan untuk bergerak maka cairan sinovial akan
bertambah dan meningkat sehingga, lansia melakukan aktivitas dengan baik.
Apabila otot sendi tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka, cairan
sinovial ini akan tetap sehingga, tidak mengalami peningkatan (Sudoyo, 2006).
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri sesudah diberikan terapi senam
lansia ini sesuai dengan teori yang telah disampaikan bahwa senam lansia
merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan otot sendi apabila sering
dilatih atau digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Cairan
sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam sendi. Peningkatan cairan sinovial
ini dapat mengurangi resiko cidera sendi pada lansia (Taslim, 2001). Senam
lansia juga dapat memberikan kebugaran tubuh dan meningkatkan daya tahan
tubuh (Ambar, 2009).
Gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat memberikan dampak
immobilitas fisik pada lansia. Untuk mencegah immobilitas fisik pada lansia,
lansia dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti senam lansia, berjalan
dan lain-lain. Aktivitas fisik dapat memberikan pengaruh yang baik bagi
kesehatan tubuh pada lansia salah satunya adalah melatih kemampuan otot
sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi (Martono, 2009).
Penelitian terkait telah dilakukan olehHavard Osteras, Tom Arild
Torstensen dan Berit Osteras yang berjudul “High-Dosage Medical Exercise
Therapy in Patients with Long-Term Subacromial Shoulder Pain” didapatkan hasil
dengan pemberian terapi latihan medik ada penurunan skala nyeri pada bahu
dengan menggunakan skala ukur VAS (Visual Analog Scale)dan hasinya juga
terapi latihan medik dapat mengatasi nyeri bahu pada pasien(Havard, 2009). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa terapi
senam lansia dapat mengatasi nyeri lutut pada lansia dari skala nyeri ringan
hingga tidak nyeri.

Kesimpulan dan Saran


Pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut di Unit
Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang ini efektif untuk
mengatasi nyeri lutut pada lansia. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 9 lansia
(60%) dan laki-laki sebanyak 6 lansia (40%). Hasil penelitian berdasarkan usia
menunjukkan bahwa lansia dengan usia 61-75 tahun sebanyak 12 lansia (80%)
dan lansia dengan usia 55-60 tahun sebanyak 3 lansia (20%). Hasil penelitian
sesudah dilakukan terapi senam lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7%
lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia mempunyai skala
nyeri 1 atau skala nyeri ringan.
Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti
sig<α=(0,05). Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 artinya hipotesa diterima.
Kesimpulannya pemberian terapi senam lansia efektif mengatasi nyeri lutut pada
lansia.
Pemberian terapi senam lansia ini dapat digunakan oleh siapapun tanpa
mengeluarkan uang. Sebagai perawat komunitas terapi senam lansia dapat
diterapkan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan lansia di
suatu instansi. Terapi senam lansia efektif dalam mengurangi nyeri lutut pada
lansia.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua saya
Bapak Bambang SP dan Ibu Sri Purta’atun S.Pd. Pembimbing dan reviewer
artikel penelitian ini. Petugas Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten
Rembang. Responden atau lansia dalam penelitian ini yaitu lansia baik wanita
maupun laki-laki di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.

Daftar Pustaka
Ambar Suianti Universitas Negeri Yogyakarta.Pemanfaatan Moment 17 Agustus
Sebagai Sarana Senam. 2009.Diakses pada tanggal 2 Februari 2012
Pukul 13.00 WIB.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655987/LAPORAN%20PENELIT
IAN%20MENEGPORA_1.pdf
Dempsey, PA & Dempsey, AD. Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Alih
Bahasa: Palupi W. Jakarta : EGC.2002.
Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras.“High-Dosage Medical
Exercise Therapy in Patients with Long-Term Subacromial Shoulder Pain.
2009.
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=ef694981-a2f2-
4a39-9000-194d5353c30f%40sessionmgr13&vid=2&hid=12. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2011 pukul 10.00 WIB.
Hidayat, Aziz Alimul.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2
Cetakan ketiga.Jakarta: Salemba Medika.2008.
Martono, Hadi. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009.
Maryam, Siti S.Kp dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:
Salemba Medika. 2008.
Sudoyo W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Cetakan Kedua.Jakarta:
Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2006.
Wasis, S.kep,Ns.Pedoman Riset Praktis untuk Profesi
Perawat.Jakarta:EGC.2008.
Taslim, Hartono. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut.2001. Diakses
pada tanggal 1 Juni 2012 pukul 08.00 WIB.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072001/pus-1.html
10

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI


PERSENDIAN PADA LANSIA DI KELURAHAN KOMPLEK KENJERAN,
KECAMATAN BULAK, SURABAYA

(The Effect of Exercise with Decrease of Joint Pain in Elderly)

Suharjono*, Joni Haryanto*, Retno Indarwati*


*Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
email: suharjono5473@yahoo.com

ABSTRACT
The aging process has led to changes in the body's anatomical and function on the
elderly. Joint pain is one of the problems frequently encountered on elderly. Exercise in
elderly is one of motion excellent exercise therapy for maintaining health of the elder,
including reducing joint pain experienced. This study was aimed to know the effect of
exercise with decrease of joint pain in elderly at Kelurahan Komplek Kenjeran,
Kecamatan Bulak Surabaya. Design used was quasy experiment. Sample were 20
respondents taken according to inclusion criteria. The samples were divided in two
groups, treatment (10 respondents) and control (10 respondets). The independent
variable were exercise in elderly and dependent variable was joint pain scale. Data were
then analyzed using wilcoxon test and mann-whitney u test with α≤ 0,05. Wilcoxon signed
rank test results showed p=0.008 for treatment group and p=0.157 for control group.
Mann Whitney U test showed (p=0.513). It can be concluded that there were significant
relationship between exercise in elderly with improvement joint pain on elderly at
Kelurahan Komplek Kenjeran Kec. Bulak Surabaya in February 2014. It recommended
for nurses to improve the practice of gymnastics elderly to maintaining the health of
elderly. Further research expected to examine other factors that may can improvement
effect of joint pain on the elderly .

Keywords: joint pain, exercise, elderly

PENDAHULUAN Proses penuaan akan menyebabkan


perubahan anatomis, fisiologis dan
Keberhasilan pemerintah dalam biokimia pada tubuh, sehingga akan
Pembangunan Nasional, telah mempengaruhi fungsi dan kemampuan
mewujudkan hasil yang positif di tubuh secara keseluruhan (Depkes RI;
berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan 2004). Semua sistem dalam tubuh lansia
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, mengalami kemunduran, termasuk pada
kemajuan ilmu pengetahuan dan sistem muskuloskeletal lansia sering
teknologi, terutama di bidang kesehatan, mengalami rematik, penyakit gout, nyeri
sehingga dapat meningkatkan kualitas sendi dan lumbago (Maryam, 2008).
kesehatan penduduk serta meningkatkan Nyeri sendi adalah suatu peradangan
umur harapan hidup manusia. Akibatnya sendi yang ditandai dengan
jumlah penduduk yang berusia lanjut pembengkakan sendi, warna kemerahan,
meningkat dan bertambah cenderung panas, nyeri dan terjadinya gangguan
lebih cepat. Pada tahun 2000 jumlah gerak. Pada keadaan ini lansia sangat
lanjut usia meningkat menjadi 9,99% terganggu, apabila lebih dari satu sendi
dari seluruh penduduk Indonesia dengan yang terserang (Santoso, 2009).
umur harapan hidup 65 – 70 tahun
(Wahjudi, 2000).
10

BAHAN DAN METODE PEMBAHASAN


Desain penelitian ini adalah quasy-
experiment dengan rancangan one group Hasil dari penelitian didapatkan bahwa
pre-test and post-test. Populasi adalah dari kelompok perlakuan yang
lansia yang mengeluh nyeri persendian berjumlah 10 orang (100%) mengalami
di Kelurahan Komplek Kenjeran, nyeri persendian. Hal ini dikarenakan
Kecamatan Bulak, Surabaya sejumah 20 semakin tua seseorang maka dengan
orang. Variabel independennya adalah sendirinya akan muncul berbagai macam
senam lansia. Sementara variabel penyakit yang salah satunya adalah
dependennya adalah keluhan nyeri nyeri persendian. Nyeri berat pada
persendian. Data yang terkumpul responden mangakibatkan terganggunya
selanjutnya diolah dengan menggunakan aktivitas mereka sehingga para lansia
uji wilcoxon signed rank test dan mann- enggan melakukan aktivitas dan sering
whitney u test. untuk berdiam. Hal ini mengakibatkan
penurunan kapasitas fungsional tubuh.
HASIL PENELITIAN Padahal fenomena di masyarakat para
lanjut usia enggan mengikuti senam
Semua responden lansia di Kelurahan lansia. Jika lansia enggan mengikuti
Komplek Kenjeran Kecamatan Bulak kegiatan senam, malah akan
pada kelompok kontrol berusia 65-70 menyebabkan kekakuan tulang dan
tahun sebanyak 10 orang (100 %) untuk sendi yang menjadi penyebab timbulnya
kelompok perlakuan dan 10 orang nyeri persendian pada orang lanjut usia.
(100%) untuk kelompok kontrol.
Semakin bertambahnya usia, protein Hasil dari penelitian didapatkan bahwa
pembentuk tulang rawan sendi pada kelompok perlakuan mengalami
mengalami penipisan serta penggunaan perubahan pada nyeri persendian. Nyeri
sendi selama bertahun-tahun bersifat sangat subyektif serta
menyebabkan iritasi dan peradangan mempunyai manifestasi unik bagi
tulang rawan, sehingga menimbulkan masing-masing individu. Nyeri
nyeri sendi (Davies, 2007s). merupakan pengalaman yang komplek
dan melibatkan beberapa dimensi yaitu:
Dari hasil pengamatan pada responden dimensi fisiologis meliputi lokasi,
berdasarkan jenis kelamin yang konsep, durasi, etiologi. Dimensi
mengeluh nyeri persendian di Kelurahan sensoris meliputi: intensitas, kualitas
Komplek Kenjeran kecamatan Bulak dan pola nyeri. Dimensi afektif meliputi:
Surabaya didapatkan dari 10 responden suasana hati, ketidaknyamanan, dan
kelompok perlakuan, 10 responden depresi. Dimensi kognitif meliputi:
(100%) adalah wanita. Tabel diatas juga persaan nyeri, pandangan diri terhadap
menunjukan bahwa responden lansia nyeri, strategi dan kemampuan
pada kelompok kontrol didominasi oleh menanggulang nyeri, prilaku dan
jenis kelamin perempuan sebanyak 7 keyakinan serta factor-faktor yng
orang (70 %). Menurut penelitian di mempengaruhi nyeri itu sendiri.
Amerika Serikat, nyeri sering Dimensi tingkah laku meliputi:
menyerang wanita dibandingkan pria. komunikasi interaksi interpersonal,
Ini berhubungan dengan menopause. aktivitas fisik. Dimensi sosio kultural
Pada periode ini hormone estrogen tidak meliputi: kehidupan keluarga dan social,
berfungsi lagi, sementara salah satu respon di rumah dan di tempat kerja,
fungsi hormone ini adalah untuk faktor lingkungan dan keadaan sosial.
mempertahankan massa tulang
(Rianfisio, 2009). Berbagai cara bisa dilakukan untuk
meminimalkan resiko terserang
gangguan-gangguan persendian seperti
mencegah kegemukan, tidak
10

memaksakan diri untuk melakukan usia remaja atau dewasa, gerakan,


aktivitas fisik yang berbahaya atau jogging, lompat tidak boleh dilakukan.
diluar kemampuan, mengenakan alas Karena gerakan ini dapat memberikan
kaki yang nyaman, mengonsumsi pembebanan yang berat pada tulang
suplemen kesehatan seperti glucosamine belakang lansia. Tidak perlu terlalu
dan chondroitin untuk menjaga kondisi berat, cukup dengan gerakan pelan dan
prima persendian, melakukan latihan dapat diikuti oleh lansia yang
olahraga seperti senam lansia, yang mengandung unsur pemanasan dan
mana senam lansia merupakan suatu pendinginan. Di dalam senam lansia
aktivitas olahraga bagi lansia yang akan sudah mengandung unsur yang
membantu tubuh tetap lentur dan juga melibatkan kontraksi otot yang dinamis
memperkuat otot dan ligamen yang dan melibatkan banyak otot hal ini dapat
menstabilkan sendi. Kapasitas meningkatkan volume jantung (curah).
konsentrasinya pada gerakan sendi,
sambil meregangkan dan menguatkan Hal ini sesuai hasil penelitian yang
ototnya, karena otot-otot itulah yang dilakukan pada kelompok lansia di
membantu sendi untuk menopang tubuh. Kelrahan Komplek Kenjeran dari 10
Senam lansia berlangsung sekitar 20 – orang pada kelompok perlakuan, 9 orang
30 menit dan terdiri dari empat tahapan yang awalnya mengeluh nyeri sedang, 8
yakni pemanasan, latihan inti I, latihan orang yang mengalami penurunan nyeri
inti II, dan pendinginan. menjadi nyeri ringan. Oleh karena itu
lansia harus rutin mengikuti senam
Pada dasarnya nyeri persendian yang lansia sehingga dapat meningkatkan
sering dikeluhakan oleh kebanyakan kualitas hidup.
para lansia merupakan hal yang biasa
(fisiologis) namun jika nyeri dirasakan Pada perempuan kecepatan kehilanagn
sampai mengganggu aktivitas bahkan sama, tetapi akan semakin meningkat
istirahat lansia hal tersebut tidak bisa setelah menopause. Massa otot, jumlah
dibiarkan. Diperlukan tindakan nyata dan ukuran miokibra, jumlah dan besar
untuk mengurangi nyeri tersebut, tetapi unit motoris juga berkurang. Penurunan
kebanyakan lansia memilih obat-obatan area penampang lintang otot tungkai
anti nyeri yang biasa didapatkan di toko- dimulai sejak awal dewasa dan akan
toko atau di warung terdekat. Padahal dipercepat setelah umur 50 tahun.
ada cara yang lebih sehat untuk
mengurangi hal tersebut diantaranya KESIMPULAN DAN SARAN
dengan melakukan kebiasaan hidup
sehat dan berolahraga. Lansia di Kelurahan Komplek Kenjeran
mengalami penurunan nyeri sendi
Menjaga kesehatan begitu penting, salah setelah mengikuti senam lansia. Bagi
satu cara untuk menjaga kesehatan tenaga kesehatan agar senantiasa
adalah dengan melakukan olahraga yang memberikan penjelasan, motivasi
teratur. Bagi lanjut usia yang memang kepada para lanjut usia untuk mencegah
telah terjadi penurunan pada fungsi dan atau melambatkan kehilangan
organ dalam tubuhnya sangatlah fungsional tubuh dengan cara
dianjurkan untuk melakukan olahraga melakukan aktivitas sesuai dengan usia
yang aman untuk tubuh agar tidak dan melakukan olahraga yang aman
terjadi cedera yaitu salah satunya untuk mereka.
dengan melakukan senam lansia yang
aman dan membawa manfaat yang baik KEPUSTAKAAN
untuk kesehatan para lanjut usia.
Alimul, aziz, (2006). Kebutuhan dasar
Olahraga yang dimaksud disini tidaklah Manusia 1. Jakarta: EGC.
sama dengan senam (olahraga) untuk
10

Arundhati, Dita, Dkk., (2013). pengaruh Kozier, Barbara, et al. 2004 Assessing,
senam tai chi dan senam biasa Fundamentals of Nursing:
terhadap reduksi nyeri Concepts, Pro-cess and Practice,
osteoartritis lutut pada lansia di 2nd Ed. Pearson Education, Inc.
panti sosial tresna werdha “gau Kushariyadi, (2008). Asuhan
mabaji”, Jurnal Masyarakat Keperawatan pada Klien Lanjut
Epidemiologi Indonesia, Vol.2, Usia. Jakarta : Salemba Medika.
No.2. Kusnanto, Indarwati dan Mufidah,
Arif Muttaqin. (2008). Asuhan (2007). peningkatan stabilitas
Keperawatan Klien Gangguan postural pada lansia melalui
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : balance exercise, Jurnal Media
EGC. Ners, Vol.1, No.2.
Astuti, E., Winarni, S. & Sunarso, I., ( Martono, Hadi, (2009) Buku Ajar
2008). Pengaruh Senam Lansia Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu
terhadap Penurunan Keluhan Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta:
Sakit. Jurnal Kesehatan, (Online), Balai Penerbit Fakultas
6 (2): 105-112. Kedokteran Universitas
Astuti, Dwi, Dkk., (2007). menjaga Indonesia.
kesehatan usia lanjut di posyandu Maryam, R. Siti dkk. (2008). Mengenal
lansia sruni, Warta, Vol.10, No.2. Usia Lanjut dan perawatannya.
Ayu dan Warsito, (2012). pemberian Jakarta : Salemba Medika.
intervensi senam lansia pada Meriana dan Ahmad, (2012). hubungan
lansia dengan nyeri lutut, jurnal intensitas nyeri dengan stres
nursing studies, Vol.1, No.1. pasien osteoartritis di rsup h.
Brunner dan Suddarth, ( 2001). adam malik medan,Jurnal Home,
Keperawatan Medikal Bedah. Vol.2 No.1.
Edisi 8. Vol 2. Jakarta EGC Mery, Widyaiswara, (2012). pengaruh
Darmojo, Budi dan Hadi Martono, kompres hangat dalam
(2006). Buku Ajar Geriatri. menurunkan skala nyeri pada
Jakarta, Balai Penerbit FKUI . lansia yang mengalami nyeri
Davies,Kim, (2007). Buku Pintar Nyeri rematik di panti sosial resna
Tulang Dan Otot. Jakarta: werdha teratai palembang, Badan
Erlangga. Diklat, sumatera utara.
Dep. Kes RI. (2004). Prevalensi Nyeri Nugroho, Wahjudi, (2008).
Sendi pada Lansia. Jakarta. Keperawatan Gerontik dan
Depkes. RI., (1994). pedoman Geriatrik. Jakarta : EGC.
Pembinaan Kesehatan Usia Pamungkas, Yohanita, (2010). pengaruh
Lanjut. Jakarta : Pusdiknakes. latihan gerak kaki (stretching)
Easton, K., (1999). Gerontology terhadap penurunan nyeri sendi
rehabilitation nursing, W.B. ekstremitas bawah pada lansia di
Saunders Company, Philadelphia. posyandu lansia sejahtera gbi
Grant, Donovan., Jane, Mc. N., Peter, setia bakti kediri, Jurnal stikes
G., (2001). Koreksi Gerakan RS. Baptis,Vol.3, Edisi.1.
Senam Yang Membahayakan. Cet Pontoh, dkk., (2013), pengaruh senam
2. Jakarta: Raja Grafindo Persada. bugar lanjut usia terhadap kadar
Handono,Sri, dkk, (2013), Upaya kolesterol, jurnal biomedik (jbm),
Menurunkan Keluhan Nyeri Lutut vol.5, no.1.
Pada Lansia Di Posyandu Lansia Pujiastuti, Sri (2003). Fisioterapi Pada
Sejahtera , Jurnal Stikes, Vol.6, Lansia. Jakarta: EGC.
No.1. Rachmawati Dkk., (2006). Nyeri
Heru, Adi, (2003). Kader Kesehatan musculoskeletal dan
Masyarakat 2. Jakarta:EGC. hubungannya dengan kemampuan
fungsional fisik pada lanjut usia,
11

Jurnal Universa Medicina,


Vol.25, No.4
Sientia, Fathirina, (2012). pengaruh
latihan senam aerobik terhadap
perubahan berat badan pada
peserta klub kebugaran, Jurnal
Home, Vol.1, No.1.
Smeltzer, Susanne C, Bare Brenda G.,
(2002). Buku Ajar Keperawatan
Media Bedah Brunner dan
Suddart vol. 1 edisi 8 Jakarta :
EGC.
Suhardo,Mamik. (2007). Senam Bugar
Lansia..Tanggal 27 Oktober 2013,
http://anyogya.wordpress.com/.
Sukartini dan Nursalam, (2009).
manfaat senam tera terhadap
kebugaran lansia, Jurnal.
Penelitian Medika Eksakta, Vol.
8, No. 3.
Watson,Roger, (2003). Perawatan Pada
Lansia. Jakarta:EGC.
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 No 2 edisi Oktober 2016 hal 238-

PENGARUH SENAM BUGAR LANSIA TERHADAP NYERI PERSENDIAN PADA


POSYANDU LANSIA KARANG WERDHA KEDURUS SURABAYA

Ryan Rahmanda Putra


Mahasiswa S-1 Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya, ryanrahmandaputra@gmail.com

Dr. Noortje Anita Kumaat, M.Kes


Dosen S-1 Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Lanjut usia adalah suatu keadaan yang akan dialami oleh setiap orang. Pada usia lanjut tubuh mengalami penurunan
pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada persendian dan
juga melemahnya fungsi otot. Nyeri persendian banyak dirasakan setiap lanjut usia saat ini. Salah satu upaya untuk
mengurangi nyeri pada persendian adalah dengan terapi non farmakologis dengan senam bugar lansia. Tujuan penelitian
adalah mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap nyeri pesendian pada lanjut usia. Metode yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one group pre- test dan post test design. Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun wanita di Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Instrumen yang digunakan berupa skala nyeri Numeric Rating Scale dan WOMAC. Sampel 15 orang pemilihan dengan
teknik purposive sampling. Hasil perhitungan data pre-test mempunyai rata-rata 4,00 dan post-test 2,67, standart deviasi
pre-test 2,507 dan post-test 1,633. Hasil perhitungan nyeri persendian sebelum dan sesudah diberi latihan senam bugar
lansia diperoleh nilai t hitung sebesar 6,325. Jika hasil nilai dari t hitung > nilai t tabel maka, penelitian tersebut dinyatakan
ada pengaruh. Hasil nilai dari t hitung 6,325 > t tabel 1,76131 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penurunan nyeri persendian pada lansia di Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Kata kunci : Senam bugar lansia, Lanjut usia, Nyeri persendian

Abstract
Post-aged is a condition that will be experienced by everyone. On the post-aged, human body will get the decrease of
muskuloskeletal system. The decrease of muskuloskeletal system is signed by the presence of base pain and the weaken
of muscle function. Post-aged will feel base pain more often than the elder. One of the ways to decrease base pain is by
non farmakologis therapy of Post-aged gymnastic. The aim of this research is to find the effect of Post-aged gymnastic
on the the presence of base pain of Post-aged. The methodology used in this study is quantitative-experimental research
with design one grouppre- test and post test design. The sampling in this research is male post-aged and female post-
aged in Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus, Surabaya. The instrumen used in this study are the Numeric Rating
Scale and WOMAC. The participant of the study are fiften people choosen by purposive sampling technic.The results of
the study from pre-testare approximately 4,00 and post-test 2,67, devitiation standard of pre-test 2,507 and post-tes
1,633. If the results of the presence of base pain before and after given Post-aged gymnastic are t value was 6,325. If the
value of t value > value of t table, this research is admited that there is an effect between Post-aged gymnastic and the
presence of base pain. Furthermore, the result of the study shows t value 6,325 > t table 1,76131. This research can be
concluded that there is an effect of post-aged gymnastic towards the decrease of the presence of base pain found on
Post-aged of Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.
Key Words : Post-aged Gymnastic, Post-aged, Base pain

pada persendian. Semua sistem dalam tubuh lansia


PENDAHULUAN mengalami kemunduran, termasuk pada sistem
muskuloskeletal lansia sering mengalami rematik,
Berdasarkan laporan data penduduk penyakit gout, nyeri sendi dan lumbago (Maryam, 2008).
internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census
Amerika Serikat, Indonesia dalam kurun waktu 1990- Senam lansia sedang digencarkan pemerintah
2025 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia untuk menjaga kondisi kesehatan dan fleksibilitas tubuh
sebesar 414 %. Pada tahun 2015, jumlah lansia di lansia. (Tamsuri, 2003: dalam Rahman, 2013)
Indonesia akan mencapai 24,4 juta orang atau 10% dari mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
seluruh penduduk Indonesia saat itu dan pada tahun 2020 mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
akan mencapai sebesar 30 juta orang (Hutapea, 2005: seseorang pernah mengalaminya. Kondisi ini dipengaruhi
dalam Adnyana, 2013). Penyakit yang sering dialami oleh bagaimana individu tersebut berespon terhadap
pada lansia adalah nyeri nyeri,

1
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 No 2 edisi Oktober 2016 hal 238-

yang secara langsung berkaitan dengan kecemasan


Frekuensi Presentase
individu tentang nyeri yang dialaminya. Nyeri sendi No Skala Nyeri
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan
pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan 1 0 (Tidak Nyeri) 0 0 0 0
1-3 (Nyeri
terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia 2 Ringan) 8 10 53,33 66,67
sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang 4-6 (Nyeri
terserang (Santoso, 2009: dalam Suharjono,dkk, 2013) 3 Sedang) 4 5 26,67 33,33
7-9 (Sangat
4 Nyeri) 3 0 20,00 0
Masyarakat sering keliru menganggap semua 10 (Nyeri Luar
nyeri sendi disebabkan oleh asam urat atau penyakit 5 Biasa) 0 0 0 0
rematik. Kedua penyakit ini memang dapat menyebabkan Total 15 15 100 100
nyeri sendi, tetapi sebenarnya jarang terjadi. Semua
sistem dalam lansia mengalami kemunduran, termasuk Dari tabel menunjukkan bahwa skala nyeri pada
pada sistem Muskuloskeletal, lansia sering mengalami lansia dengan nyeri persendian sebelum diberikan
rematik, nyeri sendi dan lumbago (Maryam,2008: dalam perlakuan senam bugar lansia sebanyak 8 orang sampel
Suharjono,dkk, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk (53,33%) dengan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), sebanyak
mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap nyeri 4 orang sampel (26,67%) dengan skala nyeri 4-6 (nyeri
persendian pada lansia sedang), dan sebanyak 3 orang sampel (20,00%) dengan
skala nyeri 7-9 (sangat nyeri). Skala nyeri sesudah
dilakukan terapi senam lansia sebanyak 10 orang sampel
METODE (66,67%) dengan skala 1-3 (nyeri ringan) dan sebanyak 5
Metode yang digunakan adalah penelitian orang sampel (33,33%) skala nyeri 4-6 (nyeri sedang).
kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one Pada lansia akan mengalami penurunan kondisi
group pre- test dan post test design. Sampel dalam fisik tubuh, terutama pada kondisi muskuloskeletal dan
penelitian ini adalah lansia baik pria maupun wanita di persendiannya. Semakin bertambahnya usia pada
Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya. seseorang maka, seseorang akan kehilangan massa tulang
Instrumen yang digunakan berupa skala nyeri Numeric pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita sebesar
Rating Scale dan WOMAC. Sampel 15 orang pemilihan 40-50% (Ayu : 2012).
dengan teknik purposive sampling. Senam bugar lansia adalah salah satu bentuk
Sampel diambil data awal berupa skala nyeri latihan ringan yang digunakan untuk melatih otot dan
sendi kemudian sampel mendapatkan treatment berupa persendian yang dimana senam bugar lansia cocok untuk
senam bugar lansia selama 16 kali pertemuan durasi lansia. Gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat
seminggu 3 kali dengan waktu latihan bertambah setiap memberikan dampak pengurangan daya kerja fisik pada
minggunya, setelah itu diambil data akhir untuk lansia. Untuk mencegah pengurangan kondisi fisik yang
mengetahui perubahan rasa nyeri persendian setelah berlebihan pada lansia, lansia dianjurkan untuk
dilakukan treatment. Data di deskripsikan yang melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti senam
menghasilkan mean, data normalitas, standart deviasi dan bugar lansia, berjalan dan lain-lain. Aktivitas fisik dapat
uji hipotesis. memberikan pengaruh yang baik bagi kesehatan tubuh
pada lansia salah satunya adalah melatih kemampuan otot
HASIL DAN PEMBAHASAN sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi
. Data yang diperlukan dari hasil peneitian ini (Martono, 2009).
adalah hasil dari pre-test dan post-test dari angket yang Lansia perlu menjaga kesehatannya dengan
diberikan sebelum dan sesudah perlakuan berupa latihan berolahraga maupun menjaga asupan gizinya agar
senam bugar lansia selama 6 minggu sejak 13 April – 23 memiliki tubuh yang sehat, fleksibilitas tubuh baik dan
Mei 2016 di Posyandu Karang Werdha Kedurus tidak ketergantungan bantuan orang lain untuk
Surabaya. Terdapat juga 12 orang sampel dari 15 orang mengerjakan keperluannya sehari-hari seperti selogan
sampel yang mengalami penurunan nyeri persendian. utama Posyandu lansia yaitu sehat, produktif dan
Data yang diperoleh harus diolah kembali untuk mandiri.
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Dengan kriteria Penelitian yang terkait telah dilakukan oleh Afifka
sebagai berikut : Dyah Ayu D dan Bambang Edi Warsito (2012) dengan
1. 0 = Tidak nyeri judul “Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia
2. 1-3 = Nyeri ringan Dengan Nyeri Lutut” diperoleh hasil bahwa terapi senam
3. 4-6 = Nyeri sedang lansia dapat mengatasi nyeri sendi lutut pada lansia.
4. 7-9 = Sangat nyeri Penelitian tersebut dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial
5. 10 = Nyeri luar biasa “Margo Mukti Kabupaten Rembang. Terkait dengan
penelitian yang diadakan selama 6 minggu dengan
intensitas latihan 3 kali seminggu, senam bugar lansia
dapat mengurangi nyeri persendian lansia pada Pusyandu
Lansia Karang Werdha Kedurus Surabaya.

2
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 No 2 edisi Oktober 2016 hal 238-

PENUTUP Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. 2009.
Simpulan Putra, Andy Utama. 2015. Pengaruh Senam Lansia
Terhadap Indeks Masa Tubuh Pada Wanita Usia
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh 60 Tahun Keatas di Club Lansia Anggrek
senam bugar lansia terhadap nyeri persendian pada lansia Karangpilang. Skripsi tidak diterbitkan.
di Posyandu Karang Werdha Kedurus Surabaya, dapat Surabaya. Program Studi S-1 Ilmu
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian senam
Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan
bugar lansia terhadap pengurangan nyeri persendian yang
dirasakan lansia pada Posyandu Lansia Karang Werdha Universitas Negeri Surabaya.
Kedurus Surabaya karena nilai t hitung 6,325 > t tabel Rahman, Irfan Hi A. 2013. Pengaruh Senam Lansia
1,76131. Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada
Lansia di Kelurahan Tammua Wilayah Kerja
Saran Puskesmas Rappokalling Makassar Sulawesi
Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Sulawesi
1. Sesuai dengan hasil penelitian, maka sebaiknya
senam bugar lansia dengan teknik yang benar Selatan: Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
menjadi salah satu kegiatan yang disarankan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dilakukan oleh lansia untuk menjaga fleksibilitas Makassar.
tubuh agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung:
tanpa merasakan nyeri yang berlebih akibat Penerbit Alfabeta.
kekakuan sendi. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT.
2. Agar mendapat kondisi fisik yang sesuai untuk Tarsito Bandung.
menjaga dan meningkatkan fungsi gerak tubuh, Suharjono, Dkk. 2014 “Pengaruh Senam Lansia
hendaknya anggota Posyandu Lansia Karang Terhadap Perubahan Nyeri Persendian Pada
Werdha Kedurus Surabaya tetap menjaga asupan Lansia di Kelurahan Komplek Kenjeran,
pola makan, olahraga teratur, dan istirahat yang Kecamatan Bulak, Surabaya”. Jurnal Ilmiah.
cukup. Vol. 2 (2): hal. 106-110.
3. Lebih banyak lagi membaca penelitian yang Suhendriyo. 2014. “Pengaruh Senam Rematik
terkait dengan fleksibilitas persendian pada lansia
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada
agar menambah wawasan tentang kesehaatan
Penderita Osteoarthritis Lutut di Karangasem
lansia.
Surakarta”. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.
Volume 3 (1): hal. 1-6.
Syahdan, Muhaimin. 2015. Pengaruh Senam Tai Chi
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Tekanan Darah Pada Wanita Usia 60-
80 Tahun Penderita Hipertensi di Club Lansia
Adnyana, I Wayan Widhi. 2013. Pengaruh Senam
Anggrek Karangpilang Surabaya. Skripsi Tidak
Lansia Terhadap Kemampuan Fungsional Pada
Diterbitkan. Surabaya: Program Studi S-1
Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan
Surabaya.
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi
S-1 Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran (diakses 12 Februari 2016).
Arundhati, Dita, Dkk. 2013. “Pengaruh Senam Tai
Chi dan Senam Biasa Terhadap Reduksi
Nyeri Osteoarthritis Lutut Pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”
Gowa Tahun 2013”. Jurnal Masyarakat
Epidemiologi Indonesia. Vol. 2 (2): hal. 83-86.
Ayu, Afifka Dyah, Dkk. 2012. “Pemberian
Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan
Nyeri Lutut. Universitas Diponegoro”. Jurnal
Nursing Studies. Vol. 1 (1): hal. 60-65.
Laksono, Krisyani, dkk. 2014. Pedoman Penulisan
Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Martono, Hadi. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta: Balai

Anda mungkin juga menyukai