Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERWATAN KRITIS DAN EMERGENCY PADA PASIEN DISLOKASI

Disusun oleh :

Meyda Nurulcahyani
Natalia Reasoa
Riska Oktapiani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

ANGKATAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperwatan Kritis dan Emergency pada Pasien Dislokasi dan Spaindan Strain”. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
program Studi S1 Keperawatan STIKes Banten dengan baik. Dalam menyusun makalah ini,
kami sebagai penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah
mendukung terselesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tangerang Selatan, 10 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

I. PENDAHULUAN ............................................................................................

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................

II. DASAR TEORI ...............................................................................................

2.1 Definisi ...........................................................................................................

2.2 Etiologi ............................................................................................................

2.3 Patofisiologi ...................................................................................................

2.4 Pathflow .........................................................................................................

2.5 Manifestasi Klinik ..........................................................................................

2.6 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................

2.7 Penanganan Medis dan Keperawatan ............................................................

III. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................

3.1 Pengkajian kegawat daruratan (a, b, c, d, e) ...................................................

3.2 Analisa Data ....................................................................................................

3.3 Nursing Diagnosis ...........................................................................................

3.4 Intervensi dan Rasionalisasi ............................................................................

IV. REFERENSI ...................................................................................................


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MEYDA

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dislokasi?
2. Apa saja etiologi dari dari dislokasi?
3. Bagaimana patofisiologis dari pasien dislokasi?
4. Bagaimana pathflow dari dislokasi?
5. Apa saja manifestasi klinik dari dislokasi?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dislokasi?
7. Bagaimana penanganan medis dan perawatannya pada pasien dislokasi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dislokasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari dislokasi.
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari dislokasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari pasien dislokasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana pathflow dari dislokasi.
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinik dari dislokasi.
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dislokasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana penanganan medis dan perawatannya pada pasien
dislokasi.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diberika pada pasien
dislokasi.
DASAR TEORI

A. Definisi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth, 2002).
B. Etiologi
Factor predisposisi, diantaranya :
1. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
2. Trauma akibat kecelakaan.
3. Trauma akibat pembedahan ortopedi.
4. Terjadi infeksi di sekitar sendi.
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendiri ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligament sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik
karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal
tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan tilmbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, dilakukan adanya reposisi dengan cara bidai.
D. Pathflow

MEYDA

E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri.
2. Perubahan kontur sendi.
3. Perubahan panjang ekstremitas.
4. Kehilangan mobilitas normal.
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
6. Deformitas.
7. Kekakuan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto X-ray : untuk menentukan arah dislokasi dan apakah
disertai fraktur.
2. Foto rontgen : menentukan luasnya degenerasi dan
mengesampingkan malignasi.
3. Pemeriksaan radiologi : tampak tulang lepas dari sendi.
4. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap dapat dilihat adanya tanda-tanda
infeksi seperti peningkatan leukosit.
G. Penanganan Medis dan Keperawatan

MEYDA

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Kegawat Daruratan


a. Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
2. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit atau tidak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b. Pengkajian sekunder
1. Aktivitas/istirahat
a) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b) Keterbatasan mobilitas.
2. Sirkulasi
a) Hipertensi (terkadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas).
b) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah).
c) Takikardi.
d) Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera.
e) Capillary refill melambat.
f) Pucat pada bagian yang terkena.
g) Masa hematoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
a) Kesemutan.
b) Kelemahan.
c) Deformitas local, agulasi abnormal, pemendekan,rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
d) Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
4. Kenyamanan
a) Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang dengan
imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan syaraf.
b) Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
5. Keamanan
a) Laserasi kulit.
b) Perdarahan.
c) Perubahan warna.
d) Pembengkakkan local.
B. Analisa Data

MEYDA

C. Nursing Diagnosis
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, seperti
bedah permukaan, pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi
eksresi atau sekret/imobilisasi fisik.
Tujuan : kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan
kerusakan rangka neuromuscular.
Tujuan : kerusakan mobiltas fisik dapat berkurang.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran
darah, seperti cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan
pembentukan thrombus.
Tujuan : disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,
kerusakan kulit dan trauma jaringan.
Tujuan : resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan : pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah.
D. Intervensi dan Rasionalisasi
1. Nyeri
a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10).
Perhatikan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan
dan kebutuhan untuk/keefektifan analgesic.
b) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pembebat, dan traksi.
Rasional : meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang/tegangan jaringan yang cedera.
c) Tinggikan dan sokkong ekstremitas yang terkena.
Rasional : menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa
nyeri.
d) Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional : mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan
memudahkan resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi
inflamasi pada jaringan yang terkena.
e) Berikan alternative tindakan kenyamanan(massage, perubahan posisi).
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan local
dan kelelahan otot.
f) Dorong pengunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan
kelelahan otot.
g) Lukakan kompres dingin/es selama 24-28 jam pertama dan sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan udema/pembentukan hematoma, menurunkan
sensasi nyeri.
h) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Rasional : diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
2. Kerusakan integritas
a) Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
Rasional : memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-
masalah yang mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya
edema.
b) Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang
kering dan bebas kerutan.
Rasional : menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko
abrasi/kerusakan kulit.
c) Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi penekanan yang terus menerus pada posisi tertentu.
d) Gunakan bed matres/air matres.
Rasional : mencegah setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh yang
kurang gerak efektif untuk mecegah penurunan sirkulasi.
3. Gangguan mobilitas fisik
a) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap imobilitas.
Rasional : mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisik
actual, mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam
meningkatkan kemajuan kesehatan pasien.
b) Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan
rangsang lingkungan.
Rasional : memeberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy,
memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control diri dan
membantu menurunkan isolasi social.
c) Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
Rasional : meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mecegah
kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena tidak digunakan.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
a) Kaji kembali kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari
fraktur.
Rasional : pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat
normal terjadi dengan adanya syndrome comfartemen syndrome karena
sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.
b) Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.
Rasional : lemahnya rasa/kebal, meningkatkan penyebaran rasa sakit
terjadi ketika sirkulasi ke saraf tidak adekuat atau adanya trauma pada
syaraf.
c) Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.
Rasional : panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko
terjadinya injuri dengan adanya fraktur di kaki, edema/comfortamen
syndrome/malposisi dari peralatan traksi.
d) Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.
Rasional : peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf,
khususnya di aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.
e) Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit
dingin, perubahan mental.
Rasional : in adekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
f) Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasi
dengan adanya compartemen syndrome.
Rasional : mencegah aliran vena/mengurangi edema.
5. Resiko infeksi
a) Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
Rasional : pen atau kawat yang dipasang masuk melalui kulit dapat
memungkinkan terjadinya infeksi tulang.
b) Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri /rasa terbakar atau
adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.
Rasional : dapat mengindikasikan timbulnya infeksi local/nekrosis
jaringan dan dapat menimbulkan osteomielitis.
c) Berikan perawatan pen/kawat streil sesuai protocol dan latihan mencuci
tangan.
Rasional : dapat mencegah kontamintasi silang dan kemungkinan infeksi.
d) Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit
kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.
Rasional : tanda perkiraan infeksi gangrene.
e) Kaji tonus otot, reflex tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.
Rasional : kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia
menunjukkan terjadinya tetanus.
f) Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan oedema local/eritema
ekstremitas cedera.
Rasional : dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.
g) Lakukan prosedur isolasi.
Rasional : adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan
luka/linen untuk mencegah kontaminasi silang.
h) Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotic IV/topical dan tetanus
toksoid.
Rasional : antibiotic apektrum luas dapat digunakan secara profilatik atau
dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
a) Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan informasi.
b) Beri penguatan mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis
fisik bila diindikasikan.
Rasional : banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama
prosesn penyebmbuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan penyembuhan
dapat terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan penggunaan alat ambulasi.
c) Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri
dan yang memerlukan bantuan.
Rasional : penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan
bantuan.
d) Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di
bawah fraktur.
Rasional : mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot,
meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.
e) Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
Rasional : penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk
sembuh lengkap dan kerja sama pasien dalam program membantu untuk
penyatuan yang tepat dari tulang.
f) Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa
otot kurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada sendi di atas
dan di bawah bagian yang sakit dan gunakan alat bantu mobilitas, contoh
verban elastic, bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.
Rasional : kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri
sementara sekunder kehilangan dukungan.

REFERENSI

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta : EGC.
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai