Dosen Pembimbing :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas di Stase Keparawatan Gerontik
Disusun oleh :
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. A dengan Sindrom Geriatri Demensia di Desa Widoropayung Kecamatan Besuki
Kabupaten Situbondo, telah dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober – 17 Oktober 2020, oleh mahasiswa Praktik Profesi
Ners,
NIM : 2001031041
Diagnosis Keperawatan :
1. Gangguan memori berhubungan dengan gangguan kognitif proses penuaan ditandai dengan merasa mudah lupa
dengan kejadian ataupun janji yang telah dibuat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma akibat jatuh ditandai dengan meringis saat akan berjalan dan bangun tidur
(melakukan aktivitas)
3. Resiko jatuh berhubungan dengan proses penuaan usia 81 tahun ditandai dengan menggunakan tongkat sebagai alat
bantu berjalandan kekuatan otot menurun
Mahasiswa Ners
NIM. 2001031041
Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., M.Kep Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S.Kep., M.Kes
NPK. 19841224 1 1103586 NPK. 15 03 614
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep Lansia
A. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena
itu kesehatan seorang lansia mendapat perhatian khusus dengan tetap mendapat perhatian khusus dengan
tetap dipelihra dan ditingkatkan agar selama mungkin apat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut sertaberperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).
Pengertian lanjut usia pasal 1 ayat 1 UU no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 1
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
Batasan usia lajut menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Dewi, 2014):
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun
3. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun
4. Usia sangat ua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun
B. Proses Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut (Maryam & dkk, 2015):
1. Teori biologi
Teori biologi
mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slowtheory, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
2. Teori psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan
psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsionalyang
efektif.
3. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,yaitu teori interaksi sosial (social
excange theory), theori penarikandiri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory),
teorikesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (developmenttheory), dan teori stratifikasi
usia (age stratification theory).
4. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertianhubungan individu dengan alam
semesta dan persepsi individu tentangarti kehidupan.
II. Konsep Gangguan Kognitif
2. Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini klien mengalami
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari menunjukkan gejala:
a. Sangat mudah lupa
b. Tidak dapat melakukan masak, membersihkan rumah, atau berbelanja
c. Bergatung kepada keluarga atau orang lain
d. Sulit berkomunikasi
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri
f. Senang berjalan tanpa arah
g. Checking
h. Trailing
i. Pottering
j. Perubahan perilaku
k. Adanya gangguan pribadi
l. Sering tersesat pada jalan yang sering dilewati
3. Stadium Lanjut
Pada stadium ini terjadi gejala lanjutan dari beberapa stadium awal:
a. Tidak mandiri
b. Tidak mengenali anggota keluarga
c. Tidak memhami peristiwa
d. Tidak mampu menemukan jalan sekitar rumah
e. Kesulitan berjalan
f. Inkontinensia
g. Menunjukkan perilaku tidak wajar
a. Penyakit degenerative
b. Penyakit Alzheimer
e. Penyakits erebrovaskular
f. Trauma
g. Penyaki tmenular
h. Hidrosefalus tekanannormal
i. Tumor otak
j. Depresi
k. Gangguan autoimun
l. Kecanduan alkohol
m. Gangguan metabolisme
n. Ketidakseimbangan elektrolit
o. Masalah tiroid
D. Patofisiologis Gangguan Fungsi Kognitif
penyebab terjadinya gangguan fungsi kognitif selain karena faktor usia yaitu salah satunya karena neuro
transmitor peptida karena somastostin menurun pada otak penyakit alzheimer. Ada kegagalan dalam sistem
transpor membran pada klien dengn penyakit alzheimer yang memungkinkan intraksi antara alumunium dan
kromatin yang menyebabkan perubahan patologis dalam sintesis protein dan perubahan neurofibrilar. Hal
tersebut juga dipengaruhi oleh genetik sehingga memungkinkan seseorang memiiki oenyakit gangguan
kognitif (Muttaqin, 2011)
E. WOC Gangguan Fungsi Kognitif
Adanya plak pada senilis mata Penurunan hipokampus pada otak (memori )
dan amigdala (sehingga tidak bisa menimpan
kenangan dengan baik)
Kelainan neurotransmitor
Mudah lupa
2. Genetik atau keturunan, riwayat keluarga mempunyai peran 40%, mutasi kromosom 1, 14, 19, dan21
3. Trauma kepala
4. Kurang pendidikan
5. Hipertensi sistolik
6. Sindrom Down
8. Depresi
9. Gangguan imunitas
10. Stroke
Maryam, R., & dkk. (2015). hubungan Tingkat Pendidikan dan Activity daily Living dengan Demensia Pada Lanjut Usia di
Panti Werdha. Staf Dosen Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Jakarta III.
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan . Jakarta: Salemba
Medika.
Ong. (2015). Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. Perhimpunan dokter Saraf Indonesia, 7-10.
WHO. (2015). The Epidemiology and Impact of Dimentia Current State and Future trens 1.
FORMAT ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK
TIM KEPERAWATAN GERONTIK
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. A
Umur : 81
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Madura
Agama : Islam
Status Pernikahan : Duda / meninggal
Tingkat Pendidikan : Tidak tamat Sd
Alamat Asal : Besuki
f. Alergi :
Tidak ada
g. Riwayat jatuh
Klien mengatakan pernah jatuh saat pergi ke sungai
5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan :
Klien mengatakan menikah 1 kali dan suami klien sudah meninggal
d. Pola kebiasaan :
Pagi hari saat bangu tidur klien solat subuh dengan posisi duduk, kemudian membersihkan diri dan
kadang membantu anaknya untuk memasak, namun sering tidak diperbolehkan oleh anaknya.
f. Jejaring sosial:
Klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga dekatnya.
d. Hematopoetic :
Tidak ada pembesaran kelenja getah bening
e. Kepala :
Kepala simetris, Kluit kepala bersih, rambut berwarna putih bersih,
f. Mata :
penglihatan rabun
g. Telinga:
Pendengaran tidak begitu baik
h. Hidung :
Hidung bersih tidak ada pendarahan
j. Leher :
Tidak ada kekakuan, tidak ada benjolan nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
k. Pernafasan :
I : Dada simetris, tidak ada lesi. Pembengkakan (-), batuk (-)
P: Suara perkusi pekak
P: Tidak ada nyeri tekan
A: Tidak ada suara tambahan
l. Punggung :
terdapat gangguan tulang belakang yaitu kifosis
m. Cardiovaskuler :
I : Tidak ada distensi vena jugularis, tidak terdapat cardiomegali
P : suara perkusi pekak
P : Tidak ada nyeri tekan
A : Irama reguler
n. Gastrointestinal :
I :Bentuk flat, tidak ada lesi
A : Bising usus 13x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : suara timpani
o. Perkemihan :
hematuria (-), BAK 5-4x/ hari, nyeri saat BAK (-), keluhan sakit BAK (-)
p. Genitalia :
Berjenis kelamin perempuan tidak ada kelainan
q. Persarafan :
tidak ada kaku duduk
r. Muskuloskeletal
Klien mengatakan nyeri pada kaki setelah melakukan aktivitas yang terlalu lama dan klien
mengatakan sakit pada punggung saat bangun dari tempat tidur
7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB :54 kg TB :110 cm BBI.............................kg
Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat penurunan nafsu 2
makan, masalah pencernaan atau akibat kesulitan menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan yang berat
1 = penurunan intake makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan 1
terakhir 0 = penurunan BB lebih dari 3
kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah dengan bebas
2 = dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 bulan terakhir? 2
0 = ya
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis 1
0 = demensia berat atau
depresi 1 = demensia ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin F1dengan poin F2
Jika BMI sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu dikaji
F2. Lingkar lengan atas 0
0 = LLA kurang dari 31 cm 3
= LLA lebih dari 31 cm
Total 8
Interpretasi :
8. PENGKAJIAN FUNGSI KESEIMBANGAN
TUG =30 detik
Interpretasi :pasien cenderung jatuh
b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan nomor telefon 1
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal 1
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1
4. Tidak dapat menggunakan telefon 0√
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1√
4. Tidak bisa berbelanja 0
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia 1√
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga 1
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan menata tempat 1
tidur
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1√
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1
3. Tidak mampu mencuci pakaian 0√
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun kendaraan 1
Pribadi
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian dengan moda 1
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1√
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0
5. Tidak bisa bepergian 0
G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang terpisah 1
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0√
H. Manajemen keuangan
1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1√
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan dalam mengatur 1
rekening
3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0
Skor 6
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3
3
mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
TOTAL 30 13
Interpretasi : Klien mengalami gangguan kognitif berat dengan nilai 13
b. SPSMQ
Benar Salah Nomor Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Di mana alamat Anda?
√ 5 Kapan Anda lahir?
√ 6 Berapa umur Anda?
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
5 6 Jumlah
Interpretasi : Klien mengalami kerusakan intelektual sedang dengan jumlah kesalahan 6.
11. PENGKAJIAN STATUS DEPRESI
Screening :
a. Dalam sebulan terakhir apakah Anda merasa sedih, putus asa dan tertekan ? (ya/tidak)
b. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda mengalami penurunan minat dalam beraktifitas ? (ya/tidak)
d. Yang dirasakan saat tidak dapat : Klien mengatakan tenang saat selesai solat
menunaikan ibadah
e. Makna dan tujuan hidup : Klien senang bisa berkumpul dengan keluarganya
f. Persepsi tentang kematian : Klien menganggap bahwa kematian akan datang kepada siapa saja.
13. PENGKAJIAN SOSIAL
Uraian Skor
1 ADAPTATION 2
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk membantu saya saat
saya mengalamikesulitan
2 PARTNERSHIP 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam membicarakan sesuatu
atau
mengungkapkan masalah pada saya
3 GROWTH 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan mendukung saya
untuk melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam mengekspresikan perasaan
dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam menluangkan
waktu bersama
Skor total 7
Interpretasi : Klien mengalami disfungsi normal
ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
07-10-2020 S : klien mengatakan lupa pada tanggal hari ini “huh, Gangguan memori Lanjut usia
loppaen kok cong tanggel brempa satiah”
07.30 WIB
O:
Proses menua
Pada pengkajian menggunakan MMSE : 13
(klien mendapatatkan nilai 13 yang artinya
Klien mengalami gangguan kognitif berat )
pada pengkajian menggunakan SPMSQ : 6
(klien menjawab pertanyaan salah dengan Asetikolen
jumlah 6 dengan interpretasi klien mengalami menurun pada
kerusakan intelektual sedang) otak
Hilangnya
kemampuan
mengingat
Mudah lupa
dengan kejadian
Hilangnya
kemampuan
menyelesaikan
masalah
Gangguan
memori
7-10-2020 S: Klien mengatakan nyeri pada bagian persendian Nyeri Akut Lanjut usia
dan punggung dan pada saat malam hari sulit tidur
07.30 WIB “riyah cong munjelen nyuk nyuk kok (memegang sendi
lutut) bik tengnga (dan punggungnya)
Proses menua
O: TTV
-Nadi : 86x/menit
nyeri akut
-TD : 140/90
Usia 81 tahun
07-10-2020 S : klien mengatakan tidak bisa melihat dengan jelas Resiko jatuh Lanjut usia
benda-benda disekitarny karena matanya sudah
rabun, dan nyeri pada lutut dan punggung
07.30 WIB Proses menua
07-10-2020 Nyeri akut berhubungan dengan trauma akibat jatuh ditandai dengan meringis
07.30 WIB saat akan berjalan dan bangun tidur (melakukan aktivitas)
07-10-2020 Resiko jatuh berhubungan dengan proses penuaan usia 81 tahun ditandai
07.30 WIB dengan menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalandan kekuatan otot
menurun.
PERENCANAAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
07-10-2020 Gangguan memori Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manejemen dimensia 1. Menejemen
selama 5x24 Jam Gangguan memori a. Bina hubungan saling percaya
teratasi dengan KH: klien a. Konsistensi mengurangi
Nilai pemeriksaan MMSE : 5 b. siapkan berinteraksi dengan kebingungandan
normal kontak mata meningkatkan rasa
c. Berbicara dengan suara yang kebersamaan
Nilai pemeriksaan SPMSQ : 3 jelas b. Menurunkan dimensia pada
fungsi intelektual utuh d. Panggil klien dengan nama yang klien
sopan
e. Berikan perhatian atau 2. Mengobservasi penyebab
komunikasi yang positif masalah pada klien
f. Latihan memori (Brain gym)
9. Kolaborasi
123 a. Sertakan keluarga untuk melakukan brain gym
diluar pengkajian oleh mahasiswa
R/ untuk mengurangi kerusakan memory
b. Menganjurkan klien untuk segera ke PKM terdekat
saat terjadi nyeri
R/ agar tingkat nyeri tidak bertambah
c. Menyarankan keluarga untuk meningkatkan
keamanan lingkungan
R/ untuk mengurangi resiko jatuh
O :
- Pengkajian MMSE : klien mengalami
gangguan kognitif berat dengan nilai 13
- Pengkajian SPSMQ : klien mengalami
kerusakan intektual sedang dengan kesalahan
menjawab pertanyaan 6
P : intervensi dilanjutkan
O:
- Nyeri pada lutut skala nyeri 8
- Ekspresi wajah meringis
- Umur klien 81
- TD 140/90
- Nadi : 89 x/menit
- RR : 20 x/mnt
P : intervensi dilanjutkan
P : intervensi di lanjutkan
EVALUASI
O :
- Pengkajian MMSE : klien mengalami
gangguan kognitif ringan dengan nilai 19
- Pengkajian SPSMQ : klien mengalami
kerusakan intektual ringan dengan kesalahan
menjawab pertanyaan 5
-
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
O:
- Nyeri pada lutut skala nyeri 6
- Ekspresi wajah klien meringis saat henddak
bergerak
- Umur klien 81
- TD 140/90
- Nadi : 89 x/menit
- RR : 20 x/mnt
P : intervensi dilanjutkan
O:
- Pengkajian TUG : 25 detik (klien beresiko
jatuh)
P : intervensi di hentikan
EVALUASI
O :
- Pengkajian MMSE : klien mengalami
gangguan kognitif ringan dengan nilai 20
- Pengkajian SPSMQ : klien mengalami
kerusakan intektual rendah dengan
kesalahan menjawab pertanyaan 4
O:
- skala nyeri 5
- Umur klien 81
- TD 130/90
- Nadi : 89 x/menit
- RR : 19 x/mnt
P : intervensi dilanjutkan
EVALUASI
O :
- Pengkajian MMSE : klien mengalami
gangguan kognitif ringan dengan nilai 23
- Pengkajian SPSMQ : klien mengalami
kerusakan intektual utuh dengan kesalahan
menjawab pertanyaan 3
O:
- Skala nyeri 3
- Wajah tidak meringis
- Umur klien 81
- TD 140/100
- Nadi : 92 x/menit
- RR : 12 x/mnt
P : intervensi dihentikan
EVALUASI
O :
- Pengkajian MMSE : klien tidak mengalami
gangguan kognitif dengan nilai 25
- Pengkajian SPSMQ : dengan score 3 fungsi
intelektual utuh
A. RINGKASAN/ABSTRAK
Lansia merupakan tahap akhir dari tumbuh kembang manusia. Menua adalah
proses alami yang akan dilalui oleh seorang manusia muda menjadi lansiaTahap seorang
manusia menjadi lansia adalah tahap dimana sel-sel yang ada di dalam tubuh sorang
manusia menurun sehingga terjadi penurunan fungsi inilah yang disebut oleh proses
menua (Triestuning, 2018). Perubahan psikologi yang terjadi adalah penurunan
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif dan belajar pada usia lanjut
shingga pada tahap ini mereka tidak mudah dipahami dan berinteraksi. Kemampuan
memori seorang lansia dapat dipertahankan dengan melakukan latihan konsentrasi untuk
meningkatkan daya focus dan terus memfungsikan daya fungsi otak. Salah satu latihan
yang bisa digunakan yaitu senam otak (brain gym). gerakan senam otak dapat
merangsang integrasi kerja bagian otak kanan dan kiri untuk menghasilkan koordinasi
fungsi otak yang harmonis sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori,
kemampuan koordinasi tubuh, kemampuan motoric halus dan kasar
Framework dalam studi ini meliputi lansia yang memiliki kerusakan memori.
Inteervensi yang dipilih adalah dengan melakukan senam otak (brain gym). Tidak ada
intervnsi pembanding yang digunakan untuk membandingkan hasil intervensi yang
diberikan. Outcome yang digunakan adalah untuk memberi rangsangan atau stimulasi
pada otak sehhingga dapat memanajement dimensia pada lansia. Pencarian artikel
menggunakan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa inggris dnegan menggunakan
kata senam otak dan brain gym serta kata kunci dimensia pada data base google scholar
tahun 2015-2020.
B. PENDAHULUAN
Demensia adalah kondisi jangka panjang yang berdampak negative pada
kemampuan kognitif per orang, kontrol emosional dan perilaku, fungsi sosial di atas dan di
luar apa yang mungkin diharapkan dari penuaan normal. Saat ini sudah diperkirakan ada
35,6 juta orang di seluruh dunia dengan demensia. Angka ini diperkirakan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2030 dan berpotensi lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2050 (Smith,
2016).
penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir menglami peningkatan yang signifikan
pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah
China, India dan Jepang (Bureau, 2009). Proses penuaan penduduk tentunya berdampak
pada berbagai aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Fungsi organ tubuh
akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit karena
dengan semakin bertambahnya usia (Bureau, 2009). Usia makin bertambah, maka otak
juga mulai menua. Proses menua adalah proses alamiah yang akan dialami semua
makhluk hidup. Fenomena menua juga terjadi pada sel-sel otak. Pada usia 70 tahun,
bagian otak yang rusak bisa mencapai 5-10 % pertahun, hal ini berakibat pada proses
berfikir yang menjadi lamban, sulit berkonsentrasi dan kemampuan daya ingat menurun
(Widianti, et al,2010)
Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi demensia antara lain
dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan
melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam otak (Stuart & Laraia,
2010). Senam otak atau lebih dikenal dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan ringan
dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau
stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat membantu
meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini dalam arti menunda pikun atau
perasaan kesepian yang biasanya menghantui para manula (Gunadi, 2009).
Intervensi senam otak adalah intervensi yang cukup efektif untuk mengatasi
kerusakan memori pada dimensia. Banyak sekali jenis senam otak yang bisa digunakan
untuk melatih konsentrasi dan mningkatkan focus sehingga mampu memeprbaiki
kerusakan memori dan meningkatkan fungsi kognitif. Tujuan dari studi ini adalah untuk
melakukan literature review pada kerusakan memori dimensia pada lansia. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan memori pada lansia.
C. METODE
Framework yang digunakan dalam penelitian ini adalah PICO. Dimana populasi
yang digunakan adalah lansia yang memiliki gangguan kognitif gangguan memori dan
dimensia, intervensi yang dipilih adalah senam otak, tidak ada intervensi pembanding
yang dipilih dan outcome yang penigkatan memori. Sehingga dari framework ini disusun
suatu pertanyaan berupa “bagaimanakah keefektifan senam otak untuk meningkatkan
memori pada lansia?”
Pencarian artikel menggunakan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa inggris
dengan menggunakan kata senam otak dan brain gym serta kata kunci dimensia pada
data base google scholar tahun 2015-2020. Kata kunci tersebut memuncullkan 122 jurnal
namun hanya 15 jurnal yang sesuai sample dan diambil 3 jurnal yang akan ditelaah,
selanjutkan akan disajikan dalam bentuk table 1.1
D. RINGKASAN STUDI
Intervens pada kelompok perlakuan yaitu melakukan senam otak ( brain gym)
senam otak ini beragam seperti yang dilakukan oleh (Triestuning, 2018) yaitu senam otak
yang digunakan tidak menggunakan gerakan kaki dan tangan melainkan dengan cara
memperkenalkan kata panjang. Pada jenis senam otak ini menggunakan tiga percobaan
yaitu dengan cara memperkenalkan kata panjang dengan enam fenomena tanpa
penjedahan, yang kedua dengan kata pendek empat fenomena tanpa penjedahan, yang
ketiga yaitu dengan kata panjang yang menggunakan penjedahan dan diberikan waktu
dalam pengucapan. Pada latihan ini menunjukkan bahwa latihan dengan kata pendek
dengan ada penjedahan dan waktu pengucapan lebih efektif untuk meningkatkan memori.
Pada latihan senam otak yang ke-2 dilakukan oleh (Martono, 2020) gerakan senam otak
dilakukan dengan gerakan menyilang atau cross crawl gerakan ini bertujuan untuk
merangsang agar kedua otak bekerja secara bersamaan serta membuka bagian otak
yang terhambat atau tertutup. Senam otak yang dilakukan pada penelitian (Setyawan,
2015) Yaitu kombinasi gerakan senam otak dengan pernafasan yaitu membantu untuk
menyuplai oksigen ke otak sehingga menjadi menjadi maksimal suply oksigen ke otak.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden seluhruhnya dengan
jangka waktu senam otak 15-20 menit sehari. Semakin rutin dilakukannya senam otak
maka akan semakin efektif terhadap peningkatan kognitif kerusakan memori pada lansia.
Outcome yang diukur dari studi yang di review adalah untuk meningkatkan kemampuan
kognitif lansia dengan meningkatkan memori. Parameter yang digunakan untuk mengukur
daya ingat lansia yaitu menggunakan instrumen SPSMQ dan MMSE. Sehingga dapat
diketahui kerusakan memori yang diderita oleh lansia. Hasil dari 3 jurnal yang direview
yaitu ketiganya memiliki hubungan antara senam otak atau brain gym untuk meningkatkan
fungsi kognitif pada lansia.
F. SARAN
1. Peran serta keluarga dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi kognitif
yang semakin menurun akibat dari proses menua.
2. Perlu dilakukan adanya penelitian dengan tema yang sama uuntuk lansia di
Indonesia.
3. Perlu dilakukannya sosialisasi secara langsung kepada kader maupun keluarga
tentang manfaat senam otak yang bisa dilakukan mandiri dirumah bersama keluarga.
4. Aktifkan kader-kader posyandu lansia di wilayah Indonesia yang masih pasif.
No Penulis, Tahun Perlakuan Kontrol Sampel Metode Hasil
1 Elok Triestuning, 2018 Kuisioner 10-15 menit brai 10 sampel Quasi 1. Brain gym perlakuan >
gym setiap hari usia 70 experiment 2. kuisioner kontrol
design
2 Agum Cahyo Mat=rtono, Penilaian SPMSQ 10-15 menit brai 18 sampel Quasi 1. Brain gym Perlakuan >
2020 gym setiap hari dengan experiment 2. Penilaian kontrol
purposing design SPMSQ
sampling
3 Eko setyawan, 2015 Penilaian MMSE 10-15 menit brai 30 sampel Educational 1. Brain gym Perlakuan
gym setiap hari dengan konocilogy 2. Senam lebih besar
lansia kontrol
DAFTAR PUSTAKA
Martono, A. C. (2020). Pengaruh Brain Gym Terhadap Penurunan Demensia di Posyandu Lanjut
Usia (Lansia) di Desa Wonoyoso Kecmatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Setyawan, E. (2015). Pengaruh Senam Lansia dengan Brain Gym Terhadap Peningkatan Kognitif
Pada Lansia. Naskah Publikasi, 10.
Triestuning, E. (2018). Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Short Term Memory pada
Lansia. Jurnal Keperawatan, 86-91.
Deane, A. (2008). Be Brain Fit. Diakses pada tanggal 07 Januari 2018 melalui
https://bebrainfit.com/improveshort-term-memory/.
Andana, Feni Tri. (2016). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Kejadian Demensia pada
Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul.
Yogyakarta