Anda di halaman 1dari 11

ANALISA JURNAL STASE KEPERAWATAN

GAWATDARURAT
PADA KLIEN FRAKTUR DENGAN METODE AROMATERAPI LAVENDER DI
RUANG UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

Oleh :
NAMA: AZHAR AZIS
NIM: P1908074

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmad dan karunia-
nya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Analisa Jurnal Stase
Keperawatan Gawatdarurat Pada Klien Fraktur Dengan Metode Aromaterapi Lavender Di
Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.
Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku – buku refrensi, media
elektronik, dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.
Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu berbagai penyusunan mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Marina Kristi Layun Rining, S.Kep., M.Kep Selaku dosen koordinator dan
pembimbing keperawatan Gawat darurat dan kritis di Institusi Kesehatan dan Sains Wiyata
Husada Samarinda.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun baik
bersifat moril maupun material.
3. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
Semoga makalah ini dapta bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan laporan berikut berikutnya.

Samarinda, 11 Juni 2020

Penyusun

ii
BAB I
ANALISIS JURNAL

A. DESKRIPSI TOPIK JURNAL

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah, dan
luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur adalah sebagai hilangnya kontinuitas tulang, kondisi fraktur secara klinis bisa
berupa fraktur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan
saraf dan pembuluh darah) dan fraktur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung.

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang dimana
akan mengalami gangguan fisiologi maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon
berupa nyeri.
Aroma terapi lavender merupakan metode relaksasi alamiah yang membuat pasien
merasa tenang sehingga mengurangi nyeri pada fraktur. Terapi komplementer (pelengkap),
seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan seiring dengan pengobatan
konvensional (Jones, 2006, hlm. 190) Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak aromatik.
Apabila disuling, senyawa yang manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar
senyawa ini akan menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa ini
memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam air
mandi, atau dalam minyak pijat (Jones, 2006, hlm. 191). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode aroma terapi lavender dalam menurunkan nyeri dan kecemasan
pada pasien pre oprasi fraktur.

32
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak esensial yang ekstrak dan unsur
kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal (herbalism)
(Poerwadi, 2006, hlm. 1). Sedangkan menurut Sharma (2009, hlm. 7) aromaterapi berarti
‘pengobatan menggunakan wangi wangian’. Istilah ini merujuk pada penggunaan minyak
esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan
emosional dan dalam mengembalikan keseimbangan badan. Terapi komplementer
(pelengkap), seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan seiring dengan
pengobatan konvensional (Jones, 2006, hlm. 190) Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak
aromatik. Apabila disuling, senyawa yang manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian
besar senyawa ini akan menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa
ini memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam air
mandi, atau dalam minyak pijat (Jones, 2006, hlm. 191).

2. Manfaat Aromaterapi
Aromaterapi merupakan terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan
menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan
dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan bahwa bau berpengaruh secara
langsung terhadap otak seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender maka akan
meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam otak dan membantu untuk merasa rileks.

3. Sejarah Aromaterapi
Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang memang terkenal dengan
ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang menciptakan dan meramaikan dunia
pengobatan, farmasi, parfum serta kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina,
India serta Timur Tengah sebelum masuk ke Eropa di abad pertengahan. Pada abad ke 19
dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman itu tetap memakai minyak
esensial dalam praktek sehari-hari mereka. Pada zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali
oleh Robert Tisserand yang meniulis buku The Art of aromatherapy (Poerwadi, 2006, hlm.1).
Dengan ini, riset membuktikan aneka penggunaan minyak aroma. Riset kedokteran pada
tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta bahwa bau yang kita cium memiliki dampak
penting pada perasaan kita. Menurut hasil penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung
terhadap otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender meningkatkan frekuensi gelombang

33
alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan ini dikaitkan dengan relaksasi (Sharma,
2009, hlm. 13).

4. Minyak Esensial
Poerwadi (2006, hlm. 8) mengatakan bahwa tanaman teraupetik yang beraroma
mengandung minyak esensial di tubuhnya. Struktur minyak esensial sangatlah rumit, terdiri
dari berbagai unsure senyawa kimia yang masing-masing mempunyai khasiat teraupetik serta
unsure aroma tersendiri dari setiap tanaman. Berdasarkan pengalamanlah, para ahli aromaterapi
menentukan secara tepat bagian tanaman yang terbaik. Cara aman menggunakan aromaterapi
sepertinya tidak berbahaya, massage dengan minyak esensial atau menghirup wanginya. Tapi
minyak esensial memiliki efek yang kuat pada tubuh, sehingga harus digunakan dengan hati-
hati karena bersifat pekat. Aplikasi Minyak Esensial Agar Diserap Oleh Tubuh Menurut
Poerwadi (2006, hlm. 15) aroma dan kelembutan minyak esensial dapat mengatasi keluhan fisik
dan psikis. Minyak esensial diserap oleh tubuh melalui 2 cara yaitu :
a. Melalui indra penciuman
Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuman, dengan mencium aroma
dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut aroma-terapi. Indra penciuman yang
merangsang daya ingat kita yang bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa
tingkah laku. Aroma yang sangat lembut dan menyenangkan dapat membangkitkan
semangat maupun perasaan tenang dan santai. Menurut Price Shirley dan Price Len (1997,
hlm. 105) akses lewat jalur nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk
pengobatan permasalan emosional seperti stres serta depresi (dan juga beberapa tipe nyeri
kepala).
Hal ini terjadi karena hidung mempunyai hubungan langsung dengan otak yang
bertanggung jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa mempedulikan jalur yang
dipakai untuk mencapai otak. Hidung sendiri bukan organ pembau tetapi mengubah suhu
serta kelembaban udara yang dihirup dan mengumpulkan setiap benda asing yang terhirup
masuk bersama udara pernapasan. Kalau minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri
dalam minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pada
langitlangit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang menjulur dari sel-sel reseptor ke
dalam saluran hidung. Kalau molekul minyak terkunci pada bulubuli ini, suatu pesan
elektromagnetik (implus) akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus
olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memicu respons memori dan emosional
yang lewat hipotalamus yang bekerja sebagai pemancar serta regulator menyebabkan pesan
tersebut dikirim ke bagian otak yang lain badan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima
akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat
euforik, relaksan, sedatif atau stimulan menurut keperluannya.

34
b. Penyerapan melalui kulit
Pada saat kita membalurkan minyak esensial yang telah dicampur dengan minyak
dasar pada kulit kita, minyak tersebut akan diserap oleh pori pori dan diedarkan oleh
pembuluh darah ke seluruh tubuh. Proses penyerapan ini terjadi sekitar 20 menit (Poerwadi,
2006, hlm.18).

Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman
perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri digolongkan ke dalam
tanda vital ke 5, dapat memberikan perubahan fisiologi, ekonomi, sosial, dan emosional yang
berkepanjangan sehingga perlu dikelola secara baik.
Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status
sosial, dan pekerjaan. Tipe nyeri yang digunakan secara luas adalah nosiseptif, inflamasi,
neuropatik, dan fungsional. Saat ini mulai jelas mekanisme neurobiologi yang mendasari
berbagai tipe nyeri tersebut. Tipe nyeri yang berbeda memiliki faktor etiologik yang berbeda
pula. Saat ini pendekatan terapi nyeri telah bergeser dari pendekatan terapi yang bersifat
empirik menjadi pendekatan terapi yang didasarkan pada mekanisme nyeri.
Nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai.
Nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan
jenis kelamin. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri sedangkan orang dewasa
mengungkapkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Jenis kelamin
tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, namun penelitian yang dilakukan oleh Burn
mempelajari bahwa kebutuhan narkotik pascaoperasi pada wanita lebih banyak dibandingkan
dengan pria. Pengalaman masa lalu dengan nyeri juga memberikan pengaruh terhadap nyeri.
Individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa yang akan diakibatkan.

2. Klasifikasi Nyeri
Menurut Maryunani (2010, hlm. 9) klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis :
a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot

35
b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik. Selain klasifikasi
nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya (a) Nyeri somatic dan visceral
yaitu bersumber dari kulit dan . Menurut Jones (2006, hlm. 362) nyeri persalinan, bukan
semata-mata akibat dari trauma atau penyakit.

3. Intensitas Nyeri dan Pengukuran Skala Nyeri


Menurut Maryunani (2010, hlm. 32) indikator adanya dan intensitas nyeri yang paling
penting adalah laporan ibu tentang nyeri itu sendiri. Namun demikian, intensitas nyeri juga
dapat ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menanyakan pada
ibu untuk menggambarkan nyeri atau tidak nyamannya. Untuk mengukur skala nyeri dapat
digunakan alat yang berupa Verbal Descriptor Scale (VDS) yang terdiri dari sebuah garis lurus
dengan 5 kata penjelas dan berupa urutan angka 0 sampai 10 yang mempunyai jarak sama
sepanjang garis. Gambaran tersebut disusun dari “tidak nyeri” sampai nyeri yang tidak
tertahankan atau nyeri sangat berat”

Gambar Verbal Descriptor Scale (VDS)

Keterangan :
0 : Tidak nyeri.
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi rasa nyeri.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul (Suddarth dan
Brunner Smeltzer, 2002, hal. 218).

36
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SOP AROMATERAPI LAVENDER

Pengertian Aromaterapi merupakan terapi inhalasi untuk menciptakan rasa nyaman


Tujuan 1. Pasien mampu mengenali aromaterapi
2. Pasien mampu menikmati aromaterapi
3. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah pemberian aromaterapi
Indikasi Pasien merasakan kecemasan dan nyeri
Kontraindikasi Pasien dengan gangguan pernafasan
Persiapan 1. Pastikan identitas pasien yang akan dilakukan tindakan aromaterapi
Pasien lavender
2. Kaji kondisi pasien
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan yang dilakukan
(tujuan, manfaat, efek dari aromaterapi lavender)
Persiapan Alat 1. Minyak aromaterapi lavender
2. Korek api
3. Air bersih
4. Lilin
5. Tungku aromaterapi
Tahap Kerja 1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan pasien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Beri kesempatan pada pasien selama tindakan dilakukan
5. Bawa peralatan kedekat pasien
6. Tuangkan air kedalam tungku secukupnya
7. Hidupkan lilin dengan korek api
8. Letakkan lilin yang menyala pada tungku
9. Tuangkan air ke tungku dan teteskan minyak aromaterapi lavender
sebanyak 3-5 tetes
10. Letakkan tungku aromaterapi dengan jarak 10-20cm dari pasien
11. Anjurkan pasien untuk mengatur posisi senyaman mungkin
12. Anjurkan pasien untuk menghirup uap minyak aromaterapi lavender pada
tunggu selama 5-10 menit
13. Setelah terapi selesai bersihkan alat
14. Mengevaluasi klien 30 menit setelah pemberian aromaterapi lavender
15. Ulangi pemberian aromaterapi lavender per 3x24jam/8 jam.
Hasil 1. Evaluasi respon pasien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Menganjurkan pasien untuk menggunakan aromaterapi lavender

37
4. Berpamitan kepada pasien
5. Cuci tangan
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan pelaksanaan
2. Catat respon pasien terhadap tindakan
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Nama dan paraf perawat

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

38
Aromaterapi lavender berpengaruh dalam penurunan intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi bedah mayor ditandai dengan penurunan nilai rata-rata intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Perawat perlu mengintegrasikan
hasil penelitian ini sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pada pasien
paska operasi. Perawat juga perlu mensosialisasikan penggunaan aromatrapi lavender
kepada pasien, keluarga, dan masyarakat melalui pemberian pendidikan kesehatan.
Desain penelitian dapat dicoba ulang dengan melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
intervensi dan menambah jumlah sampel.

DAFTAR PUSTAKA

39
Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG
Chyntia, E. 2010. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta: Maximus
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions &
Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta:
EGC
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit EGC
Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono

40

Anda mungkin juga menyukai