Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT

Ontologi, Epistimologi dan Axiologi dan Hubunganya Dengan Ekonomi Islam

Diajukan untuk Dipresentasikan dalam


Mata Kuliah Filsafaat Ilmu

Oleh :

Adam Mahindra 3518029

Dosen pembimbing:

Zulfikri, MA

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2020 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan nikmat iman dan Islam serta nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam buat junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah berjuang mempertaruh-kan segala-galanya untuk syiarnya agama Allah SWT di muka
bumi ini. Beliaulah yang memberikan penerangan dan pencerahan bagi umatnya hingga akhirnya
dapat menikmati hidup di bawah payung al-Quran dan sunnahnya.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Filsafat Ilmu atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah
ini. Semua itu menjadi bekal yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat menghasilkan
sebuah makalah yang sarat dengan nilai-nilai ilmiah.
Penulis juga menyadari bahwa kandungan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan adanya masukan yang membangun, baik dari
dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa untuk lebih sempurnanya isi makalah
ini.

Bukittinggi, 26 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Ontologi......................................................................................
B. Epistimologi................................................................................
C. Axiologi .....................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap
jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan
metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang
bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur
dengan cara-cara ilmiah. Pengetahuan dalam filsafat dibahas dalam epistemologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ontologi, epistimologi, aksiologi ?


2. Apa hubungannya dengan ekonomi islam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ontology,epistimologi,aksiologi.


2. Mengetahui hubunganya dengan islam .
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Ontology

Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa
yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being, dan
Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua Being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan)Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa
ontologi membahas apa yang ingin mengenai yang “ada”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa: Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan
Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat yang ada. Sedangkan  menurut istilah,
ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
kenyataan yang asas, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak.

Pada hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin


orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-sewenang,
tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang
hakiki pemerintahan itu demokratis. Mengenai objek material ontologi ialah yang ada,
yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,
termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala
yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif,
realitas terampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism,
paralerisme atau plurarisme.

Berbicara realistis objek. Apakah sesuai dengan penampakanya atau  yang


tersembunyi di balik penampakan itu ? menjawab  pertanyaan ini muncul 4 atau 5 aliran
yakni :
1.  Aliran materialism
Hakikat benda adalah materi, benda itu sendiri. Ada beberapa alasan mengapa
aliran ini berkembang. Yakni:
 Pada pikiran yang sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat di raba,
biasanya menjadi kebenaran yang terakir. Pemikiran ini hanya bersifat
abstrak.
    Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada
badan. Sebab peristiwa ini hanya dilihat sebagai peristwa   jasmani, karena
ia yang lebih menonjol.
    Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda, seperti
padi. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan
hakikat adalah benda.
2. Aliran Idealisme
Aliran ini berpendapat sebaliknya hakikat benda adalah rohani, spirit, atau
lainnya. Alasannya ialah nilai roh lebih tinggi dari pada badan, manusia lebih
dapat memahami dirinya dari pada dunia luar dirinya, dan materi ialah kumpulan
energi yang menepati ruang, benda tidak ada, yang ada hanya energi saja.
3. Aliran Dualisme
Aliran ini mudah ditebak. Yang merupakan hakikat pada benda itu ada dua,
material dan imaterial, benda dan roh, jasad dan spirit, materi bukan muncul dari
roh, dan roh bukan muncul dari materi. Kesulitan yang dihadapi aliran ini ialah
menjawab pertanyaan bagaimana kesesuaian kedua-duanya seperti pada manusia?
Jawab dualisme: itu sudah di setel seperti tenaga dan jarum  pada jam.
Persoalannya lebih rumit: siapa yang menyetelnya? Bagaimana cara
menyetelnya? Karena itulah orang yang penganut skeptisisme berpendapat:
diragukan apakah manusia mampu mengetahui hakikat benda. Mungkin atau
tidak.
4. Aliran Agnotisme
Aliran ini menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak dapat
mengtahui hakikat benda.Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai
cabang filsafat ilmu antara lain:
A. Sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep-konsep, asumsi-asumsi dan
postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi dasar keilmuan antara lain:

 Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada.
  Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
  Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya secara
kausal.
B. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral,
komprehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-hal yang khusus
untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran
tentang objek telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah
berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah. Jika terjadi seperti itu,
ilmuwan berarti tidak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan
pengetahuan lain.
C. Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan yang tidak
mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Pembagian objek kajian ilmu yang satu
dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada
kemungkinan terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah justru terbukanya
bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apa pun. Dalam hal ini ontologi
berfungsi membantu memetakan batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian
berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari
abad ke abad.

Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh
ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal
manusia. Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :

 Metodis; Menggunakan cara ilmiah


 Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
  Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan
 Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
 Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
  Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
 Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

B. Epistimologi

Dalam belajar filsafat, kita akan menemui banyak cabang kajian yang akan membawa
kita pada fakta dan betapa kaya dan beragam kajian filsafat itu. Sebenarnya yang terpenting 
adalah bagaimana kita semua memahami  apa saja yan menjadi kajian filsafat, cabang-cabang
filsafat.[1] Albuerey Castel membagi masalah filsafat menjadi enam bagian yaitu, teologis,
metafisika, epistemologi, etika, politik dan sejarah.Epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan. Sebagai subsistem filsafat, epistemologi
mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit untuk dipahami. Dalam
memberikan pemaknaan terhadap epistemologi, para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda,
sehingga memberikan pemaknaan yang berbeda ketika mengungkapkannya.[2]

Akan tetapi, untuk lebih mudah dalam memahami pengertian epistemologi, maka perlu
diketahui pengertian dasarnya terlebih dahulu. Epistemologi berdasarkan akar
katanya episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis/teori).Secara terminologi,
epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya
pengetahuan itu.[3]

Runes dalam kamusnnya (1971) menjelaskan bahwa epistemology is the branch of


philosophy whish investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge. Itulah
sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemiologi untuk pertama kalinya muncul
dan digunakan oleh J.F. ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971 : 94). Sehinga epistemologi dapat
dibicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan.Contohnya tatkala
seorang anak manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. Nanti tatkala ia
berumur 40 tahunan, pastinya pengetahuan seorang manusia tersebut sudah banyak sekali,
sementara kawannya yang seumuran dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih
banyak dari pada dia, baik dalam bidang yang sama maupun berbeda. Sehingga kita dapat
mengetahui mengapa mereka itu masing-masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga
berbeda tingkat akurasinya? Hal inilah yang akan dibahas dalam hal epistemologi.

Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan
pengetahuan mistik. Pengetahuan itu di peroleh manusia melalui berbagai cara dan dengan
menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, yakni :

 Aliran empirisme (John Locke, 1632- 1704)


Kata empirisme berasal dari kata yunani yakni empeiria yang artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengelamannya. Dan bila
dikembalikan ke kata yunaninya maka pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi,
manusia tahu es itu dingin karena ia menyentuhnya.
 Aliran rasionalisme (Rene Descartes, 1596-1650)
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menurut aliran ini pengetahuan di peroleh dengan
kegiatan akal menangkap objek. Sehingga dapat diketahui bahwa akal adalah alat untuk
memperoleh pengetahuan yang benar

 Aliran positivisme (August Compte, 1798-1857)

Aliran ini pada dasarnya bukanlah satu aliran yang khas berdiri sendiri. Karena pada
dasarnya ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan
kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukannya eksperimen dan ukuran-
ukuran tadi. Jadi, pada dasarnya positivisme sama dengan aliran empirisme dan rasionalisme.
 Aliran intuisionisme (Henri Bergson, 1859-1941)
Aliran ini mengkritik aliran emperisme dan rasionalisme, ia menganggap bahwa tidak
hanya indra yang terbatas tetapi akal juga terbatas. Objek-objek yang ditangkap itu adalah objek
yang selalu berubah demikian bergson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap.
Intelek atau akal  juga terbatas.
Gagasan dalam pikiran manusia adalah ide yang terdapat dalam akal. Proses berpikir
menemukan kebenaran itu dapat saja bervariasi, sangat tergantung pada siapa yang berpikir, apa
tujuannya dan setingkat mana pengetahuan yang dimilikinya. Pemikiran tentang adanya gagasan
dan penalaran analitik dan non anlitik merupakan objek kajian yang mendasar dalam
epistemologi. Sumber pengetahuan manusia berasal dari adanya gagasan, penalaran, dan intuisi.

C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.Aksiologi adalah ilmu
yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu
yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.
Dalam aksiologi,ada dua penelitian yang umum digunakan yaitu:
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan
salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa
Sokrates dan para kaum shopis. Disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan,
keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis
Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah
dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda
dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan,
melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.

Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta.Dalam
perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme,
eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan
baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan
manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan
para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang
disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi, adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan
oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah
kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya
kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.

2. Estetika

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai


keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur
yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu
kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita
bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita
merasakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita
mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan
tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap.
Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.

Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama,
tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis
Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah
kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak
mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.Nilai
kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:

 Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi,
atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan
mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
 Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
 Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan pintu, setiap
keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih
enak bila masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka
biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas, penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat sangat luas pembahasanya yang mana objek materinya meliputi segala yang ada
sekalipun baik tampak maupun tidak.penelitian tentang filsafat terus berkembang dan takkan
pernah terhenti,sehingga saat ini banyak sekali penemuan-penemuan para filsuf. Secara garis
besar ada tiga bagian struktur filsafat yaitu: epistemologi, ontologi dan aksiologi. Epistemologi
atau teori pengetahuan membahas tentang bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi
atau teori hakikat membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan
aksiologi atau teori nilai membahas tentang guna pengetahuan.

Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat


pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi
membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya
dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita
akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.
Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakikat, lahirlah mazhab-mazhab
ontologi yang mencoba menjawab semuanya melalui beberapa pendekatan yang berbeda yaitu
Materialisme, Idealisme, dualisme, agnostisme.Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum
digunakan yaitu: Pertama Etika atau cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral dan yang Kedua Estetika atau bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan.

B. SARAN

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama
dosen. Penulis hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari penulis sendiri.
Dan jika ada kebenaran itu datangnya dari Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

·         Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga


Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
·         Soyomukti,  Nuraini. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
·         Prof. Dr. AhmaTafsir. Filsafat umum. PT. Remaja Rosdakarya :2009
·         Dr. Husna  Amin,M. Hum, pengantar fisafat umum, uin ar-raniry : 2005, Banda Aceh
·         Jalaluddin Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 104-
105

Anda mungkin juga menyukai