Anda di halaman 1dari 12

A.

Defenisi Inflasi

Inflasi(inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum


mengalami kenaikan secara terus menerus. Veneris dan Sebold, mendefinisikan
inflasi sebagai suatu kecendrungan meningkatnya harga umum secara terus
menerus sepanjang waktu ( a sustained tendency for the general level of prices to
rise over time). Berdasarkan defenisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum
(general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan
sebagai inflasi.

Dari tersebut diatas, setidaknya ada tiga hal penting yang ditekankan, yaitu
:

 Adanya kecendrungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja


tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi teteap menunjukkan tendensi
yang meningkat.
 Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustaine), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi
bisa beberapa wakt lamamnya.
 Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum,
yang berarti tingkat harga yang mengalami kenikan itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komuditi saja, akan tetapi untuk harga barang umum

Berkaitan dengan inflasi, ada tiga hal yang perlu dipahami yaitu : inflasi
(Inflation), itu sendiri, tingkat Inflasi (Inflation rate) dan Indeks Harga (price
index). Inlasi itu sendiri pada dasarnya adalah tingkat perub ahan harga-harga,
sedangkan tingkat inflasi adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu, atau
presentase perubahan di dalam tingkat harga. Tingkat inflasi dapat dijelaskan
dengan formula berikut :

Dimana adalh tingkat inflasi, Pt adalah tingkat harga pada tauhun 1


( tahun sekarang), dan Pt-1 adalah tingkat harga t-1 tahun (tahun sebelumnya).
Atau tingkat harga P1 dapat ditulis sebagai berikut :
P = Pt-1 + (Pt-1)
Adapun indek harga itu sendiri mengukur biaya dari sendiri mengukur
biaya dari sekelompok barang tersebut sebagai presentase dari kelompok yang
sama pada periode dasar (base priodI). Secara umum, dikenal ada tiga indeks
harga (price index), yaitu(1) GDP deflator, (2) indeks harga konsumen (IHK), dan
indeks harga produsen (IHP).

Sebab-sebab Timbulnya Inflasi

Berkaitan dengan factor-faktor penyebab timbulnya inflasi dan cara-cara


untuk menatasinya, ada berbagai teori pandangan yang berkembang selama ini,
yaitu diataranya :

1) Pandangan Kaum Klasik dan Moneter


Teori inflasi dari kaum Klasik dapat dianalisis dalam kerangka teori
kuantitas uang dengan menggunakan perasaan pertukaran (eduation of
exchange), MV=PV. Persamaan pertukuran tersebut dapat ditulis kembali
dimana masing-masing pengubah dalam persamaan tersebut dnyatakan
sebagai presentase perubahan sepanjang waktu sebagai beriktu :

Dengan menempatkan tingkat inflasi di sebelah kiri, maka persamaan di


atas dapat dituliskan menjadi sebagai berikut :

Dimana P/P adalah tingkat inflasi, adalah pertumbuhan jumlah

uang beredar, adalah presentase perubahan di dalam kecepatan


perputaran uang, dan VY/Y adalah pertumbuhan laju pertumbuhan output.
Persamaan diatas bisa digunakan untuk mengtahui sumber inflasi, dimana
berdasarkan persamaan tersebut inflasi adalah disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah uang berdar, pertumbuhan output, dan perubahan
dalam kecapatan perputaran uang karena kaum Klasik mengasumsikan
kecepatan perputaran uang (V) itu adalah konstan, yang berarti VP/P=0,
makapersamaan diatas, tersebut di atas akan menjadi sebagai berikut :

Persamaan atas menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah sama


dengan pertumbuhan jumlah uang beredar dikurangi pertumbuhan output.
Kaum Klasik mengasumsikan bahwa perekonomian bahwa perekonomian
berada dalam tingkat kesempatan kerja penuh (full employment), yang
berarti pengubah Y dalam persamaan pertukaraan adalah tetap. Selain itu,
kaum Klasik juga mengasumsikan pengubah V konstan atau tetap. Dengan
asumsi V dan Y yang tetap, maka kaum Klasik lebih jauh mengatakan
bahwa kenaikan di dalam jumlah uang berdar (Ms) akan menyebabkan
perubahan yang proporsional dalam pengubah tingkat harga (P). Dengan
demikian penyebab utama timbulnya iflasi atau kenaikan harga meurut
kaum Klasik adalah karena kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang
beredar. Dengan perkataan lain, inflasi menurut mereka gejala atau
fenomena moneter.
Hal yang senada juga dikemukan oleh kaum Moneteris
yangmengklaim inflasi itu sebagai fenomena moneter dan bahwa peubah
kecepatan perputaran uang (V) itu adalah stabil dan konstan. Tetapi kaum
Moneter berbeda dengan kaum Klasik dimana mereka mengatakan bahwa
pertumbuhan jumlah uang yang beredar (Ms) tersebut juga berpengaruh
terhadap output dan kesempatan kerja. Jadi tidak hanya berpengaruh
terhadap tingkat harga (P) sebagaimana dikemukakan oleh kaum Klasik.
Pandangan kaum Klasik dan Moneteris tentang inflasi tersebut di atas,
secara grafik dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus

Menunjukkan bahwa ketika belum terjadi ekspansi moneter atau


kenaikan jumlah uang beredar, posisi keseimbangan berada pada titik Eo
yaitu titik perpotongan antara kurva permintaan agregat (ADo) dan kurva
penawaran agregat jangka pendek, dan tingkat harga berada pada Po.
Setelah terjadi kenaikan jumlah uang beredar (Ms), maka kurva pemintaan
agregat (AD) bergeser dari ADo menjadi AD1 dan titik keseimbangan
bergeser dari titik Eoke titik E1. Pada titik keseimbanga ysngbaru tingkat
output dalam perekonomian berada di atas tingkat output alamiah (natural
rate) atau Y ˃ YN, dan sebagai akibatnya pengangguran akan turun dan
berada di bawah tingkat alamiah. Turunnya tingkat pengangguran
mendorong tingkat upah di dalam perekonomian naik, dan hal ini
selajutnya akan mendorong kurva penawaran agregat jangka pendek
(SRAS) bergeser dari SRASo ke SRAS1. Dengan bergesernya kurva SRAS
tersebut akan menyebabkan tingkat keseimbangan yang baru berada dititik
E2, dan tingkat harga (P) naik dari Po ke P1, sementara output kembali
pada tingkat alamiah. Ekspansi moneter lebih lanjut akan menyevbabkan
tingkat inflasi atau tingkat harga mencapai P2

2) Pandangan Keynes
Keynes mengatakan bahwa kecepatan perputaran uang (V) merupakan
sesuatu yang bersifat dapat perubah-ubah (variable). Hal ini disebabkan
berbeda dengan kaum Klasik dan Monetris yang mengatakan V adalah
Konstan atau tetap. Oleh Karena V dapat perubah-perubah, maka apabila
terjadi kenaikan jumlah uang yang beredar (Ms) tidak akan menyebabkan
perubahan di dalam tingkat harga (P). Dengan demikian perkataan lain,
tingkat harga akan tetap.
Penekanan Keynes pada Variabilitas aoutput dan jangka pendek (short
run) juga memebri kontribusi terhadap pandangan bahwa inflasi bukanlah
murni sebagai venomena moneter. Berbeda dengan Kaum Klasik yang
mengasumsikan perekonomian selalu dalam kondisi kesempatan kerja
penuh, Keynes sebaliknya mengatakan bahwa pengangguran dapat saja
terjadi untuk suatu jangka waktu yang panjang bahkan untuk jangka waktu
yang tiddak terbatas. Dengan adanya pengangguran, ma suatu kenaikan di
dalam jumlah uang beredar (Ms) (kecuali dalam kasus ekstrim) akan
menyebabkan, baik tingkat harga maupun tingkat output mengalami
kenaikan. Dengan kenaikan di dalam output tersebut, kenaikan di dalam
tingkat harga akan menjadi lebih kecil daripada kenaikan di dalam jumlah
uang beredar ( tidak proposional), seklipun kecepatan perputaran uang
berdear itu konstan.
Di dalam model Keynesian, jumlah uang yang beredar (Ms) hanyalah
salah satu ( bukan satu-satunya) factor penentu penentu tingkat harga.
Namun di dalam jangka pendek, ada banyak factor lain menurut
Keynesian yang mempengaruhi tingkat harga, seperti pengeluaran
Komsumsi rumahtangga ©, pengeluuaraninvestasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), dan pajak (T).
Seperti hanya dengan kaum Klasik dan Moneteris, para ahli ekonomi
Keynesian Konterporet (countrmpory KeynesianI) percaya bahwa inflasi
merupakan fenomena moneter dan sebagai akibatnya, mereka
menempatkan pengeluaran laju pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai
salah satu cara untuk mengurangi tingkat inflasi. Tetapi walaupun
demikian, menyangkut sejumlah issue yang berkaitan dengan inflasi,
seperti kaitan antara tingkat inflasi dan pengangguran misalnya, Keynesian
dan Moneteris memiliki pandangan yang dangatn berbeda satu sama
lainnya.
Analisis Keynesian menunjukkan bahwa kenikan jumlah uang beredar
yang terus menerus memiliki pengaruh yang sama, baik atas kurva
permintaan agregat (AD) maupun kurva penawaran Agregat (AS), yaitu
kurva permintaan agregat akan bergeser ke kanan dan kurva penawaran
akan bergeser ke kiri. Kesimpulannya adalah sama dengan keismpulan
yang dikemukakan oleh kaum Moneteris yaitu bahwa pertumbuhan
jumllah uang yang pesat akan menyebabkan tingkat harga mengalami
kenaikan secra terus menerus dnegan laju yang tinggi, yang berarti
menciptakan inflasi.

3) Pandanga Aliran Ekspektasi Rasional dan Ekonomi Sisi Penwaraan


Para teoritisi dan aliran ekpektasi rasional (rational expectation
atau RAtex) juga memandang inflasi sebagi fenomena moneter. Namun,
mereka juga percaya bahwa perubahan yang bersifat antisipatif di dalam
jumlah uang beredar (money suplly) hanya akan membawa dampak
terhadap tingkat harga(P), dan tidak mempunyai pengaruh terhadap Output
(Y) dan kesempatan kerja. Pandangan kaum Ratex tentang Inflasi,
nampaknya lebih dekat dengan pandangan dalam kaum klasik daripada
pandangan kamu Moneteris dan Keynesian. Karena teoritis Ratex percaya
bahawa inflasi mereupakan fenomena moneter, maka mereka juga
mengatakan bahwa jumlah unag yang beredar merupakan kinci untuk
mencapai stabilitas harga.

Para ekonom dari kelompok sisi penawaran, juga memandang


inflasi sebagi fenomena moneter. Konsekuensinya, mereka mengusulkan
perbatasan moneter (monetary restraint) untuk pengurangan inflasi. Pada
saat yang ama, mereka juga menganjurkan pengurangan datu penurunan
tarif pajak sebagi salah satu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan
penawaran agregat. Dengan meningkatkan laju pertumbuhan penawaran
agregat, mereka percaya bahwa tingkat inflasi apat dikurangi. Tentu saja,
kebijakan sisi penawaran itu sendiri tidak akan dapat mengurangi tingkat
inflasi secara bermakna, tanpa diikuti dengan kebijakan-kebijakan lain
seperti kebijakan sisi permintaan.

4) Pandangan Kaum Strukturalis


Aliran strukturalis berkembang dari p emikiran sejumlah ahli
ekonomi Amerika Latin, dimana mereka melihat Inflasi itu sebagai sesuatu
yang berakar dari adanya berbagai kendala (constraints) atau kekuatan
structural (sctructural rigidities) termasuk di dalamnya kelembagaan yang
ada di dalam perekonomian Negara-negara sedang berkembang tersebut.
Dengan demikian, analisis Negara-negara sedang berkembang pada
umumnya dan terutama Negara-negara Amerika Latin.
Pandangan dari kkaum Struktralis ini dapa dasranya merupakan
rekasi atau kriti terhadap pandangan kaum Monetersis yang dianggap
terlalu memusatkan perhatiannya hanya pada factor moneter saja, an
sebaliknya kurang memperhatikan factor non Moneter tersmasuk di
dalamnya factor structural dan kelembagaan. Kaum strukturaklis
mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindrakan oleh perekonomian yang sedang berkembang. Dengan
pekataan lain, inflasi menurut mereka merupakan sesuatu (hal) yang
melekat (inherent) di dalam proses perkembangan ekonominitu sendiri.
Kaum strukturalis menginditifikasi ada beberapa kendala
(constraints) atau hambatan yang menjadai penyebab kenaikan harga atau
inflasi di negra-negara sedang berkembang, yaitu :
 Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastic. Hal ini
disebabkan karena adanya kendala structural di dalam sector pertanian
Negara-negara sedang berkembang. Dimana dominasi berada di
tangan lantifundia (usaha pertanian raksasa) non kapitalis yang
terdorong untuk memaksimumkan laba, atau di tangan minifundia
(usaha pertanian gurem) yang beroprasi hamper-hampir hanya di
tingkat subsintensi dan hampir tidak terkait ke dalam perekonomian
pasar
 Kendala defisa (forreigh exchange constraint). Kendala ini timbul
karena nilai kebutuhan perimaan devisa tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan akan barang impor untuk meningkat kerkenaan
dengan usaha- usaha pembangunan yang semakin cepat, pertumbuhan
penduduk, dan upaya indutrialisasi yang pesat yang ebralangsung
dalam suatu lingkungan denga teknologi masih terbatas.
 Kendala fiscal (fiscal constraints) yaitu kenla berupa tidak
mencukupinya sumberdaya keuangan dalam negeri. Usaha-usaha
pembangunan membesar cakupan keterlibatan pemerintah dalam
perekonomia, tetapi penerimaan pemerintah jarang meningkat cukup
pesat untuk mengimbangi kenaikan pengeluaran.

B. Jenis infalsi
Dilihat dari factor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke
dalam tiga macam, yaitu :
1. Inflasi tarikan permintaan (demamd pull inflation). Inflasi tarikan
permintaan atau disebut juga inflasi sis permintaan (demamd shock
inflation) adalah inflasi yang terjadi karena sebagai akbiat dari adanya
kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. Barang-
barang menjadi berkurang dikarenakan pemanfaatan sumber daya
yang telah mecapai tingkat maksimum atau karena produksi tidak
dapat ditingkatkan secapatnya untuk mengimbangi permintaan yang
semakin meningkat atau bertambah.
2. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation). Inflasi dorongan biaya
atau juga sering disebut inflasi sisi penawaran (suplly side inflation)
atau inflasi karena guncangan penawaran (syplly shock inflation)
adalah inflasi yan terjadi sebagi akibat dari adanya kenaikan biaya
yang menyebabkan perusahaan suplly barang dan jasa mereka ke
pasar. Dengan perkataan lain, inflasi sisi penawaran adalah inflasi
yang terjadi sebab akibatdari adanya restriksi atau pembatasan
terhadap penawaran dari satu atau lebih sumberdaya, atau inflasi yang
terjadi apabila harga dari satu atau lebih sumberdaya mengalami
kenaikan atau dinaikan.
3. Inflasi structural yaitu infalsi yang terjadi sebagai akibat dari adanya
berbagai kendala atau kekuatan structural ( structural rigidities) yang
menyebabkan penawaran di dalam perekonomia menjadi kekurangan
atau tidak responsive terhadap permintaan yang meningkat.
C. Dampak inflasi
Inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki
beberapadampak atau akibat yaitu sebagi berikut :
Pertama, inflasi apat mendorong terjadinya reditribusi pendapatn
diantara anggota masyarakat, an inilah yang disebut efek retribusi dari
inflasi. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota
masyarakat, sebab retribusi pendapatan yang terjdi akan menyebabkan
pendpatan riil atu orang meningkat, tetapi pendapat riil orang lainnya
jatuh. Namun parah atau tidaknya dampak inflasi terhadap reribusi
pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada apakah
inflasi tersebut dapat diantisipasi ataukah tidak dapat diantispasi
sebelumnya.
Kedua, inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efesiensi
ekonomi (economic efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi apat
mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif (productive
investiment) ke investasi yang tidak produktif (unproductive investment)
sehingga mengurangi kepastian ekonomi produktif. Hal ini disebut dengan
“efficiency effect of inflation”
Ketiga, inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam
output dan kesempatan kerja (employment), dengan cara yang lebih
langsung yaitu dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih
atau kurang dari yang teleh dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk
bekerja lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut
dengan “output and employment effect of inflation”.
Keempat, inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak
stabil (unstable environment” bagi keputusan ekonomi. Jika sekiranya
konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi di masa mendatang akan
naik, amaka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-
barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang
mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula
halnya dengan bank, atau lembaga peminjaman “leders” lainnya, jika
sekiranya mereka menduga bahwa tingkat bunga yang tinggi atas
pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam mengadapi
penurunan pendapatn riil dan kekayaan.
Dalam kaitan dengan atau akibat inflasi ini, McKinnnon
mengemukankan bahwa inflasi cenderung merendahkan tingkat bunga riil,
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan di pasar modal. Hal ini akan
menyebabkan penawaran dana untuk inevestasi menurun, dan sebagi
akibatnya, investasi sector swasta tertekan sampai ke bawah tingkat
keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang
dapat dipinjamkan. Oleh karena itu selama inflasi menuntun ke arah
tingkat bunga riil yang rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, maka
inflasi tersebut akan menurungkan investasi dan pertumbuhan .

PENGANGGURAN
1. Definisi pengangguran
Definisi pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang
dihadapi tetapi tetap saja oleh Negara-negra sedang berkembang
(developing countries), akan tetapi juga oleh negra-negara yang sedang
maju (developed countries). Secara umum, pengangguran didefenisikan
sebagai seutau keadaan dimanaseseorang yang tergolong dalam kategori
anggatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secra aktif
sedang mencari pekerjaan, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan ,
tetpai sedang mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai
pengangguran. Untuk mengukur pengangguran di dalam suatu negera
biasanya digunakan apa yang dinamakan tingkat pengangguran didalam
suatu negra biasanya yaitu jumlah pengangguran dinyatakan sebagi
presentase dari total angkatan kerja. Sedangkan angkatan kerja itu sendiri
adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak bekerja, yang berada dalam
kelompok umur terutama di Indonesia misalnya, yang termasuk dalam
angkatan kerja adalah mereka yang berumur 110 tahun ke atas, sedangkan
di USA adalah mereka yang berumur antara 15-64 tahun.
Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilang output
(loss of output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja (human
misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumberdaya ekonomi.
Disamping memperkecil output, pengangguran biasanya juga memacu
pengeluaran pemerintah lebih tinggi untuk keperluan kompensendi
pengangguran dan kesejateraan. Hal ini terutama terjadi di Negara-negara
maju dimana atau pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan
tunjangna bagi para penganggur.

2. Jenis pengangguran
Dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengguran dapat dibedakan ke
dalam beberapa jenis debgai berikut :
 Pengangguran friksional atau transisi (frictional or trasitional
unemployment). Pengangguran friksional adalah jenis pengangguran
yang timbul sebagi akibat dari adanya perubahan di dalam syrat-syarat
kerja,yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamakan
ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena
berpindahnya orang-orang dari satu daerah lain, atau dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain, atau melalui berbagai tingkat siklus
kehidupan yang berbeda. Dengan perkataan lain, pengangguran
friksional adalah pengangguran yang terjadi sebgai hasil dari
pergerkan individual antara bekerja dan mencari pekerjaan baru.
 Pengangguran structural (structural unemployment). Adapun yang
termasuk dengan pengangguran structural adalah jenis pengangguran
yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan dalam struktur pasar
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Katidakseimbangan di dalam
pasar tenga kerja yang terjadi antara lain karena adanya peningkatan
permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan
lainnya permintaan penyesuaian dengan cepat terhadap situasi tersebut
 Pengangguran alamiah (natural unemploymeynt) atau lebih dikenal
istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment)
adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja
penuh. Atau tingkat penggauran dimana inflasi yang diharapkan dama
degan inflasi actual. Milton Friedman mendefinisikan Tingkat
pengangguran alamiah sebagi tingkat pengangguran dimana tekanan
ketas dan tekana ke bawah terhadap inflasi harga dan upah berada
dalam kesimbangan. Pada tingat alamiah, inflasinya adalah stabil,
artinya tanpa kecendrungan untuk menempilkan percepatan ataupun
penurun inflasi.
 Penggaran siklis atau konjungtral adalah jenis pengangguran yang
terjadi sebagi akibat dai merosotnya kegiatan ekonomi atau karena
terlampau kecilnya permintaan agregat didalam perekonomian
dibandingkan dengan penawaran agregat. Oleh karena itulah, para ahli
ekonomi sering menyebut jenis pengangguran in sebgai “ demand
deficient unemployment” sebaliknya. Pengangguran siklis atau
kongjungtural akan berkurang kalau tingkat kegiatan ekonomi
meningkat. Singkatnya. Pengangguran siklis adalah pengangguran di
atas tingkat alamiah atau pengangguran yang terjadi ketika output
berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh.
Apabila produk atau output riil (real GDP) lebih besar daripada
produk siil alamiah (natural real output), maka tingkat pengangguran
alamiah.

3. Dampak Pengangguran
Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat
menbawa dampak atau akibat buruk, baik dalam pereknomian maupun
individu dan masyrakat.
 Dampak pengangguran terhadap perekonomian.
Setiap Negara selalu berusaha agar tingkat kemakmuran
masyarakatnya dapat dimaksimumkan dan perekonomian selalu
mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap dan berkelanjutan
(sustained economi growth. Tingkat pengangguran yang relative
tinggi tidak memungkinkan masyarakatnya mencpi tujuan tersebut.
Hal ini dilihat dengan jelas dari berbagi akibat buruk yang bersifat
ekonomi yang ditimbulkan oleh maslaah pengangguran. Akibatt
buruknya pengangguran terhadap perekonomian adalah :
Pertama, pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat
memksimumkan tingkat kesejakhteraan yang mungkin dicapainya.
Pengangguran menyebabkan output actual yang dicapai lebih rendah
dari atau berada di bawah output potensial. Keadaan ini berarti tingkat
kemakmuran masyarakat yang dicapai adalah lebih redah dari pada
tingkat yang mungkin dicapainya.
Kedua, pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax
revenue) pemerintah berkurang. Pengangguran yang disebabkan dari
rendahnya tingkat kegiatan ekonomi, pada gilirannya akan
menyebabkan pendapatan pajak yang mungkin diperoleh
pemerintahan akan menjadi semakin sedikit. Dengan demikian,
tingkat pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan
pemerintahan dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.
Ketiga, pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam
artian tidak akan menggalankkan pertumbuhan ekonomi.
Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada sector swasta.
Petama, pengangguran tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan
oleh kelebihan kapsitas mesin-mesin perushaan. Dalam keadaan ini
jelas tidka akan mendorong perushaan untuk melakukan investasi
dimasa yang akan datang. Kedua, pengangguran yang timbul sebagai
akibat dari kelesuan kegiatan ekonomi perushaan menyebabkan
keuntungan berkurtang.
 dampak pengangguran terhadap individu masyarakt
selain membawa akibat buruk terhadpa perekonomian secara
keseluruhan pengangguran yang terjadi pula akan menvaya beberapa
akibat buruk terhadap individu dan masyarak, sebagai berikut :
pertama, pengangguran menyebabkan kelebihan mata pencarian
dan pendapatan. Di Negara-negara maju, para pengangguran
memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi
pengangguran, dan oleh sebab itu, mereka masih mempunyai
pendapatan untuk membiayai kehidupan dan keluarganya, merke tidak
perlu bergantung pkapada tabungan mereka atau bantuan orang lain.
Kedua, pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau
berkurangnya keterampilan. Keterampilan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan hanya bdapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut
digunakan dalam praktek perdagangan dalam kurun waktu ang lama
menyebabkan tingkat keterampilan pekerjaan semakin merosot.
Ketiga, pengangguran dapat pula menimbulkan ketiakstabilan
social dan politik.
 Hubungan antara inflasi dan pengangguran
Studi tentang hubungan antara inflasi dan pengangguran pertama kali
dikemukakan oleh A.W Philips dengan mengambil kasus united
Kingdom untuk kurang waktu 1861-1957. Dari studi tersebut, Philips
kemudian menyimpulkan kasus : Pertama, terdapat hubungan yang
negative antar tingkat pertumbuhan upah nominl (money wages)( )
dana tingkat pengangguran (U) untuk kurun waktu 1861-1913. Dan
yang kedua, hubungan antara kedua peubah tersebut terlihat stabil
ketika diterapkan pada data untuk kurun waktu 1913-1957 sebagai
suatu keseluruhan, dan data kurun waktu 1948-1957.

Anda mungkin juga menyukai