NPM : 187310747
Latar Belakang
Sistem pemerintahan dalam Islam mulai terbangun sejak Islam dibangun oleh Nabi Muhammad
saw di Madinah. Terbentuknya negara Madinah, akibat dari perkembangan penganut Islam yang
menjelma menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik riil pada pasca periode
Mekkah di bawah pimpinan Nabi. Itulah sebabnya Pulungan menyebutkan bahwa negara dan
pemerintahan yang pertama dalam sejarah Islam itu terkenal dengan Negara Madinah.
Berdasarkan sejarahnya, tampaknya sistem pemerintahan sejak awal Islam hingga runtuhnya
kerajaan bani Abbasiyyah pada abad pertengahan telah melahirkan persepsi dan konsep serta
pemikiran-pemikiran baru mengenai sistem pemerintahan yang ideal dalam Islam. Banyak tokoh
atau ilmuwan dalam bidang politik pemerintahan pada zaman pertengahan telah menciptakan
teori-teori yang dapat diaplikasikan dalam sebuah negara. Disebutkan Suyuthi Pulungan bahwa
pemikiran politik Islam dalam bentuk rumusan yang sistematis belum tampak hingga periode
Dinasti Abbasiyyah. Pentingnya kajian ini disebabkan selain karena Imam al-Mawardi cukup
banyak meninggalkan karya-karya yang berkaitan dengan politik juga karena pemikirannya
dalam bidang ini cukup realistis karena teori politik yang dikemukakan berbasis pada realitas
sosial politik dan pengalamannya sebagai salah seorang pejabat pemerintahan pada zamannya.
Pembahasan
Pemikiran politik al-Mawardi mampu menerangkan realitas dan praktik politik pas\da masanya,
yang sering memberikan justifikasi terhadap kekuasaan khalifah. Al-Mawardi telah memberikan
wawsan mengenai sebuah teori Negara yang pada akhirnya diakui oleh Negara Negara dunia
sebagai salah satu pemikiran yang mampu membangun kajian politik islam saat ini. Pemikiran
Imam al-Mawardi tentang sistem pemerintahan Islam sangat realistis dan demokratis. Hal ini
disebabkan karena Imam al-Mawardi membangun kerangka konseptual mengenai
penyelenggaraan ketatanegaraan yang ideal berdasarkan permasalahan politik yang muncul pada
realitas zamannya.
Selain itu, ia juga telah mengembangkan konsep baru tentang ahl imamah, ahlul halli wal aqdi
dan hubungan keduanya melalui kontrak sosial dan berdampak pada kehidupan politik yang
lebih demokratis. Penerapan konsep dan pemikiran al Mawardi tentang sistem pemerintahan
Islam di Indonesia sangat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan
kehidupan berdemokrasi yang lebih adil, adanya pemisahan fungsi lembaga pemerintahan dalam
teori trias politika: antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada dasarnya merupakan
pengembangan dari teori kontrak sosial yang dibangun Imam al-Mawardi. Dalam konstitusi
neagara di Idnonesia kewenangan kembaga MPR/DPR memiliki persamaan dengan yang di
kemukakan oleh Imam al-Mawardi, yaitu kewenangan untuk memilih kepala Negara. Hanya saja
mekanisme pemilihan tersebut teap menggunakan prinsip syura melalui suara terbanyak. Dengan
demikian, pemikiran al-Mawardi dapat diterapkan di Indonesia.
Latar Belakang
Dalam perspektif Al-Qur’an, negara sebagai institusi kekuasaan diperlukan Islam sebagai
instrumen yang efektif untuk merealisasikan ajarannya dalam konteks sejarah. Islam merupakan
risalah yang paripurna dan universal. Islam mengatur seluruh masalah kehidupan, serta
hubungan antara kehidupan itu dengan sebelum dan sesudah kehidupan. Ia juga memecahkan
seluruh masalah manusia, sebagai manusia. Islam juga mengatur interaksi manusia dengan
penciptanya, dirinya sendiri, serta sesama manusia di setiap waktu dan tempat. Hijrahnya
rasulullah dari Mekah ke Madinah pada tahun ke-23 kenabian atau 622 Masehi membuka era
baru bagi Nabi Muhammad dalam rangka menyebarkan Islam sebagai Agama. Tanpa adanya
sebuah Negara, eksistensi Islam sebagai sebuah ideology serta system kehidupan akan menjadi
pudar,myang ada hanyalah Islam sebagai upacara ritual serta sifat sifat akhlah semata. Karena
itulah, neagara islam harus senantiasa ada dan keberadannya juga tidak boleh hanya sementara
saja.
Pembahasan
Bentuk Negara Khilafah adalah berbentuk tunggal, berbeda dengan negara modern yang
berbentuk Republik atau Monarki maupun yang lainnya. Di dalam system pemerintahan Islam
sesungguhnya segala sesuatunya didasarkan pada ketentuan syara’ dan setiap rakyat berhak
untuk menjalankan pemerintahan. Selanjutnya segala ketentuan dan aturan didalam
Pemerintahan Islam yang tidak ada dasar ketentuannya didalam Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’,
maupun Qiyas bukan menjadi dasar maupun ketentuan didalam menjalankan roda Pemerintahan
Islam itu sendiri.
Khilafah atau Negara islam merupakan institusi politik, ysng tidsk akan dapat diasingkan
daripada aktivitas politik. Sedangkan aktivitas politik islan didasarkan kepada empat asas.
Dengan meniliti dalil dalil yang terdapat dalam Al-Quran, Al-Hadist maupun Ijma’ sahabat
dan Qiyas, struktur pemerintahan yang terdapat dalam pemerintahan islam ada delapan yaitu:
a. Khalifah
b. Mu/awin Tafwidh (Wakil Khalifah bidang pemerintahan)
c. Mu’awin Tanfiz (Setia usaha Negara)
d. Amir Jihad (panglima perang)
e. Wullat (Pimpinan daerah tungkat 1 dan 2)
f. Qadhi dan Qadha (Hakim atau Lembaga peradilan)
g. Jihad Idari (Jabatan administrasi umum)
h. Majlis Ummat