Disusun oleh:
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan pasien dengan Cedera
Kepala” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat.Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan
kepada kami dalam pembuatan makalah ini terutama kepada :
1. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
2. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan suatu masalah kesehatan pada daerah kepala yang
didapat.dialami sebagai akibat suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor
yang datangnya mendadak, tidak dikehandaki sehingga menimbulkan cedera (3).
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Cedera otak adalah suatu proses intrakranial yang disebabkan oleh
benturan eksternal pada kepala. Benturan yang terjadi akan menyebabkan cedera pada
otak apabila daya yang ditimbulkan melebihi kapasitas protektif otak. (2)
3. KLASIFIKASI
Cedera kepala diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS
a) Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 13 – 15
1) Pasien sadar, menuruti perintah tapi disorientasi.
2) Tidak ada kehilangan kesadaran
3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
4) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
5) Pasien dapat menderita laserasi, hematoma kulit kepala
4) Kejang
c) Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
1) Penurunan kesadaran sacara progresif
2) Tanda neorologis fokal
3) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium
(2)
4. ETIOLOGI
A. Penyebab umum cedera kepala:
a) Semua jenis tabrakan lalu lintas.
b) Jatuh.
c) Penyerangan.
d) Cedera olahraga dan rekreasi.
e) Cedera di tempat kerja.
f) Kecelakaan lain.
(Oxford Handbook Of Emergency Medicine Fourth Edition,2012)(4)
B. Cidera otak primer atau sekunder.
a) cedera primer yaitu cedera yang terjadi akibat benturan langsung maupun tidak
langsung,
b) cedera sekunder yaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson
meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera
sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang
timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan,
edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi
5. FAKTOR RESIKO
a) Besar kekuatan yang menyebabkan terjadinya trauma (semakin besar
kekuatan semakin besar pula kerusakan yang di timbulkannya).
b) Efek sekunder dari cidera otak.
c) Alkoholik dan aktifitas pengendara kendaraan bermotor yang ceroboh tidak
menggunakan sabuk pengaman, penggunaaan senjata yang tidak tepat.
6. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala relatif umum setelah cedera kepala (misalnya sakit kepala dan
muntah) - banyak pasien akan mengeluh tanpa ini tanya langsung. Ada sejumlah
gejala lain, yang pasien mungkin tidak menyebutkan kecuali diminta secara spesifik.
Tanyakan tentang gejala berikut:
a) Sakit kepala.
b) Mual dan muntah.
c) Kelemahan anggota gerak.
d) Paraesthesiae adalah sensasi terbakar atau tusukan, paling umum ketika
ada tekanan yang berkelanjutan pada saraf
e) Diplopia (penglihatan ganda)
f) Rhinorrhoea (rongga hidung dipenuhi cairan lendir)
g) Otorrhoea. (bagian telinga mengeluarkan lendir)
(Oxford Handbook Of Emergency Medicine Fourth Edition,2012)(4)
7. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu cedera
otak primer dan cedera otak sekunder.Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi
saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena
mekanik.Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita
lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa
mengalami proses penyembuhan yang optimal.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena
terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan
terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak
sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan
dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat,
cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi
atau tak ada pada area cedera. Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya,
bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala
selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan
yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan
volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial,
semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), adapun, hipotensi.
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi
perdarahan juga. Cedera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi,
perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf
kranial terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas
(Arif Muttaqin, 2008).(5)
8. PATHWAY
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan medis yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala, meliputi hal-hal
dibawah ini
a) CT-scan (dengan tanpa kontras)
b) MRI
c) Angiorfi serebral
d) EEG berkala
g) Pemeriksaan CFS, lumbal pungsi: dapat dilakukan jika di duga terjadi perdarahan
subaraknoid
h) Kadar elektrolit, untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peninkatan
tekanan intracranial
i) Skrining toksikologi, untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
j) Analisis Gas Darah (AGD), adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan
status respirasi, status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan
AGD ini adalah status oksienisasi dan status asm basa (Arif Muttaqin,2008)(5)
10. KOMPLIKASI
a. Hematoma intrakranial
Kesadaran yang menurun setelah cedera kepala mungkin disebabkan oleh
hematoma intrakranial.
Pengamatan dan pemantauan yang akurat sangat penting dalam
mengidentifikasi hal tersebut perkembangan awal, karena intervensi bedah
dapat menyelamatkan nyawa.
Agitasi atau kebingungan, sakit kepala yang semakin parah, atau persisten
muntah memerlukan penilaian ulang oleh seorang dokter senior.
Pasien yang menggunakan antikoagulan atau mereka yang memiliki gangguan
pendarahan ada dirisiko mengembangkan hematoma intrakranial setelah
cedera kepala.
b. Hematoma ekstradural
Hematoma ekstradural dihasilkan dari pecahnya salah satu arteri meningeal
yang membentang antara dura dan tengkorak. Penyebab tersering adalah linear
fraktur tulang temporo-parietal, dengan cedera terkait ke tengah arteri
meningeal. Cedera / laserasi pada arteri ini dapat menyebabkan hematoma
yang berkembang dengan cepat jika tidak dievakuasi, dapat berakibat fatal.
Pasien-pasien ini mungkin sulit menilai, karena cedera awal sering relatif
kecil. Lebih dari setengah kasus terjadi pada orang berusia <20 tahun. Pasien
dapat melaporkan periode ketidaksadaran, diikuti oleh koherensi penuh dan d
GCS berikutnya. Tanda dan gejala akan disebabkan oleh meningkatnya ICP.
Peran perawat dengan ini pasien adalah penilaian neurologis yang akurat dan
pemantauan yang konsisten.
c. Hematoma subdural
Hematoma subdural adalah gumpalan darah yang terbentuk di bawah dura
mater. Jenis perdarahan vena ini biasanya disebabkan oleh trauma seperti
jatuh, serangan, atau pola akselerasi / deselerasi yang terkait dengan RTC. Ada
dua jenis utama hematoma subdural:
akut — berkembang dalam 24 jam setelah trauma awal dan berhubungan
dengan penghinaan otak yang parah;
kronis — berkembang selama beberapa hari setelah trauma awal dan sering
terjadi pada orang tua dan pecandu alkohol. Pasien dapat datang dengan
tingkat kesadaran yang berfluktuasi, dan mungkin ada yang samar, atau
terkadang tidak, riwayat trauma. Prognosis yang buruk kemungkinan terjadi
jika hematoma subdural bilateral atau terakumulasi dengan cepat, atau jika ada
keterlambatan> 4 jam dalam mencapai bedah saraf definitif pengelolaan.
d. Cedera aksonal difus
Ini adalah cedera otak yang parah, seringkali karena perlambatan yang cepat,
dan penyebab paling umum dari koma dan kecacatan berikutnya. Pasien
dengan difus cedera aksonal sering dalam koma yang dalam segera setelah
cedera, meskipun awalnya ICP normal dan CT scan normal. (6)
d. Primary Survey
1. Airway
Open and inspect – talking? tongue occluding airway? loose teeth/foreign
objects? secretions? edema?
Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw trust
Suction
Guendel airway / OPA
Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
2. Breathing
Spontaneous? chest rise? normal rate? accessory muscle use? abnormal
skin color? soft tissue or bone deformity? tracheal deviation? JVD?
3. Circulation
Pulse general rate & quality, Skin color, temperature, external bleeding,
normal skin temp and moisture? good cap refill?
4. Disability
What’s LOC using AVPU? GCS? normal pupils (PERL)?
1) APVU:
A(alert): sadar
V(voice): memberikan reaksi pada suara
P(pain): memberikan reaksi pada rasa sakit
U(unconscious): tidak sadar
2) GCS
5. Exposure
Remove clothing? what’s body temp?
e. Secondary Survey
1. SAMPLE (MIVT)
Sign and symptom (tanda dan gejala yang muncul)
Alergi (adanya alergi makanan, obat, lingkungan dll)
Medikamentosa (pengobatan yang sedang dijalani)
Pertinent medical or surgical history (Riwayat penyakit dan
pembedahan yang berhubungan dengan gejala pasien)
Last oral intake (Asupan makan terakhir)
Events leading up to illness or injury (Peristiwa yang menyebabkan
penyakit atau cedera).
f. Examination Support
Pemeriksaan penunjang (Laboratory test, X-Ray, BGA etc)
g. Therapy
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi (Drug, Diet etc)
h. Data Analysis
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan, dengan format :
j. Intervention
Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2008). Dengan
format:
Nursing
Day/ Date/ Nursing Outcomes
No Dx Interventions Signature/ Name
Time Classification (NOC)
Classification(NIC)
k. Implementation
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan
ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Dengan format:
Day/
No Implementati Signature
Date/ Response
Dx on / Name
Time
S:
O:
i. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
Dengan format:
Day/ Date/ Signature/
No Dx Evaluation
Time Name
S. Reason for seeking care or
other information the
patient or family members
tell you
O. Factual, measurable data,
such as observable signs
and symptoms, vital signs
or test value
A. Conclusion based on
subjective and objective
data and formulated as
patient problems or nursing
diagnoses
P. Strategy for relieving the
patient’s problems,
including short-term and
long-term actions
l. Discharge Summary
Laporan klinis pada akhir perawatan di rumah sakit atau pelayanan medis.
Resume pasien pulang memuat keluhan utama, temuan diagnosis, terapi,
perkembangan pasien, dan rekomendasi saat pasien pulang.
14. TINJAUAN KASUS
A. Kasus Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dengan pasien Cedera Kepala
Seorang remaja usia 23 tahun bernama Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas
Keluarga klien mengatakan , klien tidak sadarkan diri ± 2 jam sebelum masuk rumah
sakit karena kecelakaan lalu lintas ditabrak oleh motor di jalan jalur, keluarga
mengatakan keadaan klien muntah-muntah dengan mengeluarkan cairan darah
konsistensi cair pekat. Lalu klien segera dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
pertolongan. Sesampainya di RS klien dengan penurunan kesadaran GCS 3
(E1M1V1) langsung masuk ke ruangan perawatan Prioritas 1 (Triage Merah) dan
dilakukan tindakan membersihkan jalan nafas dan memasang ETT serta alat bantu
nafas ventilator. lalu di lakukan pengkajian kasus keperawatan dan didapatkan hasil
klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 2t (E1VtM1), terpasang
ventilator, terpasang monitor EKG, terpasang IVFD Ringerfundin gtt 20x/menit,
terpasang kateter, TD= 100/60 mmHg , RR= 30x/menit, T= 37,50C, HR=
65x/menit, adanya jejas di daerah mata, pipi, luka di bagian kepala belakang sebelah
kanan berukuran 3cm dan terdapat darah dari mulut.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a.Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 23th
Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl.Limo Raya Depok
Tanggal/ Jam masuk RS : 28 Oktober 2019, 08.00 WIB
Tanggal/ Jam pengkajian : 28 Oktober 2019, 08.00 WIB
Diagnosa medis : Trauma Cavitis / Cedera Kepala Berat
b. Penanggungjawab
Nama : Tn.Krismanto
Age : 48 Th
Kelamin : Laki laki
Religion : Islam
Alamat : Jl.Limo Raya Depok
Hub. Dengan pasien : Orang Tua
2. Keluhan Utama
Adanya onset kelemahan yang mendadak dari sisi kanan saat bangun tidur
3. Riwayat Penyakit
4. Primary Survey
a. Airway : Tersumbat, ada banyak darah di hidung dan mulut
suara nafas gurgling
b. Breathing : Respirasi rate 30x/menit, ada retraksi dinding dada,
pernapasan dada, takipneu,pernapasan cuping hidung, suara nafas grugling
c. Circulation : klien terihat pucat, ada perdarahan dikepala
belakang bagian kanan, nadi teraba dan teratur, heart rate 65x/menit, TD
100/60 mmHg, suhu 37,5OC, CRT <2 detik, akral teraba hangat, turgor
elastis
d. Disability : penurunan kesadaran, GCS 3, pupil Anisokor,
gangguan menelan dan makan
e. Exposure : Terdapat jejas di daerah mata dan pipi sebelah kanan, luka
3cm di kepala belakang sebelah kanan.
5. Secondary Survey
a.SAMPLE (MIVT)
Sign and symptom : kecelakaan lalu lintas
Alergi : Tidak terkaji
Medication: Tidak terkaji
Pertinent Medical history: Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
hyperlipidemia
Last Meal : Tidak terkaji
Event : Tidak Terkaji
6. Examination Support
Klien telah dilakukan pemeriksaan penunjang:
Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
7. Therapy
Tidak terkaji
8. Data Analysis
DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS : tidak dapat dinilai Ketidakefektifan bersihan
Cidera kepala
DO : jalan nafas
tahanan vaskuler
Sistemik & TD
4. RR: 30x/m,
N : 65x/M
T : 37,50C
TD: 100/60 mmHg
5. Terdapat secret di
selang ETT dan
mulut
6. Suara nafas
tambahan stridor
gangguan
metabolisme
6. Pupil anisokor
7. Kebiruan sekitar
mata (jejas)
8. Kepala bengkak dan
asimetris
kesadaran
2. Kesadaran: coma Cidera otak primer
3. Terpasang
Ventilator,
4. RR: 30x/m, Kerusakan sel otak
N : 65x/M
T : 37,50C Rangsangan simpatis
Oedema paru
tambahan stridor
B. Nursing Diagnoses
2 Ketidakefektifan pola nafas b/d NOC: Status Pernapasan: Kepatenan NIC: manajemen jalan napas
gangguan neurologis ditandai jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan
dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24
oksigenisasi
DS : tidak dapat dinilai jam status pernafasan klien tidak
2. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
DO : terganggu dengan kriteria hasil:
atau jaw thrust
1. Ku: Penurunan 3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial
N Skala Awal Akhir
kesadaran untuk memasukkan alat membuka jalan
o
2. Kesadaran: coma
1 Suara nafas 2 4 nafas
3. GCS: E1VtM1,
tambahan 4. Masukkan alat nasopharingeal airway
4. Terpasang Ventlator, 2 Pernapasan 4 5 (NPA) atau oropharingeal airway (OPA)
5. RR: 30x/m, cuping hidung 5. Posisikan klien untuk memaksimalkan
3 Akumulasi 3 5
N : 65x/M ventilasi
0 sputum
T : 37,5 C
4 Freuensi 3 5 6. Lakukan penyedotan melalui endotrakea
TD: 100/60 mmHg
pernafasan dan nasotrakea
6. Terdapat secret di selang Indikator: 7. kelola nebulizer ultrasonik
ETT dan mulut 1. Sangat berat 8. posisikan untuk meringankan sesak
7. Suara nafas stridor 2. berat napas
3. sedang 9. auskultasi suara nafas, catat area yang
4. ringan ventilasinya menurun atau tidak ada dan
5. tidak ada adnaya suara tambahan
10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien.
11. Kolaborasi dengan timdokter dala
pemberian obat
3 Ketidakefektian perfusi jaringan NOC: perfusi jaringan: cerebral NIC: Monitor tekanan intra kranial
serebral b/d trauma Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 1. Monitor status neorologis
DS : tidak dapat dinilai jam perfusi jaringan serebral klien tidak 2. Monitor intake dan ouput
DO : ada masalah dengan kriteria hasil: 3. Moniotr tekanan aliran darah ke otak
No Skala Awal Akhir 4. Monitor tingkat CO2 dan pertahankan
1. Ku: penurunan kesadaran
1 Muntah 4 5 dalam parameter yang ditentukan
2. Kesadaran: coma 2 Demam 4 5
3 Kognisi 1 5 5. Periksa klien terkait adanya tanda kaku
3. GCS: E1VtM1,
terganggu kuduk
4. Terpasang Ventilator,
4 Penurunan 1 5 6. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
5. RR: 30x/m,
tingkat kesadaran mengoptimalkan perfusi jaringan serebral
N : 65x/M 5 Refleks saraf 1 5
7. Berikan informasi kepada keluarga/ orang
T : 37,50C terganggu
penting lainnya
TD: 100/60 mmHg Indikator: 8. Beritahu dokter untuk peningkatan TIK
6. Pupil anisokor 1. Berat yang tidak bereaksi sesuai peraturan
7. Kebiruan sekitar mata 2. Besar perawatan.
(jejas) 3. Sedang 9. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
8. Kepala bengkak dan 4. Ringan pemberian obat
asimetris 5. Tidak ada
15. ALGORITMA
(8)
DAFTAR PUSTAKA
1. Tana L. Faktor Yang Berperan Pada Lama Rawat Inap Akibat Cedera Pada Kelompok
Pekerja Usia Produktif di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat. 2016;“Vol. 19”(No.
1):75–82.
2. Putra MB. Karakteristik pasien cedera kepala di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD )
Umbu Rara Meha Waingapu. 2019;10(2):511–5.