Anda di halaman 1dari 7

KECEMASAN MAHASISWA PERAWAT SEBELUM MENGIKUTI UJIAN

KETRAMPILAN DI LABORATORIUM

Suyanto, Retno Isrovianingrum


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang,
suyanto@unissula.ac.id

Abstract :Introduction: Implementation of skills evaluation in the laboratory is


necessary to see how far the ability has been achieved. Objective structured clinical
examination (OSCE) becomes one of the evaluation techniques used. the purpose of
this study is to know prevalence of the anxiety and the factors that cause anxiety
before following the OSCE in first-degree nursing students. Methodology: This
research is a descriptive research, as many as 89 respondents selected by using
simple random sampling. The questionnaire used was Nursing Skills Anxiety Scale
Test (NSTAS). Results: 65 respondents (73%) experienced anxiety with most of the
sexes were women (89,9%), and 56 respondents (62.9%) were 18 years old. Factor’s
related to anxiety included environment (50,5%), exam it self (44,9%) and observer
(44,9%). Discussion: there is a need for further research on the impact of anxiety
before taking the OSCE examination with graduation rates on each skill performed.

Keywords: Anxiety, Objective structured clinical examination (OSCE)

Abstrak : Pendahuluan: Pelaksanaan evaluasi ketrampilan di laboratorium sangat


diperlukan untuk melihat sejauh mana kemampuan yang telah dicapai mahasaiswa.
Objective structured clinical examination (OSCE) menjadi salah satu tehnik evaluasi
yang digunakan. tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya kejadian kecemasan
dan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan sebelum mengikuti OSCE pada
mahasiswa keperawatan tingkat pertama. Metodologi : penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif, sebanyak 89 responden dipilih dengan menggunakan simple
random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Nursing Skills Test Anxiety
Scale (NSTAS). Hasil : 65 responden (73%) mengalami kecemasan dengan sebagian
besar jenis kelamin adalah perempuan (89,9%), dan 56 responden (62,9%) berusia 18
tahun. Faktor-faktor yang memiliki nilai tinggi antaralain faktor situasi lingkungan
(50,5%), ujian (44,9%) dan sikap observer (44,9%). Diskusi : perlu adanya penelitian
lanjut mengenai dampak dari kecemasan sebelum mengikuti ujian OSCE dengan
tingkat kelulusan pada setiap ketrampilan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Kata kunci : Kecemasan, Objective structured clinical examination (OSCE)

PENDAHULUAN calon perawat. Kompetensi dapat


Ketrampilan merupakan kompetensi diartikan sebagai suatu kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh seorang yang dimiliki oleh seseorang dan

97
Suyanto, Isrovianongrum; Kecemasan Mahasiswa Perawat Sebelum Mengikuti 98
Ujian Ketrampilan Di Laboratorium

dapat diobservasi dalam semester baik pada mahasiswa di


menyelesaikan suatu pekerjaan atau tingkat awal sampai mahasiswa
tugas dengan standart kinerja tingkat akhir program akademik.
performance yang ditetapkan. Adapun Mahasiswa tingkat awal yang belum
kompetensi mencakup tiga aspek yaitu terpapar dengan OSCE
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) memungkinkan terjadinya kecemasan
dan ketrampilan (skill) (DIKTI. 2016). (Mavis, 2010).
Teori terkait menyatakan bahwa
standart minimal kompetensi Penelitian yang terkait menyatakan
ketrampilan dapat diketahui dengan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
dilakukannya uji kompetensi melalui mempengaruhi terjadinya kecemasan
ujian ketrampilan di laboratorium pada mahasiswa saat menghadapi
dengan metode OSCE/OSCA. Metode ujian ketrampilan. Faktor-faktor
OSCE dapat diartikan sebagai suatu tersebut antaralain adalah sikap
metode penilaian mahasiswa atau pengawas ujian (observer), suasana
lulusan pendidikan kesehatan yang lingkungan ujian, ketrampilan
lebih kompleks (Turner & Dankoski, mahasiswa, ujian, dan perasaan
2008). internal yang dirasakan oleh
Bentuk evaluasi dari ketrampilan mahasiswa yang bersangkutan seperti
mahasiswa keperawatan adalah perasaan khawatir selama proses ujian
dengan dilakuknnya ujian ketrampilan atau perasaan tidak yakin kalau akan
di laboratorium dengan menggunakan lulus ujian ketrampilan (Yang et al
model OSCE. OSCE dianggap sebagai ,2014). Tujuan penelitian ini adalah
format uji kedua yang paling bagus diketahuinya kejadian kecemasan pada
oleh 53 (35,1%) responden, dan 56 mahasiswa keperawatan tingkat
(37,1%) juga menyarankan agar pertama yang akan melakukana ujian
OSCE perlu digunakan lebih banyak ketrampilan di laboratorium serta
daripada format penilaian lainnya faktor-faktor yang mendukung
(Nasir et al, 2014). kecemasan mahasiswa tersebut.
Ujian merupakan salah satu cara
mengevaluasi mahasiswa terhadap METODE
suatu materi belajar dan juga menjadi Desain penelitian yang digunakan
sumber kecemasan bagi mahasiswa dalam penelitian ini adalah deskriptif
(Basuki,Ismet 2015). Ujian design. 89 responden dilibatkan dalam
ketrampilan di laboratorium harus penelitian ini, adapun tekning
dapat dilaksanakan secara cepat dan pengambilan sample yang dipakai
tepat serta harus dilakukan secara adalah simple random sampling.
lengkap tanpa terlewati satu unsur pun Kriteria inklusi penelitian ini adalah
dalam waktu uji yang singkat (± 10 seluruh mahasiswa tingkat pertama
menit tiap satu keterampilan), untuk yang baru pertama kali melakukan
mendapatkan nilai yang bagus (Arief, ujian ketrampilan di laboratorium
Suwadi, & Sumarni, 2003). Hal dengan model evaluasi berupa OSCE.
tersebut memungkinkan timbulnya Sedangkan kriteria eksklusi pada
kecemasan pada mahasiswa penelitian ini adalah mahasiwa yang
keperawatan sebelum melaksanakan saat pengambilan data tidak hadir.
ujian lab klinik keperawatan. Alasan Data diambil pada bulan januari 2018.
lainnya bahwa ujian OSCE Instrumen yang digunakan adalah
dilaksanakan pada setiap akhir kuesioner berupa NTSAS.
99 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 97-103

Pengambilan data dilakukan saat Tabel.1 didapatkan data bahwa jenis


berada di ruang isolasi sebelum kelamin perempuan mendominasi
mahasiswa melakukan ujian sampel dengan jumlah 80 responden
ketrampilan. Uji analisis data yang (89,9%). Sedangkan untuk umur yang
digunakan adalah uji distribusi paling banyak adalah umur 18 tahun
frekuensi dengan melihat jumlah dan sebesar 56 respondn (62,9%).
persentase masing-masing variabel
yang ingin dilihat.
TABEL.2 Kejadian kecemasan
HASIL DAN PEMBAHASAN pada responden (n = 89)
Hasil
Tabel 1. Karakteristik Responden
berdasarkan jenis kelamin dan Variabel Frekuensi Prosentase
umur ( n = 89) Cemas 65 73
Variabel Frekuensi Prosentase Tidak cemas 24 27
Jenis Kelamin Jumlah 89 100
Laki-laki 6 10,1
Perempuan 80 89,9 Tabel.2 menunjukkan bahwa angka
Jumlah 89 100 kejadian mahasiswa yang mengalami
Umur kecemasan saat akan melakukan ujian
17 8 10 ketrampilan adalah sebanyak 65
18 56 62,9 responden (73%).
19 21 23,6
20 4 4,5
Jumlah 89 100

Tabel.3 Gambaran faktor-faktor kecemasan pada responden (n =89)


variabel Sangat tidak Tidak Netral Setuju Sangat setuju
setuju (%) setuju (%) (%) (%) (%)
Perasaan intern 36 (40,4%) 26 20 7 -
mahasiswa (26,6%) (22,5%) (7,9%)
Integritas fisik 11 (12,4%) 28 28 20 2 (2,2%)
(31,5%) (31,5%) (22,5%)
Ketrampilan 9 (10,1%) 11 48 19 2 (2,2%)
mahasiswa (12,4%) (53,9) (21,3%)
Sikap pengawas 1 (1,1%) 13 35 27 13 (14,6%)
ujian (14,6%) (39,3%) (30,3%)
Situasional 4 (4,5%) 11 29 35 10 (11,2%)
(lingkungan) (12,4%) (32,6%) (39,3%)
Ujian 4 (4,5%) 10 35 30 10 (11,2%)
(11,2%) (39,3%) (33,7%)

Tabel.3 didapatkan hasil bahwa faktor setuju. Faktor yang terakhir adalah
situasional (lingkungan) yang paling faktor sikap pengawas ujian dirasakan
tinggi dengan 35 (39,3%) responden sebagai faktor yang membuat cemas
mengatakan setuju, faktor yang kedua dengan 27 (30,3%) responden
adalah faktor ujian ketrampilan mengatakan setuju.
sebanyak 30 (33,7%) mengatakan
Suyanto, Isrovianongrum; Kecemasan Mahasiswa Perawat Sebelum Mengikuti 100
Ujian Ketrampilan Di Laboratorium

Hasil analisis data didapatkan bahwa Kecemasan dalam mengahadapi ujian


mahasiswa dominan mengalami ketrampilan dapat dipengaruhi banyak
kecemasan sebelum melakukan ujian faktor, antara lain observer, situasi
ketrampilan di laboratorium degan lingkungan, ujian itu sendiri, jenis
metode OSCE. Hasil penelitian ini kelamin dan sebagainya.
sesuai dengan penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa OSCE adalah Jenis kelamin pada penelitian ini
metode penilaian yang paling dominannya adalah perempuan. Hal
menimbulkan kecemasan dan siswa ini juga dapat mempengaruhi tingkat
mempersiapkan lebih banyak untuk kecemasan yang dialami. Hal ini
OSCE daripada ujian lainnya (Brands sesuai dengan pendapat yang
& Scoonheim-Klein, 2009). Hasil menyatakan bahwa wanita atau
penelitian terkait lainnya menyatakan perempuan lebih peka terhadap
bahwa 53% responden merasa gugup emosinya, sehingga hal tersebut yang
saat akan melakukan ujian OSCE akan mempengaruhi perasaan
(Nasir et al, 2014). Hasil penelitian cemasnya (Kaplan,Saddock,& Grabb,
relevan lainnya menunjukkan bahwa 2010). Hasil penelitian ini berbeda
OSCE menyebabkan lebih banyak dengan penelitian lainnya yang
kecemasan daripada format penilain menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
lainnya (Mahsa et al, 2017). berpengaruh banyak terhadap
kecemasan siswa sebelum melakukan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ujian. Jenis kelamin wanita memiliki
emosi dan pengalaman subjektif skor akhir yang relatif tinggi pada nilai
individu terhadap objek yang tidak OSCE yang didapat (Brands &
jelas dan spesifik akibat antisipasi Scoonheim-Klein, 2009). Penelitian
bahaya yang memungkinkan individu lain menunjukkan bahwa jenis
melakukan tindakan untuk kelamin perempuan tidak
menghadapi ancaman. Situasi ini menunjukkan skor kecemasan yang
menimbulkan perasaan yang tidak tinggi saat mengikuti OSCE (Hadi et
menyenangkan dalam bentuk perasaan al, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa
gelisah, takut atau bersalah jenis kelamin bukan merupakan faktor
(Supriyantini, 2010). Teori lainnya yang menentukan kecemasan dalam
menyatakan bahwa kecemasan dapat menghadapi ujian OSCE tetapi dapat
diartikan sebagai sebuah reaksi menjadi faktor pendorong terjadinya
emosional yang berlebihan, sensitif, kecemasan pada siswa.
dan depresi yang tumpul (Taylor-
Clift,Morris, Kovacs, & Rottenberg, Umur responden paling banyak
2011). Pendapat lainnya menyatakan berumur 18 tahun. Umur juga bisa
bahwa kecemasan merupakan bentuk mempengaruhi kecemasan. Pendapat
penolakan dari seorang individu yang yang relevan menyatakan bahwa
memunculkan perasaan takut (Stuart kriteria diagnostik seseorang
& Sundeen, 2013). Dalam konteks mengalami gangguan kecemasan pada
kecemasan menghadapi ujian umumnya adalah berusia 18 tahun
ketrampilan merupakan sebuah respon atau lebih (Ramaiah, 2007). Pendapat
emosi yang dialami oleh individu lain menyatakan bahwa umur
sebagai suatu reaksi dalam berkaitan erat dengan tingkat maturasi
menghadapi ujian yang bisa (kematangan) individu. Tingkat
memberikan dampak psikis dan fisik. maturasi inividu akan mempengaruhi
101 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 97-103

tingkat kecemasan (Potter & Perry, stimulus Makin besar stressor, makin
2005). besar respon stress yang ditimbulkan.
Pengkondisina stressor masing-masing
Hasil analisis data menunjukkan orang sangat berbeda-beda. Beberapa
bahwa ada 3 faktor yang memiliki mahasiswa yang akan mengikuti ujian
nilai yang cukup tinggi pada OSCE ada yang menganggap bahwa
mahasiswa yang mengalami OSCE adalah stressor yang kecil atau
kecemasan. Tiga (3) faktor tersebut ringan, tetapi ada sebagian besar
adalah situasi saat ujian berlangsung, lainnya yang menganggap bahwa
ujain itu sendiri dan yang terakhir OSCE adalah stressor yang berat
adalah sikap pengawas ujian sehingga menyebabkan kecemasan
(observer). Ketiga faktor tersebut (Potter& Perry, 2005).Hasil penelitian
memiliki nilai yang cukup besar, terkait menunjukkan bahwa meskipun
meskipun dalam penelitian ini tidak siswa sudah menyiapkan dengan
menganalisis faktor mana yang paling sebaik mungkin dalam menghadapi
besar pengaruhnya terhadap ujian metode OSCE tetapi kecemasan
kecemasan yang dialami mahasiswa. yang diraskan oleh siswa juga tetap
meningkat (Mahsa et al, 2017).
Situasi lingkungan saat ujian
merupakan faktor yang paling tinggi Faktor ketiga yang memiliki nilai
nilainya. Hal ini sejalan dengan hasil cukup tinggi sebagai faktor yang dapat
penelitian lainnya yang menyatakan mempengaruhi kecemasan adalah
bahwa adanya perasaan khawatir dari sikap pengawas ujian (observer). Hasil
mahasiswa mengenai suasana penelitian kualitatif yang dilakukan
lingkungan selama dilakukan ujian oleh Budi, wardhaningsih, dan afandi
ketrampilan keperawatan (Yang et al, (2017) menyatakan bahwa sikap
2014). Penelitian terkait lainnya penguji yang kurang siap seperti
menyatakan bahwa Lingkungan memberikan komentar saat ujian
pembelajaran dan situasi lingkungan membuat mahasiswa menjadi gerogi.
merupakan faktor penting dalam Hasil penelitian lainnya menyatakan
proses pembelajaran (Papastavrou, et bahwa saat pengawas mengamati
al. 2010). Mahasiswa keperawatan mahasiswa melakukan ujian
tingkat pertama yang baru pertama ketrampilan, mahasiswa menjadi
kali melakukan ujian ketrampilan terancam dan hal tersebut
sangat memungkin memunculkan menimbulkan kecemasan (Marwaha,
kecemasan khususnya karena mereka 2011).
berada pada lingkungan atau situsai
yang baru.Pendapat relevan lainnya Keterbatasan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa seseorang yang adalah penelitian ini adalah penelitian
berada pada lingkungan baru atau awal pada satu institusi dengan satu
asing, lebih mudah mengalami variabel, belum membandingkan
kecemasan dibandingkan dengan antara tingkat kecemasan dengan nilai
seorang individu yang berada pada akhir OSCE mahasiswa, belum
lingkungan yang sudah biasa ditempati membandingkan tingkat kecemasan
(Stuart& Sundeen, 2013). antara tingkat pertama dengan tingkat
kedua, ketiga dan keempat.
Faktor kedua yang memiliki nilai
cukup tinggi adalah faktor ujian itu
sendiri. Ujian ketrampilan merupakan
Suyanto, Isrovianongrum; Kecemasan Mahasiswa Perawat Sebelum Mengikuti 102
Ujian Ketrampilan Di Laboratorium

SIMPULAN Keperawatan Dalam Menghadapi


Kecemasan dialami oleh mahasiswa Ujian Skill Laboratorium: Studi
keperawatan tingkat satu yang akan Mixed Methods di STIKES
mengikuti ujian ketrampilan di Banyuwangi. Thesis,UMY
laboratorium. Hal ini dapat DIKTI. (2016). Uji Kompetensi
mempengaruhi performance saat Nasional Progam Pendidikan
melakukan tindakan selama D3 Keperawatan untuk
Profesionalitas Tenaga
pelaksanaan ujian.
Perawat.
Perlu kiranya dilakukan tindakan- http://belmawa.ristekdikti.go.id
tindakan tertentu untuk mengurangi Hadi et al.(2017). Impact of test
kecemasan sebelum dilakukannya anxiety on pharmacy students’
ujian ketrampilan. Untuk penelitian performance in Objective
selanjutnya perlu dilihat sejauh mana Structured Clinical
pengaruh kecemasan tersebut dapat Examination: a cross-sectional
surve. Journal of IJPP;DOI:
mempengaruhi kelulusan ketrampilan
10.1111/ijpp.12389
yang diujikan. Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb,
JA. (2010). Kaplan-Sadock
DAFTAR PUSTAKA Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Prilaku Psikiatri
Arief, Suwadi, Sumarni. (2013). Klinis. Tangerang; Bina Rupa
Hubungan kecemasan Aksara.
menghadapi ujian skills lab Mahsa et al. (2017). Measurement of
modul shock dengan prestasi the levels anxiety, self-perception
yang dicapai pada
of preparation and expectations
mahasiswa FK Universitas
Gajah Mada angkatan 2000. for success using an objective
http://www.ebookspdf.org/downl structured clinical examination, a
oad/kecemasan.html written examination, and a
Basuki, Ismet dkk. (2015). preclinical preparation test in
Asesmen Pembelajaran. Kerman dental students. Journal
Remaja. Bandung; Rosdakarya of Education Health Promotion,
Offset..
6: 28. doi:
Brand, H,S., & Schoonheim-Klein, M.
(2009). Is the OSCE more 10.4103/jehp.jehp_97_15
stressful? Examination anxiety Mavis B. (2010). Assessing student
and its consequences in different performance. In: Jeffries WB,
assessment methods in dental Huggett KN,
education. Europe Journal Dentis Marwaha S. Objective Structured
Education. ;13(3):147-53. doi: Clinical Examinations (OSCEs),
10.1111/j.1600- psychiatry and clinical assessment
0579.2008.00554.x. of skills and competencies
Budi, Y,S., Wardhani,S.,& Afandi,M. (CASC) same evidence, Different
(2017). Faktor-Faktor yang Judgment. Medical School of
Mempengaruhi Kecemasan Warwick Coventry UK. BMC
Mahasiswa Program Studi D III Psychiatry. 2011: 1-6
103 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 97-103

Nasir et al. (2014). Medical students' Supriyantini. (2010). Perbedaan


perception of objective structured Kecemasan Dalam Menghadapi
clinical examination: a feedback Ujian Antara Siswa Program
for process improvement. Journal Reguler dengan Program
Surgical Education. ;71(5):701-6. Akselerasi. Tesis. Universitas
doi: 10.1016/j.jsurg Sumatra Utara. Sumatra Utara
Papastavrou, E., Lambrinou, E.,
Tsangari, H., Saarikoski, M. Taylor-Clift, A., Morris, B.,
& Leino-Kilpi, H. (2010). Kovacs, M., & Rottenberg, J.
Student nurses experience of (2011). Emotion modulated
learning in the clinical startle in anxiety disorders is
environment. Nurse Education blunted as a function of co-
in Practice, vol. 10, no. 3, pp. morbid depressive episodes.
176-82 editors. An introduction Psychological Medicine, 41, 129-
to medical teaching. New 139.
York: Springer Turner, J., Dankoski, E. (2008).
Potter, P.A & Perry, A.G. Objective Structured Clinical
(2005).Buku Ajar Fundamental Exams: A Critical. Review.
Keperawatan : Konsep, Proses, https://www.stfm.org/f
Dan Praktik.Edisi 4.Volume Yang, R., Lu, Y., Chung, M. &
1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, Chang, S. (2014). Developing a
dkk. Jakarta, EGC short version of the test anxiety
Ramaiah. (2007). Kecemasan: scale for baccalaureate nursing
Bagaimana Mengatasi skills test - A preliminary
Penyebabnya. Jakarta; Pustaka study. Nurse Education in
Obor. Practice, vol. 14, no. 6, pp. 586-
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J. 590.
(2013). Buku Saku Keperawatan
Jiwa, Edisi 3. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai