Anda di halaman 1dari 12

FORMAT LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Relaksasi Progresif Pada Tn. N


di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Kab. Karanganyar

Hari : Senin
Tanggal : 19 Oktober 2020
Jam : 10.20 WIB

A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri merasakan nyeri daerah epigastrium, terasa
terbakar di daerah epigastrium

B. Diagnosa medis
Ulkus Peptikum

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia

D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan


DS :
- Klien mengatakan nyeri seperti terbakar di daerah ulu hati
- P: nyeri pada saat terlambat makan
- Q: nyeri seperti terasa terbakar
- R: nyeri dirasakan pada bagian epigastrium
- S: 6
- T: hilang timbul
DO :

- Klien tampak meringis kesakitan


- Klien tampak gelisah
- Ada nyeri tekan di bagian epigastrium
- Obs. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37,5 oC

E. Dasar pemikiran
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang
dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah
satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya
asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit(Perry & Potter,
2009)
NANDA International 2015-2017 mendefinisikan Nyeri Akut sebagai
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
Sedangkan Nyeri Kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Adapun didalam keperawatan, selain
melalui terapi farmakologis nyeri bisa diatasi dengan teknik relaksasi
progresif sebagai pengalihan nyeri.
Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan kenyakinan
bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi progresif
dilakukan dengan memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks. Relaksasi progresif ini sebagai salah satu teknik untuk
mengurangi dengan cara menegangkan dan merilekskan otot secara
bergantian
F. Prinsip tindakan keperawatan
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan
teknik ini yaitu:
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi.
1. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan
sepatu.
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya
mengikat.

b. Prosedur
1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10
detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian
belakang.

a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan


tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit
Gambar gerakan 1 dan 2
.
3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar
padabagian atas pangkal lengan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga
otot Biseps akan tegang

4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya


mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan
yang terjadi di bahu punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah
(seperti dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot
rahang.
7. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gambar 5, 6, 7 dan 8
8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian
depan maupun belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian
rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian
belakang leher dan punggung atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
c) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
d) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
e) Punggung dilengkungkan
f) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks.
g) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lurus.

10. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.


a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan relaks

Gambar 9, 10, 11, 12

11. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut


a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik,
lalu dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

12. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti


paha dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas. Ulangi
setiap gerakan masing-masing dua kali.
G. Analisis tindakan
Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan
kenyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan
kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik
relaksasi progresif dilakukan dengan memusatkan perhatian pada suatu
aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks. Relaksasi progresif ini sebagai salah
satu teknik untuk mengurangi nyeri dengan cara menegangkan dan
merilekskan otot secara bergantian. Teknik ini dikembangkan sejak pada
awal tahun 1920-an. Dalam terapi ini diyakini bahwa karena kecemasan
menyertai ketegangan otot, sehingga untuk dapat mengurangi
kecemasan tersebut harus dengan belajar bagaimana untuk
mengendurkan otot-otot yang tegang.
Terjadinya ketegangan otot dapat diterangkan bahwa tubuh
manusia terdapat620 otot skeletal. Otot-otot ini sebagai otot volunter
yang dapat dilatih secara sadar, dan otot skeletal tersusun dari ikatan
serabut pararel, dimana masing-masing serabut terbuat dari sejumlah
slim filament yang dapat mengkerut dan memanjang atau melebar.
Apabila beribu-ribu slim filament bekerja dalam koordinasi, maka otot
akan berkonstraksi, glycogen yang berbentuk gula akan terurai menjadi
tenaga dan asam laktat yang dapat menimbulkan kelelahan. Ketika otot-
otot dalam keadaan rileks, asam laktat akan dibuang melalui aliran
darah, akan tetapi jika otot-otot dalam keadaan tegang untuk jangka
panjang, sirkulasi darah menjadi terhambat dan kelelahan terbentuk
dengan cepat, penimbunan ini mengarah pada ketegangan sehingga
menghasilkan rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Pada teknik relaksasiprogresif tidak memiliki resiko apapun. Akan
tetapi ada hal yang perlu diperhatikan pada saat akan melakukan teknik
relaksasi progresif, diantaranya yaitu memperhatikan skala nyeri yang
dialami oleh pasien. Pasien yang memilki skala nyeri 6 atau diatas 6
tidak bisa dilakukan tindakan ini. Skala nyeri tinggi perlu memerlukan
terapi farmakologis untuk mengurangi nyeri akut yang dialami. Teknik
relaksasi progresif dalam hanya bisa dilakukan oleh pasien yang
mempunyai skala nyeri rendah sampai sedang.

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Mengkaji nyeri PQST kembali secara komperhensif
Mengobservasi TTV
J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S:
 Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri agak berkurang
 P: nyeri pada saat terlambat makan
Q: nyeri seperti terasa terbakar
R: nyeri dirasakan pada daerah epigastrium
S: 2
T: hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan pasien untuk relaksasi tiap kali nyeri timbul, mengalihkan
perhatian dengan tidur, berbincang-bincang, ataupun dengan
mendengarkan musik.
K. Evaluasi diri
Saat melakukan tindakan, perawat lupa untuk menjelaskan kontrak
waktu prosedur tindakan.
L. Daftar pustaka / referensi
Abdullah (2014). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa
KeperawatanJakarta, TIM
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Mediart.
Smeltzer, Suzane C., and Bare, Brenda G., (2008). Buku Ajar
Kesehatan Medical Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
(Perry & Potter, 2009). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
EGC

Mengetahui,
Pembimbing Klinik/CI Mahasiswa praktikan,

(………………….………) Nurjanah Estu


Pamungkas
NIM. P27220020263

Anda mungkin juga menyukai