Anda di halaman 1dari 74

1

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET


MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU

BAGINDA BUDIMAN RITONGA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet
Millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu adalah hasil karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 26 Januari 2012

Baginda Budiman R
viii

ABSTRAK

BAGINDA BUDIMAN RITONGA. Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet


Millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh SUGENG
HARI WISUDO dan JOHN HALUAN.

Kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Indramayu sebagai


pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya adalah
pengembangan kawasan PPI Karangsong di Desa Karangsong, Kecamatan
Indramayu. Alat tangkap gillnet sangat banyak digunakan oleh nelayan, terdapat
jenis gillnet yang populer yaitu gillnet millenium atau jaring millenium.
Penggunaan gillnet millenium oleh nelayan berkembang dengan pesat dan
menghasilkan keuntungan yang besar. Namun, kendala yang dihadapi yaitu
semakin mahalnya harga BBM dan iklim yang tidak menentu dapat mengancam
usaha penangkapan gillnet millenium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
keragaan teknis, mengidentifikasikan usaha, dan menentukan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam usaha unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong,
Indramayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem, sehingga dapat
diketahui potensi usaha gillnet millenium di Karangsong dalam menghadapi
kendala-kendala yang dihadapi. Analisis data terdiri dari analisis teknis, analisis
usaha unit penangkapan gillnet millenium, dan analisis faktor-faktor produksi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapal yang beroperasi di PPI
Karangsong berbahan dasar kayu dengan ukuran kapal 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40
GT dan 60 GT. Jaring millenium yang digunakan oleh nelayan terbuat dari bahan
polyamide monofilament, ukuran jaring millenium yang dioperasikan berdasarkan
ukuran kapal yaitu sepanjang 20 pieces hingga 110 pieces. Nelayan di
Karangsong sebagian besar merupakan nelayan penuh, nelayan berdasarkan
struktur sosialnya yaitu juragan, jurumudi, dan bendega (anak buah kapal). Nilai
R/C kelima ukuran kapal bernilai > 1 yang berarti layak untuk diusahakan, nilai
PP dari kapal ukuran 5 GT sebesar 0,64 dan nilai PP dari kapal ukuran 20-60 GT
> 2, nilai ROI pada kapal berukuran 5 GT sebesar 155% dan kapal ukuran 20-60
GT sebesar 36%-48%. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara bersama-
sama terhadap hasil produksi yaitu GT Kapal (X1), jumlah ABK (X2), jumlah
bahan bakar (X3), dan investasi (X4). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh
secara sendiri-sendiri yaitu GT Kapal (X1) dan jumlah bahan bakar (X3).

Kata kunci: analisis usaha, gillnet millenium, Indramayu, pendekatan sistem.


ix

© Hak cipta IPB, Tahun 2012


Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
x

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET


MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU

BAGINDA BUDIMAN RITONGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
xi

Judul Skripsi : Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di


Karangsong, Kabupaten Indramayu
Nama : Baginda Budiman Ritonga
NIM : C44070066
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Sugeng Hari Wisudo, S.Pi, M.Si Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc
NIP: 19660920 199103 1 001 NIP: 19460527 197412 1 001

Mengetahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.


NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 7 Februari 2012


xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Judul dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Mei-Juni 2011 ini adalah “Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di
Karangsong, Kabupaten Indramayu”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Sugeng Hari Wisudo, S.Pi, M.Si dan Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc selaku
dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan;
2. Kedua orang tua, Bapak Ruslan Ritonga dan Ibu Ratna Siregar yang setiap saat
mendoakan dan memberikan yang terbaik. Kakak dan adikku, Manda dan
Adinda atas doa dan dukungannya;
3. Bapak Cartisa yang telah memberikan informasi usaha perikanan gillnet
millenium;
4. Mukhlish, Khaerul, Roisul, Diki, Leo, Ochim, Lukman, Allan dan Iqbal (44
b19) atas bantuan yang diberikan;
5. Willy, Nooke, Dede, Ade, Baskoro, Danang, Fadli dan teman-teman PSP 44
yang telah memberikan semangat;
6. Bou Rostina, Uda Syam, dan Bang Rizal atas bantuannya selama di Bogor;
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Baginda Budiman R
xiii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April


1989 dari pasangan Bapak Ruslan Ritonga dan Ibu Ratna
Siregar. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Josua Medan pada tahun 2007
2007 d dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur melalui . Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis
memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi.
Penulis pernah menjabat sebagai anggota Divisi Human Resources Development
Forum Keluarga Muslim FPIK IPB (FKM C) tahun 2009-2010, anggota Divisi
Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
(HIMAFARIN) tahun 2010-2011. Tahun 2011 hingga 2012, penulis melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di
Karangsong, Kabupaten Indramayu” untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
viii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat........................................................................................................ 2
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap ........................................................ 3
2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium ......................................................... 3
2.1.2 Kapal dan nelayan gillnet millenium................................................ 5
2.1.3 Metode pengoperasian ..................................................................... 5
2.1.4 Hasil tangkapan ................................................................................ 6
2.2 Analisis Usaha............................................................................................. 6
2.3 Fungsi Produksi........................................................................................... 7
2.4 Perikanan Tangkap Sebagai Sistem ............................................................ 7
2.5 Definisi Sistem ............................................................................................ 8
2.6 Pendekatan Sistem ...................................................................................... 9
2.7 Analisis Sistem.......................................................................................... 10
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 11
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian...................................................................................... 11
3.4 Pengumpulan Data .................................................................................... 12
3.4.1 Data primer...................................................................................... 12
3.4.2 Data sekunder.................................................................................. 12
3.5 Analisis Data ............................................................................................. 12
3.5.1 Analisis teknis ................................................................................. 12
3.5.2 Analisis pendapatan usaha .............................................................. 13
3.5.3 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost ratio) .... 13
vii
i
ix

3.5.4 Payback period................................................................................ 14


3.5.5 Return of investment........................................................................ 14
3.5.6 Analisis fungsi produksi.................................................................. 14
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis dan Topografis........................................................... 16
4.2 Keadaan Iklim Indramayu ......................................................................... 16
4.3 Demografi.................................................................................................. 17
4.4 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Indramayu ................................ 17
4.4.1 Tempat pelelangan ikan .................................................................. 17
4.4.2 Unit penangkapan ikan.................................................................... 18
4.4.3 Koperasi .......................................................................................... 20
4.4.4 Produksi dan nilai produksi............................................................. 20
4.4.5 Daerah penangkapan ikan ............................................................... 21
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Teknis Perikanan Gillnet Millenium ........................................... 23
5.1.1 Unit penangkapan ikan.................................................................... 23
5.1.2 Kegiatan operasi penangkapan ikan................................................ 25
5.2 Analisis Usaha Penangkapan Gillnet Millenium ....................................... 28
5.2.1 Modal investasi ............................................................................... 28
5.2.2 Biaya operasional usaha .................................................................. 28
5.2.3 Pendapatan usaha ............................................................................ 29
5.2.4 Sistem bagi hasil ............................................................................. 29
5.2.5 Analisis finansial usaha................................................................... 30
5.3 Analisis Faktor-Faktor Produksi Penangkapan Gillnet Millenium ........... 32
5.4 Analisis Sistem Perikanan Gillnet Millenium ........................................... 36
5.4.1 Analisis kebutuhan .......................................................................... 36
5.4.2 Formulasi masalah .......................................................................... 37
5.4.3 Identifikasi sistem ........................................................................... 37
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 42
6.2 Saran.......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 43
LAMPIRAN......................................................................................................... 45

ix
x

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangsong
pada 2011......................................................................................................... 17
2 Jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun 2005-2009........................ 19
3 Jumlah nelayan di Indramayu tahun 2005-2009 ............................................. 20
4 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun 2006-2010 ... 20
5 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong Indramayu berdasarkan
alat tangkap jaring millenium dan jaring rampus menurut catatan KPL
Mina Sumitra Indramayu ................................................................................ 21
6 Perbandingan biaya investasi pada masing-masing ukuran kapal .................. 28
7 Perbandingan biaya usaha pada masing-masing ukuran kapal per tahun ....... 29
8 Pendapatan usaha gillnet millenium per trip ................................................... 29
9 Pendapatan sistem bagi hasil per tahun .......................................................... 30
10 Analisis finansial usaha gillnet millenium ...................................................... 31
11 Nilai koefisien regresi (bi), standard error koefisien regresi (Sbi) dan t-hitung
fungsi produksi unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong .............. 33
12 Nilai koefisien regresi pada faktor GT kapal dan jumlah BBM ..................... 33
13 Analisis varian untuk uji koefisien regresi fungsi produksi unit
penangkapan gillnet millenium di Karangsong ............................................... 34
20 Kebutuhan dari pihak yang terlibat dalam sistem perikanan
gillnet millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu................................ 36

x
xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Proses pengoperasian gillnet millenium .......................................................... 6
2 Jenis dan jumlah alat tangkap di Indramayu 2005-2009 ................................. 18
3 Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPI Karangsong tahun
2010 ................................................................................................................. 19
4 Daerah penangkapan ikan................................................................................ 22
5 Konstruksi jaring millenium (kapal 5 GT) ...................................................... 24
6 Proses persiapan perbekalan melaut ............................................................... 25
7 Alat bantu gillnet millenium ............................................................................ 26
8 Kegiatan lelang di PPI Karangsong................................................................. 27
9 Grafik hubungan antara GT kapal (X1) terhadap produksi (Y) ...................... 34
10 Grafik hubungan antara jumlah BBM (X3) terhadap produksi (Y) ................ 35
11 Diagram sebab akibat sistem usaha perikanan gillnet millenium.................... 37
12 Diagram input-output ...................................................................................... 39
13 Diagram stuktur sistem usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong .... 40

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Lokasi penelitian ............................................................................................. 46
2 Hasil analisis usaha unit penangkapan gillnet millenium 2011 ....................... 47
3 Volume dan nilai produksi jaring millenium di PPI Karangsong Indramayu
berdasarkan jenis ikan pada bulan Januari-Mei 2011 menurut catatan KPL
Mina Sumitra ................................................................................................... 50
4 Gambar fasilitas di PPI Karangsong................................................................ 53
5 Gambar kapal gillnet millenium ...................................................................... 54
6 Data faktor-faktor produksi unit penangkapan gillnet millenium.................... 56
7 Hasil analisis regresi Cobb-Douglas unit penangkapan gillnet millenium...... 58
8 Data faktor-faktor produksi unit penangkapan gillnet millenium yang
berpengaruh nyata pada uji t............................................................................ 59
9 Hasil analisis regresi Cobb-Douglas unit penangkapan gillnet millenium
pada faktor-faktor yang berpengaruh nyata .................................................... 60
10 Gambar kegiatan perikanan di Karangsong .................................................... 61

xii
aa
1
a

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Barat yang memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 114 km yang
merupakan garis pantai terpanjang di Provinsi Jawa Barat. Secara umum
Kabupaten Indramayu dikenal sebagai daerah pertanian dan sebagai daerah
nelayan/maritim. Lebih dari 45% produksi perikanan laut Jawa Barat dipasok dari
hasil nelayan di Kabupaten Indramayu (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Indramayu, 2005). Kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Indramayu
sebagai pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya
adalah pengembangan kawasan PPI Karangsong di Desa Karangsong, Kecamatan
Indramayu.
Menurut Omat (2008) hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI
Karangsong terdiri dari jenis ikan pelagis dan ikan demersal, diantara jenis ikan
tersebut terdapat jenis komoditas ekspor seperti kakap merah, kakap putih dan
cumi-cumi. .Jenis ikan yang mempunyai nilai produksi tertinggi yakni ikan
tongkol. Nilai produksi yang dihasilkan oleh PPI Karangsong pada tahun 2006
sebesar Rp134.380.384.100,00 dan pada tahun 2010 mencapai
Rp241.998.234.340,00 (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu,
2011). Alat tangkap gillnet sangat banyak digunakan oleh nelayan, terdapat jenis
gillnet yang populer yaitu gillnet millenium atau jaring millenium. Jaring
millenium ditemukan pada tahun 1999, kemudian menjadi alat yang banyak
digunakan di Indramayu, khususnya di Desa Karangsong.
Keuntungan dari gillnet millenium ini adalah perawatannya mudah dan
umurnya relatif lama sampai 10-12 tahun. Selain itu, sejak memakai gillnet
millenium pendapatan nelayan rata-rata meningkat. Jaring millenium juga tidak
dapat kusut dibandingkan dengan jaring mono yang cepat rusak. Namun, jaring
millenium ini punya beberapa larangan, agar tetap awet, yaitu tidak boleh terkena
minyak apapun dan terkena sinar matahari langsung, sehingga apabila tidak
dipakai jaring ini biasanya langsung ditutupi dengan terpal. Harga gillnet
millenium adalah Rp7.200,00 per kg. .Satu tali jaring adalah 8-10 senar (poli)
2

orang lndramayu banyak menyebutnya dengan fly, satu senar ukurannya 0,2 dim.
(KKP, 2011).
Penggunaan gillnet millenium oleh nelayan berkembang dengan pesat dan
menghasilkan keuntungan yang besar. .Namun, kendala yang dihadapi yaitu
semakin mahalnya harga BBM dan iklim yang tidak menentu dapat mengancam
usaha penangkapan gillnet millenium. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengkaji usaha unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong dengan
pendekatan sistem, sehingga dapat diketahui potensi usaha gillnet millenium di
Karangsong dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Menentukan keragaan teknis perikanan gillnet millenium di Karangsong,
Indramayu;
2) Mengidentifikasikan usaha penangkapan gillnet millenium di Karangsong,
Indramayu; dan
3) Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha unit penangkapan
gillnet millenium di Karangsong, Indramayu.

1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan perikanan
gillnet millenium di Indramayu khususnya Karangsong. .Selain itu, dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai unit usaha
gillnet millenium.
aa3
a

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap


2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium
Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan
jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat persegi
panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan
pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga
dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat
dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan.
Jumlah mata jaring ke arah horisontal atau ke arah Mesh lenght (ML) jauh lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah
Mesh depth (MD) (Martasuganda, 2008).
Jaring millenium atau lebih dikenal dengan jaring grondong pada nelayan
Indramayu adalah alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis jaring insang
(gillnet). Berdasarkan konstruksinya, jaring millenium diklasifikasikan ke dalam
jaring insang hanyut (drift gillnet). Menurut Martasuganda (2008) jaring insang
hanyut (drift gillnet) adalah jaring insang yang cara pengoperasianya dibiarkan
hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan
atau dihanyutkan di dasar perairan. Jaring insang yang dihanyutkan di permukaan
perairan disebut dengan jaring hanyut permukaan (surface drift gillnet), yang
dihanyutkan di kolom perairan disebut dengan jaring hanyut kolom perairan (mid
water drift gillnet), dan yang dihanyutkan di dasar perairan disebut jaring hanyut
dasar perairan (bottom drift gillnet). Jaring millenium dapat dioperasikan pada
permukaan perairan, kolom perairan, dan dasar perairan.
Jaring millenium yang digunakan oleh nelayan Karangsong memiliki warna
putih transparan dengan maksud agar jaring yang dipasang di dalam air akan
mengeluarkan cahaya untuk menarik perhatian ikan yang melakukan migrasi atau
ruaya. .Apabila jaring millenium menggunakan warna lain selain warna putih
transparan, diduga ikan dapat mengetahui keberadaan jaring di dalam perairan
tersebut dan menghindari jaring (Putra, 2007).
4

Menurut Ramdhan (2008) unit penangkapan gillnet millenium merupakan


modifikasi dari jaring insang pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi
alat tangkap yang mengalami perkembangan pada bahan jaring dengan bahan
polyamide monofilament dengan serat pilinan 8-12 ply. .Bagian-bagian pada
gillnet millenium terdiri atas badan jaring, pelampung, dan pemberat. Rinciannya
adalah sebagai berikut:
a) Badan jaring
Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan
secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah polyamide monofilament pintal 10
ply berwarna putih transparan dengan ukuran jaring satu piece yaitu 75 x 10
meter. Jumlah mata jaring arah datar 1.230 mata dan mata jaring arah tegak 90
mata. .Nelayan menggunakan bahan polyamide monofilament karena bahan ini
memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki serat pilinan 8-12 ply sehingga
memungkinkan ikan-ikan kecil dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi
umpan untuk ikan yang berukuran besar. Sebagai bahan sintetis, bahan ini relatif
tahan lebih lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak berpengaruh
terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu, bahan ini tidak
menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring.
b) Pelampung
Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan polyurethane. Jarak
antar pelampung 300 cm dan jumlah pelampung 25 buah dalam satu piece. Untuk
pelampung umbul yang digunakan terbuat dari bahan plastik atau styrofoam.
Jarak antar pelampung 25 meter dengan jumlah dalam satu piece 3 buah.
Pelampung tanda menggunakan bahan polyurethane yang diikatkan pada sebuah
tongkat kayu dengan panjang 3 meter yang telah diberi tanda berupa bendera atau
lampu.
c) Pemberat
Pemberat yang digunakan terbuat dari semen cor berbentuk lingkaran pipih
dengan diameter 15 cm, tebal, 2 cm, dan berat 400 gr. Pemberat dipasang dengan
jarak 9 m.
5

2.1.2 Kapal dan nelayan gillnet millenium


Kegiatan perikanan gillnet millenium di Karangsong dilakukan nelayan
dengan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 5 GT, kapal motor 15
GT, dan kapal motor 30 GT. Kapal yang digunakan mempunyai ukuran panjang
12-15 m, lebar 2,5-2,8 m, dalam 1,5-1,8 m. Jaring millenium biasanya
dioperasikan oleh 4-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 5 dan 15 GT,
dan 11-12 orang nelayan untuk kapal berukuran 30 GT (Ramdhan, 2008).
Nelayan jaring millenium di Indramayu dikelompokkan menjadi nelayan
buruh dan pemilik. .Nelayan pemilik biasanya menyediakan kebutuhan
perbekalan yang diperlukan saat melaut, setelah kapal merapat dan hasil
tangkapan dijual barulah nelayan buruh membayar biaya perbekalan dari hasil
tangkapan. Nelayan jaring millenium secara umum adalah penduduk asli
Indramayu, hanya sebagian kecil merupakan pendatang dari Cirebon dan Jakarta
(Putra, 2007).

2.1.3 Metode pengoperasian


Pengoperasian jaring insang biasanya dilakukan di daerah penangkapan
yang diperkirakan akan dilewati oleh biota perairan yang menjadi target
tangkapan, kemudian dibiarkan beberapa lama supaya biota perairan memasuki
atau terpuntal pada mata jaring. Lamanya perendaman jaring insang di daerah
penangkapan akan berbeda menurut target tangkapan atau menurut kebiasaan
nelayan yang mengoperasikannya (Martasuganda, 2008).
Jaring millenium umumnya dioperasikan pada malam hari.
Pengoperasiannya dibagi empat tahap yaitu: penentuan fishing ground,
pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan penyortiran serta
pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Sebelum berangkat menangkap
ikan, nelayan mengawali dengan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi
mesin kapal, lalu menyusun jaring untuk mempermudah dalam penebaran jaring
di laut (Ramdhan, 2008).
Pengoperasian jaring millenium tidak begitu berbeda dengan jaring insang
atau gillnet. .Pengoperasian jaring millenium biasanya dilakukan pada sore
sampai malam hari. Diupayakan agar jaring ini dalam pengoperasiannya tidak
6

terkena minyak (KKP, 2011). .Proses pengoperasian jaring millenium pada


Gambar 1.

Jaring ditebar apabila sampai di fishing ground


(laut tenang, tidak berombak)

Pukul 22.00 jaring diangkat, sebab biasanya


diatas pukul 23.00 ikan sudah jarang

Pengangkatan harus dilakukan secara teratur agar


jaring tidak terlipat, sehingga mudah menata
kembali

Hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam


palka

Jaring dirapikan dan langsung ditutupi


kembali dengan terpal

Gambar 1 Proses pengoperasian gillnet millenium.

2.1.4 Hasil tangkapan


Hasil tangkapan utama jaring millenium adalah ikan tenggiri
(Scomberomorus commersoni) dan ikan tongkol (Auxis thazard). Hasil tangkapan
sampingan yaitu golok-golok (Chirocentrus dorab), pepetek (Leiognathus sp.),
kembung (Rastrelliger sp.), tetengkek (Megalaspis cordyla), manyung (Arius
thalassinus), bawal hitam (Formio niger), cendro (Tylosurus sp.) (Ramdhan,
2008).

2.2 Analisis Usaha


Analisis finansial penting dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang
yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan proyek (Kadariah, 1999).
Analisis finansial dari usaha gillnet millenium ditinjau dari pendapatan usaha,
analisis imbangan dan penerimaan, payback period, dan ROI. Bakar, 1973 yang
dikutip Rini, 2006 menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan sukses bila
pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut:
7

1) Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya


angkutan dan biaya administrasi;
2) Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, termasuk
pembayaran sewa serta dana penyusutan modal; dan
3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja, atau bentuk-bentuk lainnya
untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

2.3 Fungsi Produksi


Menurut Marianti (1997), fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang
menggambarkan hubungan antara output (hasil produksi) sebagai peubah
(variabel) tak bebas dengan input-inputnya (faktor produksi) sebagai peubah
bebas. Apabila bentuk fungsinya telah diketahui atau telah diestimasi, maka dapat
diramalkan besarnya output apabila input-inputnya berubah. Dapat juga diketahui
besarnya peran masing-masing input dalam pertumbuhan ataupun peningkatan
output. Fungsi produksi dapat digunakan untuk level perusahaan, level industri,
ataupun level nasional (aggregat output).
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi yang melibatkan dua
atau lebih variabel. Variabel (Y) yang dijelaskan disebut dengan variabel
dependen dan variabel (X) yang menjelaskan disebut dengan independen.
Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dapat dilakukan dengan
menggunakan model Ekonometrika yaitu regresi linier berganda (Soekartawi,
1990).

2.4 Perikanan Tangkap Sebagai Sistem


Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, telah
didefinisikan bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan (Pasal 1 ayat 1). Definisi dari penangkapan
ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
8

menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya (Pasal 1 ayat 5). Berdasarkan


definisi tersebut, perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri atas
beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu
dengan lainnya. Perikanan tangkap komersial sebagai suatu sistem yaitu sarana
produksi, usaha penangkapan, prasarana (pelabuhan), unit pengolahan, unit
pemasaran, dan unit pembinaan. .Keseluruhan sistem tersebut perlu dikelola
secara terpadu (KPPURI, 2010).

2.5 Definisi Sistem


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai
pengertian:
1) Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode, 1974
yang dikutip Amirin, 1984); dan
2) Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara
teratur (Awad, 1979 yang dikutip Amirin, 1984).
Jadi, dengan kata lain istilah “systema” itu mengandung arti sehimpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan.
Sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau
menyusun skema atau tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk
mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hak ini dilakukan dengan cara
mengolah data dan/atau energi dan/atau barang (benda) di dalam jangka waktu
tertentu guna menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang (benda).
Secara garis besar istilah sistem mengandung dua makna:
1) Sistem sebagai metode
Sistem dikenal dengan pendekatan sistem yang pada dasarnya merupakan
metode ilmiah di dalam pemecahan masalah. .Pendekatan sistem menuntut
pemikiran sistemik, memandang sesuatu bersegi banyak (multidimensi) dan rumit,
serta memandang sesuatu sistem sebagai bagian dari sistem yang lebih luas.
9

2) Sistem sebagai suatu wujud benda (entitas)


Sistem sebagai suatu himpunan bagian-bagian atau unsur yang saling
berkaitan, dilengkapi dengan unsur tujuan dan lingkungan (Amirin, 1984). Ciri-
ciri pokok dari sistem adalah sebagai berikut:
1) Setiap sistem mempunyai tujuan;
2) Setiap sistem mempunyai “batas” (boundaries) yang memisahkannya dari
lingkungannya;
3) Meskipun sistem itu mempunyai “batas”, akan tetapi sistem itu bersikap
terbuka, dalam arti berinteraksi juga dengan lingkungannya;
4) Suatu sistem terdiri dari beberapa subsitem yang biasa pula disebut bagian,
unsur, atau komponen;
5) Meskipun sistem itu terdiri dari beberapa bagian, unsur-unsur atau
komponen, tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan
dari bagian, unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu
kebulatan yang utuh dan padu;
6) Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam (intern)
sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya;
7) Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses
mengubah masukan menjadi keluaran. Karena itu maka sistem disebut
sebagai “processor” atau “transformator”;
8) Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan
tersedianya umpan balik; dan
9) Mekanisme kontrol mengakibatkan sistem mempunyai kemampuan
mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau
keadaan secara otomatik (dengan sendirinya) (Amirin, 1984).

2.6 Pendekatan Sistem


Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian
persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya
sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari
sistem yang dianggap efektif (Eriyatno, 1999). Metodologi sistem dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi
10

kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan lolos seleksi. Tahap tersebut


dimulai dengan berusaha memahami kebutuhan sistem yang harus dicukupi.
Terdapat enam tahapan analisis sistem dari metodologi sistem yang harus
dilakukan sebelum sampai pada tahap sintesi, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2)
identifikasi sistem, (3) formulasi masalah, (4) pembentukan alternatif sistem, (5)
determinasi dari realitas fisik, sosial, dan politik, dan (6) penentuan kelayakan
(Eriyatno, 1999).

2.7 Analisis Sistem


Analisis sistem digunakan untuk memahami perilaku sistem,
mengidentifikasi faktor-faktor penting yang terkait dengan keberhasilan sistem,
permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusi yang dapat diajukan untuk
mengatasi permasalahan. Tahap-tahap yang perlu dilakukan yaitu:
1) Analisis kebutuhan, merupakan permulaan pengkajian sistem. Analisis
kebutuhan ditentukan berdasarkan kebutuhan pelaku sistem (stakeholder).
Untuk keperluan analisis, terlebih dahulu dilakukan identifikasi pelaku secara
selektif melalui pengamatan lapangan secara langsung, selanjutnya dilakukan
identifikasi kebutuhan pelaku melalui wawancara semi terstruktur.
2) Formulasi masalah, merupakan permasalahan-permasalahan spesifik yang
dihadapi sistem yang menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara optimal.
Formulasi masalah dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara semi terstruktur terhadap pelaku sistem.
3) Identifikasi sistem, merupakan gambaran sistem yang memperlihatkan rantai
hubungan antara kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Identifikasi sistem digambarkan dalam bentuk diagram sebab-akibat
(causal loop), diagram input-output, dan diagram struktur sistem (Nurani,
2008).
aa
11
a

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011.
Penelitian ini dilakukan di PPI Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


Objek penelitian adalah unit penangkapan gillnet millenium (kapal, alat
tangkap, dan nelayan) dan data hasil wawancara dari berbagai pihak yang terkait.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Alat tulis;
2) Kuesioner;
3) Datasheet; dan
4) Video kamera.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan sistem.. Metode ini digunakan untuk menganalisis kebutuhan,
formulasi masalah, dan identifikasi sistem. Langkah-langkah yang dilakukan,
antara lain:
1) Analisis kebutuhan, mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dari pihak
pihak terkait dalam suatu sistem, yaitu: pemilik unit penangkapan gillnet
millenium, nelayan gillnet millenium, dan pegawai Dinas Perikanan
Indramayu;
2) Formulasi masalah, menyederhanakan situasi nyata dari masalah menjadi lebih
spesifik dan matematis sehingga dapat menemukan alternatif pemecahan
masalah. Informasi-informasi yang didapatkan dalam penelitian diidentifikasi
untuk menjadi perumusan masalah;
3) Identifikasi sistem, keterkaitan elemen-elemen yang berhubungan. Identifikasi
sistem digambarkan dalam bentuk diagram sebab-akibat (causal loop),
diagram input-output, dan diagram struktur sistem.
12

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data menggunakan metode survey observasi lapangan,
pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Wawancara
dilakukan terhadap 30 unit kapal gillnet millenium untuk menjadi data dari uji
regresi. Responden yang dituju adalah pemilik unit penangkapan gillnet
millenium, nelayan gillnet millenium, dan pegawai Dinas Perikanan Indramayu.
Data diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data primer


Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengisian
kuesioner terhadap nelayan dan pemilik kapal. Jenis data primer dari nelayan
yang dikumpulkan berupa: dimensi utama kapal, desain alat tangkap gillnet
millenium, daerah operasi penangkapan gillnet millenium, jumlah hasil tangkapan
dari setiap unit penangkapan gillnet millenium, penggunaan keperluan produksi
(bahan bakar, es dan garam) dalam operasi penangkapan. Data primer dari
pemilik kapal berupa: penggunaan tenaga kerja atau anak buah kapal (ABK) yang
digunakan dalam pengoperasian alat tangkap dan kapal, sistem bagi hasil dalam
usaha perikanan gillnet millenium, dan biaya investasi yang digunakan dalam
kegiatan usaha penangkapan. Data primer tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4.2 Data sekunder


Data sekunder yang berasal dari Dinas Perikanan Indramayu berupa data
produksi perikanan ikan selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), jumlah
unit penangkapan gillnet millenium, dan data harga masing-masing jenis ikan
hasil tangkapan. Data harga jenis ikan dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5 Analisis Data


3.5.1 Analisis teknis
Analisis teknis dari unit penangkapan gillnet millenium terdiri dari kapal,
alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian alat. .Data analisis unit
penangkapan tersebut didapatkan dari survey observasi lapangan dan wawancara
dengan nelayan dan pemilik kapal gillnet millenium.
13

3.5.2 Analisis pendapatan usaha


Analisis pendapatan usaha melihat penerimaan yang dapat diperoleh setelah
total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan
pendapatan usaha dilakukan dengan persamaan (Djamin, 1984):

K = TR – TC

Keterangan :
K : Keuntungan
TR : Total revenue/penerimaan total
TC : Total cost/biaya total
Dengan kaidah keputusan sebagai berikut :
TR > TC, usaha unit penangkapan gillnet millenium mendapat keuntungan;
TR = TC, usaha unit penangkapan gillnet millenium dalam titik impas;
TR < TC, usaha unit penangkapan gillnet millenium merugi.

3.5.3 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost ratio)


Analisis revenue cost ratio, untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha
dapat dilakukan dengan analisis perbandingan penerimaan total dan biaya total.
Perhitungan analisis imbangan penerimaan dan biaya dilakukan dengan
persamaan (Hernanto, 1989 yang dikutip Putra, 2008):
R/C = TR/TC

Keterangan :
R/C : Revenue Cost Ratio
TR : Total revenue/penerimaan total
TC : Total cost/biaya total
Dengan kaidah keputusan sebagai berikut :
R/C : > 1, usaha unit penangkapan gillnet millenium layak untuk diusahakan;
R/C : = 1, usaha unit penangkapan gillnet millenium dalam titik impas;
R/C : < 1, usaha unit penangkapan gillnet millenium rugi dan tidak layak untuk
diusahakan.
14

3.5.4 Payback period


Analisis payback period (PP) dimaksud untuk penghitungan perkiraan
waktu pengembalian modal (investasi) uang yang ditanamkan (Edris, 1983).
Penghitungan payback period (PP) menggunakan rumus:

I
Payback Period = x 1 tahun
LB

Keterangan:
PP : Payback Period
LB : Laba bersih
I : Jumlah investasi

3.5.5 Return of investment (ROI)


Analisis return of investment adalah analisis usaha yang digunakan untuk
mengetahui seberapa persen kemungkinan pengambilan keuntungan dari investasi
yang ditanamkan, dengan asumsi bahwa pendapatan setiap tahun tetap (Hernanto,
1989 yang dikutip Putra, 2008). Rumus analisis ROI yaitu:
keuntungan
ROI = x 100%
investasi

3.5.6 Analisis fungsi produksi


Analisis fungsi produksi digunakan untuk melihat hubungan antara produksi
dan faktor-faktor produksi. Secara matematik persamaan Cobb-Douglas dapat
dituliskan (Soekartawi, 1990) sebagai berikut:
Y= a X1ß1X2 ß2 X3 ß3.... Xißi e
Karena di dalam fungsi produksi Cobb-Douglas terdapat bilangan berpangkat,
maka penyelesaiannya diperlukan bantuan logaritma. Persamaannya menjadi:
Log Y = log a + ß1 log X1 + ß2 log X2 + ß3 log X3 + .... + ßi log Xi + e
Keterangan:
Y = Produksi a = Intersep/konstanta
X1, X2, X3,… Xi = Faktor produksi e = Galat
ß1, ß2, ß3,…. ßi = Nilai koefisien regresi masing-masing variabel
15

1. Hipotesis yang digunakan diuji dengan uji F


Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor produksi yang
digunakan terhadap produksi ikan (Y). Dirumuskan sebagai berikut:
H0 : bi = 0 (berarti antara Y dengan X tidak ada hubungan)
H1 : minimal salah satu bi ≠ 0 (berarti Y tergantung terhadap X secara bersama
sama)
 Jika : F-hitung > F-tabel .... Tolak Ho :
Diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan tertentu secara bersama-sama
keempat faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata terhadap
perubahan produksi ikan (Y).
 F-hitung < F-tabel ... Terima Ho :
Diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan tertentu secara bersama-sama
keempat faktor produksi yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh
nyata terhadap perubahan produksi ikan (Y).
Secara statistik dapat dibuktikan bahwa ukuran kapal (X1), jumlah tenaga kerja
(X2), jumlah bahan bakar (X3), dan investasi (X4) secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap hasil produksi gillnet milllenium (Y).

2. Pengujian hipotesis dengan uji t


Uji statistik tentang pengaruh sendiri-sendiri faktor produksi yang
digunakan terhadap produksi ikan (Y). Dirumuskan sebagai berikut :
H0 : bi = 0 (berarti antara Y dengan X tidak ada hubungan)
H1 : minimal salah satu bi ≠ 0 (berarti Y tergantung terhadap X secara sendiri-
sendiri)
 Jika : t-hitung > t-tabel .... Tolak Ho :
Diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan tertentu atau taraf nyata
tertentu, faktor produksi (Xn) berpengaruh nyata terhadap perubahan
produksi ikan (Y).
 t-hitung < t-tabel ... Terima Ho :
Diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan tertentu atau taraf nyata
tertentu, faktor produksi (Xn) tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan
produksi ikan (Y) (Rini, 2006).
aa
16
a
aa
a
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis dan Topografis


Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107°52'–108°36'
BT dan 6°15' – 6°40' LS. Batas wilayah Kabupaten Indramayu: sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Subang; sebelah utara berbatasan dengan Laut
Jawa; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Sumedang, dan Kabupaten Cirebon; sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa
dan Kabupaten Cirebon.
Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini
terdiri dari 31 Kecamatan, 307 desa dan 8 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar
204,011 ha atau 2.040.110 km yang membentang sepanjang pantai utara antara
Cirebon-Subang. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah pada umumnya
berkisar antara 0-18 m di atas permukaan laut berupa rawa, tambak, sawah,
pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian permukaan tanahnya berupa dataran
dengan kemiringan antara 0%-2% seluas 201.285 ha (96,03%) dari total wilayah.
Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-
daerah tertentu akan terjadi genangan air dan bila kemarau akan mengakibatkan
kekeringan (Pemerintah Kabupaten Indramayu, 2011). Kabupaten Indramayu
memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 114 km yang merupakan
garis pantai terpanjang di Provinsi Jawa Barat (Dinas Perikanan dan Kelautan
Indramayu, 2005).

4.2 Keadaan Iklim Indramayu


Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang posisi pantai
utara Pulau Jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi
berkisar antara 22,9°C–30°C.. Tipe iklim di Indramayu termasuk iklim tropis,
dengan karakteristik iklim antara lain: suhu udara harian berkisar antara 22,9°C–
30°C dengan suhu udara tertinggi 32°C dan terendah 22°C, kelembaban udara
antara 70-80%, curah hujan rata-rata tahunan 1.587 mm/tahun dengan jumlah hari
hujan 91 hari, curah hujan tertinggi sekitar 2.008 mm dan jumlah hari hujan
17

sebanyak 84 hari sedangkan curah hujan terendah sekitar 1.063 mm dengan


jumlah hari hujan 68 hari.

4.3 Demografi
Desa Karangsong memiliki jumlah penduduk sebesar 4.677 jiwa pada tahun
2011, penduduk laki-laki berjumlah 1.890 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 2.787.. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa
Karangsong dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangsong pada


2011
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1 Petani 106
2 Buruh Tani 252
3 Buruh/Swasta 20
4 Pegawai Negeri 58
5 Pedagang 212
6 Peternak 6
7 Montir 7
(Sumber: Profil Desa Karangsong tahun 2011)

4.4 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Indramayu


4.4.1 Tempat pelelangan ikan
Secara geografis kawasan PPI Karangsong terletak pada koordinat
06°18'45" dan 06°19'45" LS dan 108° 21'30" dan 108° 22'30" BT. Kawasan PPI
Karangsong berada di Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, yang berjarak 4,5
km dari pusat ibu kota Kabupaten Indramayu. Lokasi PPI Karangsong berada di
sekitar pesisir Laut Jawa yang letaknya berada masuk di bagian dalam dari bibir
pantai. Keberadaan PPI Karangsong tidak lepas dari adanya peranan Sungai
Prajagumiwang yang berfungsi sebagai alur pelayaran keluar masuk kapal atau
perahu ke pelabuhan (Omat, 2008).
Fasilitas yang terdapat di PPI Karangsong meliputi: KUD, pabrik es, TPI,
air tawar, alat timbang, keranjang dan drum, kantor administrasi, dan papan
informasi DPI. Retribusi ke pihak TPI dikenakan 3% dari nelayan dan 3% dari
bakul. Biaya ini lebih besar dibandingkan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal
18

ini terjadi karena adanya kesepakatan rapat anggota tahunan antara para juragan,
bakul, KUD, dan pihak TPI untuk membangun PPI menjadi lebih baik.

4.4.2 Unit penangkapan ikan


Usaha penangkapan ikan merupakan suatu unit penangkapan ikan yang
terdiri dari alat tangkap, kapal/perahu, dan nelayan. Alat tangkap yang beroperasi
pada tahun 2005-2009 didominasi oleh gillnet dan alat tangkap yang terbanyak
setelahnya yaitu alat pukat pantai. Jumlah alat tangkap yang beroperasi pada
tahun 2005 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2006.. Namun, terjadi
pertambahan alat tangkap gillnet yang beroperasi pada tahun 2007, diduga
penambahan terjadi akibat nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pukat
cincin, pukat pantai, dan trammel net beralih untuk memakai gillnet. Ketiga alat
tangkap tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007. Jumlah alat tangkap
yang beroperasi pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2009.
Perkembangan jumlah dan alat tangkap di Indramayu pada tahun 2005-2009 dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Jenis dan jumlah alat tangkap di Indramayu 2005-2009.


(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009)

Alat tangkap yang paling banyak dioperasikan di Karangsong yaitu jaring


rampus kemudian jaring millenium. Sebagian kecil menggunakan alat tangkap
pancing, jaring cumi dan payang.. Bulan Januari merupakan jumlah teringgi
pengoperasian alat tangkap jaring millenium dengan jumlah 296, sedangkan pada
19

bulan Desember merupakan jumlah terendah yaitu sebesar 196. Jumlah kedua
alat tangkap tersebut di PPI Karangsong pada tahun 2010 dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPI Karangsong
tahun 2010.
(Sumber: Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra 2010)

Perkembangan jumlah armada penangkapan terjadi peningkatan dari tahun


2005 hingga tahun 2007, namun terjadi penurunan pada tahun 2009 (Tabel 2).
Kapal motor tempel mendominasi jumlah armada secara keseluran dan
merupakan kapal yang sebagian besar berukuran 5 GT, dengan kekuatan mesin 20
PK dan berbahan bakar solar. Kapal motor terjadi peningkatan jumlah yang pesat
pada tahun 2009, pertambahan ini karena bertambahnya jumlah kapal motor
berukuran 5-10 GT dan 10-30 GT.

Tabel 2 Jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun 2005-2009


Tahun Kapal Motor Motor Tempel Jumlah
2005 285 5656 5941
2006 285 5656 5941
2007 303 5725 6028
2008 303 5725 6028
2009 697 5282 5979
(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009)

Salah satu faktor yang mempengaruhi di dalam penangkapan ikan adalah


nelayan. Nelayan berdasarkan fungsinya dan permodalannya dibagi menjadi dua
20

yaitu nelayan juragan dan nelayan bendega. .Nelayan bendega atau disebut
nelayan buruh merupakan orang yang bekerja mencari ikan atau melaut tetapi
tidak memiliki kapal maupun alat tangkap. Terjadi kenaikan jumlah nelayan
pemilik dan nelayan buruh dari tahun 2006 ke tahun 2007, setelah itu jumlah
cenderung tetap hingga tahun 2009 (Tabel 3). Nelayan kapal penangkapan ikan 5
GT terdapat 4-5 orang nelayan, kapal 30 GT terdapat 11-12 orang nelayan, dan
pada kapal 40 GT dan 60 GT terdapat 13 orang nelayan.

Tabel 3 Jumlah nelayan di Indramayu tahun 2005-2009


Tahun Nelayan Pemilik Nelayan Buruh Jumlah
2005 4271 30411 34682
2006 4271 30411 34682
2007 4283 31124 35407
2008 4283 31124 35407
2009 4283 31124 35407
(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009)

4.4.3 Koperasi
Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra adalah pihak pengelola dari PPI
Karangsong. Koperasi menyediakan unit-unit usaha untuk mendukung keperluan
nelayan, yaitu: unit waserda, unit BAP/spare parts, unit perbekalan, dan unit
depot es. .Nelayan yang membutuhkan keperluan melautnya dapat mengambil
barang dari unit tersebut dan pembayarannya dikurangi dari pendapatan hasil
tangkapan. Untuk peningkatan permodalan usaha, KPL Mina Sumitra
mengembangkan unit simpan pinjam bagi anggota untuk permodalan nelayan
operasi penangkapan ikan di laut maupun permodalan bagi bakul/pedagang.
Fasilitas-fasilitas di PPI Karangsong dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.4.4 Produksi dan nilai produksi


Perkembangan produksi dan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010
sebesar 34.585.015,65 kg, dengan nilai produksi sebesar Rp241.998.234.340,19.
Namun pada tahun 2006 hingga tahun 2010 produksi dan nilai mengalami
fluktuasi, harga rata-rata ikan naik turun setiap tahun dikarenakan perbedaan
harga ikan dan jumlah ikan ekonomis yang didaratkan (Tabel 4).
21

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun 2006-2010


Tahun Produksi (kg) Nilai Rupiah (Rp) Rp/kg
2006 25.205.291,10 134.380.384.100,00 5.331,44
2007 23.851.487,70 145.360.954.975,00 6.094,41
2008 30.668.798,00 206.969.729.400,00 6.748,54
2009 29.325.048,50 197.024.396.300,00 6.718,63
2010 34.585.015,65 241.998.234.340,00 6.997,19
(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2006-2010)

Volume dan nilai produksi yang terjadi di PPI Karangsong merupakan yang
tertinggi jika dibandingkan dengan pusat pendaratan ikan yang ada di Kabupaten
Indramayu. Volume produksi pada tahun 2010 sebesar 16.525.820 kg dan nilai
produksi Rp180.943.935.000,00 (Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra, 2010).
Alat tangkap yang mendominasi di PPI Karangsong adalah jaring millenium
dan jaring rampus. Volume dari jaring millenium dan jaring rampus dihasilkan
sebesar 15.638.784 kg dan nilai produksi Rp171.123.881.900,00 pada tahun 2010.
Alat tangkap lain yang beroperasi yaitu payang, jaring sotong, dan pancing. Ikan
tongkol merupakan hasil tangkapan terbesar yang didaratkan di PPI Karangsong
yang tertangkap oleh jaring millenium dan jaring rampus. .Jenis ikan yang
tertangkap pada jaring millenium lebih beragam. Berikut perbandingan volume
dan nilai produksi pada jaring millenium dan jaring rampus rampus di PPI
Karangsong pada Tabel 5.

Tabel 5 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong Indramayu berdasarkan


alat tangkap jaring millenium dan jaring rampus menurut catatan KPL
Mina Sumitra Indramayu
Jaring Millenium Jaring Rampus
Tahun
kg Rp kg Rp
2008 7.803.557 86.387.073.100,00 4.873.863 59.984.182.000,00
2009 7.724.301 74.783.493.500,00 5.397.378 62.452.647.000,00
2010 9.593.113 97.410.050.100,00 6.045.671 73.713.831.800,00
2011 5.457.852 66.959.644.500,00 2.690.071 34.646.236.000,00
(bulan 1-5)

4.4.5 Daerah penangkapan ikan


Wilayah penangkapan ikan kapal 5 GT terletak di sekitar pantai Indramayu
sampai Pulau Biawak. Wilayah penangkapan ikan kapal 20 GT di Laut Jawa
hingga Selat Karimata. Kapal 30 GT melakukan operasi penangkapan ikan di
22

perairan Karimunjawa, Masalembu, dan Selat Karimata. Operasi penangkapan


ikan kapal 40-60 GT di perairan Masalembu, Karimun Jawa, Selat Karimata, dan
Natuna (Lintang 1-3). .Posisi daerah penangkapan ikan dapat dilihat pada Gambar
3.

Indonesia

Keterangan: Pulau Biawak Perairan Masalembu


Laut Jawa Laut Cina Selatan
Selat Karimata

Gambar 4 Daerah penangkapan ikan.


aa
23
a aa
a
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Teknis Perikanan Gillnet Millenium


5.1.1 Unit penangkapan ikan
1) Kapal
Kapal gillnet millenium yang beroperasi di PPI Karangsong adalah kapal
berbahan dasar kayu dengan ukuran 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40 GT dan 60 GT.
Kapal 5 GT memakai mesin motor tempel dengan kekuatan mesin 24 pk.
Dimensi kapal 7 m x 2,5 m x 1,5 m. Banyak trip per bulan 20-30 kali tergantung
pada musim, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 50 liter.
Kapal 20 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120
pk. .Dimensi kapal 20 GT yaitu 14 m x 4,1 m x 1,8 m. Lama trip 20 hari,
kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 1.200 liter. Kapal 30 GT memakai mesin
motor inboard dengan kekuatan mesin 160 pk. Dimensi kapal 30 GT yaitu 18 m
x 4,7 m x 1,8 m. Lama trip 30-40 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar
5.000 liter. Kapal 40-60 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan
mesin 220 pk. Dimensi kapal 40 GT 20 m x 5,3 m x 2,2 m dan 60 GT 22,5 m x 6
m x 2,6 m. Lama trip 40-60 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 11.000
liter. Gambar kapal gillnet millenium dapat dilihat pada Lampiran 5.

2) Alat tangkap
Jaring millenium dibuat dari bahan polyamide monofilament berwarna putih
transparan dengan ukuran mata jaring 4 inchi. Pelampung jaring terbuat dari
bahan polyurethane, jumlah pelampung 10 buah per piece. Pemberat terbuat dari
bahan semen seberat 400 gr dengan jarak antar pemberat 10 m. Pelampung umbul
dibuat dari bahan gabus atau styrofoam dengan jarak antar pelampung umbul 30
m. Ukuran jaring millenium pada masing-masing kapal yaitu:
1) Jaring millenium kapal 5 GT sepanjang 20 pieces (panjang 120 m/piece,
tinggi 9 m);
2) Jaring millenium kapal 20 GT sepanjang 60 pieces (panjang 120 m/piece,
tinggi 9 m);
24

3) Jaring millenium kapal 30 GT sepanjang 80 pieces (panjang 98 m/piece,


tinggi 21-24 m); dan
4) Jaring millenium kapal 40-60 GT sepanjang 110 pieces (panjang 98
m/piece, tinggi 24-27 m).

30 m

Gambar 5 Konstruksi jaring millenium (kapal 5 GT).

3) Nelayan
Nelayan di Karangsong sebagian besar merupakan nelayan penuh atau
nelayan yang menghabiskan seluruh waktu kerja dalam kegiatan perikanan.
Nelayan dibagi berdasarkan struktur sosialnya yaitu juragan, jurumudi, dan
bendega.. Nelayan juragan adalah pemilik kapal dan yang menyediakan
permodalan dalam melaut, juragan memperkerjakan nelayan yang terdiri dari satu
orang jurumudi dan bendega (ABK). .Jumlah nelayan pada kapal 5 GT sebanyak
4 orang, 20 GT sebanyak 9 orang, 30 GT sebanyak 12 orang, dan 40-60 GT
sebanyak 13 orang.
Sistem bagi hasil merupakan pendapatan dari penjualan hasil tangkapan
dikurangi biaya perbekalan dan retribusi. Berdasarkan kesepakatan rapat anggota
25

tahunan antara para juragan, bakul, KUD, dan pihak TPI bahwa nelayan di PPI
Karangsong dikenakan biaya retribusi sebesar 3% yang merupakan lebih besar
dari ketetapan pemerintah yaitu sebesar 1,65%.

5.1.2 Kegiatan operasi penangkapan ikan


1) Persiapan
Diawali pada tahap persiapan, nelayan akan memeriksa jaring dan
memperbaiki jaring yang rusak, kemudian jaring disusun dengan rapih. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan terhadap mesin dan pengisian bahan bakar, pengisian
bahan bakar dimudahkan dengan adanya pom bensin Pertamina yang berada di
tepi sungai.. Balok-balok es dimasukkan ke dalam kapal dan sebagian
dihancurkan menjadi es curah dengan menggunakan mesin penghancur es.
Setelah persiapan nelayan selesai maka kapal akan berangkat pada pukul 14.00
WIB.

(1) (2)

(3) (4)

Gambar 6 Proses persiapan perbekalan melaut (1) Nelayan memperbaiki jaring


(2) Memasukkan balok es ke dalam kapal, (3) Menghancurkan balok
es menjadi es curah, (4) Pengisian bahan bakar.
26

2) Metode operasi
Kapal melakukan perjalanan menuju fishing ground sekitar 3-4 jam, daerah
fishing ground umumnya telah dikenal dan diketahui oleh para nelayan. Pukul
16.00-18.00 WIB jaring millenium diturunkan (setting), pertama pelampung tanda
yang berada di ujung tali selambar diturunkan, kemudian kapal bergerak secara
perlahan dan nelayan menurunkan piece pertama badan jaring hingga piece
terakhir. Jaring millenium dapat dioperasikan di permukaan air, kolom air, dan
dasar perairan. .Hal ini dilakukan dengan cara mengatur panjang dari tali
pelampung umbul. Setelah perendaman jaring selama 6 jam atau pukul 24.00
WIB maka jaring diangkat (hauling), penarikan jaring dilakukan dengan
menggunakan mesin line hauler.. Proses hauling pada kapal 30 GT dapat
berlangsung hingga pukul 08.00 WIB atau selama 8 jam.. Hasil tangkapan
kemudian dimasukkan ke dalam palka yang berisi es curah.

(1) (2)

(3)
Gambar 7 Alat bantu gillnet millenium (1) Line hauler pada kapal 5 GT, (2)
Serok, (3) mesin line hauler.
27

3) Penanganan hasil tangkapan


Penanganan hasil tangkapan yaitu hasil tangkapan yang terjerat pada jaring
langsung dilepas saat penarikan, lalu disortir untuk dimasukkan ke dalam palka
yang telah berisi es curah. .Sebagian dari hasil tangkapan sampingan
dimanfaatkan nelayan untuk dikonsumsi.

4) Pendaratan hasil tangkapan


Kapal berlabuh di PPI Karangsong, kemudian melakukan pengbongkaran
hasil tangkapan. .Hasil tangkapan ikan langsung diangkut menuju TPI
Karangsong untuk dilelang. Adapun proses lelang di TPI adalah sebagai berikut.
1) Kapal mengantri untuk mendapatkan nomor lelang. Nelayan membawa hasil
tangkapannya dan mengantri untuk menimbang ikan;
2) Setelah ikan ditimbang, maka nelayan mendapatkan keranjang yang sudah
ditandai berdasarkan nama juragan dan diberikan nomor urut lelang;
3) Proses lelang dilaksanakan;
4) Harga tertinggi mendapatkan keranjang yang diinginkan, kemudian bakul
mengemas sendiri ikan yang didapatkan dari lelang, lalu membayar ke pihak
TPI;
5) Pihak TPI kemudian membayarkan hasil pelelangan ikan ke juragan.

Gambar 8 Kegiatan lelang di PPI Karangsong.


28

5.2 Analisis Usaha Penangkapan Gillnet Millenium


Analisis usaha pada unit penangkapan gillnet millenium menggunakan
analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost ratio), analisis payback
period, dan analisis return of investment. Analisis-analisis tersebut memberikan
informasi mengenai kondisi usaha yang terjadi pada unit penangkapan gillnet
millenium.

5.2.1 Modal investasi


Biaya investasi meliputi biaya kapal termasuk perlengkapannya, biaya
mesin, dan biaya alat tangkap. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa
nelayan menyatakan bahwa modal investasi berasal dari dana juragan kapal, milik
sendiri, maupun dari pihak koperasi yang memberikan bantuan modal kepada
nelayan anggota. Tabel 6 merupakan modal investasi yang diperlukan untuk
memulai usaha unit penangkapan ikan gillnet millenium.

Tabel 6 Perbandingan biaya investasi pada masing-masing ukuran kapal


No. Ukuran kapal Biaya investasi (Rp)
1 5 GT 85.000.000,00
2 20 GT 850.000.000,00
3 30 GT 1.660.000.000,00
4 40 GT 2.570.000.000,00
5 60 GT 2.870.000.000,00

5.2.2 Biaya operasional usaha


Biaya usaha meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. .Biaya tetap
merupakan penjumlahan dari biaya perawatan (kapal, mesin, dan alat tangkap),
biaya penyusutan (kapal, mesin, dan alat tangkap), pajak, dan surat ijin. Biaya
tidak tetap terdiri dari biaya operasional (solar, oli, es, makanan, air tawar),
retribusi, dan TPI. Nelayan yang bekerja dengan juragan diberikan modal biaya
operasional untuk melaut. Pendapatan dari penjualan hasil tangkapan yang
didapat oleh nelayan akan dibagikan kepada pemilik modal sesuai kesepakatan
setelah dikurangi jumlah biaya operasional, retribusi, dan biaya TPI. Biaya usaha
yang terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap pada masing-masing ukuran kapal
dapat dilihat pada Tabel 7.
29

Tabel 7 Perbandingan biaya usaha pada masing-masing ukuran kapal per tahun
Ukuran
No. Biaya tetap (Rp) Biaya tidak tetap (Rp) Jumlah (Rp)
kapal
1 5 GT 18.105.000,00 119.881.350,00 137.986.350,00
2 20 GT 85.903.333,00 174.209.250,00 260.112.583,00
3 30 GT 160.763.333,00 319.077.500,00 479.840.833,00
4 40 GT 232.323.333,00 500.075.000,00 732.398.333,00
5 60 GT 251.943.333,00 558.262.500,00 810.205.833,00

5.2.3 Pendapatan usaha


Pendapatan hasil tangkapan oleh kapal yang berukuran 5 GT tergantung dari
musim, hal ini terjadi karena daerah penangkapan yang dapat dilalui tidak terlalu
jauh dari pantai yaitu di sekitar pantai Indramayu sampai pulau Biawak, kapal 5
GT juga melakukan trip penangkapan ikan selama satu hari.. Kapal yang
berukuran > 20 GT tidak tergantung musim, trip penangkapan ikan selama 20 hari
hingga 60 hari, daerah penangkapan yang lebih jauh yaitu perairan Laut Jawa,
Selat Karimata, Karimun Jawa, hingga perairan Natuna (Lintang 1-3).
Pendapatan hasil tangkapan tergantung dari komposisi ikan yang didapat,
produksi rata-rata kapal per trip dapat dilihat dari Tabel 8.

Tabel 8 Pendapatan usaha gillnet millenium per trip


Ukuran
No. Per trip (Rp) Trip/tahun Jumlah per tahun (Rp)
kapal
1 5 GT 1.914.286,00 210 402.000.000,00
2 20 GT 70.532.142,00 14 987.450.000,00
3 30 GT 251.400.000,00 7 1.759.800.000,00
4 40 GT 461.250.000.00 5 2.306.250.000,00
5 60 GT 620.330.000.00 5 3.101.650.000,00

5.2.4 Sistem bagi hasil


Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari kesepakatan antara pemilik
modal (juragan) dengan nelayan.. Bagi hasil didapat dari jumlah pendapatan
penjualan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya tidak tetap, kemudian dibagi
kepada pemilik modal dan nelayan.
30

Wawancara yang dilakukan terhadap nelayan yang menggunakan kapal


berukuran 5 GT dan 20 GT yaitu 50% untuk juragan dan 50% untuk nelayan.
Nahkoda pada kapal 5 GT mendapatkan 1,5 kali lebih besar dari pendapatan per
ABK, nahkoda kapal 20 GT mendapatkan 2 kali lebih besar dari pendapatan per
ABK. Sistem bagi hasil kapal berukuran 30 GT dan 40-60 GT yaitu 60% untuk
juragan dan 40% untuk nelayan. Nahkoda kapal mendapat 2 kali lebih besar dari
pendapatan per ABK. Jumlah nelayan pada kapal 5 GT, 20 GT, 30 GT, dan 40-60
GT masing-masing adalah 4, 10, 11, dan 13 nelayan. Hasil pendapatan nelayan
dan juragan per tahun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pendapatan sistem bagi hasil per tahun


Ukuran Pendapatan Per ABK
No. Juragan (Rp) Nahkoda (Rp)
Kapal (Rp) (Rp)
1 5 GT 282.118.650,00 141.059.325,00 47.019.775,01 31.346.516,67
2 20 GT 813.240.750,00 406.620.375,00 73.930.777,28 36.965.488,64
3 30 GT 1.440.722.500,00 864.433.500,00 96.048.166,67 48.024.083,33
4 40 GT 1.806.175.000,00 1.083.705.000,00 103.210.000,00 51.605.000,00
5 60 GT 2.543.387.500,00 1.526.032.500,00 145.336.428,60 72.668.214,29

5.2.5 Analisis finansial usaha


Nilai R/C yang didapat dari hasil perhitungan menunjukkan nilai yang lebih
besar dari satu (R/C > 1) artinya kegiatan perikanan gillnet millenium layak
diusahakan dan menguntungkan. Nilai R/C pada kapal 5 GT sebesar 2,91 artinya
setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar
Rp2,91. Analisis payback period (PP) yaitu periode waktu yang diperlukan untuk
menutup kembali investasi yang dikeluarkan, pada kapal 5 GT nilai PP sebesar
0,64 artinya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi selama 0,6
tahun atau 7,7 bulan. Analisis ROI digunakan untuk mengetahui seberapa persen
kemungkinan pengembalian modal investasi yang ditanamkan, untuk kapal 5 GT
nilai ROI sebesar 155% yang berarti bahwa dalam satu tahun modal telah kembali
dan mendapat keuntungan dari usaha yang ditanamkan yaitu sebesar 55%. Hasil
analisis finansial pada masing-masing kapal gillnet millenium dapat dilihat pada
Tabel 10.
31

Tabel 10 Analisis finansial usaha gillnet millenium


Pendapatan usaha
No. Ukuran kapal R/C PP ROI
(Rp)
1 5 GT 132.006.825,00 2,91 0,64 1,55
2 20 GT 363.668.708,00 3,79 2,33 0,42
3 30 GT 767.975.500,00 3,67 2,16 0,46
4 40 GT 944.311.000,00 3,15 2,72 0,36
5 60 GT 1.374.866.500,00 3,83 2,08 0,48

Keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing ukuran kapal berbanding


lurus dengan besarnya ukuran kapal. Kapal yang berukuran lebih besar akan
mendapat pendapatan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan semakin besar
ukuran kapal maka hasil tangkapan yang dapat diangkut lebih besar dan waktu
pengoperasian lebih lama dibandingkan dengan kapal yang berukuran lebih kecil.
Berdasarkan analisis R/C semua ukuran kapal layak untuk diusahakan, nilai yang
didapat dari masing-masing kapal tidak jauh berbeda yaitu setiap rupiah yang
dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,91 hingga Rp3,83,
artinya besarnya pendapatan total akan dipengaruhi pada besarnya jumlah biaya
tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan.
Hasil dari analisis payback period dan dengan asumsi pendapatan tetap per
tahun maka kapal yang berukuran 5 GT hanya membutuhkan 7 bulan 21 hari
dalam mengembalikan modal investasi dan sudah mendapatkan keuntungan dalam
satu tahun. Kapal 20-60 GT membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun
untuk mendapatkan kembali modal investasi dan meraih keuntungan dimulai pada
tahun ketiga. Analisis ROI pada kapal berukuran 5 GT memiliki nilai yang besar
yaitu 155% yang berarti dalam satu tahun pertama nilai investasi telah kembali
dan telah memperoleh keuntungan sebesar 55% dari nilai investasi, sedangkan
kapal 20-60 GT memiliki nilai ROI sebesar 36% hingga 48% yang berarti bahwa
dalam satu tahun nilai investasi belum dapat kembali.
32

5.3 Analisis Faktor-Faktor Produksi Penangkapan Gillnet Millenium


Faktor-faktor produksi yang dipilih pada penelitian ini mempengaruhi
dalam usaha gillnet millenium, dan yang diambil sebanyak 30 sampel (Lampiran
6). Berikut faktor-faktor produksi yang mempengaruhi dalam usaha gillnet
millenium:
1) Ukuran kapal (X1)
Ukuran kapal dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi hasil
produksi, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran kapal
maka jumlah hasil produksi semakin besar. Kapal diukur berdasarkan
volume yaitu gross tonnage (GT).
2) Jumlah tenaga kerja (X2)
Tenaga kerja pada setiap kapal dibagi menjadi nahkoda dan anak buah
kapal. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing kapal sebanyak 3 hingga
13 orang.
3) Jumlah bahan bakar/BBM (X3)
Jumlah BBM yang digunakan berkisar dari 10.500 liter hingga 55.000
liter per tahun. ,Pemakaian rata-rata kapal yang berukuran 5 GT
menggunakan BBM sebesar 50 liter/trip, kapal 20 GT sebesar 1.200
liter/trip, kapal 30 GT sebesar 5.000 liter/trip, dan kapal 60 GT sebesar
11.000 liter/trip.
4) Investasi (X4)
Investasi terdiri dari biaya kapal, biaya mesin, dan biaya alat
penangkapan ikan. Harga kapal dan mesin berkisar Rp35.000.000,00 untuk
kapal 5 GT hingga Rp2.100.000.000,00 untuk kapal 60 GT, harga alat
tangkap sebesar Rp2.500.000,00 per piece untuk kapal berukuran 5-20 GT
dan Rp7.000.000,00 untuk kapal yang berukuran 30-60 GT.

Berdasarkan Tabel 11 (Lampiran 7) hasil regresi pada faktor ABK (X2) dan
faktor investasi (X4) mempunyai nilai koefisien negatif. Faktor-faktor yang
berpengaruh nyata pada usaha penangkapan gillnet millenium adalah GT kapal
(X1) dan jumlah BBM (X3). Model pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas
dari unit penangkapan gillnet millenium dengan persamaan sebagai berikut:
Y= 7.3236 X10.7281 X2-0.1716 X30.4286 X4-0.1030
33

Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan bantuan logaritma menjadi


sebagai berikut:
Log Y = log 7.3236 + 0.7281 log X1 - 0.1716 log X2 + 0.4286 log X3
– log 0.1030 X4

Tabel 11 Nilai koefisien regresi (bi), standard error koefisien regresi (Sbi) dan t-
hitung fungsi produksi unit penangkapan gillnet millenium di
Karangsong
Standard T Tabel
Variabel Coefficients T Hitung
Error (0.05)
Intersep 7.323659218 1.508192751 4.85592726 1.708
GT kapal (X1) 0.728188867 0.208897096 3.485873583
Jumlah ABK (X2) -0.171677785 0.40726071 -0.421554271
Jumlah BBM (X3) 0.428689939 0.093989185 4.561056053
Investasi (X4) -0.103026691 0.226114742 -0.455638981

Hasil regresi terdapat koefisien yang bernilai negatif, maka dilakukan


regresi kembali tanpa menyertakan faktor ABK dan investasi (Lampiran 8).
Regresi pada faktor yang berpengaruh nyata yaitu GT kapal dan jumlah BBM
dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai koefisien regresi pada faktor GT kapal dan jumlah BBM
T Tabel
Variabel Coefficients Standard Error T Hitung
(0.05)
Intersep 6.33564824 0.289791797 21.86275909 1.703
GT kapal (X1) 0.429156852 0.067424102 6.365036276
BBM (X3) 0.497962078 0.084127522 5.919134047

Hasil dari regresi pada variabel X1 dan X3 bernilai positif. .Model


pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dari unit penangkapan gillnet
millenium pada faktor X1 dan X3 didapat dengan persamaan sebagai berikut:
log Y = log 6.3356 + 0.4291 log X1 + 0.4979 log X3

Analisis Cobb-Douglas yang dilakukan memperoleh nilai koefisien


determinasi (R2) sebesar 96,99% (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa
96,99% variasi produksi disebabkan oleh pengaruh dari variabel-variabel bebas
dan 3,01% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Nilai F lebih besar dari
nilai F tabel yang berarti bahwa semua faktor-faktor produksi di dalam model
34

berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan gillnet millenium. Berikut


merupakan analisis varian uji koefisien regresi fungsi produksi pada Tabel 13.

Tabel 13 Analisis varian untuk uji koefisien regresi fungsi produksi unit
penangkapan gillnet millenium di Karangsong
Sum of
Sumber Df Mean Square f Hitung F Tabel
Squares
Regression 2 1.937051993 0.968525997 436.085496 3.35
Residual 27 0.059965768 0.002220954
Total 29 1.997017762

Uji t-student digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-


variabel terhadap produksi hasil tangkapan. Berdasarkan analisis di atas dengan
selang kepercayaan 95% diketahui bahwa ukuran kapal (X1) dan jumlah bahan
bakar (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, faktor ukuran kapal (X1)
bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan
meningkatkan produksi sebesar Rp429,1 dan faktor jumlah bahan bakar per tahun
(X3) bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar
akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9 dalam keadaan ceteris paribus.
Variabel ABK (X2) dan investasi (X4) tidak berpengaruh nyata secara sendiri-
sendiri namun berpengaruh nyata dalam keadaan bersama-sama dengan
keseluruhan faktor. Persamaan garis antara faktor produksi GT kapal (X1)
terhadap produksi (Y) dapat dilihat pada Gambar 9.

4000000000
y = 5E+ 07x+ 1E+ 08
(Y) Produksi/tahun (Rp)

3500000000
2
R = 0.9517
3000000000

2500000000

2000000000
Produksi (y)
1500000000 Linear (Produksi (y))
1000000000
500000000

0
0 10 20 30 40 50 60

GTKapal

Gambar 9 Grafik hubungan antara GT kapal (X1) terhadap produksi (Y).


Gambar 9 menunjukkan bahwa GT kapal memiliki hubungan parsial yang
bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan dari
kapal berukuran 60 GT. Hal ini sesuai dengan kapasitas yang dapat diperoleh
35

oleh kapal, semakin besar ukuran kapal maka akan semakin besar daya angkut
hasil tangkapan yang diperoleh. Persamaan garis antara faktor produksi jumlah
(X3) terhadap produksi (Y) dapa dilihat pada Gambar 10.

4000000000
y = 47710x + 1E+08
(Y) Produksi/tahun (Rp)

3500000000
R2 = 0.8931
3000000000
2500000000
2000000000 Produksi (y)
1500000000
Linear (Produksi
1000000000 (y))
500000000
0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

Jumlah BBM/tahun (liter)

Gambar 10 Grafik hubungan antara jumlah BBM (X3) terhadap produksi (Y).
Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah BBM memiliki hubungan parsial
yang bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan
dengan jumlah bahan bakar sebesar 55.000 liter per tahun dimana jumlah bahan
bakar yang dibawa sebesar 11.000 liter per trip. Faktor-faktor produksi usaha
penangkapan ikan gillnet millenium memiliki nilai koefisien yang berbeda.
Berikut merupakan pembahasan setiap variabel dari hasil regresi:
1) Ukuran GT kapal
Koefisien regresi GT kapal bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap dalam
setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan meningkatkan produksi sebesar
Rp429,1. Kemampuan angkut kapal mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan
yang dapat dibawa. Hal ini akan menunjukkan kemampuan-kemampuan kapal
antara lain yaitu jumlah tenaga kerja, jumlah BBM yang dapat diangkut,
perbekalan, alat tangkap, dan kekuatan kapal di laut. Sehingga semakin besar
ukuran kapal maka kemampuannya lebih baik.

2) Jumlah BBM per tahun


Jumlah bahan bakar per tahun bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap
penambahan satu liter bahan bakar akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9.
Bahan bakar yang dibawa oleh kapal akan mempengaruhi jarak tempuh dan waktu
36

perjalanan yang dapat dilakukan oleh kapal. Jumlah BBM yang dipakai akan
tergantung pada seberapa jauh pelayaran kapal menuju ke fishing ground, jumlah
bahan bakar yang digunakan harus diperhitungkan oleh nelayan ketika dipakai
untuk melakukan pelayaran dan ketika kapal kembali ke PPI Karangsong.

5.4 Analisis Sistem Perikanan Gillnet Millenium


5.4.1 Analisis kebutuhan
Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem perikanan di Karangsong memiliki
kebutuhan untuk melancarkan kepentingannya masing-masing sesuai dengan
pekerjaannya, adapun pihak-pihak tersebut adalah Dinas Perikanan Indramayu,
petugas TPI, nelayan, pedagang, koperasi, pemilik kapal, dan konsumen.
Kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pihak dirangkum pada Tabel 14.

Tabel 14 Kebutuhan dari pihak yang terlibat dalam sistem perikanan gillnet
millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu

No Pihak-pihak terkait Kebutuhan

- Data hasil tangkapan yang akurat


- Sistem penangkapan rapih
1. Dinas Perikanan Indramayu
- Pendapatan daerah dan nasional meningkat
- Kelestarian sumberdaya ikan
- Keamanan dan Kenyamanan
2. Pihak TPI - Ikan HT yang didaratkan di TPI
- Pengadaan sarana dan prasarana
- Informasi DPI, cuaca, dan stok
3. Nelayan - Akses pemasaran
- Subsidi BBM
- Informasi jumlah ikan dan daya beli
4. Bakul ikan
- Fasilitas TPI
- Data hasil tangkapan
- Sumber modal
5. Koperasi Mina Sumitra
- Kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan
- Pemerintah Kabupaten Indramayu
- Modal
6. Pemilik kapal - Perizinan usaha
- Tenaga kerja/nelayan
- Ikan segar
7. Konsumen - Harga ikan terjangkau
- Ikan selalu tersedia
37

5.4.2 Formulasi masalah


Formulasi masalah berdasarkan pengamatan kondisi perikanan yang terjadi
di PPI Karangsong. Kendala-kendala yang berhubungan dengan sistem usaha
perikanan gillnet millenium di Karangsong, sebagai berikut:
1) Mahalnya biaya operasional untuk melaut dikarenakan harga bahan bakar
minyak naik; dan
2) Produksi ikan biasanya menurun jika memasuki cuaca kurang baik. Nelayan
dengan tonase kurang dari 5 GT sulit melaut dengan cuaca buruk.

5.4.3 Identifikasi sistem


1) Diagram lingkar sebab akibat
Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
ditimbulkan akibat dari elemen yang terkait dalam sistem usaha perikanan gillnet
millenium. Diagram sebab akibat juga akan membantu dan mengungkapkan
penyebab-penyebab utama. Faktor yang positif ditandai dengan (+), sedangkan
faktor negatif ditandai dengan (-). Gambar 12 merupakan diagram lingkar sebab
akibat dari sistem usaha perikanan gillnet millenium.
_
Hasil Gillnet
tangkapan + millenium _ SDI

+ + Harga + Pemilik
TPI kapal
Karangsong + +
+ + + + Nelayan
Retribusi
+ + KPL Mina + +
Sumitra
+ +
Pemerintah
+ Bakul + Kebijakan
pemerintah
+
Gambar 12 Diagram sebab akibat sistem usaha perikanan gillnet millenium.
Berdasarkan Gambar 12 bahwa sumberdaya ikan merupakan potensi dari
usaha perikanan yang menjadi komoditi untuk diperdagangkan. Dalam hal ini,
alat tangkap gillnet millenium yang mengeksplorasi sumberdaya ikan dapat
38

memberikan pengaruh positif dengan hasil tangkapan yang memuaskan, namun


dapat memberikan pengaruh negatif pada sumberdaya ikan jika tidak dikendalikan
oleh teknologi alat dan kelestarian lingkungan. Hasil tangkapan ikan gillnet
millenium mendominasi ikan yang didaratkan di TPI Karangsong untuk
dilelangkan yang akan dibeli oleh bakul. Harga dari ikan hasil tangkapan
menghasilkan keuntungan bagi pemilik kapal, pendapatan dari hasil tangkapan
setelah dikurangi modal dan retribusi kemudian dibagikan kepada nelayan. Biaya
retribusi diberikan untuk pemerintah. Koperasi Perikanan Mina Sumitra sebagai
pengelola PPI Karangsong membantu anggotanya yaitu pemilik kapal dan nelayan
dalam permodalan untuk melaut. .Pemerintah dan KPL Mina Sumitra
bekerjasama sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangan perikanan
di Karangsong. .Kebijakan pemerintah berguna bagi pedagang ikan dan
kesejahteraan nelayan. Kebijakan perintah dibutuhkan untuk menjaga SDI tetap
lestari seperti pembatasan alat, armada dan daerah operasi penangkapan ikan,
namun akan berdampak negatif bagi unit usaha gillnet millenium. Kegiatan
perikanan di Karangsong dapat dilihat pada Lampiran 10.

2) Diagram input-output
Diagram input-output memperlihatkan faktor-faktor dalam usaha perikanan.
Input terdiri dari input lingkungan, input terkendali, dan input tidak terkendali.
Input-input tersebut menghasilkan output yang dikehendaki dan meminimumkan
atau mencegah input yang tidak dikehendaki. Input lingkungan berupa peraturan
pemerintah dan iklim.
Input tidak terkendali meliputi harga ikan yang dipengaruhi oleh inflasi,
naiknya bahan bakar minyak, dan ketersediaan ikan. Oseanografi dapat berubah-
ubah dikarenakan iklim, gelombang laut, dan salinitas air laut sehingga dapat
mempengaruhi potensi sumberdaya ikan. .Pasar dipengaruhi oleh konsumsi
masyarakat yang berubah-ubah, tingkat pendapatan masyarakat yang memicu
konsumsi, dan kelancaran distribusi.
Input yang dapat dikendalikan antara lain: teknologi penangkapan ikan,
keahlian nelayan, dan modal. Teknologi alat dalam hal ini yaitu gillnet millenium,
jaring pada gillnet millenium terbuat dari bahan polyamide monofilament, gillnet
39

millenium tidak mudah kusut dibandingkan dengan jaring mono yang cepat rusak.
Keahlian nelayan umumnya didapat dari pengalamannya dalam melaut dan
belajar atau bekerja pada sesama nelayan. Modal usaha didapat dari juragan yang
memperkerjakan nelayan, koperasi juga memberikan bantuan modal kepada
nelayan yang menjadi anggota berupa perbekalan dalam melaut.. Berikut
merupakan diagram input-output pada Gambar 13.

Input lingkungan:
- Peraturan Pemerintah
- Iklim

-
Output dikehendaki:
Input tidak terkendali: - Pendapatan nelayan
- Harga meningkat
- Oseanografi - Lapangan kerja
- Pasar - Hasil tangkapan cukup
- Potensi SDI - Pelelangan lancar

Usaha Perikanan
Gillnet Millenium
di Karangsong

Input terkendali: Output tidak dikendaki:


- Teknologi penangkapan - Usaha merugi
- Keahlian nelayan - Hasil tangkapan menurun
- Modal - Biaya operasional
- meningkat

Manajemen usaha
perikanan

Gambar 13 Digram input-output.

Output dikehendaki yaitu pendapatan yang meningkat, terserap banyak


lapangan kerja, hasil tangkapan cukup, dan pelelangan ikan hasil tangkapan
lancar. Output yang tidak dikehendaki antara lain: usaha merugi, hasil tangkapan
menurun, dan biaya operasional meningkat.
Bakul ikan yang membeli hasil tangkapan nelayan yang dilelang di TPI,
selama tahun 2010 pedagang/bakul ikan di Indramayu sebanyak 1.125 orang.
Berdasarkan kesepakatan rapat anggota tahunan antara para juragan, bakul, KUD,
40

dan pihak TPI bahwa bakul di PPI Karangsong dikenakan biaya retribusi sebesar
3% yang merupakan lebih besar dari ketetapan pemerintah yaitu sebesar 1,65%.

3) Diagram struktur sistem


Kegiatan sistem usaha perikanan gillnet millenium terdiri dari elemen-
elemen yang saling berhubungan. Gambar 11 merupakan diagram struktur sistem
usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong.

Mulai

Pra produksi Produksi Pasca produksi

Investasi dan biaya operasi PPI Karangsong Pelelangan

Nelayan DPI Sistem bagi hasil

Sumberdaya ikan Operasi Analisis finansial,


tenggiri dan ikan penangkapan analisis fungsi
tongkol ikan produksi

Sesuai Sesuai Sesuai


Tidak Tidak Tidak
Ya
Usaha Perikanan Ya Ya
Gillnet Millenium
Selesai

Gambar 11 Diagram struktur sistem usaha perikanan gillnet millenium di


Karangsong.

Usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong dilihat dari aspek pra


produksi, produksi, dan pasca produksi. Input dari aspek pra produksi terdiri dari
biaya investasi (biaya kapal, mesin, dan alat tangkap) dan biaya operasi, nelayan
(juragan, nahkoda, dan anak buah kapal), dan tujuan hasil tangkapan utama yaitu
ikan tenggiri dan ikan tongkol. Proses produksi diawali dengan persiapan melaut
di PPI Karangsong, lalu berangkat menuju daerah penangkapan ikan kemudian
41

pengoperasian alat tangkap. Output pasca produksi yaitu hasil tangkapan dilelang
di TPI, pendapatan hasil lelang dibagi hasil sesuai kesepakatan antara juragan,
nahkoda, dan ABK kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui
potensi usaha dan analisis fungsi produksi untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kegiatan produksi.. Ketiga aspek tersebut merupakan
pembentuk dari usaha perikanan gillnet millenium.
aa
42
a

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1) Kapal yang beroperasi di PPI Karangsong berbahan dasar kayu dengan ukuran
kapal 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40 GT dan 60 GT. Jaring millenium yang
digunakan oleh nelayan terbuat dari bahan polyamide monofilament, ukuran
jaring millenium yang dioperasikan berdasarkan ukuran kapal yaitu sepanjang
20 pieces hingga 110 pieces.. Nelayan di Karangsong sebagian besar
merupakan nelayan penuh, nelayan berdasarkan struktur sosialnya yaitu
juragan, jurumudi, dan bendega (anak buah kapal);
2) Nilai R/C kelima ukuran kapal bernilai > 1 yang berarti layak untuk
diusahakan, nilai PP dari kapal ukuran 5 GT sebesar 0,64 dan nilai PP dari
kapal ukuran 20-60 GT > 2, nilai ROI pada kapal berukuran 5 GT sebesar
155% dan kapal ukuran 20-60 GT sebesar 36%-48%;
3) Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil
produksi yaitu GT Kapal (X1), jumlah ABK (X2), jumlah bahan bakar (X3),
dan investasi (X4). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara sendiri-
sendiri yaitu GT Kapal (X1) dan jumlah bahan bakar (X3).

6.2 Saran
1) Penelitian mengenai variabel yang lebih beragam untuk mendapatkan
informasi yang lebih jelas terhadap pengaruh faktor produksi;
2) Dibutuhkan peran pemerintah untuk terus mengembangkan pembangunan
perikanan di Karangsong berupa peningkatan status PPI Karangsong,
dikarenakan PPI Karangsong melayani kapal hingga berukuran 60 GT dan
jumlah produksi perikanan yang didaratkan di PPI Karangsong besar dan
meningkat setiap tahun.

aa
a
aa43
a

DAFTAR PUSTAKA

Amirin TM. 1984. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali Pers.

Awad, Elias M. 1979. System Analysis and Design, Richard D. Irwin, Homewood,
Illinois.

Bakar, A. 1997. Kajian Keragaan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis)
Di Teluk Jakarta, Kelurahan Kamal Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan, Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Dinas Perikanan Indramayu. 2005. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan


tahun 2005. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.

______________________. 2006. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan


tahun 2006. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.

______________________. 2007. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan


tahun 2007. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.

______________________. 2008. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan


tahun 2008. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.
______________________. 2009. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan
tahun 2009. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.

______________________. 2010. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan


tahun 2010. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.

Djamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hal.

Edris, M. 1983. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Bandung. Sinar


Baru: 127 hal.

Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem. Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.


Bogor: IPB Press.

Fadholi, Hernanto. 1989. Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi


Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 236 hal.

Hernanto F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya. 309 hal.

Kadariah, Lien K, dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta:


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hal.

Kecamatan Indramayu. 2011. Profil Desa Karangsong tahun 2011. Kabupaten


Indramayu.
44

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Jaring Millenium.


www.kp3k.kkp.go.id. [14 April 2011].

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010. Position Paper KPPU Terkait


Kebijakan Perikanan Tangkap. Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
Republik Indonesia. 6 hal.

Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra. 2010. Koperasi Perikanan Laut Mina
Sumitra tahun 2010. Koperasi Mina Sumitra.

______________________. 2011. Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra tahun


2011. Koperasi Mina Sumitra.

Nurani. 2008. Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik dari


Potensi Daerah [Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor. 35 hal.

Omat. 2008. Implikasi Keberadaan PPI terhadap Pertumbuhan Kawasan Ekonomi


Perikanan (Studi Kasus: PPI Karangsong Kecamatan Indramayu Provinsi
Jawa Barat) [Tesis]. Semarang: Magister Teknik Pembangunan Wilayah
dan Kota, Universitas Diponegoro. 21 hal.

Marianti, Merry. 1997. Berbagai Model Fungsi Produksi. Fakultas Ekonomi


Universitas Katolik Parahyangan. Bandung. 63 hal.

Martasuganda, S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Edisi Revisi. Departemen 27


Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB, Bogor. 33 hal.

Pemerintah Kabupaten Indramayu. 2011. Keadaan Geogfrafis Dan Topografis.


www.indramayu.go.id [9 September 2011].

Putra, I. 2007. Deskripsi dan Analisis Hasil Tangkapan Jaring Millenium di


Indramayu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 37 hal.

Ramdhan, D. 2007. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap


Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

Rini, YT. 2006. Evaluasi Keragaan Faktor-Faktor Produksi dan Analisis Usaha
Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. 14 hal.

Shrode, William A and Dan Voich, Jr. 1974. Organization and Management:
Basic Systems Consepts, Irwin Book Co. Malaysia.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Khusus


Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas, Rajawali, Jakarta. 21 hal.
aa
aa
45
aa

LAMPIRAN
46

Lampiran 1 Lokasi penelitian


47

Lampiran 2 Hasil analisis usaha unit penangkapan gillnet millenium 2011

Investasi gillnet millenium


Ukuran
Biaya Kapal Biaya Mesin Biaya Alat Total investasi
kapal
5 GT 30.000.000,00 5.000.000,00 50.000.000,00 85.000.000,00
20 GT 640.000.000,00 60.000.000,00 150.000.000,00 850.000.000,00
30 GT 1.040.000.000,00 60.000.000,00 560.000.000,00 1.660.000.000,00
40 GT 1.710.000.000,00 90.000.000,00 770.000.000,00 2.570.000.000,00
60 GT 2.010.000.000,00 90.000.000,00 770.000.000,00 2.870.000.000,00
Keterangan: Umur ekonomis kapal 5 GT 10 tahun dan 20-60 GT 20 tahun, umur
ekonomis mesin 5GT 5 tahun dan 20-60 GT 3 tahun, umur ekonomis alat
tangkap 8 tahun

Total penerimaan gillnet millenium


Kapal 5 GT, musim penangkapan:
1. Musim puncak = Agustus – November (105 trip*70 kg/trip =
Rp2.300.000,00)
2. Musim sedang = Maret – Juli (75 trip*52 kg/trip = Rp1.700.000,00)
3. Musim paceklik = Desember – Februari (30 trip*30kg/trip =
Rp1.100.000,00)
Trip kapal 20-60 GT tidak berpengaruh terhadap musim
Ukuran Lama Jumlah trip/ Penerimaan/
Per trip (Rp)
kapal trip Tahun Tahun
5 GT 1-2 hari 210 trip 1.914.286,00 402.000.000,00
20 GT 20 hari 14 trip 70.532.142,00 987.450.000,00
30 GT 30-40 hari 7 trip 251.400.000,00 1.759.800.000,00
40 GT 40-60 hari 5 trip 461.250.000,00 2.306.250.000,00
60 GT 40-60 hari 5 trip 620.330.000,00 3.101.650.000,00

Biaya tidak tetap


Biaya 5 GT 20 GT 30 GT 40 GT 60 GT
Solar 47.250.000,00 70.200.000,00 157.500.000,00 247.500.000,00 247.500.000,00
Oli 25.200.000,00 4.680.000,00 5.040.000,00 7.200.000,00 7.200.000,00
Es 945.000,00 2.340.000,00 4.200.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00
Makanan 25.200.000,00 52.000.000,00 77.000.000,00 130.000.000,00 130.000.000,00
Air
1.050.000,00 1.300.000,00 1.400.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00
tawar
Retribusi
12.117.810,00 26.213.550,00 44.362.500,00 65.625.000,00 100.537.500,00
3%
TPI 2% 8.118.540,00 17.475.700,00 29.575.000,00 43.750.000,00 67.025.000,00
Jumlah 119.881.350,00 174.209.250,00 319.077.500,00 500.075.000,00 558.262.500,00
48

Lampiran 2 (Lanjutan)

Biaya tetap
Biaya 5 GT 20 GT 30 GT 40 GT 60 GT
Perawatan
3.000.000,00 6.000.000,00 8.000.000,00 10.000.000,00 12.000.000,00
Kapal
Perawatan
200.000,00,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00
Mesin
Perawatan
alat 4.000.000,00 5.200.000,00 5.500.000,00 4.000.000,00 4.000.000,00
tangkap
Penyusutan
3.000.000,00 32.000.000,00 52.000.000,00 85.500.000,00 100.500.000,00
Kapal
Penyusutan
1.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 30.000.000,00 30.000.000,00
Mesin
Penyusutan
alat 6.250.000,00 18.750.000,00 70.000.000,00 96.250.000,00 96.250.000,00
tangkap
Pajak
Rp131.000/ 655.000,00 2.620.000,00 3.930.000,00 5.240.000,00 7.860.000,00
GT/thn
Surat ijin
usaha 333.333,00 333.333,00 333.333,00 333.333,00
1 jt/3 thn
Jumlah 18.105.000,00 85.903.333,00 160.763.333,00 232.323.333,00 251.943.333,00

Analisis finansial usaha jaring millenium


Analisis 5 GT 20 GT 30 GT 40GT 60 GT
TR 402.000.000,00 987.450.000,00 1.759.800.000,00 2.306.250.000,00 3.101.650.000,00
TC 137.986.350,00 260.112.583,00 479.840.833,00 732.398.333,00 810.205.833,00
TR-TC 132.006.825,00 363.668.708,00 767.975.500,00 944.311.000,00 1.374.866.500,00
R/C
2,91 3,79 3,67 3,15 3,83
(TR/TC)
PP (I/K) 0,64 2,33 2,16 2,72 2,08
ROI
(K/I) x 1,55 0,42 0,46 0,36 0,48
100%
Keterangan: I (Investasi), K (Keuntungan)
K = (TR-RC)
 K x 50% (5 GT dan 20 GT)
 K x 60% (30 GT, 40 GT, dan 60 GT
49

Lampiran 2 (Lanjutan)

Pendapatan sistem bagi hasil per tahun


Ukuran Pendapatan Per ABK
No. Juragan (Rp) Nahkoda (Rp)
Kapal (Rp) (Rp)
1 5 GT 282.118.650,00 141.059.325,00 47.019.775,01 31.346.516,67
2 20 GT 813.240.750,00 406.620.375,00 73.930.777,28 36.965.488,64
3 30 GT 1.440.722.500,00 864.433.500,00 96.048.166,67 48.024.083,33
4 40 GT 1.806.175.000,00 1.083.705.000,00 103.210.000,00 51.605.000,00
5 60 GT 2.543.387.500,00 1.526.032.500,00 145.336.428,60 72.668.214,29

Rincian sistem bagi hasil adalah sebagai berikut:


1. Kapal 5 GT (3 ABK, 1 Nakhoda) 4. Kapal 40 GT (12 ABK, 1 Nakhoda)
Juragan = 50% x Rp282.118.650,00 Juragan = 60% x Rp1.806.175.000,00
= Rp141.059.325,00 = Rp1.083.705.000,00
Nelayan = Rp141.059.325,00/4,5 Nelayan = Rp722.470.000,00/14
= Rp31.346.516,67 = Rp51.605.000,00
Rincian nelayan: Rincian nelayan:
Nakhoda = 1,5 x Rp31.346.516,67 Nakhoda = 2 x Rp51.605.000,00
= Rp47.019.775,01 = Rp103.210.000,00
ABK = 3 x Rp31.346.516,67 ABK = 12 x Rp51.605.000,00
= Rp94.039.550,01 = Rp619.260.000,00

2. Kapal 20 GT (9 ABK, 1 Nakhoda) 5. Kapal 60 GT (12 ABK, 1 Nakhoda)


Juragan = 50% x Rp813.240.750,00 Juragan = 60% x Rp2.543.387.500,00
= Rp406.620.375,00 = Rp1.526.032.500,00
Nelayan = Rp406.620.375,00/11 Nelayan = Rp1.017.355.000,00/14
= Rp36.965.488,64 = Rp72.668.214,29
Rincian nelayan: Rincian nelayan:
Nakhoda = 2 x Rp36.965.488,64 Nakhoda = 2 x Rp72.668.214,29
= Rp73.930.777,28 = Rp145.336.428,60
ABK = 9 x Rp36.965.488,64 ABK = 12 x Rp72.668.214,29
= Rp332.689.397.80 = Rp872.018.571,50

3. Kapal 30 GT (10 ABK, 1 Nakhoda)


Juragan = 60% x Rp1.440.722.500,00 = Rp864.433.500,00
Nelayan = Rp576.289.000,00/12 = Rp48.024.083,33
Rincian nelayan:
Nakhoda = 2 x Rp48.024.083,33 = Rp96.048.166,67
ABK = 10 x Rp48.024.083,33 = Rp480.240.833,30
50

Lampiran 3 Volume dan nilai produksi jaring millenium di PPI


Karangsong Indramayu berdasarkan jenis ikan pada bulan
Januari-Mei 2011 menurut catatan KPL Mina Sumitra
Januari 2011
Jaring Millenium
No Jenis ikan
kg Rp Rp/kg
1 Bawal Hitam (Formio niger) 21.135 443.835.000,00 21.000,00
2 Tongkol (Auxis thazard) 434.630 3.556.059.500,00 8.181,00
3 Klayaran (Makaira indica) 11.101 66.606.000,00 6.000,00
Tenggiri (Scomberomorus 118.076 3.188.052.000,00 27.000,00
4
commersoni )
5 Alamkao (Psettodes erumeri) 7.093 78.023.000,00 11.000,00
6 Manyung (Arius thalassinus) 162.672 1.301.376.000,00 8.000,00
7 Remang (Congresox talabon) 149.035 2.235.525.000,00 15.000,00
8 Cucut (Carcharhinus sp.) 51.278 358.946.000,00 7.000,00
9 Pari (Dasyatis sp.) 5.790 20.265.000,00 3.500,00
10 Kakap Putih (Lates calcarifer) 13.457 269.140.000,00 20.000,00
11 Blidah (Chirocentrus dorab) 8.336 58.352.000,00 7.000,00
12 Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) 74.482 1.787.568.000,00 24.000,00
13 Krempul (Caranx sexfasciatus) 4.382 30.674.000,00 7.000,00
14 Ikan Campur 10.366 31.098.000,00 3.000,00
Jumlah 1.071.833 13.425.519.500,00

Pebruari 2011
Jaring Millenium
No Jenis ikan
kg Rp Rp/kg
1 Bawal Hitam (Formio niger) 55.690 1.169.490.000,00 21.000,00
2 Tongkol (Auxis thazard) 494.368 4.057.233.000,00 8.206,00
3 Klayaran (Makaira indica) 13.331 79.986.000,00 6.000,00
Tenggiri (Scomberomorus 103.750 2.801.250.000,00 27.000,00
4
commersoni )
5 Alamkao (Psettodes erumeri) 4.049 44.539.000,00 11.000,00
6 Manyung (Arius thalassinus) 44.819 358.552.000,00 8.000,00
7 Remang (Congresox talabon) 52.453 786.795.000,00 15.000,00
8 Cucut (Carcharhinus sp.) 17.007 119.049.000,00 7.000,00
9 Pari (Dasyatis sp.) 5.602 19.607.000,00 3.500,00
10 Kakap Putih (Lates calcarifer) 11.452 229.040.000,00 20.000,00
11 Blidah (Chirocentrus dorab) 6.654 46.578.000,00 7.000,00
12 Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) 24.038 576.912.000,00 24.000,00
13 Krempul (Caranx sexfasciatus) 3.826 26.782.000,00 7.000,00
14 Ikan Campur 6.344 19.132.000,00 3.015,00
Jumlah 843.383 10.334.845.000,00
51

Maret 2011
Jaring Millenium
No Jenis ikan
kg Rp Rp/kg
1 Bawal Hitam (Formio niger) 22.884 480.564.000,00 21.000,00
2 Tongkol (Auxis thazard) 499.386 2.275.323.500,00 4.556,00
3 Klayaran (Makaira indica) 21.130 126.780.000,00 6.000,00
Tenggiri (Scomberomorus
4 185.464 4.265.672.000,00 23.000,00
commersoni )
5 Alamkao (Psettodes erumeri) 5.482 60.302.000,00 11.000,00
6 Manyung (Arius thalassinus) 213.936 1.711.488.000,00 8.000,00
7 Remang (Congresox talabon) 103.000 1.854.000.000,00 18.000,00
8 Cucut (Carcharhinus sp.) 40.292 282.044.000,00 7.000,00
9 Pari (Dasyatis sp.) 8.298 29.043.000,00 3.500,00
10 Kakap Putih (Lates calcarifer) 12.584 251.680.000,00 20.000,00
11 Blidah (Chirocentrus dorab) 8.641 60.487.000,00 7.000,00
Kakap Merah (Lutjanus
12 102.542 2.461.008.000,00 24.000,00
malabaricus)
13 Krempul (Caranx sexfasciatus) 1.176 8.232.000,00 7.000,00
14 Ikan Campur 10.811 27.127.500,00 2.500,00
Jumlah 1.235.626 14.370.651.000,00

April 2011
Jaring Millenium
No Jenis ikan
kg Rp Rp/kg
1 Bawal Hitam (Formio niger) 16.750 351.750.000,00 21.000,00
2 Tongkol (Auxis thazard) 520.197 4.370.672.000,00 8.402,00
3 Klayaran (Makaira indica) 16.982 101.892.000,00 6.000,00
Tenggiri (Scomberomorus 169.921 3.747.183.000,00 22.052,00
4
commersoni )
5 Alamkao (Psettodes erumeri) 4.123 45.353.000,00 11.000,00
6 Manyung (Arius thalassinus) 192.460 1.539.680.000,00 8.000,00
7 Remang (Congresox talabon) 74.740 1.345.320.0000,00 18.000,00
8 Cucut (Carcharhinus sp.) 45.161 316.127.000,00 7.000,00
9 Pari (Dasyatis sp.) 7.525 26.337.500,00 3.500,00
10 Kakap Putih (Lates calcarifer) 9.452 189.040.000,00 20.000,00
11 Blidah (Chirocentrus dorab) 11.528 80.696.000,00 7.000,00
Kakap Merah (Lutjanus 65.842 1.580.208.000,00 24.000,00
12
malabaricus)
13 Krempul (Caranx sexfasciatus) 8.701 60.940.000,00 7.000,00
14 Ikan Campur 12.376 30.940.000,00 2.500,00
Jumlah 1.148.758 13.786.105.500,00
52

Mei 2011
Jaring Millenium
No Jenis ikan
kg Rp Rp/kg
1 Bawal Hitam (Formio niger) 23.640 496.230.000,00 20.991,00
2 Tongkol (Auxis thazard) 448.085 4.425.858.000,00 9.877,00
3 Klayaran (Makaira indica) 30.844 185.064.000,00 6.000,00
Tenggiri (Scomberomorus 120.042 2.760.966.000,00 23.000,00
4
commersoni )
5 Alamkao (Psettodes erumeri) 5.978 65.758.000,00 11.000,00
6 Manyung (Arius thalassinus) 157.672 1.261.376.000,00 8.000,00
7 Remang (Congresox talabon) 71.606 1.288.908.000,00 18.000,00
8 Cucut (Carcharhinus sp.) 88.042 616.294.000,00 7.000,00
9 Pari (Dasyatis sp.) 12.085 42.297.500,00 3.500,00
10 Kakap Putih (Lates calcarifer) 16.548 330.960.000,00 20.000,00
11 Blidah (Chirocentrus dorab) 15.161 106.127.000,00 7.000,00
Kakap Merah (Lutjanus 137.785 3.354.840.000,00 24.348,00
12
malabaricus)
13 Krempul (Caranx sexfasciatus) 7.980 55.860.0000,00 7.000,00
14 Ikan Campur 20.794 51.985.000,00 2.500,00
Jumlah 1.158.252 15.042.523.500,00
53

Lampiran 4 Gambar fasilitas di PPI Karangsong

Papan informasi DPI Unit waserda

Unit BAP / Spare parts Unit perbekalan

Tempat pelelangan ikan Unit keranjang dan drum

Unit depot es Mesin pengeruk dasar sungai


54

Lampiran 5 Gambar kapal gillnet millenium

Kapal 5 GT
- Panjang (LoA) : 7 m
- Lebar (BoA) : 2,5 m
- Tinggi : 1,5 m
- Mesin motor tempel
24 Pk

Kapal 20 GT
- Panjang (LoA) : 14 m
- Lebar (BoA) : 4,1 m
- Tinggi : 1,8 m
- Mesin motor inboard
120 Pk

Kapal 30 GT
- Panjang (LoA) : 18 m
- Lebar (BoA) : 4,7 m
- Tinggi : 1,8 m
- Mesin motor inboard
160 Pk
55

Lampiran 5 (Lanjutan)

Kapal 40 GT
- Panjang (LoA) : 20 m
- Lebar (BoA) : 5,3 m
- Tinggi : 2,2 m
- Mesin motor inboard
220 Pk

Kapal 60 GT
- Panjang (LoA) : 22,5 m
- Lebar (BoA) : 6 m
- Tinggi : 2,6 m
- Mesin motor inboard
220 Pk
56

Lampiran 6 Data faktor-faktor produksi unit penangkapan gillnet millenium

Investasi
GT ABK(Orang) BBM Produksi
No. (Rp)
X1 X2 (liter) X3 (Rp) Y
X4
1 60 13 55000 2870000000 3464000000
2 60 13 54500 2870000000 3245100000
3 60 13 55000 2870000000 2922500000
4 60 13 54770 2870000000 2775000000
5 47 13 55450 2670000000 2430000000
6 44 12 54800 2600000000 2420000000
7 45 13 54850 2600000000 2225000000
8 42 13 54750 2570000000 2150000000
9 30 11 35000 1660000000 2090000000
10 30 11 35000 1660000000 2030000000
11 33 11 34800 1700000000 1765400000
12 30 11 34700 1660000000 1756000000
13 30 11 34550 1660000000 1724000000
14 30 11 34700 1660000000 1656000000
15 30 11 34600 1660000000 1552000000
16 30 11 34600 1600000000 1505000000
17 25 9 18000 1050000000 1356000000
18 20 9 16800 850000000 1085000000
19 20 9 16800 850000000 1015000000
20 19 9 16800 845000000 966000000
21 20 9 16800 850000000 957000000
22 20 9 16750 850000000 956700000
23 20 9 16700 850000000 945000000
24 18 9 16600 840000000 931000000
25 18 9 16500 840000000 835000000
26 18 9 16550 840000000 750000000
27 5 4 11300 85000000 485900000
28 5 3 10950 85000000 473000000
29 5 4 10750 85000000 459900000
30 5 3 10650 65000000 412000000
57

Lampiran 6 (Lanjutan)

Investasi
GT ABK(Orang) BBM (liter) Produksi
No. (Rp)
X1 X2 X3 (Rp) Y
X4
1 1.77815125 1.113943352 4.740362689 9.457881897 9.539577883
2 1.77815125 1.113943352 4.736396502 9.457881897 9.511228084
3 1.77815125 1.113943352 4.740362689 9.457881897 9.46575452
4 1.77815125 1.113943352 4.738542741 9.457881897 9.443262987
5 1.672097858 1.113943352 4.74390155 9.426511261 9.385606274
6 1.643452676 1.079181246 4.738780558 9.414973348 9.383815366
7 1.653212514 1.113943352 4.739176632 9.414973348 9.347330015
8 1.62324929 1.113943352 4.738384124 9.409933123 9.33243846
9 1.477121255 1.041392685 4.544068044 9.220108088 9.320146286
10 1.477121255 1.041392685 4.544068044 9.220108088 9.307496038
11 1.51851394 1.041392685 4.541579244 9.230448921 9.246843122
12 1.477121255 1.041392685 4.540329475 9.220108088 9.244524512
13 1.477121255 1.041392685 4.538448052 9.220108088 9.236537261
14 1.477121255 1.041392685 4.540329475 9.220108088 9.219060332
15 1.477121255 1.041392685 4.539076099 9.220108088 9.190891717
16 1.477121255 1.041392685 4.539076099 9.204119983 9.1775365
17 1.397940009 0.954242509 4.255272505 9.021189299 9.13225969
18 1.301029996 0.954242509 4.225309282 8.929418926 9.035429738
19 1.301029996 0.954242509 4.225309282 8.929418926 9.006466042
20 1.278753601 0.954242509 4.225309282 8.926856709 8.984977126
21 1.301029996 0.954242509 4.225309282 8.929418926 8.980911938
22 1.301029996 0.954242509 4.224014811 8.929418926 8.980775774
23 1.301029996 0.954242509 4.222716471 8.929418926 8.975431809
24 1.255272505 0.954242509 4.220108088 8.924279286 8.968949681
25 1.255272505 0.954242509 4.217483944 8.924279286 8.921686475
26 1.255272505 0.954242509 4.218797998 8.924279286 8.875061263
27 0.698970004 0.602059991 4.053078443 7.929418926 8.686546899
28 0.698970004 0.477121255 4.039414119 7.929418926 8.674861141
29 0.698970004 0.602059991 4.031408464 7.929418926 8.66266341
30 0.698970004 0.477121255 4.027349608 7.812913357 8.614897216
58

Lampiran 7 Hasil analisis regresi Cobb-Douglas unit penangkapan gillnet


millenium

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.986487934
R Square 0.973158443
Adjusted R Square 0.968863794
Standard Error 0.046304672
Observations 30

ANOVA
df SS MS F Significance F f table
Regression 4 1.943414696 0.485853674 226.597893 3.01648E-19 2.76
Residual 25 0.053603066 0.002144123
Total 29 1.997017762

Standard
Coefficients t Stat P-value t table
Error
Intercept 7.323659218 1.508192751 4.855917264 5.4125E-05 1.708
X Variable 1 0.728188867 0.208897096 3.485873583 0.00182913
X Variable 2 -0.171677785 0.40726071 -0.421542714 0.6769614
X Variable 3 0.428689939 0.093989185 4.561056053 0.00011625
X Variable 4 -0.103026691 0.226114742 -0.455638981 0.65258259
59

Lampiran 8 Data faktor-faktor produksi unit penangkapan gillnet millenium


yang berpengaruh nyata pada uji t

GT BBM Produksi
No Log X1 Log X3 Log Y
(X1) (X3) (Y)
1 60 55000 3464000000 1.77815125 4.740362689 9.539577883
2 60 54500 3245100000 1.77815125 4.736396502 9.511228084
3 60 55000 2922500000 1.77815125 4.740362689 9.46575452
4 60 54770 2775000000 1.77815125 4.738542741 9.443262987
5 47 55450 2430000000 1.672097858 4.74390155 9.385606274
6 44 54800 2420000000 1.643452676 4.738780558 9.383815366
7 45 54850 2225000000 1.653212514 4.739176632 9.347330015
8 42 54750 2150000000 1.62324929 4.738384124 9.33243846
9 30 35000 2090000000 1.477121255 4.544068044 9.320146286
10 30 35000 2030000000 1.477121255 4.544068044 9.307496038
11 33 34800 1765400000 1.51851394 4.541579244 9.246843122
12 30 34700 1756000000 1.477121255 4.540329475 9.244524512
13 30 34550 1724000000 1.477121255 4.538448052 9.236537261
14 30 34700 1656000000 1.477121255 4.540329475 9.219060332
15 30 34600 1552000000 1.477121255 4.539076099 9.190891717
16 30 34600 1505000000 1.477121255 4.539076099 9.1775365
17 25 18000 1356000000 1.397940009 4.255272505 9.13225969
18 20 16800 1085000000 1.301029996 4.225309282 9.035429738
19 20 16800 1015000000 1.301029996 4.225309282 9.006466042
20 19 16800 966000000 1.278753601 4.225309282 8.984977126
21 20 16800 957000000 1.301029996 4.225309282 8.980911938
22 20 16750 956700000 1.301029996 4.224014811 8.980775774
23 20 16700 945000000 1.301029996 4.222716471 8.975431809
24 18 16600 931000000 1.255272505 4.220108088 8.968949681
25 18 16500 835000000 1.255272505 4.217483944 8.921686475
26 18 16550 750000000 1.255272505 4.218797998 8.875061263
27 5 11300 485900000 0.698970004 4.053078443 8.686546899
28 5 10950 473000000 0.698970004 4.039414119 8.674861141
29 5 10750 459900000 0.698970004 4.031408464 8.66266341
30 5 10650 412000000 0.698970004 4.027349608 8.614897216
60

Lampiran 9 Hasil analisis regresi Cobb-Douglas unit penangkapan gillnet


millenium pada faktor-faktor yang berpengaruh nyata

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.984871738
R Square 0.969972341
Adjusted R Square 0.96774807
Standard Error 0.047127003
Observations 30

ANOVA
df SS MS F Significance F f table
Regression 2 1.937051993 0.968525997 436.085496 2.79602E-21 3.35
Residual 27 0.059965768 0.002220954
Total 29 1.997017762

Standard
Coefficients t Stat P-value t table
Error
Intercept 6.33564824 0.289791797 21.86275909 1.0533E-18 1.703
X Variable 1 0.429156852 0.067424102 6.365036276 8.1331E-07
X Variable 2 0.497962078 0.084127522 5.919134047 2.6188E-06
61

Lampiran 10 Gambar kegiatan perikanan di Karangsong

Pendaratan ikan di TPI Petugas lelang

Penimbangan ikan Persiapan alat untuk melaut

KPL Mina Sumitra Dinas Perikanan dan Kelautan


Indramayu

Anda mungkin juga menyukai